21
Fenomena diatas menunjukkan bahwa baik pada hubungan romantis melalui dunia nyata maupun dunia maya, penemuan mengenai kuatnya
hubungan antara masing-masing komponen cinta dengan kepuasan hubungan romantis masih belum konsisten. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
untuk melihat hubungan antara komponen cinta Sternberg dengan kepuasan hubungan romantis sesuai jenis hubungan romantis yang sedang dijalani baik
hubungan tersebut berlangsung di dunia maya maupun di dunia nyata.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang diuraikan diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan antara komponen cinta
Sternberg dengan kepuasan hubungan romantis pada dunia maya dan dunia nyata?”.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara komponen cinta Sternberg dengan kepuasan hubungan romantis pada
dunia maya dan dunia nyata.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pemahaman mengenai teori komponen cinta Sternberg, kepuasan
Universitas Sumatera Utara
22
hubungan romantis, dan perbedaan antara konteks hubungan romantis pada dunia nyata dan dunia maya. Penelitian ini juga diharapkan dapat
berperan sebagai bahan referensi bagi penelitian-penelitian dengan tema yang sama.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menunjukkan bagaimana hubungan antara komponen cinta Sternberg dengan kepuasan
hubungan romantis pada hubungan romantis yang dijalani melalui dunia maya dan dunia nyata.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I
Pendahuluan Bab ini berisi penjelasan latar belakang permasalahan,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teori
Bab ini berisi teori-teori kepustakaan yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian, yaitu teori mengenai kepuasan
dalam hubungan romantis, teori komponen cinta Sternberg, dan hubungan romantis pada konteks dunia maya dan dunia nyata. Bab
2 juga berisi hipotesis penelitian dan kerangka berpikir.
Universitas Sumatera Utara
23
BAB III Metode Penelitian Bab ini berisi penjelasan metode penelitian yang digunakan
oleh peneliti, yang meliputi identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, partisipan penelitian, metode
pengumpulan data, blue print alat ukur, uji coba alat ukur, prosedur pelaksanaan penelitian, dan metode analisis data.
BAB IV Analisa Data dan Pembahasan Bab ini berisi gambaran umum partisipan penelitian, hasil
penelitian, pembahasan hasil penelitian, dan hasil tambahan penelitian.
BAB V Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi kesimpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian.
Universitas Sumatera Utara
24
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kepuasan dalam Hubungan Romantis 1. Definisi Kepuasan dalam Hubungan Romantis
Hubungan romantis merupakan aktivitas bersama yang dilakukan oleh dua individu dalam usaha untuk saling mengenal DeGenova, 2008,
dimana hubungan ini merupakan bentuk ikatan kuat diluar hubungan keluarga dan pertemanan karena berpotensi untuk berkembang menjadi
hubungan keluarga dan bersifat seksual Döring, 2002. Lebih lanjutnya, Erikson dalam Feist dan Feist, 2009 menyatakan bahwa hubungan
romantis baru dapat dibangun pada masa dewasa awal karena untuk membangun hubungan yang intim diperlukan kemampuan individu
dalam menggabungkan identitas dirinya dengan identitas orang lain tanpa rasa takut kehilangan identitasnya. Sedangkan Rose dalam Reis dan
Sprecher, 2009 mendefinisikan hubungan romantis sebagai interaksi informal antara 2 pihak yang bertujuan untuk mengukur potensi satu
sama lain sebagai pasangan romantis tanpa adanya tujuan atau komitmen tertentu. Dari definisi-definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
hubungan romantis adalah aktivitas yang dilakukan oleh 2 individu dewasa awal dalam usaha untuk saling mengukur potensi satu sama lain
sebagai pasangan yang akan membangun keluarga dengan individu.
Universitas Sumatera Utara
25
Sementara itu, Reis dan Sprecher 2009 mendefinisikan
kepuasan dalam hubungan romantis sebagai derajat rasa senang mengenai hubungan yang sedang dijalani dan kepercayaan bahwa
hubungan tersebut memiliki banyak kualitas yang baik. Oleh Hill 2009, kepuasan dalam hubungan romantis didefinisikan sebagai konsep abstrak
psikologis yang merepresentasikan derajat kebahagiaan yang dimiliki seorang individu dalam menjalani hubungan romantisnya.
