Hubungan Komponen Cinta Sternberg dengan Kepuasan Hubungan Romantis pada Dunia Maya dan Dunia Nyata

(1)

HUBUNGAN KOMPONEN CINTA STERNBERG DENGAN KEPUASAN HUBUNGAN ROMANTIS PADA

DUNIA MAYA DAN DUNIA NYATA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh:

CECILIA HORISON 091301082

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul:

Hubungan Komponen Cinta Sternberg dengan Kepuasan Hubungan Romantis pada Dunia Maya dan Dunia Nyata

adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Mei 2014

Cecilia Horison NIM 091301082


(3)

Hubungan Komponen Cinta Sternberg dengan Kepuasan Hubungan Romantis pada Dunia Maya dan Dunia Nyata

Cecilia Horison dan Arliza Juairiani Lubis

ABSTRAK

Secara tradisional, manusia umumnya menjalani hubungan romantis lewat bertatap muka secara langsung (face-to-face / hubungan romantis melalui dunia nyata / HRDN). Akan tetapi, perkembangan masa dan teknologi telah menyediakan alternatif lain yang dapat digunakan oleh individu dalam menemukan pasangan romantis: dunia maya (hubungan romantis melalui dunia maya / HRDM). Kedua memiliki derajat kepuasan hubungan romantis tersendiri yang berhubungan dengan 3 komponen cinta Sternberg. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan komponen cinta Sternberg dengan kepuasan hubungan romantis, baik hubungan pada partisipan HRDM maupun HRDN. Data dikumpulkan melalui kuesioner Kepuasan Hubungan Romantis (indeks reliabilitas 0,708) dan kuesioner Komponen Cinta Sternberg (indeks reliabilitas Intimacy

0,854, Passion 0,845, dan Commitment 0,886). Sebanyak 34 partisipan HRDM dan 81 partisipan HRDN dilibatkan secara incidental. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada partisipan HRDN ketiga komponen cinta berhubungan dengan kepuasan hubungan romantis, akan tetapi pada partisipan HRDM hanya

Intimacy dan Commitment yang berhubungan dengan kepuasan hubungan romantis. Dari hasil penelitian ini, individu HRDN diharapkan untuk meningkatkan Intimacy, Passion, dan Commitment dalam hubungan romantisnya agar kepuasan dalam hubungan romantis dapat ditingkatkan, sementara individu HRDM sebaiknya meningkatkan Intimacy dan Commitment dalam hubungan romantisnya.

Kata kunci: komponen cinta Sternberg, kepuasan hubungan romantis, hubungan romantis pada dunia maya, hubungan romantis pada dunia nyata


(4)

Relation of Sternberg’s Triangle of Love and Romantic Relationship Satisfaction on Online and Offline Relationship

Cecilia Horison and Arliza Juairiani Lubis

ABSTRACT

Traditionally, human engage in romantic relationship through face to face meeting (romantic relationship offline / HRDN). In this modern time, technology development has provided an alternative setting for individuals to find romantic partner: cyberspace (romantic relationship online / HRDM). Both settings have their own romantic relationship satisfaction, which correlates with Sternberg’s Triangle of Love. This study aim to determine the relationship between Sternberg’s Triangle of Love with romantic relationship satisfaction, both on HDRM and HRDN participants. Data was collected by using adapted version of Romantic Assessment Scale (reliability index 0,708) and Sternberg’s Triangular Love Scale (reliability index for Intimacy 0,854, Passion 0,845, and Commitment 0,886). 34 HRDM and 81 HRDN participated incidentally. The results show that for HRDN participants all components of love correlate with romantic relationship satisfaction, but only Intimacy and Commitment correlate with romantic relationship satisfaction for HRDM participants. From the results of this study, HRDN individuals are recommended to increase Intimacy, Passion, dan Commitment in their relationship to gain higher romantic relationship satisfaction, while HRDM individuals are recommended to increase Intimacy dan Commitment Commitment in their relationship.

Keywords: Sternberg’s Triangle of Love, romantic relationship satisfaction, romantic relationship offline, romantic relationship online


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya-lah skripsi ini dapat diselesaikan. Penyusunan skripsi ini dilakukan untuk menyelesaikan tugas akhir sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, Medan.

Selama proses penyusunan skripsi ini, saya mendapatkan bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk menyampaikan ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing saya, Kak Arliza Juairiani Lubis, M. Psi, Psikolog yang telah meluangkan banyak waktu dan sabar dalam membimbing saya, kepada orang tua saya yang selalu memotivasi saya, dan kepada Dwiyana Savira, Verawaty, Jessica, Ni Putu Defi, dan teman-teman Fakultas Psikologi USU yang telah memberikan motivasi, saran, dan kritik.

Saya menyadari penelitian ini masih jauh dari sempurna, untuk itu, saya berharap dapat memperoleh saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak orang.

Medan, Mei 2014


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI ...iv

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR FIGUR ...x

DAFTAR LAMPIRAN ...xi

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...7

C. Tujuan Penelitian ...7

D. Manfaat Penelitian ...7

E. Sistematika Penelitian ...8

BAB II LANDASAN TEORI ...10

A. Kepuasan dalam Hubungan Romantis ...10

1. Definisi ...10

2. Faktor-Faktor ...11


(7)

1. Komponen Cinta ...12

a. Intimacy ...12

b. Passion ...15

c. Commitment ...16

C. Hubungan Romantis pada Konteks Dunia Maya dan Dunia Nyata ...17

1. Definisi ...17

2. Hubungan Romantis pada Konteks Dunia Maya dan Dunia Nyata .. ...18

D. Hubungan Derajat Komponen Cinta dengan Kepuasan Hubungan Romantis Berkaitan dengan Jenis Hubungan Romantis ...25

E. Hipotesis Penelitian ...26

F. Kerangka Berpikir ...28

BAB III METODE PENELITIAN...29

A. Identifikasi Variabel Penelitian ...29

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ...29

1. Kepuasan Hubungan Romantis ...29

2. Komponen Cinta Sternberg ...30

3. Variable Moderator ...31

C. Partisipan Penelitian ...31

1. Populasi Penelitian ...31

2. Metode Pengambilan Sampel ...32


(8)

E. Blue Print Alat Ukur ...34

1. Alat Ukur Kepuasan Hubungan Romantis ...34

2. Alat Ukur Komponen Cinta Sternberg ...35

F. Uji Coba Alat Ukur ...37

1. Uji Validitas ...37

2. Uji Reliabilitas ...37

3. Uji Daya Beda Aitem ...38

4. Hasil Uji Coba Alat Ukur ...38

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ...41

1. Tahap Persiapan ...41

a. Persiapan Alat Ukur ...41

b. Uji Coba Alat Ukur ...42

c. Revisi Alat Ukur ...42

2. Tahap Pelaksanaan ...43

3. Tahap Pengolahan Data ...43

H. Metode Analisis Data ...44

1. Uji Normalitas ... 44

2. Uji Linearitas ...44

3. Uji Korelasi ... 44

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ...46

A. Gambaran Umum Partisipan Penelitian ...46


(9)

3. Jenis kelamin ...47

4. Tempat tinggal ...48

5. Status pernikahan orang tua ...49

6. Derajat pendidikan ...50

7. Agama ...51

8. Suku ...51

9. Pacar saat ini adalah pacar ke- ...52

10.Lama hubungan romantis ...53

11.Telah pernah bertemu muka dengan pasangan ...54

12.Media yang digunakan ...55

B. Hasil Penelitian ...56

1. Uji Asumsi ...56

a. Uji Normalitas ...56

2. Hasil Utama Penelitian ...57

b. Hasil Uji Linearitas ...57

c. Hasil Uji Korelasi ...59

3. Hasil Tambahan Penelitian ...61

a. Kategorisasi Data Penelitian ...61

C. Pembahasan ...63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...69

A. Kesimpulan ...69


(10)

2. Saran Praktis ...70

DAFTAR PUSTAKA ...71


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Kategorisasi skor pada alat ukur komponen cinta Sternberg (STLS) ...31

2. Blue print alat ukur kepuasan hubungan romantis (RAS) ...35

3. Blue print alat ukur komponen cinta Sternberg (STLS) ...36

4. Kategorisasi skor pada alat ukur komponen cinta Sternberg (STLS) ...37

5. Blue print alat ukur kepuasan hubungan romantis (RAS) sebelum dan setelah uji coba ...39

6. Blue print alat ukur komponen cinta Sternberg (STLS) sebelum dan setelah uji coba dan penomoran baru ...40

7. Gambaran partisipan penelitian berdasarkan usia ...46

8. Gambaran partisipan penelitian berdasarkan urutan kelahiran ...47

9. Gambaran partisipan penelitian berdasarkan jenis kelamin ...48

10.Gambaran partisipan penelitian berdasarkan tempat tinggal ...48

11.Gambaran partisipan penelitian berdasarkan status pernikahan orang tua ..49

12.Gambaran partisipan penelitian berdasarkan derajat pendidikan ...50

13.Gambaran partisipan penelitian berdasarkan agama ...51

14.Gambaran partisipan penelitian berdasarkan suku...52

15.Gambaran partisipan penelitian berdasarkan banyaknya hubungan romantis yang telah dijalani ...53


(12)

17.Gambaran partisipan penelitian yang menjalani hubungan romantis di dunia maya berdasarkan pernah atau tidak pernah partisipan bertemu muka dengan

pasangannya ...55

18.Gambaran partisipan penelitian yang menjalani hubungan romantic di dunia maya berdasarkan media yang digunakan ...55

19.Uji normalitas ...57

20.Uji linearitas ...58

21.Uji korelasi pada kelompok partisipan dunia maya ...60

22.Uji korelasi pada kelompok partisipan dunia nyata ...61


(13)

DAFTAR FIGUR

Halaman

1. Segitiga Cinta Sternberg ...12 2. Kerangka Berpikir ...28


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

A. Sebelum uji coba alat ukur ...75

1. Alat ukur kepuasan hubungan romantis ...75

2. Alat ukur komponen cinta Sternberg ...76

B. Setelah uji coba alat ukur ...79

1. Alat ukur kepuasan hubungan romantis ...79

2. Alat ukur komponen cinta Sternberg ...80

C. Penelitian ...84

1. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ...84

2. Data mentah alat ukur kepuasan hubungan romantis...93

3. Data mentah alat ukur komponen cinta Sternberg ...97

D. Hasil penelitian ...108

1. Uji asumsi ...108

a. Uji normalitas ...108

2. Hasil utama penelitian ...108

b. Uji linearitas ...108


(15)

