Analisis Basis Pengetahuan Knowledge Base

c. Acne berat, yang terdiri dari komedo, papul, pustul, nodul, macula, demam, eritema, kista, rasa gatal, telangiekstasis dan skuama

3.2. Analisis Basis Pengetahuan Knowledge Base

Dalam pembangunan sistem berbasis pengetahuan, pengetahuan yang telah diekstrak dipresentasikan ke dalam bentuk yang dapat proses oleh komputer. Representasi pengetahuan merupakan kombinasi sistem berdasarkan dua elemen, yaitu struktur data dan penafsiran prosedur yang digunakan sebagai pengetahuan untuk menyimpan struktur data. Basis pengetahuan merupakan inti program dari sistem pakar dimana basis pengetahuan ini merupakan representasi pengetahuan Knowledge Representation dari seorang pakar. 3.2.1. Analisis Basis Pengetahuan Diagnosis Acne Vulgaris Basis pengetahuan berikut ini berisi pengetahuan-pengetahuan dalam mendignosa acne vulgaris. Berikut ini tabel 3.1 menjelaskan jenis penyakit acne vulgaris. Tabel 3.1. Jenis Penyakit Acne Vulgaris Kode_Penyakit Jenis_Penyakit Kategori G01, G02, G03 Komedo Hitam, Komedo Putih, papula Ringan G01, G02, G03, G04, G05 Komedo hitam, Komedo putih, papula, Pustule, Nodul Sedang G01, G02, G03, G04, G05, G06, G07, G08, G09, G10, G11, G12, P01, P02, P03, P04 Komedo hitam, Komedo putih, papula, pustule, nodul, Makula, Demam, Eritema, Kista, Rasa Gatal, Telangiekstasis, Skuama, Erupsi Acneiformis, Rosacea, Dermatitis, Perioral, Folikulitis Berat Selanjutnya berikut ini pada tabel 3.2menjelaskan kode gejala dan gejala penyakit acne vulgaris. Universitas Sumatera Utara Tabel 3.2 Gejala Penyakit Acne Vulgaris Kode_Gejala Gejala G01 Komedo Hitam G02 Komedo Putih G03 Papula G04 Postula G05 Nodul G06 Makula G07 Demam G08 Eritema G09 Kista G10 Rasa Gatal G11 Telangiekstasis G12 Skuama Selanjutnya pada tabel 3.3 menjelaskan kode dan basis pengetahuan penyakit acne vulgaris. Tabel 3.3 Basis Pengetahuan Rule Base Kode Rule D01 IF A1 AND G01 AND G02 AND G03 THEN Acne Ringan D02 IF A2 AND G04 AND G05 THEN Acne Sedang D03 IF A3 AND G06 Universitas Sumatera Utara 3.2.2. Analisis Proses Diagnosis Penyakit Proses diagnostik merupakan perpaduan dari aktifitas intelektual dan manipulatif. Diagnosis sendiri didefinisikan sebagai suatu proses penting pemberian nama dan pengklasifikasian penyakit pasien, yang menunjukkan kemungkinan nasib pasien dan yang mengarahkan pada pengobatan tertentu. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Dengan metode hipotesis ini menjadikan penyakit- penyakit begitu mudah dikenali hanya dengan suatu kesimpulan diagnostik. Diagnosis dimulai sejak permulaan wawancara medis dan berlangsung selama melakukan pemeriksaan fisik. Dari diagnosis tersebut akan diperoleh pertanyaan-pertanyaan yang terarah, perincian pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk menentukan pilihan tes-tes serta pemeriksaan khusus yang akan dikerjakan. Data yang berhasil dihimpun, akan dipertimbangkan dan diklasifikasikan berdasarkan keluhan-keluhan dari pasien serta hubungannya terhadap penyakit tertentu. Berdasarkan gejala-gejala serta tanda-tanda yang dialami oleh penderita, maka penegakkan diagnosis akan lebih terpusat pada bagian-bagian tubuh tertentu. Dengan demikian penyebab dari gejala-gejala dan tanda-tanda tersebut dapat diketahui dengan mudah dan akhirnya diperoleh kesimpulan awal mengenai penyakit tertentu. Tabel 3.4 Diagnosa penyakit Acne vulgaris Kode_diagnosa Diagnosa Acne Ringan Acne Sedang Acne Berat A1 Komedo hitam, komedo putih, papul G01,G02, G03 A2 Komedo hitam, komedo putih, papul, pustul, nodul G01,G02, G03, G04,G05 A3 Komedo hitam, komedo putih, papul, pustul, nodul, macula, demam, eritema, kista, rasa gatal. G01,G02, G03, G04,G05, G06, G07, G08, G09, Universitas Sumatera Utara 3.2.3. Analisis Dengan Teorema Bayes Probabilitas bayes merupakan salah satu cara untuk mengatasi ketidakpastian data dengan menggunakan formula bayes yang dinyatakan : | | E P H xP H E P E H P  Penjelasan dari formula tersebut adalah sebagai berikut : PH|E : Probabilitas