Implementasi Pengkombinasian antara Metode Dempster Shafer dan Theorema Bayes Dalam Sistem Pakar

(1)

IMPLEMENTASI PENGKOMBINASIAN ANTARA METODE DEMPSTER SHAFER DAN THEOREMA BAYES DALAM

SISTEM PAKAR

SKRIPSI

RAFIKA SARI SEMBIRING 131421007

PROGRAM STUDI EKSTENSI S1 ILMU KOMPUTER FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERSETUJUAN

Judul : IMPLEMENTASI PENGKOMBINASIAN ANTARA

METODE DEMPSTER SHAFER DAN THEOREMA BAYES DALAM SISTEM PAKAR

Kategori : SKRIPSI

Nama : RAFIKA SARI Br. SEMBIRING

Nomor Induk Mahasiswa : 131421007

Program Studi : EKSTENSI S1 ILMU KOMPUTER

Fakultas : ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di

Medan, 22 Oktober 2015

Komisi Pembimbing:

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Dr. Poltak Sihombing, M.Kom Prof. Dr. Muhammad. Zarlis

Diketahui/Disetujui oleh:

Program Studi S1 Ilmu Komputer Ketua,

Dr. Poltak Sihombing, M.Kom NIP. 196203171991031001


(3)

PERNYATAAN

IMPLEMENTASI PENGKOMBINASIAN ANTARA METODE DEMPSTER SHAFER DAN THEOREMA BAYES DALAM

SISTEM PAKAR

SKRIPSI

Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing telah disebutkan sumbernya.

Medan, 22 Oktober 2015 Penulis

Rafika Sari Br. Sembiring 131421007


(4)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur atas nikmat yang luas kepada Allah Yang Maha Esa dan Maha Kuasa sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini, sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer pada Program Studi S1 Ilmu Komputer, Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Subhilhar, Ph.D selaku Pejabat Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Muhammad Zarlis selaku Pembimbing I dan Dekan Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Poltak Sihombing, M.Kom selaku Pembimbing II dan Ketua Program Studi S1 Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Maya Silvi Lydia, B.Sc, M.Sc selaku Sekretaris Program Studi S1 Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu, bimbingan, saran, dan masukan kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

5. Bapak Dr. Syahril Efendi, S. Si., M. IT selaku Dosen Pembanding I yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.

6. Bapak Handrizal, S. Si., M. Comp., Sc selaku Dosen Pembanding II yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.

7. Semua dosen dan pegawai di Program Studi S1 Ilmu Komputer Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara.

8. Teristimewa Orangtua penulis, Herman Sembiring, SH dan Ibunda Renita Sihombing, STh yang sangat menyayangi penulis dan memberi dukungan tiada henti serta keluarga tercinta yang senantiasa mendoakan dan mendukung penulis.

9. Teman-teman seperjuangan mahasiswa Ekstensi S1-Ilmu Komputer dan teman-teman lainnya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kepada pembaca agar kiranya memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini, sehingga dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Medan, 22 Oktober 2015 Penulis,


(5)

ABSTRAK

Acne vulgaris adalah peradangan kronik dari folikel pilosebasea yang disebabkan oleh beberapa faktor dengan gambaran klinis yang khas. Selama ini untuk mendiagnosa penyakit kulit Acne vulgaris dengan melakukan pemeriksaan pada dokter spesialis kulit namun masih sering salah dalam mendiagnosa dan tidak sering membuat jerawat semakin parah sehingga masih perlu dilakukan diagnosa yang tepat untuk menentukan pengobatan yang tepat pula. Gejala umum awal seperti gatal yang dirasakan, tidaklah selalu merupakan gejala penyakit acne vulgaris, untuk itu perlu dilakukan diagnosa yang tepat untuk menentukan pengobatan yang tepat pula. Untuk mengamati penelitian diagnosa penyakit acne vulgaris maka metode yang digunakan adalah metode Dempster Shafer adalah suatu teori matematika untuk pembuktian berdasarkan belief function dan plausible reasoning atau fungsi kepercayaan dan pemikiran yang masuk akal dan metode theorema bayes yang merupakan metode yang digunakan untuk mencari nilai kepastian dari inputan yang berupa gejala dan presentase kemungkinan jenis penyakit yang ditimbulkan oleh penyakit kulit wajah acne vulgaris yang terjadi pada wanita. Kemudian model perancangan aplikasi menggunakan flowchart sistem. Sehingga diperoleh hasil akhir bahwa di jumpai minoritas pada gejala komedo hitam, komedo putih, papula yaitu berjumlah 4 orang (20%) dan pada gejala papula, pustule, nodul yaitu berjumlah 6 orang (30%) dan mayoritas di jumpai pada makula, demam, eritema, kista, rasa gatal, telangiekstasis, skuama, erupsi acneiformis, rosacea, dermatitis, perioral, folikulitis yaitu sebanyak 20 orang (50%) dan akurasi sistem pakar menggunakan metode Demster Shafer dan Theorema Bayes berdasarkan 5 (lima) data yang diuji adalah 96,67% yang menunjukkan bahwa sistem pakar penyakit mata ini dapat berfungsi dengan lumayan baik sesuai dengan diagnosa pakar. Ketidakakurasian sistem pakar adalah 3,33% yang disebabkan karena beberapa kemungkinan antara lain kesalahan dalam pemberian nilai kepercayaan gejala untuk setiap penyakit, kesalahan menerapkan perhitungan metode atau kesalahan memasukkan informasi gejala di setiap penyakit.


(6)

IMPLEMENTATION COMBINING BETWEEN METHOD OF DEMPSTER SHAFER AND METHOD THEOREMA BAYES

IN EXPERT SYSTEM

ABSTRACT

Acne vulgaris is a chronic inflammation of the pilosebaceous follicles caused by several factors with the typical clinical picture. During this time to diagnose skin diseases Acne vulgaris by examining dermatologist but still often wrong in diagnosing and do not often make acne more severe that still needs to be a proper diagnosis to determine the appropriate treatment anyway. Common early symptoms such as itching is felt, it is not always a symptom of acne vulgaris, it is necessary to do a proper diagnosis to determine the appropriate treatment anyway. To observe the study of disease diagnosis of acne vulgaris the method used is the method Dempster Shafer is a mathematical theory of evidence based on belief function and plausible reasoning or function trust and sensible premise and methods theorem Bayes which is the method used to find the value certainty of input in the form of symptoms and the percentage likelihood of diseases caused by acne vulgaris skin disease that occurs in women. Then the model of application design using a flowchart of the system. So the final result that encountered in a minority on the symptoms of blackheads black, blackheads and white, papules which amounted to 4 people (20%) and on symptoms of papules, pustules, nodules that is numbered 6 (30%) and the majority encountered in the macula, fever, erythema, cysts, itching, telangiekstasis, scaling, eruption acneiformis, rosacea, dermatitis, perioral, folliculitis as many as 20 people (50%) and the accuracy of expert system using methods Demster Shafer and Theorem Bayes based on five (5) data is tested is 96 , 67%, which indicates that this eye disease expert system can function fairly well in accordance with expert diagnosis. Inaccuracies expert system is 3.33% which is due to several possibilities, among others, errors in administration of the trust value for each disease symptoms, errors or mistakes applying the calculation method of entering information on the symptoms of each disease.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii

Penghargaan iv

Abstrak vi

Abstract vii

Daftar Isi viii

Daftar Tabel xi

Daftar Gambar xii

Daftar Lampiran xiii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Rumusan Masalah 2

1.3. Batasan Masalah 2

1.4. Tujuan Penelitian 2

1.5. Manfaat Penelitian 3

1.6. Metodologi Penelitian 3

1.7. Sistematika Penulisan 4

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Sistem Pakar 6

2.1.1. Ciri-ciri Sistem Pakar 7

2.1.2. Komponen Sistem Pakar 7

2.2. Pengertian Acne Vulgaris 9

2.2.1. Penyebab Penyakit Acne vulgaris 9

2.2.2. Komedo 11


(8)

2.2.4. Gejala Dan Faktor Penyebab Timbulnya Jerawat 12

2.2.5. Tipe-Tipe Jerawat 13

2.2.6. Diagnosa Acne vulgaris 14

2.3. Pengertian Implementasi 15

2.4. Metode 15

2.4.1. Pengertian Dempster Shafer 16

2.4.2. Pengertian Theorema Bayes 17

2.5. Perancangan Sistem Flowchart Sistem 17

2.6. Sejarah Visual Basic 2010 18

2.6.1. Visual Studio.Net 19

2.6.2. Crystal Report 20

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1. Analisis Sistem 21

3.1.1. Analisis Masalah 21

3.1.2. Analisis Acne Vugaris 22

3.1.3. Analisis Jenis Dan Gejala Penyakit Acne Vulgaris 24 3.1.4. Analisis Diagnosis Acne Vulgaris 26 3.2. Analisis Basis Pengetahuan (Knowledge Base) 25 3.2.1. Analisis Basis Pengetahuan Diagnosis Acne Vulgaris 27 3.2.2. Analisis Proses Diagnosis Penyakit 28

3.2.3. Analisis Dengan Teorema Bayes 29

3.2.4. Analisis Dempster Shafer 31

3.3. Kebutuhan Sistem 32

3.3.1. Analisis Perangkat Keras 32

3.3.2. Analisis Perangkat Lunak 33

3.4. Model Perancangan Sistem 33

3.4.1. Flowchart Sistem 33


(9)

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM

4.1. Kebutuhan Sistem 42

4.1.1. Perangkat Keras 42

4.1.2. Perangkat Lunak 42

4.1.3. Kebutuhan Pengguna 42

4.2. Implementasi Sistem 43

4.2.1. Halaman Utama Aplikasi Sistem Pakar 43

4.3. Hasil Pengujian 49

4.4. Penyakit Acne Vulgaris Berdasarkan Faktor Gejala di Klinik Bunda Medan Tahun 2014-2015

50

4.5. Pengujian Menggunakan Metode Theorema Bayes 52

4.6. Pengujian Menggunakan Metode Demster Shafer 53

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 61

5.2. Saran 61


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Jenis Penyakit Acne Vulgaris 27

Tabel 3.2. Gejala Penyakit Acne Vulgaris 27

Tabel 3.3. Basis Pengetahuan / Rule Base 28

Tabel 3.4. Diagnosa Penyakit Acne Vulgaris 29

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Kasus Penyakit Acne Vulgaris Berdasarkan Gejala Acne Ringan di Klinik Bunda Medan Tahun 2014-2015

50

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Kasus Penyakit Acne Vulgaris Berdasarkan Gejala Acne Ringan di Klinik Bunda Medan Tahun 2014-2015

50

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Kasus Penyakit Acne Vulgaris Berdasarkan Gejala Acne Ringan di Klinik Bunda Medan Tahun 2014-2015

50

Tabel 4.4. Pengujian Input Dan Hasil Perhitungan Berdasarkan Gejala Acne Vulgaris

51


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Simbol-Simbol Flowchart Sistem 18

Gambar 3.1. Flowchart Metode Theorema Bayes 31

Gambar 3.2. Flowchart metode Dempster Shafer 32

Gambar 3.3. Flowchart Sistem Pengkombinasian Demster Shafer 34 Gambar 3.4. Flowchart Sistem Pengkombinasian Theorema Bayes 35 Gambar 3.5. Flowchart Sistem Diagnosa Penyakit Acne Vulgaris

Menggunakan Demster Shafer

36

Gambar 3.6. Flowchart Sistem Diagnosa Penyakit Agne Vulgaris Menggunakan Theorema Bayes

39

Gambar 3.7. Tampilan Antarmuka Aplikasi Perbandingan Antara Metode Dempstter Shafer Dan Metode Theorema Bayes Dalam Sistem Pakar

42

Gambar 4.1. Tampilan Halaman Utama Aplikasi Sistem Pakar 43 Gambar 4.2. Tampilan Input Data Diagnosa Penyakit Acne Ringan 44 Gambar 4.3. Tampilan Hasil Diagnosa Penyakit Acne Ringan 45 Gambar 4.4. Tampilan Input Data Diagnosa Penyakit Acne Sedang 46 Gambar 4.5. Tampilan Hasil Diagnosa Penyakit Acne Sedang 47 Gambar 4.6. Tampilan Input Data Diagnosa Penyakit Acne Berat 48 Gambar 4.7. Tampilan Hasil Diagnosa Penyakit Acne Berat 49


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

A. Listing Program A-1

B. Surat Balasan Riset B-1


(13)

ABSTRAK

Acne vulgaris adalah peradangan kronik dari folikel pilosebasea yang disebabkan oleh beberapa faktor dengan gambaran klinis yang khas. Selama ini untuk mendiagnosa penyakit kulit Acne vulgaris dengan melakukan pemeriksaan pada dokter spesialis kulit namun masih sering salah dalam mendiagnosa dan tidak sering membuat jerawat semakin parah sehingga masih perlu dilakukan diagnosa yang tepat untuk menentukan pengobatan yang tepat pula. Gejala umum awal seperti gatal yang dirasakan, tidaklah selalu merupakan gejala penyakit acne vulgaris, untuk itu perlu dilakukan diagnosa yang tepat untuk menentukan pengobatan yang tepat pula. Untuk mengamati penelitian diagnosa penyakit acne vulgaris maka metode yang digunakan adalah metode Dempster Shafer adalah suatu teori matematika untuk pembuktian berdasarkan belief function dan plausible reasoning atau fungsi kepercayaan dan pemikiran yang masuk akal dan metode theorema bayes yang merupakan metode yang digunakan untuk mencari nilai kepastian dari inputan yang berupa gejala dan presentase kemungkinan jenis penyakit yang ditimbulkan oleh penyakit kulit wajah acne vulgaris yang terjadi pada wanita. Kemudian model perancangan aplikasi menggunakan flowchart sistem. Sehingga diperoleh hasil akhir bahwa di jumpai minoritas pada gejala komedo hitam, komedo putih, papula yaitu berjumlah 4 orang (20%) dan pada gejala papula, pustule, nodul yaitu berjumlah 6 orang (30%) dan mayoritas di jumpai pada makula, demam, eritema, kista, rasa gatal, telangiekstasis, skuama, erupsi acneiformis, rosacea, dermatitis, perioral, folikulitis yaitu sebanyak 20 orang (50%) dan akurasi sistem pakar menggunakan metode Demster Shafer dan Theorema Bayes berdasarkan 5 (lima) data yang diuji adalah 96,67% yang menunjukkan bahwa sistem pakar penyakit mata ini dapat berfungsi dengan lumayan baik sesuai dengan diagnosa pakar. Ketidakakurasian sistem pakar adalah 3,33% yang disebabkan karena beberapa kemungkinan antara lain kesalahan dalam pemberian nilai kepercayaan gejala untuk setiap penyakit, kesalahan menerapkan perhitungan metode atau kesalahan memasukkan informasi gejala di setiap penyakit.


