PEMBAHASAN Pengaruh penambahan kitosan nano dari blangkas terhadap compressive strength Semen Ionomer Kaca modifikasi resin nano ( In Vitro).

BAB 6 PEMBAHASAN

Pada penelitian ini digunakan metode eksperimen laboratorium komparatif, artinya metode penelitian yang ditujukan untuk meneliti hubungan sebab akibat dengan memanipulasi satu atau dua variabel pada satu atau lebih kelompok eksperimen, dan membandingkan hasilnya dengan kelompok kontrol yang tidak mengalami manipulasi dengan menggunakan peralatan laboratorium. Penelitian ini menggunakan bahan SIK modifikasi resin nano Ketac Nano, N100 light cured, 3M ESPE, St Paul karena bahan ini berpartikel nano dan merupakan bahan SIK modifikasi resin baru dalam kedokteran gigi. Bahan ini sebelumnya telah diteliti kekuatan tekannya oleh Waleed et al 2007 menunjukkan bahan ini tidak memiliki perbedaan compressive strength dengan yang konvensional, sehingga dalam penelitian ini SIK modifikasi resin nano ditambahkan gel kitosan nano dari blangkas untuk meningkatkan compressive strength dari SIK modifikasi resin nano. 13 Gel kitosan nano dari blangkas diperoleh dengan memasukkan larutan kitosan blangkas kedalam ultrasonic bath selama 5 menit. Struktur kitosan nano dari blangkas dapat dilihat dengan SEM Gambar 26. Gambar 26. Struktur kitosan nano dari blangkas Kekuatan bahan SIK modifikasi resin nano dan SIK modifikasi resin nano ditambah kitosan nano dari blangkas ini diuji dengan pemberian tekanan compressive strength pada spesimen berbentuk silinder. Spesimen diberikan tekanan dari atas dan bawah dengan alat uji tekan Torsee’s Universal Machine, Japan sampai fraktur dengan kecepatan 1 mm menit dan beban 200 kilogramforce kgf yang kemudian dikonversikan ke Megapascal MPa, meskipun tidak menggambarkan compressive strength fisiologis sebenarnya di rongga mulut. Pada Tabel 4 dari data yang diperoleh dapat dilihat rerata compressive strength kelompok kontrol sebesar 93.794 MPa, Kelompok uji I sebesar 99.100 MPa, dan kelompok uji II sebesar 72.187 Mpa. Selisih antara kelompok uji I dan kontrol sebesar 5.306 MPa dimana kelompok uji I lebih tinggi dari kontrol, dan Selisih antara kelompok uji II dan kontrol sebesar 21.607 MPa dimana kelompok uji II lebih rendah dari kontrol. Uji statistik antara ketiga kelompok diperoleh p = 0.004 menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok uji dengan kontrol. Sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Petri et al 2006 yang melakukan pengujian flexural strength pada SIK konvensional dimodifikasi kitosan molekul rendah, diketahui bahwa penambahan 0.0044 berat kitosan dapat meningkatkan sifat mekanik SIK konvensional, pada penambahan 0.012 berat kitosan menunjukkan tidak adanya perbedaan secara statistik terhadap sifat mekanik SIK konvensional , dan pada penambahan lebih besar dari 0.022 berat menujukkan penurunan sifat mekanik dari SIK konvensional. 15 Demikian pula data yang diperoleh pada penelitian SIK modifikasi resin nano ditambahkan dengan kitosan nano dari blangkas. Dilihat dari data pada Tabel 6, dengan derajat kemaknaan 95 atau nilai  adalah 0.05, ternyata antara kelompok kontrol SIK modifikasi resin nano dan kelompok uji I SIK modifikasi resin nano dan 0.015 ww kitosan nano dari blangkas tidak memiliki perbedaan yang signifikan, meskipun dari angka rerata terlihat kenaikkan nilai compressive strength pada uji I dibandingkan dengan kontrol. Sedangkan antara kelompok kontrol SIK modifikasi resin nano dan kelompok uji II SIK modifikasi resin nano dan 0.45 ww kitosan nano dari blangkas dapat terlihat adanya perbedaan yang signifikan, yang terlihat dari nilai rerata kelompok uji II yaitu menurunnya nilai compressive strength dibandingkan dengan kontrol. Dalam tabel 7 juga terlihat bahwa kelompok uji II memiliki perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok uji I. Pada penelitian ini tidak diperoleh peningkatan yang signifikan dari compressive strength SIK modifikasi resin nano dengan penambahan kitosan nano dari blangkas, Hal ini disebabkan penambahan kitosan nano tidak dapat dibuat dalam persen berat yang rendah karena tidak adanya timbangan analitik yang mencapai 6 digit, maka persen berat dinaikan sesuai dengan berat minimum yang dapat ditimbang oleh alat yang dipergunakan di laboratorium . Pada penelitian sebelumnya yaitu Petri et al 2006 dan Trimurni et al 2006, terlihat bahwa penambahan kitosan dalam jumlah kecil dapat meningkatkan efek yang diharapkan, namun pada penambahan kitosan dalam jumlah besar justru menurunkan keefektifannya. 15,32 Hal ini disebabkan ikatan kitosan gugus amina dari larutan kitosan itu telah jenuh sehingga tidak dapat melakukan pertukaran ion lagi. Kitosan memiliki gugus amin NH 2 yang reaktif dan gugus hidroksil yang banyak serta kemampuannya membentuk gel maka kitosan dapat berperan sebagai komponen reaktif dan pengikat. 