D. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli tahun 2013.
E. Etika Penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari institusi pendidikan yaitu Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara kemudian
peneliti mengajukan permohonan izin penelitian kepada Kepala Camat kecamatan Tanjung Pura kabupaten Langkat.
Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu peneliti memberikan penjelasan kepada calon responden
tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani informed
consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak menolak dan mengundurkan diri. Responden juga berhak mengundurkan diri selama
proses pengumpulan data berlangsung. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen penelitian.
Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
F. Alat Pengumpulan Data
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian adalah dengan menggunakan lembar checklist yang berisi tentang: umur, pendidikan, lama bekerja,
motivasi, pelatihan, penggunaan partograf, dan alasan bidan praktik mandiri tidak menggunakan partograf.
Universitas Sumatera Utara
G. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini yaitu: meminta persetujuan melaksanakan penelitian kepada pembimbing, mengurus surat izin melaksanakan
penelitian ke bagian pendidikan yang ditandatangani oleh Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, memberikan surat izin penelitian kepada
Kepala Camat kecamatan Tanjung Pura kabupaten Langkat untuk memperoleh persetujuan melaksanakan penelitian di kecamatan Tanjung Pura. Setelah diperoleh
izin melaksanakan penelitian, maka dilakukan penelitian kepada bidan praktik mandiri yang terdapat di kecamatan Tanjung Pura dengan terlebih dahulu
memberikan penjelasan penelitian dan selanjutnya penandatanganan lembar persetujuan menjadi responden oleh setiap bidan praktik mandiri yang diteliti yang
berjumlah 31 bidan praktik mandiri. Penelitian dilakukan dengan melakukan wawancara kepada bidan praktik
mandiri tentang data demografi umur, pendidikan, lama bekerja, motivasi, dan pelatihan dan melakukan pengamatan dengan menggunakan lembar checklist
tentang penggunaan partograf yang dilakukan oleh bidan praktik mandiri dan alasan bidan praktik mandiri tidak menggunakan partograf.
H. Analisis Data
Menurut Hidayat 2009, sebelum melakukan analisis data, maka data harus diolah terlebih dahulu sehingga menjadi informasi. Pengolahan data dilakukan
dengan langkah-langkah yaitu: 1.
Editing Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan.
Universitas Sumatera Utara
2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik angka terhadap data yang terdiri atas beberapa ketegori.
3. Entry Data
Entry data adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi
frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel kontingensi. 4.
Analisis data Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Analisis Univariat
Deskripsi data demografi karakteristik responden yaitu: umur, pendidikan, lama bekerja, motivasi, dan pelatihan, penggunaan partograf, dan alasan bidan
praktik mandiri tidak menggunakan partograf yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.
b. Analisis Bivariat
Untuk melihat adanya perbedaan proporsi antara pendidikan, lama bekerja, motivasi, dan pelatihan terhadap penggunaan partograf oleh bidan praktik
mandiri yang dianalisa dengan uji fisher’s exact test.
Universitas Sumatera Utara
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Partograf pada Asuhan Persalinan Normal oleh Bidan
Praktik Mandiri di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2013” diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Analisis Univariat
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Bidan Praktik
Mandiri dalam Penggunaan Partograf pada Asuhan Persalinan Normal di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat
Tahun 2013 n=31
No Variabel
F 1
2
3
4 5
Umur a.
20-40 tahun b.
41-60 tahun c.
60 tahun Pendidikan
a. D1
b. D3
c. D4
Lama bekerja a.
≤5 tahun b.
5 tahun Motivasi
a. Tidak ada keinginan
b. Ada keinginan
Pelatihan a.
Tidak pernah b.
Pernah 22
8 1
2 27
2
11 20
1 30
5 26
71.0 25.8
3.2
6.5 87.0
6.5
35.5 64.5
3.2 96.8
25.8 74.2
Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa berdasarkan umur mayoritas bidan praktik mandiri berumur 20-40 tahun yaitu 22 responden 71, berdasarkan
pendidikan mayoritas bidan praktik mandiri berpendidikan D3 yaitu 27 responden
Universitas Sumatera Utara
87.0, berdasarkan lama bekerja mayoritas bidan praktik mandiri bekerja 5 tahun yaitu 20 responden 64.5, berdasarkan motivasi mayoritas memiliki keinginan
yaitu 30 responden 96.8, dan berdasarkan pelatihan mayoritas bidan praktik mandiri pernah mengikuti pelatihan yaitu 23 responden 74.2.