(14)

IMPLEMENTATION COMBINING BETWEEN METHOD OF DEMPSTER SHAFER AND METHOD THEOREMA BAYES

IN EXPERT SYSTEM

ABSTRACT

Acne vulgaris is a chronic inflammation of the pilosebaceous follicles caused by several factors with the typical clinical picture. During this time to diagnose skin diseases Acne vulgaris by examining dermatologist but still often wrong in diagnosing and do not often make acne more severe that still needs to be a proper diagnosis to determine the appropriate treatment anyway. Common early symptoms such as itching is felt, it is not always a symptom of acne vulgaris, it is necessary to do a proper diagnosis to determine the appropriate treatment anyway. To observe the study of disease diagnosis of acne vulgaris the method used is the method Dempster Shafer is a mathematical theory of evidence based on belief function and plausible reasoning or function trust and sensible premise and methods theorem Bayes which is the method used to find the value certainty of input in the form of symptoms and the percentage likelihood of diseases caused by acne vulgaris skin disease that occurs in women. Then the model of application design using a flowchart of the system. So the final result that encountered in a minority on the symptoms of blackheads black, blackheads and white, papules which amounted to 4 people (20%) and on symptoms of papules, pustules, nodules that is numbered 6 (30%) and the majority encountered in the macula, fever, erythema, cysts, itching, telangiekstasis, scaling, eruption acneiformis, rosacea, dermatitis, perioral, folliculitis as many as 20 people (50%) and the accuracy of expert system using methods Demster Shafer and Theorem Bayes based on five (5) data is tested is 96 , 67%, which indicates that this eye disease expert system can function fairly well in accordance with expert diagnosis. Inaccuracies expert system is 3.33% which is due to several possibilities, among others, errors in administration of the trust value for each disease symptoms, errors or mistakes applying the calculation method of entering information on the symptoms of each disease.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sistem pakar (Expert System) adalah suatu sistem yang dirancang untuk dapat menirukan keahlian seorang pakar dalam menjawab pertanyaan dan memecahkan suatu masalah. Sistem pakar akan memberikan pemecahan suatu masalah yang didapat dari dialog dengan pengguna. Dengan bantuan sistem pakar seseorang yang bukan pakar atau ahli dapat menjawab pertanyaan, menyelesaikan masalah serta mengambil keputusan yang biasanya dilakukan oleh seorang pakar. Sistem pakar merupakan program komputer yang meniru proses pemikiran dan pengetahuan pakar dalam menyelesaikan suatu masalah tertentu.

Salah satu pengimplementasian sistem pakar dapat diterapkan dalam bidang kedokteran, sebagai contoh sistem pakar untuk mendiagnosa penyakit kulit Akne vulgaris atau penyakit wajah yang menyerupai jerawat.Akne vulgaris ini menyerang dan mengenai appendages kulit yaitu kelenjar lemak kulit sehingga daerah kulit yang lebih sering terkena adalah bagian kulit yang yang banyak mengandung kelenjar lemak yaitu muka, leher, dada, bahu punggung dan lengan atas bagian atas.Gejala umum yang diperlihatkan atau yang ditunjukkan oleh penyakit acne vulgaris adalah rasa gatal yang terdapat pada daerah yang terkena penyakit tersebut dan kemudian setelah itu munculnya benjolan seperti jerawat.

Gejala umum awal seperti gatal yang dirasakan, tidaklah selalu merupakan gejala penyakit akne vulgaris, untuk itu perlu dilakukan diagnosa yang tepat untuk menentukan pengobatan yang tepat pula. Diagnosa dapat dilakukan pada dokter spesialis kulit. Selain itu untuk mendiagnosa penyakit kulit akne vulgaris, dapat pula dengan memanfaaatkan sistem pakar untuk menuangkan pengetahuan para ahli pada sistem pakar, untuk membantu diagnosa penyakit akne vulgaris.Dempster Shafer adalah suatu teori matematika untuk pembuktian berdasarkan belief functiondan plausible reasoning atau fungsi kepercayaan dan pemikiran yang masuk akal, yang digunakan untuk mengkombinasikan potongan informasi yang terpisah atau bukti untuk mengkolkulasi kemungkinan dari suatu peristiwa. Teori ini dikembangkan oleh Arthur P. Dempster dan Glenn Shafer.


(16)

Sedangkan Theorema Bayes merupakan Metode yang digunakan untuk mencari nilai kepastian dari inputan yang berupa gejala dan presentase kemungkinan jenis penyakit yang ditimbulkan oleh penyakit kulit wajah akne vulgaris yang terjadi pada wanita. Metode ini diharapkan dapat menghasilkan diagnosa yang lebih tepat dan mempunyai nilai kepastian yang lebih akurat. Dalam penulisan Skripsi ini penulis akan mengimplementasikan kedua metode tersbut dalam mendiagnosa penyakit akne vulgaris. Untuk itu berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka

diusulkan sebuah penelitian dengan judul “Implementasi Pengkombinasian Antara Metode Dempster Shafer Dan Theorema Bayes Dalam Sistem Pakar”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka yang menjadi perumusan masalah adalah pengkombinasian antara metode dempster shafer dan theorema bayes dalam sistem pakar.

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka ada beberapa hal yang dapat dijadikan batasan masalah yaitu :

1. Metode yang digunakan adalahDempster Shafer dan konsepTheorema Bayes. 2. Studi kasus yang digunakan adalah diagnosis jenis penyakit kulit acne

vugaris.

3. Interaksi yang digunakan antar pemakai dan sistem berupa tanya-jawab dari pertanyaan yang telah diberikan kepada user, dan memberikan nilai hasil kepastian atau solusi hasil diagnosa.

4. Aplikasi yangdirancang dengan menggunakan program berbasis Desktop dan software yang digunakan adalahVisual Studio 2010.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan Skripsi ini dapat dibedakan menjadi beberapa yaitu, dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Mengamati hasil dari diagnosa penyakitaknevulgaris menggunakan metode Dempster Shafer dan Theorema Bayes.


(17)

2. Implementasikan microsoft visual studio 2010 dalam membangun sistem pakar berbasis dekstop

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan sebuah sistem pakar berupa perangkat lunak yang berbasis desktop untuk mengetahui diagnosa penyakit akne vulgaris serta dapat memperluas pengetahuan dalam penerapan ilmu komputer dibidang kesehatan.