Dari definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kepuasan dalam hubungan romantis adalah derajat rasa senang dan bahagia yang
dirasakan oleh individu terhadap hubungannya dengan pasangan romantis.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan dalam Hubungan Romantis
Menurut Hendrick dan Hendrick 1992, kepuasan dalam hubungan romantis dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini:
a. Kebahagiaan dan penyesuaian dalam hubungan,
b. Persetujuan dalam nilai-nilai, prioritas, dan peraturan dalam
hubungan, c.
Frekuensi hubungan seksual, d.
Frekuensi dan derajat keparahan konflik, e.
Ada tidaknya rasa menyesal akibat menjalani hubungan, f.
Pengaruh orangtua,
Universitas Sumatera Utara
26
g. Lama hubungan, dan
h. Pendidikan.
B. Teori Cinta Sternberg 1. Komponen Cinta
Berdasarkan pada teori Sternberg 1988, rasa cinta dapat dipahami sebagai sebuah segitiga yang terdiri atas 3 komponen:
Intimacy, Passion, dan Commitment.
Figur 1. Segitiga cinta Sternberg
Intimacy
Passion Commitment
a. Intimacy
Intimacy merupakan perasaan dalam hubungan romantis yang mendorong timbulnya kedekatan, keterikatan, dan rasa keterhubungan
dengan pasangan romantis. Komponen Intimacy terdiri atas 10 elemen:
1 Keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan orang yang
dicintai.
Universitas Sumatera Utara
27
Individu berusaha untuk menjaga dan meningkatkan kesejahteraan pasangannya. Individu mungkin meningkatkan
kesejahteraan pasangannya dengan mengorbankan dirinya sendiri, akan tetapi pengorbanan tersebut dilakukan dengan
ekspektasi bahwa pasangan akan melakukan hal yang sama di masa depan.
2 Merasa bahagia ketika bersama dengan orang yang dicintai.
Individu merasa senang menghabiskan waktu dengan pasangannya.
3 Menilai tinggi orang yang dicintai.
Individu menghargai dan menghormati pasangannya. Meskipun individu mengetahui bahwa pasangannya memiliki
kelemahan, pengetahuan ini tidak mengurangi penghargaan yang dirasakan terhadap pasangan.
4 Mampu mengandalkan orang yang dicintai ketika memerlukan
bantuan. Individu merasa bahwa pasangannya akan ada untuknya
ketika diperlukan. Ketika individu sedang menghadapi kesulitan, individu percaya bahwa pasangannya akan
membantunya. 5
Merasa saling memahami dengan orang yang dicintai. Kedua pihak saling memahami satu sama lain. Mereka
mengetahui kelebihan dan kelemahan masing-masing dan
Universitas Sumatera Utara
28
mengetahui bagaimana merespon satu sama lain dalam cara yang menunjukkan empati yang tulus terhadap kondisi
emosional orang yang dicintai. Mereka saling mengetahui alasan mengapa pasangannya melakukan atau merasakan
sesuatu. 6
Bersedia berbagi dengan orang yang dicintai. Individu bersedia untuk berbagi barang-barang materi
dengan orang yang dicintai. 7
Menerima dukungan emosional dari orang yang dicintai. Individu merasa didukung dan dikuatkan oleh orang
yang dicintai ketika ia sedang menghadapi rintangan hidup. 8
Memberikan dukungan emosional kepada orang yang dicintai. Individu mendukung pasangan dengan berempati dan
memberikan dukungan emosional kepadanya ketika sedang diperlukan.
9 Berkomunikasi secara mendalam dengan orang yang dicintai.
Individu dapat berkomunikasi secara mendalam dan jujur dengan orang yang dicintai.
10 Menghargai orang yang dicintai.
Individu merasa bahwa pasangannya berperan penting dalam hidupnya.