Hubungan Komponen Cinta Sternberg dengan Kepuasan Hubungan Romantis pada Dunia Maya dan Dunia Nyata

Cecilia Horison dan Arliza Juairiani Lubis

ABSTRAK

Secara tradisional, manusia umumnya menjalani hubungan romantis lewat bertatap muka secara langsung (face-to-face / hubungan romantis melalui dunia nyata / HRDN). Akan tetapi, perkembangan masa dan teknologi telah menyediakan alternatif lain yang dapat digunakan oleh individu dalam menemukan pasangan romantis: dunia maya (hubungan romantis melalui dunia maya / HRDM). Kedua memiliki derajat kepuasan hubungan romantis tersendiri yang berhubungan dengan 3 komponen cinta Sternberg. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan komponen cinta Sternberg dengan kepuasan hubungan romantis, baik hubungan pada partisipan HRDM maupun HRDN. Data dikumpulkan melalui kuesioner Kepuasan Hubungan Romantis (indeks reliabilitas 0,708) dan kuesioner Komponen Cinta Sternberg (indeks reliabilitas Intimacy

0,854, Passion 0,845, dan Commitment 0,886). Sebanyak 34 partisipan HRDM dan 81 partisipan HRDN dilibatkan secara incidental. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada partisipan HRDN ketiga komponen cinta berhubungan dengan kepuasan hubungan romantis, akan tetapi pada partisipan HRDM hanya

Intimacy dan Commitment yang berhubungan dengan kepuasan hubungan romantis. Dari hasil penelitian ini, individu HRDN diharapkan untuk meningkatkan Intimacy, Passion, dan Commitment dalam hubungan romantisnya agar kepuasan dalam hubungan romantis dapat ditingkatkan, sementara individu HRDM sebaiknya meningkatkan Intimacy dan Commitment dalam hubungan romantisnya.

Kata kunci: komponen cinta Sternberg, kepuasan hubungan romantis, hubungan romantis pada dunia maya, hubungan romantis pada dunia nyata


(16)

Relation of Sternberg’s Triangle of Love and Romantic Relationship Satisfaction on Online and Offline Relationship

Cecilia Horison and Arliza Juairiani Lubis

ABSTRACT

Traditionally, human engage in romantic relationship through face to face meeting (romantic relationship offline / HRDN). In this modern time, technology development has provided an alternative setting for individuals to find romantic partner: cyberspace (romantic relationship online / HRDM). Both settings have their own romantic relationship satisfaction, which correlates with Sternberg’s Triangle of Love. This study aim to determine the relationship between Sternberg’s Triangle of Love with romantic relationship satisfaction, both on HDRM and HRDN participants. Data was collected by using adapted version of Romantic Assessment Scale (reliability index 0,708) and Sternberg’s Triangular Love Scale (reliability index for Intimacy 0,854, Passion 0,845, and Commitment 0,886). 34 HRDM and 81 HRDN participated incidentally. The results show that for HRDN participants all components of love correlate with romantic relationship satisfaction, but only Intimacy and Commitment correlate with romantic relationship satisfaction for HRDM participants. From the results of this study, HRDN individuals are recommended to increase Intimacy, Passion, dan Commitment in their relationship to gain higher romantic relationship satisfaction, while HRDM individuals are recommended to increase Intimacy dan Commitment Commitment in their relationship.

Keywords: Sternberg’s Triangle of Love, romantic relationship satisfaction, romantic relationship offline, romantic relationship online


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

“We cannot live for ourselves alone, for our lives are connected by a thousand invisible threads” (Herman Melville, dikutip dari Myers, 2009)

Kutipan di atas mengambarkan pandangan Melville bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa memerlukan orang lain, bahwa secara langsung maupun tidak langsung seorang manusia selalu terhubung dengan manusia-manusia lainnya.

Menurut Papalia (2007), manusia sudah berinteraksi dengan manusia lain bahkan sebelum ia lahir. Sejak masa prenatal (masa konsepsi hingga lahir), janin telah menunjukkan respon terhadap suara ibunya dan cenderung menunjukkan respon yang lebih positif terhadap suara ibunya dibandingkan dengan suara orang lain. Setelah lahir, manusia terus membentuk dan mengembangkan hubungan interpersonal secara bertahap sesuai dengan pertambahan usianya. Pembentukan dan pengembangan hubungan interpersonal tersebut berkaitan dengan pemenuhan tugas perkembangan dasar pada tiap periode usia tertentu. Tugas perkembangan tersebut haruslah dipenuhi agar manusia dapat berkembang secara normal (Papalia, 2007).

Penelitian ini terfokus pada masa dewasa awal, dimana tugas perkembangan pada masa ini adalah belajar mandiri dari orang tua,


(18)

mengembangkan hubungan romantis, dan membentuk keluarga dengan pasangan (Papalia, 2007). Hubungan romantis didefinisikan oleh DeGenova (2008) sebagai aktivitas bersama yang dilakukan oleh dua individu dalam usaha untuk saling mengenal. Menurut Erikson, pembentukan hubungan romantis merupakan isu yang kritis pada tahap dewasa awal karena perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh kebutuhannya untuk membentuk hubungan romantis. Selain itu, hubungan romantis akan mengajarkan manusia bagaimana cara membangun dan mempertahankan komitmen (Erikson dalam Papalia, 2007).

DeGenova (2008) lebih lanjut menyatakan bahwa bagi manusia, hubungan romantis: (1) merupakan bentuk rekreasi, (2) menyediakan pasangan yang menemani, menghabiskan waktu bersama, dan membangun hubungan dekat dengan individu (3) merupakan cara bersosialisasi, (4) mendukung perkembangan kepribadian, (5) menyediakan kesempatan untuk memerankan peran gender, (6) adalah cara untuk memenuhi kebutuhan akan rasa cinta dan kasih sayang, (7) menyediakan kesempatan untuk melakukan bereksperimen secara seksual dan mendapatkan kepuasan seksual, (8) adalah cara menyeleksi pasangan jangka panjang, dan (9) merupakan cara mempersiapkan diri individu untuk pernikahan.

Secara tradisional, manusia umumnya menjalani hubungan romantis lewat bertatap muka secara langsung (face-to-face) dimana hubungan romantis memiliki karakteristik-karakteristik berikut ini (Giordano, Manning, dan Longmore dalam Reis dan Sprecher, 2009): (1) mendorong penerimaan


(19)

perbedaan antara kedua pihak yang menjalani hubungan romantis, (2) merupakan sumber ketidakpercayaan diri dan kecemasan, (3) memiliki emosionalitas yang tinggi, (4) berpotensi menjadi hubungan seksual dan membangun keterikatan khusus dengan pasangan, dan (5) melibatkan isu kesetiaan dan komitmen.

Menurut Finkel, Eastwick, Karney, Reis, dan Sprecher (2012), menemukan pasangan yang cocok dengan individu yang berniat menjalani hubungan romantis tidaklah mudah dilakukan. Pada umumnya, calon pasangan ditemukan pada lingkungan fisik dan sosial di sekitar individu. Namun, perkembangan masa dan teknologi telah menyediakan alternatif lain yang dapat digunakan oleh individu dalam menemukan pasangan romantis: dunia maya. Menjalani hubungan romantis baik di dunia nyata maupun di dunia maya memiliki kelebihan-kelebihan tersediri.

Ben-Ze’ev (2004) menyatakan bahwa hubungan romantis di dunia nyata lebih stabil dibandingkan menjalani hubungan romantis melalui dunia maya akibat: (1) komitmen yang tinggi lebih banyaknya pengalaman bersama dan tingginya harga yang harus dibayar untuk memutuskan hubungan, (2) terdapat tekanan dari pihak luar untuk mempertahankan keberlangsungan hubungan romantis karena pemutusan hubungan dapat menyakiti pihak luar yang memiliki hubungan dekat dengan individu yang menjalani hubungan romantis, dan (3) kurang tersedia calon pasangan alternatif sehingga individu yang menjalani hubungan romantis lebih menghargai pasangannya.


(20)

Akan tetapi, menjalani hubungan romantis melalui dunia maya juga memiliki beberapa kelebihan dibandingkan menjalani hubungan romantis melalui dunia nyata, seperti: (1) memberikan kesempatan untuk membangun hubungan romantis pada individu yang lebih mampu mengungkapkan dirinya ketika tidak bertatap muka secara langsung serta memudahkan individu dalam mencari pasangan yang memiliki minat yang sama dengan dirinya (McKenna, Green, dan Gleason, 2002), (2) individu dapat berfantasi sesuai dengan keinginannya, menjalani hubungan romantis melalui dunia maya jauh lebih murah (secara finansial dan emosional) daripada melalui dunia nyata, terdapat anonimitas hingga derajat tertentu di dunia maya, serta terdapat kebebasan untuk memutuskan hubungan kapan saja sesuai keinginan (Jones, 2010), dan (3) menjalani hubungan romantis merupakan masa eksplorasi secara seksual, sementara norma sosial tidak mengizinkan individu untuk menjalani hubungan romantis dengan lebih dari satu orang pasangan (Giordano, Manning, dan Longmore dalam Reis dan Sprecher, 2009). Di dunia maya, individu dapat menjalani hubungan romantis dengan lebih dari satu orang pasangan karena pengaruh norma sosial terhadap conscience

individu lebih rendah (Ben-Ze’ev, 2004).

Sebuah hubungan romantis, baik berlangsung di dunia nyata maupun di dunia maya tetaplah merupakan sebuah hubungan romantis. Salah satu teori hubungan romantis yang mendominasi ilmu psikologi adalah teori segitiga cinta Sternberg (Sternberg’s Triangular Theory of Love). Sternberg memandang rasa cinta yang mendasari hubungan romantis sebagai sebuah


(21)

segitiga yang terdiri atas tiga komponen: Intimacy (keintiman) yang merupakan perasaan dalam berhubungan romantis yang mendorong timbulnya kedekatan, keterikatan, dan rasa keterhubungan dengan pasangan, Passion (ketertarikan fisik dan seksual) yang merupakan dorongan yang menimbulkan romantisme, ketertarikan fisik, dan hubungan seksual dalam hubungan romantis, dan Commitment (komitmen) yang merupakan keputusan dan kesediaan untuk menjalani dan mempertahankan hubungan romantis. Sesuai dengan derajatnya, ketiga komponen cinta tersebut akan membentuk area segitiga cinta dengan bentuk dan ukuran tertentu dimana semakin besar area segitiga cinta individu maka semakin besarlah rasa cinta yang dirasakan oleh individu tersebut terhadap pasangannya. Sternberg juga berpendapat bahwa ketiga komponen tersebut juga memiliki hubungan dengan kepuasan dalam hubungan romantis (Sternberg, 1988).