1.6. Metodologi Penelitian

Adapun metodologi penelitian yang digunakan dalam penyelesaian Skripsi terdiri atas:

a. Studi literatur

Bertujuan untuk mempelajari dan memahami teori dasar tentang Sistem Pakar, metode sistem pakar dan materi lain yang berhubungan dengan pembuatan program.

b. Pengumpulan data dan studi lapangan

Mengumpulkan data dan informasi yang terkait dengan informasi jenis,gejala dan pengobatan agne vulgaris, baik melalui konsultasi denganpakar (dokter atau pakar kesehatan) maupun sumber literatur lainnya.

c. Analisa dan perancangan

Pengembangan perangkat lunak sistem dengan tahapan sesuai dengantahapan pada Sistem Pakar Untuk Diagnosaagne vulgaris sebagaiberikut:

1. Identifikasi Masalah

Masalah yang terjadi sekarang ini adalah banyak penderita agne vulgaris yang masih belum mengetahui jenis penyakit yang diderita danseringkali pakar atau karena begitu kompleksnya agne vulgaris,maka dokter/pakar harus mendalami lebih jauh gejala yang dialamaipasien dan mencoba tindakan pengobatan mana yang harus dijalanisampai ditemukan pengobatan yang sesuai dengan jenis penyakit yangdiderita.

2. Analisis dan Akuisisi Pengetahuan

Pada tahapan ini akan dilakukan analisis terhadap data dan informasiyang diperoleh, yaitu data dan informasi tentang jenis-jenis penyakit,gejala


(18)

yang menyertai serta tindakan pengobatan apa yang mestidilakukan. Selain itu pada tahap ini juga dilakukan pengumpulanpengetahuan dan pengalaman dari pakar (dokter dan literatur yangterkait).

3. PemilihanTools

Merupakan tahap pemilihantools yang akan digunakan untukmembangun sistem pakar.

a. Representasi Pengetahuan

Pengetahuan-pengetahuan yang telah didapat dari hasil akuisisipengetahuan diolah menjadi bentuk yang dapat dikenali olehkomputer. Selain itu pada tahap ini juga dilakukan pembuatanprototypedari sistem berupa aturan-aturan yang akan digunakanuntuk menelusuri pengetahuan pada mesin inferensi.

b. Verifikasi dan validasi

Pada tahap ini, pengetahuan yang sudah direpresentasikan tersebutdikonfirmasikan kembali ke pakar untuk diverifikasi serta diperiksavalidasinya.

c. Implementasi

Merupakan tahap pembangunan aplikasi, termasuk integrasipengetahuan yang sudah diverifikasi dan valid.

d. Evaluasi dan Implementasi akhir

Akan dilakukan evaluasi dan penyempurnaan pada sistem yangtelah dibuat jika diperlukan untuk kemudian diserahkan pada user.

1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Skripsi dapat diuraikan melalui beberapa tahap sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN

Membahas tentang latar belakang dilakukannya penelitian,rumusan masalah yang akan dibahas, tujuan yangingin dicapai, batasan masalah, metode penyelesaian masalah yangdigunakan dalam Skripsi dan sistematika dari penulisan.


(19)

Berisi pembahasan dasar teori tentang sistem pakar serta metode yang akan digunakandan dijadikanlandasan untuk pengembangan perancangan perangkat lunakaplikasi sistem pakar untuk diagnosa penyakit mata.

BAB III : ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

Berisi analisis dan perancangan sistem yang terdiri dari analisis danperancangan proses dengan menggunakan diagram alir (flow diagram), analisis dan perancangan basis pengetahuan dan basisdata yang terdiri dari fakta dan aturan, analisis terhadap metode Dempster Shafer dan Theorema bayes dan perancanganmekanisme inferensi yang digunakan untuk diagnosis gejala yangdirasakan pasien untuk menentukan jenis penyakit yang diderita.

BAB IV : IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

Pada bab ini aplikasi sistem pakar diagnosa penyakit mata berdasarkan perancangan pada bab sebelumnya, yang akan diimplementasikan menggunakan visual 2010. Serta dilakukan pengujian terhadap aplikasi tersetbut.

BAB V : PENUTUP

Berisi kesimpulan dari hasil penelitian Skripsi ini serta saran-saran untuk pengembangan lebih lanjut.


(20)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Sistem Pakar

Turban (Muhammad Dahria, 2013) menyatakan bahwa “Sistem pakar (expert system) adalah sistem yang menggunakan pengetahuan manusia, dimana pengetahuan tersebut dimasukkan kedalam sebuah komputer, dan kemudian digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang biasanya membutuhkan kepakaran atau keahlian manusia. Atau dengan kata lain sistem pakar adalah sistem yang didesain dan diimplementasikan dengan bantuan bahasa pemrograman tertentu untuk dapat menyelesaikan masalah seperti yang dilakukan oleh para ahli.Diharapkan dengan sistem ini, orang awam dapat menyelesaikan masalah tertentu baik sedikit rumit ataupun rumit sekalipun tanpabantuan para ahli dalam bidang tersebut. Sedangkan bagi para ahli, sistem ini dapat digunakan sebagai asisten yang berpengalaman.

Suatu sistem dikatakan sistem pakarapabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Terbatas pada domain keahlian tertentu

2. Dapat memberikan penalaran untuk data-data yang tidak pasti.

3. Dapat mengemukakan rangkaian alasan-alasan yang diberikanya dengan cara yang dapat dipahami.

4. Berdasarkan pada kaidah atau rule tertentu 5. Dirancang untuk dikembangkan secara bertahap. 6. Keluaranya atau output bersifat anjuran

Tujuan pengembangan sistem pakar sebenarnya bukan untuk menggantikan peran manusia, tetapi untuk mensubsitusikan pengetahuan manusia ke dalam bentuk sistem, sehingga dapat digunakan oleh orang banyak. Dalam penyusunanya, sistem pakar mengkombinasikan kaidah-kaidah penarikan kesimpulan (inference rules) dengan basis pengetahuan tertentu yang diberikan oleh satu atau lebih pakar dalam bidang tertentu. Kombinasi dari kedua hal tersebut disimpan dalam komputer, yang selanjutnya digunakan dalam proses pengambilan keputusan untuk menyelesaikan masalah tertentu.


(21)

Sistem pakar disusun oleh dua bagian utama, yaitu lingkungan pengembangan (development environment) dan lingkungan konsultasi (consultation environment). Lingkungan pengembangan sistem pakar digunakan untuk memasukkan pengetahuan sistem pakar ke dalam lingkungan sistem pakar, sedangkan lingkungan konsultasi digunakan oleh pengguna yang bukan pakar guna memperoleh pengetahuan pakar.

2.1.1. Ciri-ciri Sistem Pakar

Ciri-ciri sistem pakar dapat dibedakan menjadi beberapa bagian dan dijelaskan sebagai berikut :

1. Terbatas pada domain keahlian tertentu

2. Dapat memberikan penalaran untuk data-data yang tidak lengkap atau tidak pasti

3. Dapat menjelaskan alasan-alasan dengan cara yang dapat dipahami 4. Bekerja berdasarkan kaidah / Rule tertentu

5. Basis pengetahuan dan mekanisme inferensi terpisah

6. Sistem dapat mengaktifkan kaidah secara searah yang sesuai, dituntut oleh dialog dengan penggunaan. (Feresi Daeli, 2013)

2.1.2. Komponen Sistem Pakar

Komponen – komponen sistem pakar ada beberapa dan dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Antarmuka Pengguna (User Interface)

Merupakan mekanisme yang digunakan oleh pengguna sistem pakar untuk berkomunikasi. Ada bagian ini terjadi dialog antara program dan pemakai, yang memungkinkan sistem pakar menerimainstruksi dan informasi (input) dari pemakai, juga memberikan informasi (output) kepada pemakai.