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penggunaan Partograf
pada Asuhan Persalinan Normal oleh Bidan Praktik Mandiri di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat
Tahun 2013 n=31
No Penggunaan partograf F
1 2
Tidak mengisi Mengisi
≥85 7
24 22.6
77.4
Berdasarkan tabel di atas diperoleh mayoritas bidan praktik mandiri mengisi partograf
≥85 yaitu 24 responden 77.4.
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Alasan Bidan Praktik Mandiri
Tidak Menggunakan Partograf pada Asuhan Persalinan Normal di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat
Tahun 2013 n=7
No Alasan tidak menggunakan partograf
F 1
2 Tidak tahu
Tidak sempat 2
5 6.5
16.1
Berdasarkan tabel di atas diperoleh mayoritas bidan praktik mandiri yang tidak mengisi partograf beralasan tidak sempat yaitu 5 responden 16.1.
Universitas Sumatera Utara
2. Analisis Bivariat
Tabel 5.4 Hubungan Antara Pendidikan dan Penggunaan Partograf oleh Bidan Praktik
Mandiri pada Asuhan Persalinan Normal di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2013 n=31
Pendidikan Penggunaan partograf
F OR
p Tidak mengisi
Mengisi ≥85
F F
Pendidikan a.
D1 b.D3 dan D4
1 6
3.2 19.4
1 23
3.2 74.2
2 29
6.5 93.5
3.883 0.406
Total 7
22.6 24
77.4 31
100.0
Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa dari 29 bidan praktik mandiri yang berpendidikan D3 dan D4 mayoritas mengisi
≥85 partograf yaitu 23 responden 74.2 dan dari 2 bidan praktik mandiri yang berpendidikan D1 diperoleh
perbandingan yang sama antara bidan praktik mandiri yang mengisi ≥85 partograf
dan yang tidak mengisi partograf yaitu 1 responden 50. Hasil uji statistik fisher’s exact test
menunjukkan nilai p=0.406 p α berarti Ha ditolak artinya tidak ada perbedaan proporsi antara pendidikan bidan praktik
mandiri dan penggunaan partograf. Nilai OR=3.883 artinya bidan praktik mandiri yang berpendidikan D3 dan D4 memiliki peluang 3.883 kali menggunakan partograf
dibandingkan dengan bidan praktik mandiri yang berpendidikan D1.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.5 Hubungan Antara Lama Bekerja dan Penggunaan Partograf oleh Bidan
Praktik Mandiri pada Asuhan Persalinan Normal di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2013 n=31
Lama bekerja Penggunaan partograf
F OR
P Tidak mengisi Mengisi
≥85 F
F Lama bekerja
a. ≤5 tahun
b. 5 tahun 4
3 12.9
9.7 7
17 22.6
54.8 11
20 35.5
64.5 3.238
0.210 Total
7 22.6
24 77.4
31 100
Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa dari 20 bidan praktik mandiri yang bekerja selama 5 tahun mayoritas mengisi
≥85 partograf yaitu 17 responden 54.8 dan dari 11 bidan praktik mandiri yang bekerja selama
≤5 tahun mayoritas mengisi
≥85 partograf yaitu 7 responden 22.6. Hasil uji statistik fisher’s exact test
diperoleh nilai p=0.210 p α berarti Ha ditolak artinya tidak ada perbedaan proporsi antara lama bekerja bidan praktik
mandiri dan penggunaan partograf. Nilai OR=3.238 artinya bidan praktik mandiri yang bekerja selama 5 tahun memiliki peluang 3.238 kali menggunakan partograf
dibandingkan dengan bidan praktik mandiri yang bekerja selama ≤5 tahun.
Tabel 5.6 Hubungan Antara Motivasi dan Penggunaan Partograf oleh Bidan Praktik
Mandiri pada Asuhan Persalinan Normal di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2013 n=31
Motivasi Penggunaan partograf
F p
Tidak mengisi Mengisi ≥85
F F
Motivasi a.
Tidak ada keinginan b.
Ada keinginan 1
6 3.2
19.4 24
77.4 1
30 3.2
96.8 0.226
Total 7
22.6 24
77.4 31
100.0 Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa dari 30 bidan praktik mandiri yang
memiliki keinginan mayoritas mengisi partograf ≥85 yaitu 24 responden 77.4
Universitas Sumatera Utara
dan dari 1 bidan praktik mandiri yang memiliki keinginan mayoritas tidak mengisi partograf yaitu 1 responden 3.2.