Universitas Sumatera Utara
29
Kesepuluh elemen diatas tidaklah harus dialami semuanya agar seorang individu dapat dikatakan merasakan Intimacy dalam
hubungan romantisnya.
b. Passion
Passion adalah komponen yang memotivasi pembentukan hubungan romantis, yang secara dominan termanifestasi dalam bentuk
ketertarikan fisik dan kebutuhan seksual dengan pasangan romantis. Passion termanifestasi dalam bentuk rangsang psikologis dan
fisiologis yang umumnya saling terkait dan terjadi bersamaan. Manifestasi Passion bervariasi pada berbagai individu, situasi, dan
hubungan dekat. Komponen Passion dalam hubungan romantis cenderung
berinteraksi secara kuat dengan komponen Intimacy, dan keduanya sering meningkatkan intensitas satu sama lain. Contohnya, Intimacy
dalam hubungan romantis dapat diakibatkan oleh seberapa mampu sebuah hubungan romantis memenuhi kebutuhan Passion seorang
individu, dan sebaliknya. Dalam hubungan romatis, komponen Passion umumnya timbul sebelum komponen Intimacy. Passion dapat
menjadi faktor awal yang menarik seorang individu untuk memulai sebuah hubungan, akan tetapi, Intimacy-lah yang membantu individu
mempertahankan kedekatan dalam hubungan. Dalam hubungan dekat
Universitas Sumatera Utara
30
dalam bentuk lain, komponen Passion umumnya timbul setelah komponen Intimacy.
Terkadang komponen Passion dan Intimacy tidak berada pada pihak yang sama. Contohnya, seorang individu mungkin merasa
bahwa keterlibatan dalam bentuk Passion dalam hubungannya mengakibatkan penurunan pada Intimacy. Oleh karena itu, dapat
ditarik kesimpulan bahwa meski interaksi antara komponen Passion dengan komponen Intimacy bervariasi dari individu ke individu dan
dari situasi ke situasi, kedua komponen rasa cinta tersebut hampir selalu memiliki hubungan yang dekat.
c. Commitment
Komponen Commitment dalam rasa cinta terdiri atas dua aspek: jangka pendek dan jangka panjang. Commitment jangka pendek
merupakan komitmen dalam bentuk keputusan untuk mencintai orang lain. Commitment jangka panjang merupakan komitmen dalam bentuk
kesediaan untuk mempertahankan rasa cinta tersebut. Kedua aspek Commitment tersebut tidak harus berlangsung bersamaan dalam
sebuah hubungan romantis. Keputusan individu untuk mencintai seseorang tidak berarti bahwa individu akan berkomitmen terhadap
rasa cinta tersebut, begitu pula sebaliknya. Pada umumnya, keputusan untuk mencintai jangka pendek terjadi sebelum keputusan untuk
memiliki Commitment terhadap hubungan romantis jangka panjang.
Universitas Sumatera Utara
31
Meski komponen Commitment dalam hubungan romantis tidak memiliki intensitas seperti komponen Intimacy dan Passion,
komponen Commitment merupakan faktor yang mempertahankan kelangsungan hubungan romantis ketika hubungan sedang mengalami
rintangan. Komponen Commitment berinteraksi dengan komponen
Intimacy dan Passion. Pada sebagian besar orang, komponen Commitment dihasilkan oleh kombinasi antara hubungan yang intim
Intimacy dan rangsang gairah Passion. Akan tetapi, hubungan yang intim atau rangsang gairah juga dapat diakibatkan oleh Commitment,
misalnya pada pasangan yang dijodohkan. Dalam hubungan dimana Commitment lebih dahulu muncul, individu pada umumnya
menemukan bahwa Intimacy atau Passion yang dirasakan timbul akibat Commitment kognitif terhadap hubungan romantis yang sedang
dijalani. Oleh karena itu, rasa cinta dapat berawal dari sebuah Commitment.
C. Hubungan Romantis pada Konteks Dunia Maya dan Dunia Nyata 1. Definisi Hubungan Romantis pada Konteks Dunia Maya dan Dunia
Nyata
Menurut Döring 2002, hubungan romantis berkembang antara 2 pihak yang secara berkelanjutan terus melakukan kontak dengan satu sama
lain. Kontak yang dilakukan dapat berbentuk komunikasi asynchronous
Universitas Sumatera Utara
32
seperti: surat-menyurat
atau komunikasi
synchronous seperti: percakapan lewat telepon atau aktivitas bersama. Dengan berkomunikasi,
kedua pihak saling mengenal satu sama lain dan membentuk batasan- batasan yang mendefinisikan hubungan romantis mereka sperti:
ekspektasi dan komitmen terhadap hubungan romantis. Jika proses komunikasi atau media yang digunakan untuk
melakukan kontak dengan pasangan secara eksklusif atau dominan adalah tanpa bertatap muka secara langsung, maka hubungan romantis yang
dijalani oleh individu dapat didefinisikan sebagai hubungan romantis melalui dunia maya. Sedangkan jika hubungan romantis secara eksklusif
atau dominan dijalani lewat bertatap muka secara langsung face-to-face, maka hubungan romantis yang dijalani oleh individu dapat didefinisikan
sebagai hubungan romantis melalui dunia nyata.