2. Basis Pengetahuan (Knowledge Base)

Basis pengetahuan adalah basis atau pangkalan pengetahuan yang berisi fakta, pemikiran, teori, prosedur, dan hubungannya satu dengan yang lain atau informasiyang terorganisasi dan teranalisa (pengetahuan didalam pendidikan atau pengalaman dari seorang pakar) yang diinputkan kedalam komputer.


(22)

3. Akuisisi Pengetahuan (Knowledge Acquisition)

Akuisisi pengetahuan adalah akuisisi, transfer dan transformasi keahlian dalam menyelesaikan masalah dari sumber pengetahuan ke dalam program komputer. Dalam tahap ini Knowledge engineer berusaha menyerap pengetahuan untuk selanjutnya di transfer ke dalam basis pengetahuan. Terdapat tiga metode utama dalam akuisisi pengetahuan, yaitu: wawancara, analisis protocol dan observasi pada pekerjaan pakar.

4. Mesin Inferensi (Inference Engine)

Mesin inferensi merupakan program komputer yang memberikan metodologi untuk penalaran tentang informasi yang ada dalam basis pengetahuan dan dalam workplace, dan untuk memformulasikan kesimpulan. Mesin inferensi berperan sebagai otak dari sistem pakar. Mesin inferensi berfungsi untuk memandu proses penalaran terhadap suatu kondisi berdasarkan pada basis pengetahuan yang tersedia. Di dalam mesin inferensi terjadi proses untuk memanipulasi dan mengarahkan kaidah, model, dan fakta yang disimpan dalam basis pengetahuan untuk mencapai solusi atau kesimpulan. Dalam prosesnya, mesin inferensi menggunakan strategi penalaran dan strategi pengendalian.

5. Workplace

Merupakan memori kerja (working memory) yang digunakan untuk menyimpan kondisi/keadaan yang dialami oleh pengguna dan juga hipotesa serta keputusan sementara.

6. Fasilitas Penjelasan

Proses menentukan keputusan yang dilakukan oleh mesin inferensi selama sesi konsultasi mencerminkan proses penalaran seorang pakar.karena pemakai terkadang bukanlah seorang ahli dalam bidang tersebut, maka dibuatlah fasilitas penjelasan. Fasilitas inilah yang dapat memberikan informasi kepada pemakai mengenai jalannya penalaran sehingga dihailkan suatu keputusan. (Ginanjar Wiro, 2010).


(23)

2.2. Pengertian Acne Vulgaris

Acne vulgaris adalah penyakit peradangan kronis folikel sebasea yang mengenai hampir 80-100% remaja.(Dewi Rahmawati, 2012). Insidensi terbanyak pada usia 14-17 tahun bagi wanita. Derajat akne dibagi menjadi derajat ringan,sedang dan berat. Mengenai hampir 80-100% remaja, dewasa muda dan dapat berlanjut sampai usia tua. Pada wanita Kaukasia berumur 12-25 tahun, prevalensi derajat Akne vulgaris berkisar 75-85%.

Menurut penelitian Cunliffe, akne mengenai remaja dengan berbagai variasinya dengan insidensi terbanyak pada usia 14-17 tahun bagi wanita dan usia 16-19 tahun bagi pria. Penyebab utama akne sampai sekarang belum diketahui dengan pasti, tetapi ada dugaan kuat merupakan penyakit multifaktorial.Faktor-faktor penyebab akne seperti genetik, trauma dan infeksi, hormon, diet, obat-obatan, kosmetik, jenis kulit, pekerjaan, psikis dan iklim.

2.2.1. Penyebab Penyakit Acne vulgaris

Menurut (Rizqun Nisa, 2015) Acne Vulgaris disebabkan oleh multifaktorial, baik yang berasal dari luar (eksogen) maupun dari dalam (endogen):

a. Genetik

Akne kemungkinan besar merupakan penyakit genetik dimana pada penderita terdapat peningkatan respon unit pilosebaseus terhadap kadar normal androgen dalam darah. Menurut sebuah penelitian, adanya gen tertentu (CYP17-34C/C homozigot Chinese men) dalam sel tubuh manusia, meningkatkan terjadinya akne.

b. Faktor Hormonal

Pada 60–70% wanita lesi akne menjadi lebih aktif kurang lebih satu minggu sebelum haid oleh karena hormon progesteron. Estrogen dalam kadar tertentu dapat menekan pertumbuhan akne karena menurunkan kadar gonadotropin yang berasal dari kelenjar hipofisis. Hormon Gonadotropin mempunyai efek menurunkan produksi sebum. Progesteron dalam jumlah fisiologis tidak mempunyai efek terhadap efektifitas terhadap kelenjar lemak .Produksi sebum tetap selama siklus menstruasi, akan tetapi kadang progesteron menyebabkan akne premenstrual


(24)

Terdapat makanan tertentu yang memperberat AV. makanan tersebut antara lain adalah makanan tinggi lemak (gorengan, kacang, susu, keju, dan sejenisnya), makanan tinggi karbohidrat (makanan manis, coklat, dll), alkohol, makanan pedas, dan makanan tinggi yodium (garam). Lemak dalam makanan dapat mempertinggi kadar komposisi sebum.

d. Faktor Kosmetik

Kosmetika dapat menyebabkan akne seperti bedak dasar (foundation), pelembab (moisturiser), krem penahan sinar matahari (sunscreen) dan krem malam, jika mengandung bahan-bahan komedogenik. Bahan-bahan komedogenik seperti lanolin, petrolatum, minyak atsiri dan bahan kimia murni (asam oleik, butil stearat, lauril alkohol, bahan pewarna (D&C) biasanya terdapat pada krim-krim wajah. Untuk jenis bedak yang sering menyebabkan akne adalah bedak padat (compact powder).

e. Faktor Infeksi dan Trauma

Peradangan dan infeksi di folikel pilosebasea terjadi karena adanya peningkatan jumlah dan aktivitas flora folikel yang terdiri dari Propionilbacterium Acnes, Corynebacterium Acnes, Pityrosporum ovale dan Staphylococcus epidermidis. Bakteri-bakteri ini berperan dalam proses kemotaksis inflamasi dan pembentukan enzim lipolitik yang mengubah fraksi lipid sebum. Propionilbacterium Acnes berperan dalam iritasi epitel folikel dan mempermudah terjadinya akne. Selain itu, adanya trauma fisik berupa gesekan maupun tekanan dapat juga merangsang timbulnya akne vulgaris. f. Kondisi Kulit

Kondisi kulit juga berpengaruh terhadap akne vulgaris. g. Faktor Pekerjaan

Penderita akne juga banyak ditemukan pada karyawan-karyawan pabrik dimana mereka selalu terpajan bahan-bahan kimia seperti oli dan debu-debu

logam. Akne ini biasa disebut “Occupational Acne”.