Hasil uji statistik fisher’s exact test diperoleh nilai p=0.226 p α berarti Ha
ditolak artinya tidak ada perbedaan proporsi antara motivasi bidan praktik mandiri dan penggunaan partograf.
Tabel 5.7 Hubungan Antara Pelatihan dan Penggunaan Partograf oleh Bidan Praktik
Mandiri pada Asuhan Persalinan Normal di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2013 n=31
Pelatihan Penggunaan partograf
F OR
p Tidak mengisi Mengisi
≥85 F
F Pelatihan
a. Tidak pernah
b. Pernah
6 1
19.4 3.2
2 22
6.4 71.0
8 23
25.8 74.2
66 0.000
Total 7
22.6 24
77.4 31
100.0 Dari tabel di atas diperoleh bahwa dari 23 bidan praktik mandiri yang pernah
mengikuti pelatihan mayoritas mengisi ≥85 partograf yaitu 22 responden 71.0
dan dari 8 bidan praktik mandiri yang tidak pernah mengikuti pelatihan mayoritas tidak mengisi partograf yaitu 6 responden 19.4.
Hasil uji statistik fisher’s exact test diperoleh nilai p=0.000 p α berarti Ha
diterima artinya ada perbedaan proporsi antara pelatihan bidan praktik mandiri dan penggunaan partograf. Nilai OR=66 artinya bidan praktik mandiri yang pernah
mengikuti pelatihan memiliki peluang 66 kali menggunakan partograf dibandingkan dengan bidan praktik mandiri yang tidak pernah mengikuti pelatihan.
Universitas Sumatera Utara
B. PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan partograf pada asuhan persalinan normal oleh bidan praktik mandiri di kecamatan
Tanjung Pura kabupaten Langkat tahun 2013, pembahasannya adalah: 1.
Analisis Univariat a.
Penggunaan Partograf pada Asuhan Persalinan Normal oleh Bidan Praktik Mandiri di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2013
Partograf adalah alat bantu yang digunakan untuk memantau persalinan dan membantu petugas kesehatan dalam mengambil keputusan Syaifuddin,
2002. Penggunaan partograf merupakan salah satu kewajiban yang harus dipenuhi oleh penolong persalinan Depkes RI, 2008.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa mayoritas bidan praktik mandiri di kecamatan Tanjung Pura kabupaten Langkat mengisi
≥85 partograf yaitu 24 responden 77.4.
Sesuai dengan hasil penelitian Rangkuti 2010 tentang penilaian penggunaan partograf APN oleh Bidan di Puskesmas PONED kota Medan
bahwa dari 36 responden diperoleh 28 responden 77 menggunakan partograf pada setiap asuhan persalinan, 8 responden 23 tidak melakukan pencatatan
secara konsisten dan benar pada formulir partograf atau tidak menerapkan partograf.
Hasil penelitian Widiarti 2007 tentang penggunaan partograf oleh Bidan Delima di kabupaten Purworejo provinsi Jawa Tengah bahwa dari 33 responden
diperoleh 11 responden 33,33 belum menggunakan partograf pada setiap asuhan persalinan, 7 responden 21,21 tidak melakukan pencatatan secara
konsisten dan benar pada formulir partograf.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan partograf masih belum sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sehingga
diperlukan supervisi dari organisasi profesi IBI dan pemerintah agar penggunaan partograf dapat diterapkan oleh semua Bidan tenaga kesehatan
yang melakukan pertolongan persalinan sesuai dengan standar sehingga partograf dapat berfungsi optimal dalam memantau kemajuan persalinan dan
membantu dalam pengambilan keputusan klinik. Oleh sebab itu, untuk mendukung dilaksanakannya kebijakan tentang
pelayanan asuhan persalinan, maka pemerintah merekomendasikan tentang kebijakan teknis asuhan persalinan dan kelahiran yang salah satunya yaitu
partograf harus digunakan untuk memantau persalinan yang berfungsi sebagai suatu catatan rekam medik untuk persalinan Depkes RI, 2008.
Partograf sebaiknya digunakan untuk setiap persalinan tanpa menghiraukan apakah persalinan tersebut normal atau dengan komplikasi. Partograf digunakan
sebagai sistem peringatan awal untuk menentukan kapan ibu harus dirujuk dan penggunaan partograf telah terbukti efektif dalam mencegah persalinan lama,
menurunkan tindakan operasi seccio caesaria yang pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan ibu dan janin Hidayat dan Sujiyatini, 2010.