2. Hubungan Romantis pada Konteks Dunia Maya dan Dunia Nyata
Menurut Ben- Ze’ev 2004, hubungan romantis yang tulus
melibatkan 2 pola evaluatif dasar: 1.
Attractiveness yaitu daya tarik eksternal. 2.
Praiseworthiness yaitu daya tarik internal. Derajat pentingnya kedua pola evaluatif diatas bagi individu yang
menjalani hubungan romantis dipengaruhi oleh faktor individual dan sosial. Meskipun demikian, keduanya saling terkait: penilaian terhadap
Universitas Sumatera Utara
33
penampilan fisik pasangan mempengaruhi penilaian karakteristik internal pasangan, dan begitu pula sebaliknya.
Hubungan romantis melalui dunia maya dan melalui dunia nyata memiliki perbedaan pada derajat pentingnya pola evaluatif yang terlibat
dalam hubungan romantis, yaitu: 1.
Hubungan romantis melalui dunia nyata lebih mementingkan daya tarik fisik.
2. Hubungan romantis melalui dunia maya lebih mementingkan
karakteristik internal yang dinilai positif. Hal ini bukan berarti hubungan romantis melalui dunia nyata
mengabaikan pentingnya karakteristik internal ataupun hubungan romantis melalui dunia maya mengabaikan pentingnya daya tarik fisik.
Yang terjadi adalah karakteristik internal dianggap kurang penting daripada daya tarik fisik pada hubungan romantis melalui dunia nyata
dan daya tarik fisik dianggap kurang penting daripada karakteristik internal pada hubungan romantis melalui dunia maya.
Pada hubungan romantis melalui dunia nyata, daya tarik fisik merupakan standar pertama yang digunakan oleh individu untuk
mengevaluasi calon pasangan. Hal ini dikarenakan indra penglihatan lebih mampu dalam menyediakan informasi dibandingkan dengan indra
lainnya. Selain itu, manusia telah terbiasa melakukan atribusi secara spontan berdasarkan pada evaluasi stereotype tertentu. Setiap individu
memiliki bayangan mengenai pasangan ideal yang ia inginkan. Ketika
Universitas Sumatera Utara
34
sebagian aspek dari pasangan ideal tersebut tercermin dalam penampilan fisik calon pasangan, individu akan menggunakan imajinasinya untuk
mengisi kekosongan informasi yang ia rasakan mengenai karakteristik internal calon pasangan. Fenomena inilah yang dikenal sebagai
attractiveness halo individu yang menarik secara fisik diasumsikan memiliki karakteristik internal yang baik.
Pada hubungan romantis melalui dunia maya, hubungan romantis dimulai dari kedekatan akibat kecocokan antara karakteristik internal
kedua belah pihak. Akan tetapi, menjalani hubungan romantis tanpa memikirkan penampilan fisik pasangan tidaklah mudah dilakukan. Pada
dunia maya yang memiliki keterbatasan dalam menyediakan informasi yang jelas dan mendetail mengenai penampilan fisik pasangan, individu
umumnya menggunakan imajinasi yang ia miliki untuk mengisi kekosongan informasi yang ia rasakan. Penggunaan imajinasi ini akan
mengarah pada idealisasi penampilan fisik pasangan atau personality halo individu yang memiliki karakteristik internal yang baik
diasumsikan memiliki penampilan fisik yang menarik. Akibatnya, individu yang menjalani hubungan romantis yang serius melalui dunia
maya dapat mengubah standar penampilan fisik yang ia anggap menarik menjadi berdasarkan karakteristik fisik pasangannya saat ini.
Selain kedua pola evaluatif diatas, hubungan romantis melalui dunia maya dan melalui dunia nyata memiliki perbedaan pada
availability ketersediaan calon pasangan dan effort derajat keterlibatan
Universitas Sumatera Utara
35
individu dalam hubungan romantis. Pada hubungan romantis melalui dunia nyata, jumlah calon pasangan yang available kepada individu
terbatas pada calon-calon pasangan yang dapat dijangkau dalam lingkungan fisik dan sosial individu, sedangkan pada hubungan romantis
melalui dunia maya tidak terdapat batasan yang mengecilkan jumlah calon pasangan yang available kepada individu.