Kepuasan dalam hubungan romantis memiliki pengaruh yang kuat terhadap keberfungsian individu yang menjalani hubungan romantis (Dandurand, 2013). Menurut Dandurand, hal ini terjadi karena kepuasan dalam hubungan romantis yang dijalani: (1) berhubungan dengan peningkatan kesehatan emosional dan psikologis (meliputi penurunan resiko depresi, resiko kecemasan, dan resiko psikopatologi secara umum), (2) berhubungan dengan peningkatan kesehatan fisik dan sistem imun tubuh (meliputi penurunan tingkat kortisol, frekuensi penyakit fisik, dan durasi waktu yang diperlukan untuk sembuh dari penyakit), (3) dapat menurunkan efek dari pengalaman yang mengakibatkan distress, dan (4) berhubungan dengan


(22)

alasan utama orang dewasa mencari jasa terapis. Hubungan romantis yang tidak memuaskan merupakan alasan utama orang dewasa mencari jasa terapis.

Hasil berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kepuasan dalam hubungan romantis dengan komponen cinta Sternberg (Acker dan Davis, 1992; Lemieux dan Hale, 1999, 2000; Madey dan Rodgers, 2009; Cassepp-Borges dan Teodoro, 2007; dan Panayiotou, 2005 dalam Ng, 2010).

Meskipun demikian, beberapa penelitian memberikan penekanan yang berbeda mengenai komponen cinta mana yang berhubungan kuat dengan kepuasan hubungan romantis, seperti: (1) Acker dan Davis (dalam Tung, 2007) menemukan bahwa Commitment merupakan prediktor yang paling kuat terhadap kepuasan hubungan romantis, (2) Rusbult dan Buunk (dalam Anderson dan Emmers-Sommer, 2006) menemukan bahwa derajat Intimacy

dan Commitment berhubungan dengan derajat kepuasan hubungan romantis, dan (3) Madey dan Rodgers (2009) menemukan bahwa ketiga komponen cinta berkorelasi secara signifikan dengan kepuasan hubungan romantis.

Demikian pula dengan hubungan romantis yang dijalani melalui dunia maya, komponen cinta yang ditemukan berhubungan dengan kepuasan hubungan romantis adalah: (1) Intimacy dan Commitment menurut hasil penelitian Ng (2010), (2) ketiga komponen cinta menurut hasil penelitian Anderson dan Emmers-Sommer (2006), dan (3) Intimacy dan Passion


(23)

Fenomena diatas menunjukkan bahwa baik pada hubungan romantis melalui dunia nyata maupun dunia maya, penemuan mengenai kuatnya hubungan antara masing-masing komponen cinta dengan kepuasan hubungan romantis masih belum konsisten. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara komponen cinta Sternberg dengan kepuasan hubungan romantis sesuai jenis hubungan romantis yang sedang dijalani baik hubungan tersebut berlangsung di dunia maya maupun di dunia nyata.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang diuraikan diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan antara komponen cinta Sternberg dengan kepuasan hubungan romantis pada dunia maya dan dunia nyata?”.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara komponen cinta Sternberg dengan kepuasan hubungan romantis pada dunia maya dan dunia nyata.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pemahaman mengenai teori komponen cinta Sternberg, kepuasan


(24)

hubungan romantis, dan perbedaan antara konteks hubungan romantis pada dunia nyata dan dunia maya. Penelitian ini juga diharapkan dapat berperan sebagai bahan referensi bagi penelitian-penelitian dengan tema yang sama.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menunjukkan bagaimana hubungan antara komponen cinta Sternberg dengan kepuasan hubungan romantis pada hubungan romantis yang dijalani melalui dunia maya dan dunia nyata.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I Pendahuluan

Bab ini berisi penjelasan latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teori

Bab ini berisi teori-teori kepustakaan yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian, yaitu teori mengenai kepuasan dalam hubungan romantis, teori komponen cinta Sternberg, dan hubungan romantis pada konteks dunia maya dan dunia nyata. Bab 2 juga berisi hipotesis penelitian dan kerangka berpikir.


(25)

BAB III Metode Penelitian

Bab ini berisi penjelasan metode penelitian yang digunakan oleh peneliti, yang meliputi identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, partisipan penelitian, metode pengumpulan data, blue print alat ukur, uji coba alat ukur, prosedur pelaksanaan penelitian, dan metode analisis data.

BAB IV Analisa Data dan Pembahasan

Bab ini berisi gambaran umum partisipan penelitian, hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian, dan hasil tambahan penelitian.

BAB V Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi kesimpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian.


(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kepuasan dalam Hubungan Romantis

1. Definisi Kepuasan dalam Hubungan Romantis

Hubungan romantis merupakan aktivitas bersama yang dilakukan oleh dua individu dalam usaha untuk saling mengenal (DeGenova, 2008), dimana hubungan ini merupakan bentuk ikatan kuat diluar hubungan keluarga dan pertemanan karena berpotensi untuk berkembang menjadi hubungan keluarga dan bersifat seksual (Döring, 2002). Lebih lanjutnya, Erikson (dalam Feist dan Feist, 2009) menyatakan bahwa hubungan romantis baru dapat dibangun pada masa dewasa awal karena untuk membangun hubungan yang intim diperlukan kemampuan individu dalam menggabungkan identitas dirinya dengan identitas orang lain tanpa rasa takut kehilangan identitasnya. Sedangkan Rose (dalam Reis dan Sprecher, 2009) mendefinisikan hubungan romantis sebagai interaksi informal antara 2 pihak yang bertujuan untuk mengukur potensi satu sama lain sebagai pasangan romantis tanpa adanya tujuan atau komitmen tertentu. Dari definisi-definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hubungan romantis adalah aktivitas yang dilakukan oleh 2 individu dewasa awal dalam usaha untuk saling mengukur potensi satu sama lain sebagai pasangan yang akan membangun keluarga dengan individu.


(27)

Sementara itu, Reis dan Sprecher (2009) mendefinisikan kepuasan dalam hubungan romantis sebagai derajat rasa senang mengenai hubungan yang sedang dijalani dan kepercayaan bahwa hubungan tersebut memiliki banyak kualitas yang baik. Oleh Hill (2009), kepuasan dalam hubungan romantis didefinisikan sebagai konsep abstrak psikologis yang merepresentasikan derajat kebahagiaan yang dimiliki seorang individu dalam menjalani hubungan romantisnya.

Dari definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kepuasan dalam hubungan romantis adalah derajat rasa senang dan bahagia yang dirasakan oleh individu terhadap hubungannya dengan pasangan romantis.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan dalam Hubungan Romantis

Menurut Hendrick dan Hendrick (1992), kepuasan dalam hubungan romantis dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini:

a. Kebahagiaan dan penyesuaian dalam hubungan,

b. Persetujuan dalam nilai-nilai, prioritas, dan peraturan dalam hubungan,

c. Frekuensi hubungan seksual,

d. Frekuensi dan derajat keparahan konflik,

e. Ada tidaknya rasa menyesal akibat menjalani hubungan, f. Pengaruh orangtua,


(28)

g. Lama hubungan, dan h. Pendidikan.

B. Teori Cinta Sternberg 1. Komponen Cinta

Berdasarkan pada teori Sternberg (1988), rasa cinta dapat dipahami sebagai sebuah segitiga yang terdiri atas 3 komponen:

Intimacy, Passion, dan Commitment.

Figur 1. Segitiga cinta Sternberg Intimacy

Passion Commitment

a. Intimacy

Intimacy merupakan perasaan dalam hubungan romantis yang mendorong timbulnya kedekatan, keterikatan, dan rasa keterhubungan dengan pasangan romantis. Komponen Intimacy terdiri atas 10 elemen:

1) Keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan orang yang dicintai.


(29)

Individu berusaha untuk menjaga dan meningkatkan kesejahteraan pasangannya. Individu mungkin meningkatkan kesejahteraan pasangannya dengan mengorbankan dirinya sendiri, akan tetapi pengorbanan tersebut dilakukan dengan ekspektasi bahwa pasangan akan melakukan hal yang sama di masa depan.

2) Merasa bahagia ketika bersama dengan orang yang dicintai. Individu merasa senang menghabiskan waktu dengan pasangannya.

3) Menilai tinggi orang yang dicintai.

Individu menghargai dan menghormati pasangannya. Meskipun individu mengetahui bahwa pasangannya memiliki kelemahan, pengetahuan ini tidak mengurangi penghargaan yang dirasakan terhadap pasangan.

4) Mampu mengandalkan orang yang dicintai ketika memerlukan bantuan.

Individu merasa bahwa pasangannya akan ada untuknya ketika diperlukan. Ketika individu sedang menghadapi kesulitan, individu percaya bahwa pasangannya akan membantunya.

5) Merasa saling memahami dengan orang yang dicintai.

Kedua pihak saling memahami satu sama lain. Mereka mengetahui kelebihan dan kelemahan masing-masing dan


(30)

mengetahui bagaimana merespon satu sama lain dalam cara yang menunjukkan empati yang tulus terhadap kondisi emosional orang yang dicintai. Mereka saling mengetahui alasan mengapa pasangannya melakukan atau merasakan sesuatu.

6) Bersedia berbagi dengan orang yang dicintai.

Individu bersedia untuk berbagi barang-barang materi dengan orang yang dicintai.

7) Menerima dukungan emosional dari orang yang dicintai. Individu merasa didukung dan dikuatkan oleh orang yang dicintai ketika ia sedang menghadapi rintangan hidup. 8) Memberikan dukungan emosional kepada orang yang dicintai.

Individu mendukung pasangan dengan berempati dan memberikan dukungan emosional kepadanya ketika sedang diperlukan.

9) Berkomunikasi secara mendalam dengan orang yang dicintai. Individu dapat berkomunikasi secara mendalam dan jujur dengan orang yang dicintai.

10)Menghargai orang yang dicintai.

Individu merasa bahwa pasangannya berperan penting dalam hidupnya.