2.2.2. Komedo

Komedo adalah merupakan salah satu jenis jerawat. Biasanya, komedo terbentuk karena penyumbatan minyak atau make up yang terjebak dibawah kulit. Yang satu ini merupakan salah satu masalah kulit yang paling sering dialami oleh banyak orang.


(25)

Sekalipun enggak menyebabkan bengkak dan iritasi kulit seperti jerawat, komedo tetap mengurangi kecantikan wajah jika melekat dalam jumlah banyak (Vallesca Souisa, 2011). Ada dua macam komedo, yaitu sebagai berikut :

1. Whitehead. komedo ini berupa tonjolan putih kecil-kecil dibawah kulit. Cara mengatasi Whitehead:

a. Bersihkan wajah dengan scrub, atau sabun muka yang mengandung asam salisilat (salicylic acid) atau AHA (alfa hidroksi acid ) atau BHA (beta hidroksi acid)

b. Atasi kelebihan minyak dengan kertas minyak, atau toner jika wajah kamu sangat berminyak.

2. Blackhead komedo ini terlihat seperti pori-pori yang membesar dan menghitam. Cara mengatasi blackhead :

a. Bersihkan wajah dengan scrub dua kali seminggu, bilas dengan air dingin, atau gunakan dengan toner untuk merapatkan pori-pori.

b. Perawatan facial diperlukan jika komedo kamu cukup banyak. Lakukan facial sekali seminggu, tetapi kurangi porsi massage agar kelenjar minyak tidak semakin aktif dan memproduksi minyak berlebihan sehingga membuat wajah berkomedo lagi.

c. Atau, coba langkah alternatif, bersihkan wajah dengan belimbing wuluh yang ditumbuk halus dan dicampur dengan sedikit air garam. Bubur belimbing wuluh ini akan memberikan rasa sejuk dan memperkecilkan pori-pori.

2.2.3. Pengertian Jerawat

Menurut (Sugiarto,dkk. 2010) jerawat atau (acne vulgaris) adalah jerawat yang merupakan benjolan mirip bisul kecil yang berisi lemak. Jika terjadi peradangan, jerawat bisa mengeras dan membentuk kista sehingga sulit sembuh. Jerawat biasanya menyerang mereka yang berusia (14 – 20 tahun).

2.2.4. Gejala Dan Faktor Penyebab Timbulnya Jerawat

Menurut (Sugiarto,dkk. 2010) gejala yang sering munculjika terkena jerawat sebagai berikut :

1. Bagian kulit, khususnya kulit wajah muncul benjolan atau mirip bisul kecil yang terkadang ujungnya berwarna kuning dan berisi nanah.


(26)

2. Benjolan itu terkadang menyebabkan rasa nyeri atau sedikit gatal.

Selain itu menurut (Wahyuni, 2010) ada 4 (empat) gejala pokok yang perlu diperhatikan pada timbunya jerawat dan dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Adanya peningkatan hormone androgen

2. Adanya peningkatan produksi lemak di kelenjar lemak (sebum)

3. Adanya kondisi abnormal atas timbulnya bakteri dan jamur atau yang disebut microflora di kulit

4. Adanya penebalan, penyumbatan serta pengerasan pada sel-sel kulit

Faktor penyebab timbulnya jerawat diantaranya dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Hormon (Estrogen dan Progesteron)

2. Kekurangan vitamin A, terutama pada orang yang mempunyai kulit kering 3. Keturunan

4. Makanan

Sebagian besar dari makanan berminyak dan mengandung zat tepung dan sebagian makanan seperti jamur, kacang-kacangan, menambah kemungkinan terkena jerawat. Pada usia pubertas, anemia, tidak melakukan aktivitas olahraga, tidak terkena matahari dan udara segar dalam jumlah yang cukup, lalai dalam menjaga kebersihan diri, tidak memperhatikan kebersihan kulit dan kondisi fisik serta syaraf tegang, akan mempercepattumbuhnya jerawat.

2.2.5. Tipe-Tipe Jerawat

Menurut Fahmi dalam (Wahyuni, 2010) bahwa yang membedakan tipe jerawat berdasarkan jenis dan kadar penderitaannya, yaitu :

1. Jenis titik atau fleks

Pada awal terjadinya, banyak jerawat berkepala hitam dan adanya sumbatan-sumbatan minyak. Jenis ini biasannya dikenal dengan komedo jenis terbuka (blackedhead). Sedangkan komedo yang tertutup (whitehead) memiliki kulit yang tumbuh diatas pori-pori yang tersumbat, makanya terlihat seperti tonjolan putih kecil-kecil dibawah kulit. Jerawat jenis komedo ini disebabkan oleh sel-sel kulit mati dan kelenjar minyak yang berlebihan pada kulit.


(27)

Jerawat kecil-kecil yang matang banyak terdapat di daerah kening 3. Jerawat biasa

Jenis jerawat kelasik ini mudah dikenal, tonjolan kecil berwarna pink atau kemerahan. Terjadi karena pori-pori yang tersumbat terinfeksi dengan bakteri. Bakteri ini biasa terdapat dipermukaan kulit, bias juga dari waslap, kuas make up dan jari tangan. Selanjutnya stress, hormon dan udara yang lembab dapat memperbesar kemungkinan infeksi jerawat, karena menyebabkan kulit memproduksi minyak, yang merupakan tempat berkembang biaknya bakteri

4. Jenis Tuber (Akar Tumbi)

Terdiri dari jenis jerawat kecil yang menahun serta meradang 5. Jerawat Batu

Kelenjar-kelenjar minyak membesar seperti jagung dan dipenuhi dengan zat bentukannya seperti bentuk kantung jenis cystic acne atau jerawat batu 6. Jerawat berbentuk bekas luka

Jerawat berbentuk bekas luka adalah berlubang dan menonjol diatas permukaan kulit

2.2.6. Diagnosa Acne vulgaris

Menurut (Resti, 2015) diagnose acne vulgaris dilihat dari seberapa parahnya acne tersebut. Sebagian besar acne ringan sampai sedang membutuhkan terapi topikal. Acne sedang sampai berat menggunakan kombinasi terapi topikal dan oral. Terapi acne dimulai dari pembersihan wajah menggunakan sabun. Beberapa sabun sudah mengandung antibakteri, misalnya triclosan yang menghambat kokus positif gram. Selainitu juga banyak sabun mengandung benzoil peroksida atau asam salisilat.

Bahan topikal untuk pengobatan acnesangat beragam. Sulfur, sodium sulfasetamid,resorsinol, dan asam salisilat, sering ditemukan sebagai obat bebas. Asam azaleat dengan konsentrasi krim 20 persen atau gel 15% , memiliki efek antimikroba dankomedolitik, selain mengurangi pigmentasi dengan berfungsi sebagai inhibitor kompetitif tirosinase. Benzoil peroksida merupakan antimikroba kuat, tetapi bukan antibiotik, sehingga tidak menimbulkan resistensi. Retinoid topikal secara umum bersifat komedolitik dan menghambat pembentukkan mikrokomedo yang merupakan awal dari AV.