Penggunaan partograf didukung dengan adanya program JAMPERSAL yang mengharuskan seluruh Bidan yang terlibat dalam program tersebut untuk
menggunakan partograf dalam memantau kemajuan persalinan. Walaupun pada kenyataannya penggunaan partograf pada program jampersal sebagian besar
bukanlah digunakan sebagai alat untuk memantau kemajuan persalinan, melainkan sebagai alat pengkleman dana.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini didukung dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan Bidan bahwa sebagian besar Bidan melakukan pengisian partograf tidak pada
saat fase aktif persalinan sebagaimana seharusnya melainkan setelah selesai proses persalinan bahkan pada saat akan dilakukan pengkleman dana.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pengisian partograf yang dilakukan oleh sebagian besar Bidan tidak memiliki manfaat yang
signifikan dikarenakan pengisian yang tidak tepat dan tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
b. Alasan Bidan Praktik Mandiri Tidak Menggunakan Partograf pada Asuhan
Persalinan Normal di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2013 Dokumentasi merupakan bagian terpenting dari suatu pelayanan kebidanan.
Dalam asuhan persalinan normal, sistem pencatatan yang digunakan adalah partograf. Hasil pemeriksaan yang tidak dicatat pada partograf dapat diartikan
bahwa pemeriksaan tersebut tidak dilakukan Depkes RI, 2008. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa mayoritas bidan praktik
mandiri tidak menggunakan mengisi partograf dengan alasan tidak sempat yaitu 5 responden 16.1.
Berdasarkan hasil penelitian Widiarti 2007 tentang penggunaan partograf oleh Bidan Delima di kabupaten Purworejo provinsi Jawa Tengah bahwa
kondisi pasien, lokasi persalinan bukan alasan yang tepat untuk tidak menggunakan partograf. Persepsi negatif terhadap penggunaan partograf,
kurangnya kemauan terhadap penggunaan partograf dan kurang optimalnya sistim pembinaan dan pengawasan menyebabkan tidak optimalnya penggunaan
partograf.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Depkes RI 2008 partograf harus digunakan untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan, selama persalinan dan kelahiran di semua
tempat rumah, puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dan lain sebagainya dan secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan
asuhan persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayi spesialis obstetri, bidan, dokter umum dan mahasiswa kedokteran.
Jadi, penggunaan partograf merupakan suatu kewajiban bagi semua tenaga kesehatan yang melakukan pertolongan persalinan. Selain partograf berfungsi
sebagai alat untuk memantau kemajuan persalinan dan pengambilan keputusan klinik, penggunaan partograf merupakan suatu bentuk dokumentasi rekam
medis bagi bidan tenaga kesehatan yang melakukan pertolongan persalinan sehingga seharusnya tidak ada alasan yang menyebabkan tenaga kesehatan yang
melakukan pertolongan persalinan bidan tidak menggunakan partograf. Hal ini telah diatur dalam Permenkes No.269MENKESPerIII2008
tentang tata cara penyelenggaraan rekam medis. Pada pasal 7 dinyatakan bahwa sarana pelayanan kesehatan wajib menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam
rangka penyelenggaraan rekam medis Hendrik, 2012. 2.
Analisis Bivariat Tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Partograf pada Asuhan Persalinan Normal oleh Bidan Praktik Mandiri di
Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2013 a.
Hubungan Pendidikan dan Penggunaan Partograf Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain
terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami Mubarak, dkk, 2007. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dari 29 bidan praktik mandiri
yang berpendidikan D3 dan D4 mayoritas mengisi ≥85 partograf yaitu 23
Universitas Sumatera Utara
responden 74.2 dan dari 2 bidan praktik mandiri yang berpendidikan D1 diperoleh perbandingan yang sama antara bidan praktik mandiri yang mengisi
≥85 partograf dan yang tidak mengisi partograf yaitu 1 responden 50. Hasil uji statistik fisher’s exact test menunjukkan nilai p=0
.406 p α berarti Ha ditolak artinya tidak ada perbedaan proporsi antara pendidikan bidan praktik
mandiri dan penggunaan partograf. Nilai OR=3.883 artinya bidan praktik mandiri yang berpendidikan D3 dan D4 memiliki peluang 3.883 kali
menggunakan partograf dibandingkan dengan bidan praktik mandiri yang berpendidikan D1.