(31)

Kesepuluh elemen diatas tidaklah harus dialami semuanya agar seorang individu dapat dikatakan merasakan Intimacy dalam hubungan romantisnya.

b. Passion

Passion adalah komponen yang memotivasi pembentukan hubungan romantis, yang secara dominan termanifestasi dalam bentuk ketertarikan fisik dan kebutuhan seksual dengan pasangan romantis.

Passion termanifestasi dalam bentuk rangsang psikologis dan fisiologis yang umumnya saling terkait dan terjadi bersamaan. Manifestasi Passion bervariasi pada berbagai individu, situasi, dan hubungan dekat.

Komponen Passion dalam hubungan romantis cenderung berinteraksi secara kuat dengan komponen Intimacy, dan keduanya sering meningkatkan intensitas satu sama lain. Contohnya, Intimacy

dalam hubungan romantis dapat diakibatkan oleh seberapa mampu sebuah hubungan romantis memenuhi kebutuhan Passion seorang individu, dan sebaliknya. Dalam hubungan romatis, komponen

Passion umumnya timbul sebelum komponen Intimacy. Passion dapat menjadi faktor awal yang menarik seorang individu untuk memulai sebuah hubungan, akan tetapi, Intimacy-lah yang membantu individu mempertahankan kedekatan dalam hubungan. Dalam hubungan dekat


(32)

dalam bentuk lain, komponen Passion umumnya timbul setelah komponen Intimacy.

Terkadang komponen Passion dan Intimacy tidak berada pada pihak yang sama. Contohnya, seorang individu mungkin merasa bahwa keterlibatan dalam bentuk Passion dalam hubungannya mengakibatkan penurunan pada Intimacy. Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa meski interaksi antara komponen Passion

dengan komponen Intimacy bervariasi dari individu ke individu dan dari situasi ke situasi, kedua komponen rasa cinta tersebut hampir selalu memiliki hubungan yang dekat.

c. Commitment

Komponen Commitment dalam rasa cinta terdiri atas dua aspek: jangka pendek dan jangka panjang. Commitment jangka pendek merupakan komitmen dalam bentuk keputusan untuk mencintai orang lain. Commitment jangka panjang merupakan komitmen dalam bentuk kesediaan untuk mempertahankan rasa cinta tersebut. Kedua aspek

Commitment tersebut tidak harus berlangsung bersamaan dalam sebuah hubungan romantis. Keputusan individu untuk mencintai seseorang tidak berarti bahwa individu akan berkomitmen terhadap rasa cinta tersebut, begitu pula sebaliknya. Pada umumnya, keputusan untuk mencintai (jangka pendek) terjadi sebelum keputusan untuk memiliki Commitment terhadap hubungan romantis (jangka panjang).


(33)

Meski komponen Commitment dalam hubungan romantis tidak memiliki intensitas seperti komponen Intimacy dan Passion, komponen Commitment merupakan faktor yang mempertahankan kelangsungan hubungan romantis ketika hubungan sedang mengalami rintangan.

Komponen Commitment berinteraksi dengan komponen

Intimacy dan Passion. Pada sebagian besar orang, komponen

Commitment dihasilkan oleh kombinasi antara hubungan yang intim (Intimacy) dan rangsang gairah (Passion). Akan tetapi, hubungan yang intim atau rangsang gairah juga dapat diakibatkan oleh Commitment, misalnya pada pasangan yang dijodohkan. Dalam hubungan dimana

Commitment lebih dahulu muncul, individu pada umumnya menemukan bahwa Intimacy atau Passion yang dirasakan timbul akibat Commitment kognitif terhadap hubungan romantis yang sedang dijalani. Oleh karena itu, rasa cinta dapat berawal dari sebuah

Commitment.

C. Hubungan Romantis pada Konteks Dunia Maya dan Dunia Nyata

1. Definisi Hubungan Romantis pada Konteks Dunia Maya dan Dunia Nyata

Menurut Döring (2002), hubungan romantis berkembang antara 2 pihak yang secara berkelanjutan terus melakukan kontak dengan satu sama lain. Kontak yang dilakukan dapat berbentuk komunikasi asynchronous


(34)

(seperti: surat-menyurat) atau komunikasi synchronous (seperti: percakapan lewat telepon atau aktivitas bersama). Dengan berkomunikasi, kedua pihak saling mengenal satu sama lain dan membentuk batasan-batasan yang mendefinisikan hubungan romantis mereka (sperti: ekspektasi dan komitmen terhadap hubungan romantis).

Jika proses komunikasi atau media yang digunakan untuk melakukan kontak dengan pasangan secara eksklusif atau dominan adalah tanpa bertatap muka secara langsung, maka hubungan romantis yang dijalani oleh individu dapat didefinisikan sebagai hubungan romantis melalui dunia maya. Sedangkan jika hubungan romantis secara eksklusif atau dominan dijalani lewat bertatap muka secara langsung (face-to-face), maka hubungan romantis yang dijalani oleh individu dapat didefinisikan sebagai hubungan romantis melalui dunia nyata.

2. Hubungan Romantis pada Konteks Dunia Maya dan Dunia Nyata Menurut Ben-Ze’ev (2004), hubungan romantis yang tulus melibatkan 2 pola evaluatif dasar:

1. Attractiveness yaitu daya tarik eksternal. 2. Praiseworthiness yaitu daya tarik internal.

Derajat pentingnya kedua pola evaluatif diatas bagi individu yang menjalani hubungan romantis dipengaruhi oleh faktor individual dan sosial. Meskipun demikian, keduanya saling terkait: penilaian terhadap


(35)

penampilan fisik pasangan mempengaruhi penilaian karakteristik internal pasangan, dan begitu pula sebaliknya.

Hubungan romantis melalui dunia maya dan melalui dunia nyata memiliki perbedaan pada derajat pentingnya pola evaluatif yang terlibat dalam hubungan romantis, yaitu:

1. Hubungan romantis melalui dunia nyata lebih mementingkan daya tarik fisik.

2. Hubungan romantis melalui dunia maya lebih mementingkan karakteristik internal yang dinilai positif.

Hal ini bukan berarti hubungan romantis melalui dunia nyata mengabaikan pentingnya karakteristik internal ataupun hubungan romantis melalui dunia maya mengabaikan pentingnya daya tarik fisik. Yang terjadi adalah karakteristik internal dianggap kurang penting daripada daya tarik fisik pada hubungan romantis melalui dunia nyata dan daya tarik fisik dianggap kurang penting daripada karakteristik internal pada hubungan romantis melalui dunia maya.

Pada hubungan romantis melalui dunia nyata, daya tarik fisik merupakan standar pertama yang digunakan oleh individu untuk mengevaluasi calon pasangan. Hal ini dikarenakan indra penglihatan lebih mampu dalam menyediakan informasi dibandingkan dengan indra lainnya. Selain itu, manusia telah terbiasa melakukan atribusi secara spontan berdasarkan pada evaluasi stereotype tertentu. Setiap individu memiliki bayangan mengenai pasangan ideal yang ia inginkan. Ketika


(36)

sebagian aspek dari pasangan ideal tersebut tercermin dalam penampilan fisik calon pasangan, individu akan menggunakan imajinasinya untuk mengisi kekosongan informasi yang ia rasakan mengenai karakteristik internal calon pasangan. Fenomena inilah yang dikenal sebagai

attractiveness halo (individu yang menarik secara fisik diasumsikan memiliki karakteristik internal yang baik).

Pada hubungan romantis melalui dunia maya, hubungan romantis dimulai dari kedekatan akibat kecocokan antara karakteristik internal kedua belah pihak. Akan tetapi, menjalani hubungan romantis tanpa memikirkan penampilan fisik pasangan tidaklah mudah dilakukan. Pada dunia maya yang memiliki keterbatasan dalam menyediakan informasi yang jelas dan mendetail mengenai penampilan fisik pasangan, individu umumnya menggunakan imajinasi yang ia miliki untuk mengisi kekosongan informasi yang ia rasakan. Penggunaan imajinasi ini akan mengarah pada idealisasi penampilan fisik pasangan atau personality halo (individu yang memiliki karakteristik internal yang baik diasumsikan memiliki penampilan fisik yang menarik). Akibatnya, individu yang menjalani hubungan romantis yang serius melalui dunia maya dapat mengubah standar penampilan fisik yang ia anggap menarik menjadi berdasarkan karakteristik fisik pasangannya saat ini.

Selain kedua pola evaluatif diatas, hubungan romantis melalui dunia maya dan melalui dunia nyata memiliki perbedaan pada


(37)

individu dalam hubungan romantis). Pada hubungan romantis melalui dunia nyata, jumlah calon pasangan yang available kepada individu terbatas pada calon-calon pasangan yang dapat dijangkau dalam lingkungan fisik dan sosial individu, sedangkan pada hubungan romantis melalui dunia maya tidak terdapat batasan yang mengecilkan jumlah calon pasangan yang available kepada individu.

Ben-Ze’ev berasumsi bahwa semakin tinggi availability dalam sebuah hubungan romantis maka effort yang dilakukan individu akan semakin rendah. Dibandingkan dengan hubungan romantis melalui dunia nyata, sumber daya yang diperlukan untuk menyeleksi pasangan dan menjaga hubungan romantis melalui dunia maya lebih sedikit. Rendahnya effort dalam hubungan romantis melalui dunia maya merupakan alasan mengapa commitment pada hubungan romantis melalui dunia maya lebih rendah daripada commitment pada hubungan romantis melalui dunia nyata.

Di samping perbedaan-perbedaan di atas, hubungan romantis melalui dunia maya dan melalui dunia nyata memiliki persamaan dalam 5 aspek yang mendasari ketertarikan dalam hubungan romantis (Levine dalam Ben-Ze’ev, 2004):

1. Proximity

Proximity berperan terhadap ketertarikan dalam hubungan romantis dimana semakin tinggi frekuensi kontak (exposure) antara kedua belah pihak yang menjalani hubungan romantis,


(38)

semakin besar pula ketertarikan yang dirasakan terhadap pasangan.

Pada hubungan romantis melalui dunia nyata, proximity

berarti jarak fisik antara pasangan. Pada hubungan romantis melalui dunia maya, proximity berarti jarak ikatan mental antara pasangan.

Jarak fisik yang dekat akan meningkatkan ketertarikan pada hubungan romantis melalui dunia nyata, sementara komunikasi yang sering, berdurasi lama, dan mendalam akan meningkatkan ketertarikan pada hubungan romantis melalui dunia maya.