38 Dapat pula dijelaskan reaksi antara SIK modifikasi resin nano dengan kitosan nano melalui ikatan antar partikelnya seperti yang telah dijelaskan oleh Petri et al 2006. Dalam pasta SIK modifikasi resin nano terdapat gugus FAS fluoro alumino silikat, dengan adanya Al 2 O 3 dan SiO 2 mempunyai titik isoelektrik pada pH masing-masing 9.1 dan 6.8. Ketika pH menjadi 1 ketika akan dicampurkan, maka partikel anorganik di permukaan menjadi tidak bermuatan melainkan bahan ini mempunyai gugus hidroksi pada permukaannya. Sedangkan pada pasta pelarutnya terdapat asam poli akrilat polyacrilic acid PAA yang pH nya diperkirakan 4.75, pada kondisi pH 1 kelompok karboksilat sepanjang rantai PAA kebanyakan terprotonasi. Oleh karena itu, ikatan antara partikel FAS dan PAA terdorong oleh adanya ikatan hidroksil dan gugus asam karboksilat Gambar 27 a. 15 Pada kondisi dimana SIK modifikasi resin nano ditambahkan dengan kitosan nano yang berasal dari blangkas, penambahan kitosan dalam kondisi asam haruslah diperhatikan kelarutannya. Pada pH 1 gugus kitosan terprotonisasi tidak dapat berinteraksi dengan permukaan partikel atau dengan gugus PAA dengan interaksi elektrostatik, karena adanya sedikit muatan negatif pada gugus tersebut. Disisi lain gugus kitosan mempunyai gugus hidroksil dan gugus asetamida yang mampu mengikat partikel hidroksil dan gugus karboksilat dari PAA oleh ikatan hydrogen. Ikatan yang dibentuk oleh kitosan dan PAA di sekitar partikel anorganik dapat mengurangi tegangan pada permukaan antar komponen SIK modifikasi resin, sehingga meningkatkan sifat mekanik Gambar 27 b. 15 a b Gambar 27. Gambaran skematik PAA dan kitosan, a PAA berinteraksi dengan permukaan anorganik, b PAA menyerap kedalam permukaan partikel kitosan 15 Dengan adanya nanofiller dari SIK modifikasi resin nano diperkuat ikatan kompleks yang terjadi, maka compressive strength SIK modifikasi resin nano meningkat. Hal ini terjadi pada penambahan kitosan 0,015 berat. Setelah berat kitosan nano dari blangkas dinaikkan menjadi 0,45 berat, sifat mekanik SIK modifikasi resin nano menurun. Hal ini dapat dijelaskan dengan mengingat bahwa beberapa gugus kitosan terpisah dan berinteraksi satu dengan yang lain, tidak lagi berinteraksi dengan permukaan partikel SIK dan PAA. Hal ini juga terjadi pada pengaplikasian kitosan sebagai pengganti tulang. 15 Pada Tabel 4, dapat dilihat bahwa rerata compressive strength kelompok kontrol, kelompok uji I, dan kelompok uji II masing-masing adalah 93.794 MPa, 99.100 MPa, dan 72.187 MPa. Terlihat bahwa terjadi peningkatan pada SIK modifikasi resin nano setelah penambahan kitosan 0,015 berat, yaitu dari 93.794 MPa menjadi 99.100 MPa. Sedangkan pada penambahan kitosan 0,45 berat, terlihat penurunan yaitu 99.794 MPa pada kontrol menjadi 72.187 MPa pada uji II. Dari Tabel 6 dapat dijelaskan hubungan antara kelompok dengan tingkat kemaknaan 95. Pertama, kelompok kontrol dengan kelompok uji I, terlihat bahwa kedua data tidak mempunyai perbedaan yang signifikan p= 0,774. Artinya dari keseluruhan data yang dibandingkan antara kelompok kontrol dan kelompok uji I tidak menunjukkan adanya peningkatan seperti yang terlihat pada tabel rerata Tabel 3. Kedua, kelompok kontrol dengan kelompok uji II, terlihat adanya perbedaan yang signifikan p= 0.025, sesuai dengan tabel rerata yaitu adanya penurunan pada kelompok uji II dibanding kontrol. Ketiga, antara kelompok uji I dan kelompok uji II, terlihat adanya perbedaan yang signifikan p= 0.005, sesuai dengan tabel 4 yaitu kelompok uji II lebih rendah dibandingkan kelompok uji I. Pada penelitian ini Tabel 4 dan 5 rerata compressive strength untuk kelompok kontrol SIK modifikasi resin Nano adalah sebesar 93.794 ± 21.647 MPa dengan standar error-nya 6.845, kelompok uji I SIK modifikasi resin nano dengan kitosan nano dari blangkas 0.015 berat adalah sebesar 99.100 ± 18.423 MPa dengan standar error-nya 5.826, dan kelompok uji II SIK modifikasi resin Nano dengan kitosan nano dari blangkas 0.45 berat adalah sebesar 72.187 ± 9.543 MPa dengan standar error-nya 3.018. Hasil ini mungkin dipengaruhi oleh jumlah sampel yang terlalu sedikit, semakin besar jumlah sampel yang digunakan akan memberikan hasil yang representatif. Alat yang digunakan pada penelitian ini menghasilkan data yang kasar sehingga data yang diperoleh kurang akurat dan nilai compressive strength yang diperoleh tidak nyata terlihat peningkatannya dan dapat menjadi dasar pada penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Dalam penelitian ini juga tidak dapat menggambarkan ikatan kimia dan ikatan molekul antar partikel SIK modifikasi resin ``nano dan kitosan nano dari blangkas sewaktu berpolimerisasi karena tidak adanya sarana dan prasarana yang mendukung, sehingga diharapkan adanya penelitian lanjutan yang melihat ikatan asam basa dan molekul pada partikel SIK modifikasi resin nano dan kitosan nano serta reaksi yang terjadi ketika bahan tersebut berpolimerisasi dengan adanya pengunaan Scanning Electron Microscopic SEM.