Ben- Ze’ev berasumsi bahwa semakin tinggi availability dalam
sebuah hubungan romantis maka effort yang dilakukan individu akan semakin rendah. Dibandingkan dengan hubungan romantis melalui dunia
nyata, sumber daya yang diperlukan untuk menyeleksi pasangan dan menjaga hubungan romantis melalui dunia maya lebih sedikit.
Rendahnya effort dalam hubungan romantis melalui dunia maya merupakan alasan mengapa commitment pada hubungan romantis melalui
dunia maya lebih rendah daripada commitment pada hubungan romantis melalui dunia nyata.
Di samping perbedaan-perbedaan di atas, hubungan romantis melalui dunia maya dan melalui dunia nyata memiliki persamaan dalam
5 aspek yang mendasari ketertarikan dalam hubungan romantis Levine dalam Ben-
Ze’ev, 2004: 1.
Proximity Proximity berperan terhadap ketertarikan dalam hubungan
romantis dimana semakin tinggi frekuensi kontak exposure antara kedua belah pihak yang menjalani hubungan romantis,
Universitas Sumatera Utara
36
semakin besar pula ketertarikan yang dirasakan terhadap pasangan.
Pada hubungan romantis melalui dunia nyata, proximity berarti jarak fisik antara pasangan. Pada hubungan romantis
melalui dunia maya, proximity berarti jarak ikatan mental antara pasangan.
Jarak fisik yang dekat akan meningkatkan ketertarikan pada hubungan romantis melalui dunia nyata, sementara
komunikasi yang sering, berdurasi lama, dan mendalam akan meningkatkan ketertarikan pada hubungan romantis melalui dunia
maya. Dibandingkan dengan hubungan romantis melalui dunia
nyata, proximity pada hubungan romantis melalui dunia maya lebih mudah dikecilkan karena komunikasi pada dunia maya
sangat mudah dilakukan dan tidak menghabiskan banyak sumber daya fisik.
2. Self-presentation
Pada hubungan romantis melalui dunia nyata, self- presentation presentasi diri awalnya diekspresikan dalam bentuk
daya tarik fisik, sehingga ketertarikan awal pada calon pasangan didasarkan pada daya tarik fisik.
Pada hubungan romantis melalui dunia maya, self- presentation merupakan cara yang digunakan individu untuk
Universitas Sumatera Utara
37
mengekspresikan dan mendeskripsikan dirinya, sehingga daya tarik individu tergantung pada karakteristik internalnya.
Dibandingkan dengan hubungan romantis melalui dunia nyata, self-presentation pada hubungan romantis melalui dunia
maya lebih dapat dikontrol secara sadar. Selain itu, self- presentation pada hubungan romantis melalui dunia nyata lebih
mudah divalidasi karena terdapat banyak sumber informasi yang tersedia kepada individu, sedangkan sumber informasi yang
tersedia pada hubungan romantis melalui dunia maya lebih terbatas.
3. Similarity
Pada hubungan romantis melalui dunia nyata, similarity yang dimaksud berbentuk kemiripan dalam aspek-aspek diri
tertentu, seperti: usia, latar belakang keluarga, agama, pendidikan, dan pandangan sosial serta politik.
Pada hubungan romantis melalui dunia maya, similarity yang dimaksud berbentuk kecocokan ketika berkomunikasi dan
kemiripan pada karakteristik non-fisik seperti kepercayaan dan nilai-nilai yang dipegang oleh individu.
Dibandingkan dengan hubungan romantis melalui dunia nyata, similarity pada hubungan romantis melalui dunia maya
lebih mudah dideteksi karena individu pada dunia maya secara
Universitas Sumatera Utara
38
sengaja mengindikasikan ciri-ciri tertentu yang berperan dalam penilaian similarity.