Dibandingkan dengan hubungan romantis melalui dunia nyata, proximity pada hubungan romantis melalui dunia maya lebih mudah dikecilkan karena komunikasi pada dunia maya sangat mudah dilakukan dan tidak menghabiskan banyak sumber daya fisik.

2. Self-presentation

Pada hubungan romantis melalui dunia nyata, self-presentation (presentasi diri) awalnya diekspresikan dalam bentuk daya tarik fisik, sehingga ketertarikan awal pada calon pasangan didasarkan pada daya tarik fisik.

Pada hubungan romantis melalui dunia maya, self-presentation merupakan cara yang digunakan individu untuk


(39)

mengekspresikan dan mendeskripsikan dirinya, sehingga daya tarik individu tergantung pada karakteristik internalnya.

Dibandingkan dengan hubungan romantis melalui dunia nyata, self-presentation pada hubungan romantis melalui dunia maya lebih dapat dikontrol secara sadar. Selain itu, self-presentation pada hubungan romantis melalui dunia nyata lebih mudah divalidasi karena terdapat banyak sumber informasi yang tersedia kepada individu, sedangkan sumber informasi yang tersedia pada hubungan romantis melalui dunia maya lebih terbatas.

3. Similarity

Pada hubungan romantis melalui dunia nyata, similarity

yang dimaksud berbentuk kemiripan dalam aspek-aspek diri tertentu, seperti: usia, latar belakang keluarga, agama, pendidikan, dan pandangan sosial serta politik.

Pada hubungan romantis melalui dunia maya, similarity

yang dimaksud berbentuk kecocokan ketika berkomunikasi dan kemiripan pada karakteristik non-fisik seperti kepercayaan dan nilai-nilai yang dipegang oleh individu.

Dibandingkan dengan hubungan romantis melalui dunia nyata, similarity pada hubungan romantis melalui dunia maya lebih mudah dideteksi karena individu pada dunia maya secara


(40)

sengaja mengindikasikan ciri-ciri tertentu yang berperan dalam penilaian similarity.

4. Reciprocity

Pada hubungan romantis melalui dunia nyata, reciprocity

berarti bahwa individu cenderung tertarik pada orang yang mengungkapkan ketertarikan pada dirinya. Individu bersedia mencintai pasangannya dan mengharapkan pasangannya juga mencintainya. Kurangnya reciprocity dalam hubungan romantis akan mengakibatkan penurunan intensitas rasa cinta atau merasa dipermalukan.

Pada hubungan romantis melalui dunia maya, reciprocity

sangat jelas terlihat karena pasangan menggunakan percakapan untuk menjalani hubungan romantis dan saling melakukan self-disclosure.

5. Expectations

Pada hubungan romantis melalui dunia nyata, individu cenderung memiliki expectation dan idealisasi terhadap pasangan yang akan mengarah pada self-fulfilling prophecy. Expectation

dan idealisasi merupakan bias positif yang membuat pasangan tampak lebih menarik dan memperbesar nilai-nilai positif yang terdapat dalam hubungan romantis.

Pada hubungan romantis melalui dunia maya, expectation


(41)

mengenai pasangan terbatas dan bukti-bukti yang membantah idealisasi pasangan sangat sedikit. Idealisasi cenderung lebih mudah dilakukan terhadap pasangan dunia maya karena individu bebas berimajinasi tanpa batasan, pasangan cenderung melakukan

self-presentation yang positif, dan menginterpretasikan informasi yang ambigu serta yang tidak diketahui secara positif lebih mudah dilakukan.

D. Hubungan Derajat Komponen Cinta dengan Kepuasan Hubungan Romantis Berkaitan dengan Jenis Hubungan Romantis

Hubungan yang signifikan antara komponen cinta Sternberg dengan kepuasan hubungan romantis telah secara konsisten dibuktikan oleh hasil berbagai penelitian meskipun komponen cinta yang dinyatakan berhubungan dengan kepuasan hubungan romantis ditemukan berbeda baik pada hubungan romantis pada dunia nyata maupun dunia maya (Ben-Ze’ev, 2004; Acker dan Rusbult dan Buunk dalam Anderson dan Emmers-Sommer, 2006; Anderson dan Emmers-Sommer, 2006; Davis dalam Tung, 2007; Madey dan Rodgers, 2009; dan Ng, 2010).

Ditinjau dari konteks hubungan romantis, Ben-Ze’ev (2004) menyatakan bahwa hubungan romantis melalui dunia nyata lebih mementingkan ketarikan fisik terhadap pasangan (Passion tinggi), kurang mementingkan karakteristik internal (Intimacy rendah) dan memiliki tingkat


(42)

Sementara hubungan romantis melalui dunia maya lebih mementingkan karakteristik internal positif yang menimbulkan kedekatan antara kedua pihak (Intimacy tinggi), kurang mementingkan ketarikan fisik terhadap pasangan (Passion rendah), dan memiliki tingkat availability yang tinggi dan effort

yang rendah (Commitment rendah).

Perbedaan antara kedua konteks hubungan romantis diatas memiliki pengaruh terhadap tingkat komponen cinta yang dialami oleh individu yang menjalani hubungan romantis, yang kemudian dapat mengarah pada perbedaan kuatnya hubungan tiap komponen cinta dengan kepuasan hubungan romantis.

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti mengajukan hipotesis bahwa:

1. “Derajat Intimacy berhubungan dengan Kepuasan Hubungan Romantis pada pasangan yang menjalani hubungan romantis melalui dunia maya”,

2. “Derajat Passion berhubungan dengan Kepuasan Hubungan Romantis pada pasangan yang menjalani hubungan romantis melalui dunia maya”,

3. “Derajat Commitment berhubungan dengan Kepuasan Hubungan Romantis pada pasangan yang menjalani hubungan romantis melalui dunia maya”,


(43)

4. “Derajat Intimacy berhubungan dengan Kepuasan Hubungan Romantis pada pasangan yang menjalani hubungan romantis melalui dunia nyata”,

5. “Derajat Passion berhubungan dengan Kepuasan Hubungan Romantis pada pasangan yang menjalani hubungan romantis melalui dunia nyata”, dan

6. “Derajat Commitment berhubungan dengan Kepuasan Hubungan Romantis pada pasangan yang menjalani hubungan romantis melalui dunia nyata”.


(44)

F. Kerangka Berpikir

- Mementingkan daya tarik penampilan fisik - Availability rendah

dan effort tinggi

- Mementingkan daya tarik kepribadian - Availability tinggi

dan effort rendah

Intimacy

Hubungan romantis di dunia maya Hubungan romantis

di dunia nyata

Kepuasan Hubungan Romantis

Commitment Passion


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel Tergantung : Kepuasan dalam hubungan romantis Variabel Bebas : Derajat komponen cinta, yaitu:

1. Intimacy, 2. Passion, dan

3. Commitment.

Variabel Moderator : Hubungan Romantis yang dijalani melalui: 1. Dunia maya, dan

2. Dunia nyata.

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Kepuasan Hubungan Romantis

Kepuasan dalam hubungan romantis adalah derajat rasa senang dan bahagia yang dirasakan oleh individu terhadap hubungannya dengan pasangan romantis. Kepuasan dalam hubungan romantis akan diukur dengan menggunakan Relationship Assessment Scale (RAS) oleh S. S. Hendrick (1988) yang disusun untuk mengukur kepuasan hubungan romantis secara umum. Semakin tinggi total poin maka semakin tinggi pula derajat kepuasan hubungan romantis yang dirasakan oleh partisipan.


(46)

Demikian sebaliknya, semakin rendah total poin maka semakin rendah pula derajat kepuasan hubungan romantis yang dirasakan oleh partisipan.

2. Komponen Cinta Sternberg

Derajat komponencinta terdiri atas:

a.Intimacy adalah derajat penilaian akan rasa dalam berhubungan romantis yang menimbulkan kedekatan, keterikatan, dan rasa keterhubungan dengan pasangan romantis.

b.Passion adalah derajat motivasi pembentukan hubungan romantis yang berbentuk ketertarikan fisik dan kebutuhan seksual dengan pasangan romantis.

c.Commitment adalah derajat kesungguhan individu dalam memutuskan untuk mencintai (Commitment jangka pendek) dan mempertahankan rasa cinta (Commitment jangka panjang) dengan pasangan romantis.

Komponen rasa cinta Sternberg akan diukur dengan menggunakan Sternberg’s Triangular Love Scale (STLS) yang disusun oleh Sternberg (1988). Alat ukur ini mengkategorikan partisipan ke dalam 5 kategori sesuai dengan skor total yang diperoleh dari menjumlahkan poin pada setiap kelompok aitem. Setelah skor total partisipan dikalkulasi, dari tabel berikut kemudian dicari skor yang paling mendekati skor total partisipan untuk mengetahui derajat komponen rasa cinta Sternberg.


(47)

Tabel 1. Kategorisasi subjek pada alat ukur komponen rasa cinta Sternberg (STLS) Keintiman

(Intimacy)

Kedalaman emosi (Passion)

Komitmen (Commitment)

Kategori

93 73 85 Jauh dibawah rata-rata

102 85 96 Dibawah rata-rata

111 98 108 Rata-rata

120 110 120 Diatas rata-rata

129 123 131 Jauh diatas rata-rata

3. Variable Moderator

a. Hubungan Romantis yang dijalani melalui dunia maya

Hubungan Romantis yang dijalani melalui dunia maya adalah derajat kecenderungan individu untuk secara eksklusif atau dominan berkomunikasi dan menjalani hubungan dengan pasangannya tanpa bertatap muka secara langsung.

b. Hubungan Romantis yang dijalani melalui dunia nyata

Hubungan Romantis yang dijalani melalui dunia nyata adalah derajat kecenderungan individu untuk secara eksklusif atau dominan berkomunikasi dan menjalani hubungan dengan pasangannya melalui tatap muka secara langsung.

C. Partisipan Penelitian 1. Populasi

Menurut Azwar (2010), populasi didefinisikan sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Sebagai suatu


(48)

populasi, kelompok subjek harus memiliki ciri-ciri atau karakteristik- karakteristik bersama yang membedakannya dari kelompok subjek yang lain. Akan tetapi, karena penelitian ini menggunakan metode pengambilan sampel incidental sampling, maka definisi populasi pada penelitian ini adalah kelompok partisipan dengan ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik yang sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini, karakteristik populasi penelitian yang digunakan adalah:

a. Individu dewasa awal.

b. Sedang menjalani hubungan romantis, baik melalui dunia maya maupun melalui dunia nyata.