akhir bersyarat conditional probability suatu hipotesis H terjadi jika diberikan bukti evidence E terjadi. PE|H : Probabilitas sebuah bukti E terjadi akan memengaruhi hipotesis H. PH : Probabilitas awal priori hipotesis H terjadi tanpa memandang bukti apapun. PE : Probabilitas awal priori bukti E terjadi tanpa memandang hipotesisbukti yang lain. Rumus teorema bayes ini digunakan untuk medapatkan nilai prosentase gejala yang didapat dari perhitungan probabilitas tiap gejala dengan klasifikasi ya dan tidak. Adapun perhitungan probabilitas diagnosa gangguan jerawat berdasarkan gejala yaitu : Pkomedo hitam|jerawat ringan = PSK|DT = 0.9 pilihan gejala pertama Pkomedo putih|jerawat ringan = PM|DT = 0.8 Ppapula|jerawat ringan = PL|DT = 0.7 Ca | | E P H xP H E P E H P  maka: Pjerawat ringan | komedo hitam, komedo putih, papula = Pjerawat ringan| komedo hitam Pkomedo putih|papula | komedo hitam, jerawat ppapula| komedo putih |komedo hitam pjerawat ringan| komedo hitam, komedo putih, papula = 0,9 0,8 0,9 = 0,80 Universitas Sumatera Utara Kesimpulan : Dari hasil diatas menunjukkan bahwa probabilitas penderita terkena jerawat ringan sebesar 80 , apabila gejala utama yang dirasakan adalah komedo hitam. Berikut ini adalah flowchart proses metode Teorema Bayes yang digunakan untuk menganalisis penyakit acne vulgaris dan dapat digambarkan pada gambar 1.4 dibawah ini : START Gejala Rule Base Hitung Nilai Probabilitas Penyakit END Gambar 3.1 Flowchart Metode Teorema Bayes 3.2.4. Analisis Demster Shafer Demster-Shafer dinotasikan dengan θ,tidak semua evidence secara langsung mendukung tiap-tiap elemen. Sehingga diperlukan probabilitas fungsi densitas m. Nilai m tidak hanya mendefinisikan elemen- elemen θ saja, namun juga semua subsetnya. Sehingga jika θ berisi n elemen, maka subset θ adalah 2n. Jumlah semua m dalam subset θ sama dengan 1. Apabila tidak ada informasi apapun untuk memilih hipotesis, maka nilai: m{θ} = 1,0. ………………………….3.1 Universitas Sumatera Utara Apabila diketahui X adalah subset dari θ, dengan m1 sebagai fungsi densitasnya, dan Y juga merupakan subset dari θ dengan m 2 sebagai fungsi densitasnya, maka dapatdibentuk fungsi kombinasi m 1 dan m 2 sebagaim 3 , yaitu : Berikut ini adalah flowchart algoritma demster shafer dalam mendiagnosa acne vulgaris dan dapat digambarkan seperti gambar 3.2 dibawah ini : START Gejala Basis Pengetahuan Hitung Nilai Plausibility END Hitung Matriks Terkombinasi Hitung Nilai m3Z Hasil Perhitungan Demster Shafer Gambar 3.2 Flowchart Sistem Metode Demster Shafer Gambar 3.2 merupakan flowchart sistem metode demster shafer. Proses menggunakan metode demster shafer dimulai dengan menampilkan gejala menggunakan basis pengetahuan untuk menghitung nilai plausibility dan hitung nilai matriks terkombinasi menggunakan rumus m3z sebagai hasil akhir perhitungan menjadi nilai demster shafer. 3.2 Universitas Sumatera Utara 3.3.Kebutuhan Sistem 3.3.1. Analisis Perangkat Keras Analisis Kebutuhan perangkat keras dimaksudkan untuk mengetahui spesifikasi perangkat keras yang sedang digunakan di klinik. Perangkat keras yang sedang digunakan di klinik adalah sebagai berikut : 1. Processor dengan kecepatan 2.0 GHz + Motherboard 2. VGA card 64MB 3. RAM 512 MB 4. Hard disk space 40 GB terpasang 5. Monitor 6. Mouse 7. Keyboard Sedangkan rekomendasi spesifikasi komputer agar dapat menjalankan aplikasi ini adalah sebagai berikut : 1. Processor dengan kecepatan minimal 1 GHz + Motherboard 2. Kapasitas Harddisk minimal 40 GB 3. RAM minimal 256 MB 4. VGA Card minimal 64 MB 5. Monitor 6. Lan Card 10100Mbps 7. Mouse 8. Printer dan keyboard Secara keseluruhan spesifikasi perangkat keras semua komputer yang ada sudah memenuhi syarat untuk kebutuhan yang akan diaplikasikan. 3.3.2. Analisis Perangkat Lunak Perangkat lunak yang digunakan di Klinik menggunakan, sistem operasi windows XP SP2, Microsoft Office enterprise 2007, Netbeans 7.0.1 sebagai compiler, Oracle XE sebagai DBMS. Universitas Sumatera Utara

3.4. Model Perancangan Sistem