Sesuai dengan hasil penelitian Rangkuti 2010 tentang penilaian penggunaan partograf APN oleh Bidan di Puskesmas PONED kota Medan
bahwa tidak ada perbedaan antara pendidikan D1 Kebidanan maupun D3 Kebidanan terhadap penerapan penggunaan partograf secara optimal sewaktu
menolong persalinan. Hasil penelitian Widiarti 2007 tentang penggunaan partograf oleh Bidan
Delima di kabupaten Purworejo provinsi Jawa Tengah bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan dengan kepatuhan dalam penggunaan partograf.
Hasil penelitian ini didukung dengan pendapat Gammon dan Gould 2005 bahwa untuk memenuhi kebutuhan dalam pelaksanaan praktik, peningkatan
pengetahuan dan pendidikan saja tidaklah cukup tetapi harus disertai adanya perubahan kepercayaan, sikap, dan konsep berpikir dari personal Notoadmodjo,
2007. Jadi, walaupun pendidikan tidak memilliki hubungan yang signifikan
dengan perilaku penggunaan partograf oleh bidan praktik mandiri, namun
Universitas Sumatera Utara
pendidikan yang lebih tinggi dapat memberikan peluang bidan praktik mandiri untuk untuk menerapkan penggunaan partograf .
Hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmodjo 2003 bahwa tingkat pendidikan seseorang akan menentukan pola pikir dan wawasan. Orang yang
mempunyai pendidikan yang lebih tinggi cenderung lebih banyak mendapat informasi dibandingkan orang yang memiliki pendidikan yang rendah.
Pendidikan merupakan indikator yang mencerminkan kemampuan seseorang untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan. Latar belakang
pendidikan merupakan masalah mendasar yang dapat menentukan keberhasilan pelaksanaan suatu program Depkes RI, 2004 dalam Notoadmodjo, 2007.
b. Hubungan Lama Bekerja dan Penggunaan Partograf
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dari 20 bidan praktik mandiri yang bekerja selama 5 tahun mayoritas mengisi
≥85 partograf yaitu 17 responden 54.8 dan dari 11 bidan praktik mandiri yang bekerja selama
≤5 tahun mayoritas mengisi
≥85 partograf yaitu 7 responden 22.6. Hasil uji statistik fisher’s exact test
diperoleh nilai p=0.210 p α berarti Ha ditolak artinya tidak ada perbedaan proporsi antara lama bekerja bidan praktik mandiri
dan penggunaan partograf. Nilai OR=3.238 artinya bidan praktik mandiri yang bekerja selama 5 tahun memiliki peluang 3.238 kali menggunakan partograf
dibandingkan dengan bidan praktik mandiri yang bekerja selama ≤5 tahun.
Hasil penelitian ini didukung dengan hasil penelitian Rangkuti 2010 tentang penilaian penggunaan partograf APN oleh Bidan di Puskesmas PONED kota
Medan bahwa tidak ada hubungan antara masa kerja responden dengan penerapan partograf.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian Widiarti 2007 tentang penggunaan partograf oleh Bidan Delima di kabupaten Purworejo provinsi Jawa Tengah bahwa tidak ada
hubungan antara masa kerja dan kepatuhan penggunaan partograf. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pendapat Muchlas 2005 yang
menyatakan bahwa lama bekerja atau masa kerja merupakan indikator yang dapat mempengaruhi peningkatan kemampuan dan keterampilan seseorang.
Semakin lama masa kerja seseorang, biasanya tingkat keterampilan mengenai bidang pekerjaannya akan semakin meningkat.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa cepat atau lamanya seseorang bekerja tidak menjamin orang tersebut akan melakukan
pekerjaan sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan. Selain itu, lama bekerja bukan merupakan satu-satunya faktor yang dapat
mempengaruhi perilaku, akan tetapi perilaku dapat dipengaruhi oleh faktor- faktor lain salah satunya yaitu kebijakan pemerintah. Kebijakan pemerintah
tentang program jampersal yang mewajibkan semua bidan tenaga kesehatan yang tergabung dalam program tersebut secara otomatis akan menggunakan
partograf. Hal tersebut dikarenakan penggunaan partograf merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi dalam program jampersal sebagai bukti
dokumentasi dan alat pengkleman dana. c.