2. Metode Pengambilan Sampel

Atas dasar pertimbangan keterbatasan sumber daya (waktu, tenaga, dan dana) yang dimiliki oleh peneliti, maka peneliti memutuskan untuk memilih sebagian dari keseluruhan populasi sebagai partisipan penelitian. Sampel adalah sebagian dari populasi (Azwar, 2010).

Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan untuk memilih sampel penelitian adalah teknik incidental sampling, yang berarti tidak semua individu dalam populasi diberi peluang yang sama untuk ditugaskan menjadi anggota sampel dimana pemilihan sampel dari populasi didasarkan pada faktor kebetulan dan kemudahan dijumpainya sampel yang sesuai dengan karakteristik tertentu yang sama dengan karakteristik populasi (Hadi, 2000). Teknik ini memiliki keuntungan


(49)

dimana jumlah partisipan penelitian yang ditargetkan dapat dicapai secara efektif, akan tetapi teknik ini juga mengakibatkan hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan pada populasi sampel karena sampel penelitian mungkin tidak merepresentasikan populasi.

3. Jumlah Sampel Penelitian

Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 115 partisipan, dengan rincian 34 individu sedang menjalani hubungan romantis melalui dunia maya dan 81 individu sedang menjalani hubungan romantis melalui dunia nyata.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian bertujuan mengungkapkan fakta mengenai variable yang diteliti (Azwar, 2010). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur psikologis yang berbentuk skala Likert dengan beberapa pilihan. Pemilihan alat ukur kuisioner sebagai metode pengumpulan data didasarkan pada anggapan bahwa (Hadi, 2000):

1. Partisipan adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri.

2. Apa yang dinyatakan oleh partisipan kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya.

3. Interpretasi partisipan tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti.


(50)

Akan tetapi, alat ukur kuisioner memiliki kelemahan-kelemahan antara lain (Hadi, 2000):

1. Unsur-unsur yang tidak disadari tidak dapat diungkap.

2. Besar kemungkinan bahwa jawaban-jawaban dipengaruhi oleh keinginan pribadi.

3. Terdapat hal-hal yang dirasa tidak perlu dinyatakan. 4. Sulit merumuskan kesadaran diri sendiri dalam bahasa.

5. Terdapat kecenderungan untuk mengkonstruksi secara logis unsur-unsur yang dirasa kurang berhubungan secara logis.

E. Blue Print Alat Ukur

Untuk mengumpulkan data, penelitian ini menggunakan 2 macam alat ukur psikologis yang adaptasikan dari format awalnya ke dalam bentuk skala Likert.

1. Alat Ukur Kepuasan Hubungan Romantis (Relationship Assesment Scale / RAS)

Relationship Assessment Scale (RAS) disusun oleh S. S. Hendrick pada tahun 1988 untuk mengukur kepuasan hubungan romantis secara umum. RAS terdiri atas 7 aitem dengan aitem 1, 2, 3, 5, dan 6 berupa pernyataan favorable (mendukung) serta aitem 4 dan 7 berupa pernyataan

unfavorable (tidak mendukung). Alat ukur ini berbentuk skala Likert yang meminta partisipan mengindikasikan jawaban setiap aitem dalam bentuk skala 5 poin. Untuk pernyataan favorable (mendukung) lima poin


(51)

pilihan yang tersedia memiliki jangkauan dari 1 poin (derajat kepuasan rendah) hingga 5 poin (derajat kepuasan tinggi). Untuk pernyataan

unfavorable (tidak mendukung) lima poin pilihan yang tersedia memiliki jangkauan dari 1 poin (derajat kepuasan tinggi) hingga 5 poin (derajat kepuasan rendah). Semakin tinggi total poin maka semakin tinggi pula derajat kepuasan hubungan romantis yang dirasakan oleh partisipan. Demikian sebaliknya, semakin rendah total poin maka semakin rendah pula derajat kepuasan hubungan romantis yang dirasakan oleh partisipan.

Blue print dari alat ukur ini adalah sebagai berikut: Tabel 2. Blue print alat ukur kepuasan hubungan romantis (RAS)

Favorable Unfavorable Jumlah

Kepuasan hubungan romantis 1, 2, 3, 5, 6 4, 7 7

2. Alat Ukur Komponen Cinta Sternberg (Sternberg’s Triangular Love Scale / STLS)

Robert Sternberg menyusun alat ukur ini untuk mengukur ketiga komponen rasa cinta. Berdasarkan teori Sternberg (1988), rasa cinta terdiri dari 3 komponen: Intimacy, Passion, dan Commitment.

Alat ukur ini terdiri atas 45 aitem dalam bentuk pernyataan

favorable (mendukung). Alat ukur ini berbentuk skala Likert yang meminta partisipan mengindikasikan jawaban setiap aitem dalam bentuk skala 9 poin dengan jangkauan dari 1 poin (mengindikasikan bahwa aitem pernyataan sangat tidak sesuai dengan diri partisipan) hingga 9 poin (mengindikasikan bahwa aitem pernyataan sangat sesuai dengan diri


(52)

partisipan). Alat ukur ini terbagi atas 3 bagian dimana aitem nomor 1 hingga 15 merupakan aitem yang mengukur komponen intimacy, aitem nomor 16 hingga 30 merupakan aitem yang mengukur komponen

passion, dan aitem nomor 31 hingga 45 merupakan aitem yang mengukur komponen commitment.

Blue print dari alat ukur ini adalah sebagai berikut: Tabel 3. Blue print alat ukur komponen cinta Sternberg (STLS) Komponen

rasa cinta Definisi Operasional

Nomor

Aitem Jumlah

Intimacy

Derajat penilaian akan rasa dalam berhubungan romantis yang

menimbulkan kedekatan, keterikatan, dan rasa keterhubungan dengan pasangan romantis

1 – 15 15

Passion

Derajat motivasi pembentukan hubungan romantis, dalam bentuk ketertarikan fisik dan kebutuhan seksual dengan pasangan romantis

16 – 30 15

Commitment

Derajat kesungguhan individu dalam memutusan untuk mencintai dan mempertahankan rasa cinta dengan pasangan romantis

31 – 45 15

Total 45

Alat ukur ini mengkategorikan partisipan ke dalam 5 kategori sesuai dengan skor total yang diperoleh dari menjumlahkan poin pada setiap kelompok aitem. Setelah skor total partisipan dikalkulasi, dari


(53)

tabel berikut kemudian dicari skor yang paling mendekati skor total partisipan:

Tabel 4. Kategorisasi skor pada alat ukur komponen cinta Sternberg (STLS) Keintiman

(Intimacy)

Kedalaman emosi (Passion)

Komitmen

(Commitment) Kategori

93 73 85 Jauh dibawah rata-rata

102 85 96 Dibawah rata-rata

111 98 108 Rata-rata

120 110 120 Diatas rata-rata

129 123 131 Jauh diatas rata-rata

F. Uji Coba Alat Ukur 1. Uji Validitas

Suryabrata (2002) mendefinisikan validitas sebagai sejauh mana alat ukur mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas isi (content validity). Validitas isi ditegakkan dengan menelaah dan merevisi butir aitem berdasarkan pendapat profesional (professional judgement).

2. Uji Reliabilitas

Suryabrata (2002) mendefinisikan reliabilitas sebagai konsistensi hasil pengukuran data jika alat ukur tersebut digunakan pada partisipan atau kelompok partisipan yang sama dalam waktu yang berbeda atau jika


(54)

alat ukur tersebut digunakan pada partisipan atau kelompok partisipan yang berbeda dalam waktu yang sama atau berbeda.

Uji reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini menggunakan pendekatan konsistensi internal (internal consistency), yaitu dengan prosedur single trial administration yang berarti bahwa alat ukur hanya dikenakan satu kali pada sekelompok partisipan. Teknik analisa yang digunakan untuk menghitung reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini adalah koefisien Alpha Cronbach Formula dengan bantuan SPSS versi 17.00.

3. Uji Daya Beda Aitem

Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana aitem mampu membedakan antara partisipan penelitian yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang akan diukur oleh atas tes. Daya beda aitem akan diuji dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson Product Moment dengan bantuan SPSS versi 17.00. Jika kolerasi aitem total mencapai nilai minimal 0.237 maka daya beda aitem tersebut dianggap memuaskan (Azwar, 2000).

4. Hasil Uji Coba Alat Ukur

Uji coba terhadap kedua alat ukur melibatkan 69 partisipan. Dari hasil uji coba pada alat ukur kepuasan hubungan romantis, aitem-aitem dengan daya diskriminasi aitem dibawah 0,237 dibuang.


(55)

Pada alat ukur kepuasan hubungan romantis (RAS) ditemukan 6 aitem dengan daya diskriminasi diatas 0,237 dan 1 aitem dengan daya diskriminasi aitem dibawah 0,237. Nilai rxy alat ukur bergerak dari 0,166

hingga 0,591 dan koefisien reliabilitas alat ukur adalah senilai 0,708. Berdasarkan hasil uji coba daya diskrimasi aitem, alat ukur kepuasan hubungan romantis direvisi menjadi terdiri dari 6 aitem.

Tabel 5. Blue print alat ukur kepuasan hubungan romantis (RAS) sebelum dan setelah uji coba dan penomoran baru

Nomor Aitem Favorable

Nomor Aitem

Unfavorable Jumlah

Sebelum uji coba 1, 2, 3, 5, 6 4, 7 7 Setelah uji coba 1, 2, 3, 5 4, 6 6

Pada alat ukur komponen rasa cinta Sternberg (STLS) ditemukan 44 aitem dengan daya diskriminasi diatas 0,237 dan 1 aitem dengan daya diskriminasi aitem dibawah 0,237. Koefisien reliabilitas alat ukur adalah senilai 0,854 untuk komponen intimacy, 0,845 untuk komponen passion, dan 0,886 untuk komponen commitment. Berdasarkan hasil uji coba daya diskrimasi aitem, alat ukur komponen rasa cinta Sternberg direvisi menjadi terdiri dari 44 aitem.