(28)

Target kerja retinoid yaitu pada proliferasi abnormal dan diferensiasi keratinosit serta mempunyai efek antiinflamasi. Retinoid merupakan turunan vitamin A yang mencegah pembentukan komedo dengan menormalkan deskuamasi epitel folikular. Retinoid topikal yang utama adalah tretinoin, tazaroten, dan adapalene.Tretinoin palingbanyak digunakan, bersifat komedolitik dan antiinflamasi poten. Antibiotik sistemik diberikan pada akne derajat sedang sampai dengan berat. Antibiotik sistemik pada akne vulgaris bekerja sebagai antibakteri, antiinflamasi, dan imunomodulator. Antibiotik ini terbukti dapat menghambat lipase bakteri dan menurunkan produksi asam lemak bebas. Terapi antibiotik yang efektif dapat mengurangi populasi P.acnes sebesar <90%.

2.3. Pengertian Implementasi

Menurut Purwanto (Zaid, 2012) implementasi adalah tahapan penerapan atau tindakan yang diperlukan agar mencapai sukses dalam suatu penelitian. Oleh karenanya, tahapan ini bukan lagi sebagai wacana pemikiran atau ide lagi, tetapi sudah berada pada tahapan perilaku dan tindakan yang diperlukan dalam penelitian. implementasi sebagai konsep dapat dibagi ke dalam dua bagian. Pertama, implementation = F (Intention, Output, Outcome). Sesuai definisi tersebut, implementasi merupakan fungsi yang terdiri dari maksud dan tujuan, hasil sebagai produk dan hasil dari akibat. Kedua, implementasi merupakan persamaan fungsi dari implementation = F (Policy, Formator, Implementor, Initiator, Time).

Penekanan utama kedua fungsi ini adalah kepada kebijakan itu sendiri, kemudian hasil yang dicapai dan dilaksanakan oleh implementor dalam kurun waktu tertentu. Implementasi kebijakan menghubungkan antara tujuan kebijakan dan realisasinya dengan hasil kegiatan pemerintah. Tugas implementasi adalah membangun jaringan yang memungkinkan tujuan kebijakan publik direalisasikan melalui aktivitas instansi pemerintah yang melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan (policy stakeholders).

2.4.Metode

Menurut (Rohayah, 2009) istilah metode berasal dari kata method dalam bahasa inggris. Dalam Macquarie Dictionary, a method is a way of doing something,


(29)

especially is accordance with a definite planatau metode adalah suatu cara melakukan sesuatu, terutama yang berkenaan dengan rencana tertentu.

2.4.1. Pengertian Demster Shafer

Demster Shafer adalah suatu teori matematika untuk pembuktian berdasarkan belief functions and plausible reasoning (fungsi kepercayaan dan pemikiran yang masuk akal), yang digunakan untuk mengkombinasikan potongan informasi yang terpisah (bukti) untuk mengkalkulasi kemungkinan dari suatu peristiwa. (M., Dahria, 2013). Secara umum Teori Dempster-Shafer ditulis dalam suatu interval: [Belief, Plausibility] Belief (Bel) adalah ukuran kekuatan evidence (bukti) dalam mendukung suatu himpunan proposisi. Jika bernilai 0 maka mengindikasikan bahwa tidak ada evidence, dan jika bernilai 1 menunjukkan adanya kepastian. Plausibility (Pl) dinotasikan sebagai:

Pl(s)=1-Bel(-s) ………(2.1)

Plausability juga bernilai 0 sampai 1. Jika yakin ¬s, maka dapat dikatakan bahwa: Bel = (¬s) = 0. Pada teorema Dempster-Shafer kita mengenal adanya frame of discernment yang dinotasikan dengan Θ. Frame ini merupakan semesta pembicaraan dari sekumpulan hipotesis.

Misalkan :

Θ = {GK,BK,PT,DBM} Dengan : GK = Garis Kuning

PT = Busuk Tajuk; BK = Busuk kuncup DBM = Busuk Pucuk.

Sistem pakar harus mampu bekerja dalam ketidakpastian hal ini menurut Giarattano dan Riley dalam (Muhammad Dahria, 2013). Sejumlah teori telah ditemukan untuk menyelesaikan ketidakpastian, diantaranya probabilitas klasik (classical probability), teori Hartley berdasarkan himpunan klasik (Hartley theory based on classical sets), teori Shannon berdasarkan probabilitas (Shanon theory based


(30)

on probability), teori Dempster-Shafer (Dampster-Shafer theory), teori Fuzzi Zadeh

(Zadeh’s Fuzzi theory) dan faktor kepastian (certainy factor).

2.4.2. Pengertian Theorema Bayes

Teorema bayes merupakan satu metode yang digunakan untuk menghitung ketidakpastian data menjadi data yang pasti dengan membandingkan antara data ya dan tidak. Probabilitas bayes merupakan salah satu cara untuk mengatasi ketidakpastian data dengan menggunakan formula bayes. (Wisnu, 2010).Theorema Bayes digunakan untuk menghitung probabilitas terjadinya suatu peristiwa berdasarkan pengaruh yang didapat dari hasil observasi. Metode ini disamping memanfaatkan data sampel yang diperoleh dari populasi juga menghitung suatu distribusi awal yang disebut distribusi prior.

Metode Theorem Bayes memandang paramenter sebagai variable yang menggambarkan pengetahuan awal tentang parameter sebelum pengamatan dilakukan dan dinyatakan dalam suatu distribusi yang disebut dengan distribusi prior. Setelah pengamatan dilakukan, informasi dalam distribusi prior dikombinasikan dengan informasi dengan data sampel melalui teorema bayes. Sesuai dengan probabilitas subjektif, bila seseorang mengamati kejadian E dan mempunyai keyakinan bahwa kemungkinan E akan muncul, maka probabilitas E disebut probabilitas prior. Setelah ada informasi tambahan bahwa misalnya kejadian H telah muncul, mungkin akan terjadi perubahan terhadap perkiraan semula mengenai kemungkinan E untuk muncul. Probabilitas untuk H sekarang adalah probabilitas bersyarat akibat H dan disebut probabilitas posterior. Teorema bayes merupakan mekanisme untuk memperbaharui probabilitas dari prior menjadi probabilitas posterior.

2.5. Perancangan Sistem Flowchart Sistem

Flowchart sistem merupakan urutan-urutan langkah kerja suatu proses yang digambarkan dengan menggunakan simbol-simbol yang disusun secara sistematis. (Iswandy, 2014).

Flowchart menggunakan berbagai simbol yang standarisasi secara internasional. Sismbol-simbol flowchart dapat dikategorikan ke dalam empat bagian simbol input atau output, proses, penyimpanan dan lain-lain. Hal ini ditujukan untuk memudahkan


(31)

setiap orang memahami berbagai variasi flowchart, secara khusus simbol-simbol flowchart dapat ditampilkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Simbol-Simbol Flowchart Sistem

(sumber:Soeherman & Pinontoan, 2009)

2.6. Sejarah Visual Basic 2010

Sekilas Sejarah Visual Basic diturunkan dari bahasa BASIC. Visual Basic terkenal seebagai bahasa pemograman yang mudah digunakan terutama untuk membuat aplikasi yang berjalan di atas platform Windows. Pada tahun 90an, Visual Basic menjadi bahasa pemograman yang paling popular dan menjadi pilihan utama untuk mengembangkan program berbasis Windows.