Hubungan Motivasi dan Penggunaan Partograf Motivasi adalah semua kondisi yang memberi dorongan dari dalam diri
seseorang yang digambarkan sebagai keinginan, kemauan, dorongan, atau keadaan dalam diri seseorang yang mengaktifkan atau menggerakkan seseorang
untuk melakukan sesuatu Notoadmodjo, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dari 30 bidan praktik mandiri yang memiliki keinginan mayoritas mengisi partograf
≥85 yaitu 24 responden 77.4 dan dari 1 bidan praktik mandiri yang memiliki keinginan mayoritas
tidak mengisi partograf yaitu 1 responden 3.2. Hasil uji statistik fisher’s exact test
diperoleh nilai p=0.226 p α berarti Ha ditolak artinya tidak ada perbedaan proporsi antara motivasi bidan praktik mandiri dan penggunaan
partograf. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Sayekti 2011
tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan partograf oleh Bidan dalam pertolongan persalinan di kabupaten Klaten bahwa berdasarkan
hasil uji regresi menunjukkan adanya pengaruh motivasi dengan penggunaan partograf.
Menurut Simamora, 1987 dalam Ratifah, 2006 mengatakan bahwa motivasi merupakan hasil interaksi antara individu dan situasi sehingga setiap
manusia mempunyai motivasi yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.
Menurut Azwar, 1996 dalam Ratifah, 2006 mengatakan bahwa motivasi hanya akan berhasil sempurna jika tujuan yang dimiliki oleh organisasi dapat
diselaraskan dengan tujuan yang dimiliki oleh setiap individu dan atau sekelompok masyarakat yang tergabung dalam organisasi tersebut.
Jadi, motivasi bukanlah jaminan atas suatu tindakan yang akan dilakukan oleh seseorang. Tidak selamanya motivasi itu dapat mempengaruhi suatu
tindakan seseorang. Karena seorang yang memiliki motivasi yang baik dan tinggi belum tentu ia akan melakukan suatu tindakan sesuai dengan standar
demikian pula sebaliknya.
Universitas Sumatera Utara
d. Hubungan Pelatihan dan Penggunaan Partograf
Pelatihan merupakan bagian dari pengembangan sumber daya manusia. Penekanan pelatihan adalah untuk meningkatkan kemampuan melaksanakan
tugas saat ini Siagian, 2009. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dari 23 bidan praktik mandiri
yang pernah mengikuti pelatihan mayoritas mengisi ≥85 partograf yaitu 22
responden 71.0 dan dari 8 bidan praktik mandiri yang tidak pernah mengikuti pelatihan mayoritas tidak mengisi partograf yaitu 6 responden
19.4. Hasil uji statistik fisher’s exact test diperoleh nilai p=0.000 p α
berarti Ha diterima artinya ada perbedaan proporsi antara pelatihan bidan praktik mandiri dan penggunaan partograf. Nilai OR=66 artinya bidan praktik
mandiri yang pernah mengikuti pelatihan memiliki peluang 66 kali menggunakan partograf dibandingkan dengan bidan praktik mandiri yang tidak
pernah mengikuti pelatihan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan Widiarti
2008 tentang partograf yang diperoleh bahwa ada hubungan yang signifikan antara pelatihan APN, penyediaan formulir partograf dan kompetensi Bidan
Delima dengan kepatuhan penggunaan partograf dengan p0,05. Hal ini sesuai dengan teori menurut Siagian 2002 bahwa pelatihan juga
merupakan salah satu instrumen yang paling efektif untuk meningkatkan kinerja dan produktivitas kerja pegawai dalam suatu organisasi yang pada akhirnya
dapat meningkatkan produktivitas organisasi secara keseluruhan. Menurut Departemen Kesehatan R.I 2004 bahwa pelatihan merupakan
salah satu aspek penting untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan jaminan
Universitas Sumatera Utara
mutu. Pelatihan dilaksanakan untuk memberikan keterampilan dan pengetahuan baru maupun untuk pelatihan penyegaran.
Menurut Marquis dan Huston 2010 bahwa belajar melalui pelatihan dapat melibatkan kesadaran, perubahan sikap dan perilaku pegawai bidan. Pelatihan
dapat merubah perilaku seseorang dalam melaksanakan pekerjaan mereka. Pelatihan juga didefinisikan sebagai metode terorganisasi`yang memastikan
bahwa seseorang mempunyai pengetahuan dan keterampilan untuk tujuan khusus bahwa mereka mendapatkan pengetahuan yang dibutuhkan untuk
melakukan tugas kerja.
C. Keterbatasan Penelitian