(56)

Tabel 6. Blue print alat ukur komponen cinta Sternberg (STLS) sebelum dan setelah uji coba dan penomoran baru Komponen

rasa cinta Definisi Operasional

Sebelum uji coba Setelah uji coba Nomor

Aitem Jumlah

Nomor

Aitem Jumlah

Intimacy

Derajat penilaian akan rasa dalam berhubungan romantis yang menimbulkan kedekatan, keterikatan, dan rasa keterhubungan dengan pasangan romantis

1 – 15 15 1 – 14 14

Passion

Derajat motivasi pembentukan hubungan romantis, dalam bentuk ketertarikan fisik dan kebutuhan seksual dengan pasangan romantis

16 – 30 15 15 – 29 15

Commitment Derajat kesungguhan individu dalam memutusan untuk mencintai dan mempertahankan rasa cinta dengan pasangan romantis

31 – 45 15 30 – 44 15

Total 45 44


(57)

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian 1. Tahap Persiapan

a. Persiapan Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur kepuasan hubungan romantis (RAS) dan alat ukur komponen rasa cinta Sternberg (STLS). Pada awalnya, alat ukur kepuasan hubungan romantis (RAS) yang disusun oleh S. S. Hendrick terdiri dari 7 aitem pernyataan dalam bentuk skala Likert dengan 5 pilihan jawaban yang bervariasi sesuai dengan aitem pernyataan yang bersangkutan, sementara alat ukur komponen rasa cinta Sternberg (STLS) yang disusun oleh R. Sternberg Hendrick terdiri dari 45 aitem pernyataan dalam bentuk skala Likert dengan 9 pilihan jawaban dimana angka 1 mengindikasikan bahwa partisipan sangat tidak setuju dengan pernyataan aitem dan angka 9 menunjukkan bahwa partisipan sangat setuju dengan pernyataan aitem.

Kedua alat ukur kemudian diadaptasikan kedalam Bahasa Indonesia dengan bantuan dari 2 orang penerjemah berlisensi dan diubah formatnya oleh peneliti untuk mempermudah pengisian alat ukur dan menghilangkan pilihan dengan social desirability yang tinggi. Alat ukur kepuasan hubungan romantis (RAS) yang pada awalnya memiliki 5 pilihan jawaban diubah menjadi hanya memiliki 4 pilihan jawaban setelah menghilangkan pilihan netral, dan alat


(58)

ukur komponen rasa cinta Sternberg (STLS) pada awalnya memiliki 9 pilihan jawaban diubah menjadi hanya memiliki 4 pilihan jawaban. Setelah adaptasi alat ukur dan pengubahan format alat ukur selesai dilakukan, kedua alat ukur diuji validitas isinya oleh dosen pembimbing peneliti. Dalam proses uji validitas isi, peneliti melakukan perubahan pada urutan aitem alat ukur setelah mendapatkan saran dari dosen pembimbing.

b. Uji Coba Alat Ukur

Sebelum dapat digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian ini, kedua alat ukur yang telah diadaptasikan dan diubah formatnya harus diuji coba terlebih dahulu untuk melihat apakah keduanya mampu dipahami oleh partisipan penelitian dan untuk menganalisa aitem-aitem mana saja yang dapat digunakan dalam penelitian ini. Uji coba terhadap kedua alat ukur melibatkan 69 partisipan yang diperoleh melalui incidental sampling. Data yang diperoleh pada proses uji coba kemudian diolah dengan menggunakan SPSS versi 17.00 untuk mendapatkan koefisien korelasi Pearson Product Moment dan koefisien Alpha Cronbach Formula.

c. Revisi Alat Ukur

Berdasarkan hasil analisa daya diskriminasi aitem, aitem-aitem yang tidak memenuhi standar daya diskriminasi aitem-aitem 0,237


(59)

dibuang. Akhirnya, aitem yang tersisa dan akan digunakan dalam penelitian ini adalah 6 aitem pada alat ukur kepuasan hubungan romantis (RAS) dan 44 aitem pada alat ukur komponen rasa cinta Sternberg (STLS) .

2. Tahap Pelaksanaan

Setelah peneliti melakukan uji coba dan revisi terhadap kedua alat ukur, peneliti kemudian mengumpulkan data penelitian dengan menyebarkan kedua alat ukur dengan menggunakan metode incidental sampling. Dari kedua alat ukur yang disebarkan baik dalam bentuk tercetak maupun survei online, data yang berhasil dikumpulkan oleh peneliti adalah data dari 115 orang sampel penelitian yang terdiri atas 34 individu yang sedang menjalani hubungan romantis di dunia maya dan 81 individu yang sedang menjalani hubungan romantis di dunia nyata.

3. Tahap Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan dari alat ukur kepuasan hubungan romantis (RAS) dan alat ukur komponen rasa cinta Sternberg (STLS) dari 115 orang partisipan kemudian diolah dengan menggunakan bantuan program komputasi.


(60)

H. Metode Analisis Data

Untuk mengetahui hubungan komponen rasa cinta dengan kepuasan hubungan romantis pada pasangan yang menjalani hubungan romantis melalui dunia maya dan dunia nyata, maka peneliti melakukan analisa data setelah uji asumsi sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah ketiga variabel penelitian terdistribusi secara normal. Pada penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk, dimana penyebaran data digolongkan normal apabila nilai p yang diperoleh > 0,05 (Field, 2009).

2. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang linear antara variabel-variabel penelitian. Pada penelitian ini, uji linearitas dilakukan dengan menggunakan analisis statistik uji F, dimana hubungan antara variabel-variabel penelitian digolongkan linear apabila nilai p yang diperoleh < 0,05.

3. Uji Korelasi

Uji korelasi yang akan dilakukan tergantung pada hasil uji normalitas. Jika hasil uji menunjukkan bahwa data penelitian bersifat


(61)

tidak normal, maka uji korelasi akan dilakukan dengan menghitung kovarians (metode statistik non-parametrik).

Jika hasil uji menunjukkan bahwa data penelitian bersifat normal, maka uji korelasi akan dilakukan dengan menggunakan uji korelasi

Pearson Product Moment, dimana variabel penelitian dikatakan memiliki korelasi yang sangat signifikan bila nilai r (one-tail) mendekati nilai 1 serta memiliki korelasi yang positif apabila r bernilai positif dan memiliki korelasi yang negatif apabila r bernilai negatif.


(62)

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Partisipan Penelitian

Berdasarkan 115 orang partisipan penelitian diperoleh gambaran umum partisipan penelitian sebagai berikut:

1. Usia

Berdasarkan pada usia partisipan penelitian, diperoleh gambaran berikut ini:

Tabel 7. Gambaran partisipan penelitian berdasarkan usia Usia

(tahun)

Jumlah partisipan online (%)

Jumlah partisipan offline (%)

17 1 (2,9%) 1 (1,2%)

18 2 (5,9%) 4 (4,9%)

19 6 (17,7%) 2 (2,5%)

20 3 (8,8%) 12 (14,8%)

21 13 (38,3%) 20 (24,8%)

22 5 (14,8%) 24 (29,6%)

23 - 7 (8,7%)

24 1 (2,9%) 3 (3,7%)

25 1 (2,9%) 5 (6,2%)

26 1 (2,9%) 1 (1,2%)

27 1 (2,9%) 1 (1,2%)

28 - 1 (1,2%)

Total 34 (100%) 81 (100%)

Dari tabel 7 diperoleh gambaran bahwa sebagian besar partisipan penelitian yang sedang menjalani hubungan romantis di dunia maya


(63)

berusia 21 tahun (38,3%), sedangkan partisipan penelitian yang sedang menjalani hubungan romantis di dunia nyata didominasi oleh yang berusia 22 tahun (29,6%) dan yang berusia 21 tahun (24,8%).

2. Anak ke-

Berdasarkan pada urutan kelahiran partisipan penelitian, diperoleh gambaran berikut ini:

Tabel 8. Gambaran partisipan penelitian berdasarkan urutan kelahiran Urutan kelahiran Jumlah partisipan

online (%)

Jumlah partisipan offline (%)

Anak sulung 18 (52,9%) 29 (35,8%)

Anak tengah 6 (17,6%) 22 (27,2%)

Anak bungsu 9 (26,6%) 26 (32,1%)

Anak tunggal 1 (2,9%) 4 (4,9%)

Total 34 (100%) 81 (100%)

Dari tabel 8 diperoleh gambaran bahwa sebagian besar partisipan penelitian baik yang sedang menjalani hubungan romantis di dunia maya maupun yang sedang menjalani hubungan romantis di dunia nyata merupakan anak sulung, yaitu masing-masing sebanyak 52,9% dan 35,8%.

3. Jenis kelamin

Berdasarkan pada jenis kelamin partisipan penelitian, diperoleh gambaran berikut ini:


(64)

Tabel 9. Gambaran partisipan penelitian berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Jumlah partisipan

online (%)

Jumlah partisipan offline (%)

Pria 18 (52,9%) 30 (37%)

Wanita 16 (47,1%) 51 (63%)

Total 34 (100%) 81 (100%)

Dari tabel 9 diperoleh gambaran bahwa partisipan penelitian yang sedang menjalani hubungan romantis di dunia maya berimbang antara yang berjenis kelamin pria (52,9%), dengan yang berjenis kelamin wanita (47,1%). Sedangkan untuk partisipan penelitian yang sedang menjalani hubungan romantis di dunia nyata, jenis kelamin yang dominan adalah wanita (63%).

4. Tempat tinggal

Berdasarkan pada tempat tinggal partisipan penelitian, diperoleh gambaran berikut ini:

Tabel 10. Gambaran partisipan penelitian berdasarkan tempat tinggal Tempat tinggal Jumlah partisipan

online (%)

Jumlah partisipan offline (%)

Kost 8 (23,5%) 10 (12,3%)

Rumah orang tua 21 (61,8%) 64 (79,1%)

Rumah saudara 5 (14,7%) 4 (4,9%)

Sewa sendiri - 3 (3,7%)


(65)

Dari tabel 10 diperoleh gambaran bahwa sebagian besar partisipan penelitian yang baik yang sedang menjalani hubungan romantis di dunia maya maupun yang sedang menjalani hubungan romantis di dunia nyata saat ini bertempat tinggal dirumah orang tua, yaitu masing-masing sebanyak 61,8% dan 79,1%.

5. Status pernikahan orang tua

Berdasarkan pada status pernikahan orang tua partisipan penelitian, diperoleh gambaran berikut ini:

Tabel 11. Gambaran partisipan penelitian berdasarkan status pernikahan orang tua

Status pernikahan orang tua

Jumlah partisipan online (%)

Jumlah partisipan offline (%)

Masih bersama 28 (82,3%) 66 (81,5%)

Telah berpisah karena bercerai 4 (11,8%) 7 (8,6%) Telah berpisah karena salah satu

meninggal dunia 2 (5,9%) 8 (9,9%)

Total 34 (100%) 81 (100%)

Dari tabel 11 diperoleh gambaran bahwa sebagian besar partisipan penelitian dengan jumlah partisipan masing-masing sebanyak memiliki orang tua yang masih bersama, yaitu masing-masing sebanyak 82,3% dan 81,5%.