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Efek Penambahan Kitosan Blangkas (Tachypleus gigas) Nanopartikel Pada Varian Semen Ionomer Kaca Terhadap Mikrostruktur Dentin Dan Komposisi Kimia Melalui SEM-EDX (In vitro)

3 73 129

Pengaruh Penambahan Kitosan Nano dari Blangkas Terhadap Flexural Strength dari Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin pada Kavitas Klas II (Site 2 Size 2) Minimal Intervensi (In Vitro).

8 95 85

Perbedaan Compressive Strength Dua Jenis Semen Ionomer Kaca Pada Kavitas Klas II Dengan Prinsip Minimal Intervensi (Penelitian In Vitro)

5 61 71

Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin Sebagai Bahan Restorasi

1 30 41

Compressive Strength Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Penambahan Serat Kaca 1% dengan Metode yang Berbeda

3 82 58

PENGARUH PENAMBAHAN HIDROKSI APATIT DARI SERBUK CANGKANG TELUR TERHADAP KEKUATAN TEKANSEMEN Pengaruh Penambahan Hidroksi Apatit Dari Serbuk Cangkang Telur Terhadap Kekuatan Tekan Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR).

0 3 13

PENGARUH PENAMBAHAN HIDROKSI APATIT DARI SERBUK CANGKANG TELUR TERHADAP KEKUATAN TEKAN SEMEN Pengaruh Penambahan Hidroksi Apatit Dari Serbuk Cangkang Telur Terhadap Kekuatan Tekan Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR).

0 2 17

PENDAHULUAN Pengaruh Penambahan Hidroksi Apatit Dari Serbuk Cangkang Telur Terhadap Kekuatan Tekan Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR).

3 12 7

DAFTAR PUSTAKA Pengaruh Penambahan Hidroksi Apatit Dari Serbuk Cangkang Telur Terhadap Kekuatan Tekan Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR).

2 10 4

Efek Penambahan Kitosan Blangkas (Tachypleus gigas) Nanopartikel Pada Varian Semen Ionomer Kaca Terhadap Mikrostruktur Dentin Dan Komposisi Kimia Melalui SEM-EDX (In vitro)

0 1 20