4. Reciprocity
Pada hubungan romantis melalui dunia nyata, reciprocity berarti bahwa individu cenderung tertarik pada orang yang
mengungkapkan ketertarikan pada dirinya. Individu bersedia mencintai pasangannya dan mengharapkan pasangannya juga
mencintainya. Kurangnya reciprocity dalam hubungan romantis akan mengakibatkan penurunan intensitas rasa cinta atau merasa
dipermalukan. Pada hubungan romantis melalui dunia maya, reciprocity
sangat jelas terlihat karena pasangan menggunakan percakapan untuk menjalani hubungan romantis dan saling melakukan self-
disclosure. 5.
Expectations Pada hubungan romantis melalui dunia nyata, individu
cenderung memiliki expectation dan idealisasi terhadap pasangan yang akan mengarah pada self-fulfilling prophecy. Expectation
dan idealisasi merupakan bias positif yang membuat pasangan tampak lebih menarik dan memperbesar nilai-nilai positif yang
terdapat dalam hubungan romantis. Pada hubungan romantis melalui dunia maya, expectation
dan idealisasi memiliki peran yang lebih besar karena infomasi
Universitas Sumatera Utara
39
mengenai pasangan terbatas dan bukti-bukti yang membantah idealisasi pasangan sangat sedikit. Idealisasi cenderung lebih
mudah dilakukan terhadap pasangan dunia maya karena individu bebas berimajinasi tanpa batasan, pasangan cenderung melakukan
self-presentation yang positif, dan menginterpretasikan informasi yang ambigu serta yang tidak diketahui secara positif lebih mudah
dilakukan.
D. Hubungan Derajat Komponen Cinta dengan Kepuasan Hubungan Romantis Berkaitan dengan Jenis Hubungan Romantis
Hubungan yang signifikan antara komponen cinta Sternberg dengan kepuasan hubungan romantis telah secara konsisten dibuktikan oleh hasil
berbagai penelitian meskipun komponen cinta yang dinyatakan berhubungan dengan kepuasan hubungan romantis ditemukan berbeda baik pada hubungan
romantis pada dunia nyata maupun dunia maya Ben- Ze’ev, 2004; Acker dan
Rusbult dan Buunk dalam Anderson dan Emmers-Sommer, 2006; Anderson dan Emmers-Sommer, 2006; Davis dalam Tung, 2007; Madey dan Rodgers,
2009; dan Ng, 2010. Ditinjau dari konteks hubungan romantis, Ben-
Ze’ev 2004 menyatakan bahwa hubungan romantis melalui dunia nyata lebih
mementingkan ketarikan fisik terhadap pasangan Passion tinggi, kurang mementingkan karakteristik internal Intimacy rendah dan memiliki tingkat
availability yang rendah dan effort yang tinggi Commitment tinggi.
Universitas Sumatera Utara
40
Sementara hubungan romantis melalui dunia maya lebih mementingkan karakteristik internal positif yang menimbulkan kedekatan antara kedua pihak
Intimacy tinggi, kurang mementingkan ketarikan fisik terhadap pasangan Passion rendah, dan memiliki tingkat availability yang tinggi dan effort
yang rendah Commitment rendah. Perbedaan antara kedua konteks hubungan romantis diatas memiliki
pengaruh terhadap tingkat komponen cinta yang dialami oleh individu yang menjalani hubungan romantis, yang kemudian dapat mengarah pada
perbedaan kuatnya hubungan tiap komponen cinta dengan kepuasan hubungan romantis.
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti mengajukan hipotesis bahwa:
1. “Derajat Intimacy berhubungan dengan Kepuasan Hubungan
Romantis pada pasangan yang menjalani hubungan romantis melalui dunia maya”,
2. “Derajat Passion berhubungan dengan Kepuasan Hubungan Romantis
pada pasangan yang menjalani hubungan romantis melalui dunia maya”,
3. “Derajat Commitment berhubungan dengan Kepuasan Hubungan
Romantis pada pasangan yang menjalani hubungan romantis melalui dunia maya”,
Universitas Sumatera Utara
41
4. “Derajat Intimacy berhubungan dengan Kepuasan Hubungan
Romantis pada pasangan yang menjalani hubungan romantis melalui dunia nyata
”, 5.
“Derajat Passion berhubungan dengan Kepuasan Hubungan Romantis pada pasangan yang menjalani hubungan romantis melalui dunia
nyata”, dan 6.
“Derajat Commitment berhubungan dengan Kepuasan Hubungan Romantis pada pasangan yang menjalani hubungan romantis melalui
dunia nyata”.
Universitas Sumatera Utara
42
F. Kerangka Berpikir