(66)

6. Derajat pendidikan

Berdasarkan pada derajat pendidikan partisipan penelitian, diperoleh gambaran berikut ini:

Tabel 12. Gambaran partisipan penelitian berdasarkan derajat pendidikan

Derajat pendidikan

Jumlah partisipan online (%)

Jumlah partisipan offline (%)

Tamatan SMA 1 (2,9%) 3 (3,7%)

Sedang menjalani pendidikan tinggi

tahun ke-1 2 (5,9%) 2 (2,5%)

Sedang menjalani pendidikan tinggi

tahun ke-2 5 (14,7%) 7 (8,6%)

Sedang menjalani pendidikan tinggi

tahun ke-3 5 (14,7%) 9 (11,1%)

Sedang menjalani pendidikan tinggi

tahun ke-4 13 (38,3%) 28 (34,6%)

Sedang menjalani pendidikan tinggi

tahun ke-5 2 (2,9%) 12 (14,8%)

Tamatan D-3 1 (2,9%) 2 (2,5%)

Tamatan S-1 5 (14,7%) 17 (20,9%)

Sedang menjalani S-2 - 1 (1,2%)

Total 34 (100%) 81 (100%)

Dari tabel 12 diperoleh gambaran bahwa sebagian besar partisipan penelitian yang sedang menjalani hubungan romantis di dunia maya sedang menjalani pendidikan tinggi tahun ke-4, yaitu sebanyak 13 orang (38,3%), sedangkan partisipan penelitian yang sedang menjalani hubungan romantis di dunia maya didominasi oleh yang sedang


(67)

menjalani pendidikan tinggi tahun ke-4 (34,6%) dan yang telah menyelesaikan derajat pendidikan S-1 (20,9%).

7. Agama

Berdasarkan pada agama partisipan penelitian, diperoleh gambaran berikut ini:

Tabel 13. Gambaran partisipan penelitian berdasarkan agama Agama Jumlah partisipan

online (%)

Jumlah partisipan offline (%)

Islam 11 (32,4%) 43 (53,1%)

Buddha 14 (41,2%) 25 (30,9%)

Protestan 5 (14,7%) 9 (11,1%)

Katolik 4 (11,7%) 3 (3,7%)

Hindu - 1 (1,2%)

Total 34 (100%) 81 (100%)

Dari tabel 13 diperoleh gambaran bahwa partisipan penelitian yang sedang menjalani hubungan romantis di dunia maya didominasi oleh yang beragama Buddha (41,2%) dan Islam (32,4%), sedangkan partisipan penelitian yang sedang menjalani hubungan romantis di dunia nyata didominasi oleh yang beragama Islam (53,1%) dan Buddha (30,9%).

8. Suku

Berdasarkan pada suku partisipan penelitian, diperoleh gambaran berikut ini:


(68)

Tabel 14. Gambaran partisipan penelitian berdasarkan suku Suku Jumlah partisipan

online (%)

Jumlah partisipan offline (%)

Melayu 3 (8,8%) 5 (6,2%)

Batak Toba 4 (11,8%) 5 (6,2%)

Mandailing - 5 (6,2%)

Karo 2 (5,9%) 3 (3,7%)

Simalungun 2 (5,9%) -

Jawa 2 (5,9%) 15 (18,5%)

Padang 1 (2,9%) 4 (4,9%)

Aceh - 2 (2,4%)

Tionghoa 17 (50%) 31 (38,3%)

Dan lain-lain 3 (8,8%) 11 (13,6%) Total 34 (100%) 8 (100%)

Dari tabel 14 diperoleh gambaran bahwa sebagian besar partisipan penelitian yang sedang menjalani hubungan romantis di dunia maya berasal dari suku Tionghoa (50%), sedangkan partisipan penelitian yang sedang menjalani hubungan romantis di dunia nyata didominasi oleh yang berasal dari suku Tionghoa (38,3%), suku Jawa (18,5%), dan suku-suku lainnya (13,6%).

9. Pacar saat ini adalah pacar ke-

Berdasarkan pada banyaknya hubungan romantis yang telah dijalani oleh partisipan penelitian, diperoleh gambaran berikut ini:


(1)

D.

Hasil Penelitian

1.

Uji Asumsi

a.

Uji Normalitas

Tests of Normality

Kelompok Partisipan

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Sum Intimacy Online ,127 34 ,177 ,947 34 ,103

Offline ,093 81 ,081 ,974 81 ,098

Sum Passion Online ,088 34 ,200* ,981 34 ,798

Offline ,063 81 ,200* ,991 81 ,854

Sum Commitment Online ,108 34 ,200* ,962 34 ,271

Offline ,102 81 ,035 ,980 81 ,222

Sum Kepuasan Hubungan Online ,170 34 ,014 ,943 34 ,077

Offline ,096 81 ,061 ,976 81 ,132

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

2.

Hasil Utama Penelitian

b.

Uji Linearitas

ANOVA Table

Sum of Squares df

Mean

Square F Sig.

Sum Kepuasan Hubungan Online * Sum Intimacy Online

Between Groups

(Combined) 152,174 16 9,511 4,072 ,003

Linearity 118,791 1 118,791 50,857 ,000

Deviation from


(2)

ANOVA Table

Sum of Squares df

Mean

Square F Sig.

Sum Kepuasan

Hubungan Online * Sum Passion Online

Between Groups

(Combined) 112,882 17 6,640 1,345 ,279

Linearity 15,570 1 15,570 3,153 ,095

Deviation from

Linearity 97,312 16 6,082 1,232 ,341

Within Groups 79,000 16 4,938

Total 191,882 33

ANOVA Table

Sum of Squares df

Mean

Square F Sig.

Sum Kepuasan

Hubungan Online * Sum Commitment Online

Between Groups

(Combined) 138,716 19 7,301 1,922 ,108

Linearity 54,666 1 54,666 14,395 ,002

Deviation from

Linearity 84,050 18 4,669 1,230 ,352

Within Groups 53,167 14 3,798

Total 191,882 33

ANOVA Table

Sum of Squares df

Mean

Square F Sig.

Sum Kepuasan Hubungan Offline * Sum Intimacy Offline

Between Groups

(Combined) 269,880 20 13,494 2,657 ,002

Linearity 161,721 1 161,721 31,841 ,000

Deviation from

Linearity 108,159 19 5,693 1,121 ,355

Within Groups 304,737 60 5,079


(3)

ANOVA Table

Sum of Squares df

Mean

Square F Sig.

Sum Kepuasan Hubungan Offline * Sum Passion Offline

Between Groups

(Combined) 287,239 24 11,968 2,332 ,005

Linearity 170,424 1 170,424 33,210 ,000

Deviation from

Linearity 116,815 23 5,079 ,990 ,492

Within Groups 287,379 56 5,132

Total 574,617 80

ANOVA Table

Sum of Squares df

Mean

Square F Sig.

Sum Kepuasan

Hubungan Offline * Sum Commitment Offline

Between Groups

(Combined) 361,992 23 15,739 4,219 ,000

Linearity 241,365 1 241,365 64,704 ,000

Deviation from

Linearity 120,628 22 5,483 1,470 ,123

Within Groups 212,625 57 3,730

Total 574,617 80

c.

Uji Korelasi

Correlations

Sum Kepuasan Hubungan Online

Sum Intimacy Online Sum Kepuasan Hubungan

Online

Pearson

Correlation 1 ,787

**

Sig. (2-tailed) ,000

N 34 34

Sum Intimacy Online Pearson


(4)

Correlations

Sum Kepuasan Hubungan Online

Sum Passion Online Sum Kepuasan Hubungan

Online

Pearson

Correlation 1 ,285

Sig. (2-tailed) ,102

N 34 34

Sum Passion Online Pearson

Correlation ,285 1

Sig. (2-tailed) ,102

N 34 34

Correlations

Sum Kepuasan Hubungan Online

Sum Commitment Online Sum Kepuasan

Hubungan Online

Pearson

Correlation 1 ,534

**

Sig. (2-tailed) ,001

N 34 34

Sum Commitment Online

Pearson

Correlation ,534

**

1

Sig. (2-tailed) ,001

N 34 34

**. Correlation is significant at the 0,01 level (2-tailed). Correlations

Sum Kepuasan Hubungan Offline

Mean Intimacy Offline Sum Kepuasan Hubungan

Offline

Pearson

Correlation 1 ,530

**

Sig. (2-tailed) ,000

N 81 81

Mean Intimacy Offline Pearson

Correlation ,530

**

1

Sig. (2-tailed) ,000

N 81 81


(5)

Correlations

Sum Kepuasan Hubungan Offline

Sum Passion Offline Sum Kepuasan Hubungan

Offline

Pearson

Correlation 1 ,545

**

Sig. (2-tailed) ,000

N 81 81

Sum Passion Offline Pearson

Correlation ,545

**

1

Sig. (2-tailed) ,000

N 81 81

**. Correlation is significant at the 0,01 level (2-tailed).

Correlations

Sum Kepuasan Hubungan Offline

Sum Commitment Offline Sum Kepuasan

Hubungan Offline

Pearson

Correlation 1 ,648

**

Sig. (2-tailed) ,000

N 81 81

Sum Commitment Offline

Pearson

Correlation ,648

**

1

Sig. (2-tailed) ,000

N 81 81

**. Correlation is significant at the 0,01 level (2-tailed). Measures of Association

R R

Squared Eta

Eta Squared Sum Kepuasan Hubungan Online * Sum Intimacy


(6)

Measures of Association

R R

Squared Eta

Eta Squared Sum Kepuasan Hubungan Online * Sum Commitment

Online ,534 ,285 ,850 ,723

Measures of Association

R R

Squared Eta

Eta Squared Sum Kepuasan Hubungan Offline * Sum Intimacy

Offline ,531 ,281 ,685 ,470

Measures of Association

R R

Squared Eta

Eta Squared Sum Kepuasan Hubungan Offline * Sum Passion

Offline ,545 ,297 ,707 ,500

Measures of Association

R R

Squared Eta

Eta Squared Sum Kepuasan Hubungan Offline * Sum Commitment