Penggunaan SIK dalam ART

menyimpulkan bahwa terjadi korelasi negatif antara pelepasan ion fluoride dengan compressive strength. Bahan material yang memiliki tingkat pelepasan ion fluoride yang lebih tinggi, secara umum mempunyai kekuatan yang lebih rendah dari material yang memiliki tingkat pelepasan ion fluoride yang rendah. 21 Compressive strength SIK konvensional umumnya adalah 188 Mpa. Nilai ini menunjukan bahwa SIK cukup mampu menahan tekanan oklusal, namun masih tergolong rendah sehingga terus dikembangkan lagi. SIK konvensional berkembang menjadi SIK viskositas tinggi yang memiliki compressive strength yang lebih tinggi. 22 Selama ini SIK juga digunakan sebagai restorasi intermediate, bahan pelapik adhesif pada kavitas teknik sandwich, ART Atraumatic Restorative Treatment , restorasi gigi desidui; sementasi mahkota, mahkota jembatan, veneer secara permanen; sebagai pelindung bahan restorasi lain; dan sebagai pelapik komposit. Beberapa keuntungan SIK yaitu melepaskan ion fluor dan menurunkan sensitivitas dengan memberikan dasar yang kuat untuk komposit dan pelindung pulpa. Dengan adanya kemampuan SIK dalam melepaskan ion fluor dan bersifat adhesif, maka SIK juga secara luas digunakan untuk memperbaiki kehilangan struktur gigi pada akar gigi sebagai akibat dari kerusakan gigi seperti abrasi servikal dan sering digunakan pada kavitas non-undercut. 4,7,23

2.1.1 Penggunaan SIK dalam ART

Sebagai bahan restorasi adhesif yang mampu melepaskan ion fluor, SIK dapat digunakan dalam prinsip minimal intervensi. ART merupakan bagian dari minimal intervensi meliputi komponen restorasi dan pencegahan. 6,7 Prinsip ART adalah suatu metode restorasi kavitas yang sederhana, yang didahului dengan pembersihan kavitas dengan hanya menggunakan hand instruments kemudian kavitas direstorasi dengan bahan adhesif seperti SIK. 23 Ada dua prinsip dalam melakukan ART, yaitu: 24 a. Menyingkirkan jaringan karies gigi dengan hand instruments b. Merestorasi kavitas dengan bahan adhesif yang melepaskan fluor. Hal ini menjadi pertimbangan pengunaan SIK untuk perawatan preventif dan kuratif dalam prosedur kerja. Alasan SIK digunakan dalam ART adalah: 24 a Karena SIK berikatan secara kimiawi ke enamel dan dentin, sehingga mengurangi kebutuhan untuk mengambil jaringan gigi yang sehat b Pelepasan fluor dari restorasi dapat mencegah karies sekunder c Lebih mirip dengan jaringan keras gigi dan biokompatibel. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan ART. Hal ini disebabkan adanya beberapa kondisi yang tidak boleh dilakukan ART. ART tidak boleh digunakan ketika: 24 a. Dijumpai adanya pembengkakan abses atau fistula terbukanya abses terhadap lingkungan rongga mulut berdekatan dengan gigi yang karies, b. Pulpa gigi terbuka, c. Dijumpai adanya rasa sakit yang lama dan mungkin terjadi inflamasi pulpa, d. Terdapat kavitas karies yang tersembunyi yang tidak dapat diakses dengan hand instruments, e. Dijumpai adanya tanda-tanda yang jelas dari kavitas sebagai contoh pada permukaan proksimal tetapi kavitas tidak dapat dimasuki dari arah proksimal ataupun oklusal. Kemampuan SIK dalam melepaskan fluor dan hanya memerlukan preparasi minimal, maka penggunaannya semakin meluas untuk restorasi gigi desidui. Pada tahun 1977, dianjurkan pengunaan SIK sebagai bahan restorasi gigi desidui karena kemampuannya melepaskan ion fluoride dan melekat ke jaringan keras gigi. 22 Kelemahan SIK yaitu kurang resisten terhadap abrasi, tensile dan compressive strength lebih rendah dari resin, bersifat poreus, dan sulit di polish. 21,23 Untuk mengatasi kekurangan-kekurangan SIK dan memberikan keuntungan klinis yang lebih baik, maka dikembangkanlah SIK modifikasi resin. 25 Kemudian pada tahun 2007, dikembangkan SIK modifikasi resin dengan nano teknologi menjadi SIK modifikasi resin nano. 26

2.2 SIK Modifikasi Resin Nano

Dokumen yang terkait

Efek Penambahan Kitosan Blangkas (Tachypleus gigas) Nanopartikel Pada Varian Semen Ionomer Kaca Terhadap Mikrostruktur Dentin Dan Komposisi Kimia Melalui SEM-EDX (In vitro)

3 73 129

Pengaruh Penambahan Kitosan Nano dari Blangkas Terhadap Flexural Strength dari Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin pada Kavitas Klas II (Site 2 Size 2) Minimal Intervensi (In Vitro).

8 95 85

Perbedaan Compressive Strength Dua Jenis Semen Ionomer Kaca Pada Kavitas Klas II Dengan Prinsip Minimal Intervensi (Penelitian In Vitro)

5 61 71

Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin Sebagai Bahan Restorasi

1 30 41

Compressive Strength Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Penambahan Serat Kaca 1% dengan Metode yang Berbeda

3 82 58

PENGARUH PENAMBAHAN HIDROKSI APATIT DARI SERBUK CANGKANG TELUR TERHADAP KEKUATAN TEKANSEMEN Pengaruh Penambahan Hidroksi Apatit Dari Serbuk Cangkang Telur Terhadap Kekuatan Tekan Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR).

0 3 13

PENGARUH PENAMBAHAN HIDROKSI APATIT DARI SERBUK CANGKANG TELUR TERHADAP KEKUATAN TEKAN SEMEN Pengaruh Penambahan Hidroksi Apatit Dari Serbuk Cangkang Telur Terhadap Kekuatan Tekan Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR).

0 2 17

PENDAHULUAN Pengaruh Penambahan Hidroksi Apatit Dari Serbuk Cangkang Telur Terhadap Kekuatan Tekan Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR).

3 12 7

DAFTAR PUSTAKA Pengaruh Penambahan Hidroksi Apatit Dari Serbuk Cangkang Telur Terhadap Kekuatan Tekan Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR).

2 10 4

Efek Penambahan Kitosan Blangkas (Tachypleus gigas) Nanopartikel Pada Varian Semen Ionomer Kaca Terhadap Mikrostruktur Dentin Dan Komposisi Kimia Melalui SEM-EDX (In vitro)

0 1 20