Versi Visual Basic terakhir sebelum berjalan di atas .NET Framework adalah VB6 (Visual Studio 1998).Visual Basic .NET dirilis pada bulan Februari tahun 2002 bersamaan dengan platform .NET Framewor1.0. Kini sudah ada beberapa versi dari Visual Basic yang berjalan pada platform .NET, yaitu VB 2002 (VB7), VB 2005(VB8), VB 2008 (VB9) dan yang terakhir adalah VB 2010 (VB10) yang dirilis bersamaan dengan Visual Studio 2010. Selain Visual Basic 2010,Visual Studio 2010 juga mendukung beberapa bahasa lain, yaitu C#, C++, F#atau bahasa baru untuk

dokumen display struk Tampil

data Proses manual Proses alat non komputer Data temporary online arsip card D A T Proses komputer Predefine

proses card

terminal

pilihan keterangan

On pc On pc aliran

Input data

Data nominal alphabet


(32)

functional programming, IronPhyton, dan IronRuby atau bahasa baru untuk dynamic programming.

2.6.1. Visual Studio.Net

Microsoft Visual Studio .net merupakan salah satu software buatan Microsoft Corp. yang didesain khusus dalam pembuatan program-program profesional berbasis windows platform. Microsoft Visual Studio .net merupakan perangkat lunak yang terintegrasi, di dalamnya terdapat beberapa paket software yang dapat digunakan oleh programer dalam membangun sebuah program profesional, diantaranya adalah Visual Basic, Visual J#, Visual C, #Visual C++ dan Java Runtime yang sama-sama berada dalam naungan platform Microsoft .NET Framework. Bagian – bagian dari software ini diantaranya toolbox, jendela properties, server explorer dan solution explorer.

Toolbox digunakan untuk pemilihan kontrol–kontrol yang akan digunakan pada program yang akan dirancang. Kontrol ini merupakan kontrol standar yang digunakan oleh aplikasi Windows dan kontrol–kontrol tambahan yang disebut ActiveX. Kontrol yang ada pada jendela ini dapat ditambah dan dikurangi sesuai kebutuhan. Jendela Properties merupakan jendela yang digunakan untuk mengatur properti sebuah objek. Jendela Properties ini terbagi dalam dua bagian yaitu Alphabetic dan Catagirozed. Perbedaan dari keduanya hanyalah cara menampilkan properties dalam sebuah objek. Pada bagian Alphabetic, properti diatur berdasarkan urutan abjad, sedangkan di bagian Catagorized, properti diatur dalam kelompok-kelompok kategori.

2.6.2. Crystal Report

Crystal Report adalah merupakan perangkat lunak yang dikhususkan untuk membangun sebuah laporan. Crystal Report dapat digunakan dengan bahasa pemograman berbasis windows seperti Borland Delphi, Visual Basic 6.0, Visual Basic .net, Visual C++ dan Visual Interdev (Nurullah, 2012).

Beberapa kelebihan dari Crystal Report ini adalah:

1. Dari segi pembuatan laporan tidak terlalu rumit yang memungkinkan para programmer pemula sekalipun dapat membuat laporan yang sederhana tanpa melibatkan banyak kode program.


(33)

2. Integrasi dengan bahasa-bahasa pemograman lain yang memungkinkan dapat digunakan oleh banyak programmer dengan masing-masing keahlian.

3. Fasilitas impor hasil laporan yang mendukung format-format popular seperti Microsoft Word, Excel, Acces, Adobe Acrobat Reader, HTMLdan sebagainya.


(34)

ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1. Analisis Sistem

Dalam hal ini analisis sistem pada penyakit acne vulgaris. Dalam pembuatan sistem diperlukan beberapa data dan informasi mengenai penyakit dan gejala-gejala yang menyerang wajah tersebut. Data dan informasi tersebut diperoleh dari hasil mengumpulkan data dan informasi dari buku-buku referensi, literatur dan bahan tertulis lainnya serta pengumpulan informasi dari situs internet. Dalam membangun sistem pakar pengkombinasian antara metode demster shafer dan theorema bayes, dilakukan beberapa tahap analisis, yaitu :

1. Analisis masalah 2. Analisis acne vulgaris

3. Analisis jenis dan gejala penyakit acne vulgaris 4. Analisis diagnosa acne vulgaris

5. Analisis Basis Pengetahuan (Knowledge Base)

6. Analisis penentuan metode penyelesaian dari permasalahan tersebut. Di sini metode yang digunakan adalah metode demster shafer dan Theorema Bayes. 7. Analisis pengkombinasian antara metode demster shafer dan Theorema

Bayes dalam sistem pakar 8. Analisis kebutuhan sistem 9. Perancangan sistem

10. Disain perancangan sistem

3.1.1. Analisis Masalah

Permasalahan yang akan dibahas dalam tugas akhir ini adalah pengkombinasian antara metode demster shafer dan theorema bayes dalam sistem pakar pada acne vulgaris.

3.1.2. Analisis Acne Vugaris

Acne vulgaris adalah peradangan kronik dari folikel pilosebasea yang disebabkan oleh beberapa faktor dengan gambaran klinis yang khas. Daerah-daerah predileksinya terdapat di muka, bahu, bagian atas dari ekstremitas superior, dada dan punggung.


(35)

Acne vulgaris menjadi masalah pada hampir semua remaja. Acne minor adalah suatu bentuk acne yang ringan dan dialami oleh 85% para remaja. Gangguan ini masih dapat dianggap sebagai proses fisiologik.

Lima belas persen remaja menderita acne mayor yang cukup hebat sehinga mendorong mereka ke dokter. Biasanya, acne vulgaris mulai timbul pada masa pubertas. Pada waktu pubertas terdapat kenaikan dari hormon androgen yang beredar dalam darah yang dapat menyebabkan hiperplasia dan hipertropi dari glandula sebasea.

Karena hampir setiap orang pernah menderita penyakit ini, maka sering dianggap sebagai kelainan kulit yang timbul secara fisiologis. Kligman mengatakan bahwa tidak ada seorang pun (artinya 100%), yang sama sekali tidak pernah menderita penyakit ini. Penyakit ini memang jarang terdapat waktu lahir, namun ada kasus yang terjadi pada masa bayi. Betapa pun baru pada masa remajalah acne vulgaris menjadi salah satu problem. Umumnya insiden terjadi pada sekitar umur 14

– 17 tahun pada wanita, 16 – 19 tahun pada pria dan pada masa itu lesi yang predominan adalah komedo dan papul dan jarang terlihat lesi beradang penderita.

Pada seorang gadis acne vulgaris dapat terjadi premenarke. Setelah masa remaja kelainan ini berangsur berkurang. Namun kadang-kadang, terutama pada wanita, acne vulgaris menetap sampai dekade umur 30-an atau bahkan lebih. Meskipun pada pria umumnya acne vulgaris lebih cepat berkurang, namun pada penelitian diketahui bahwa justru gejala acne vulgaris yang berat biasanya terjadi pada pria. Diketahui pula bahwa ras Oriental (Jepang, Cina, Korea) lebih jarang menderita acne vulgaris dibanding dengan ras Kaukasia (Eropa, Amerika), dan lebih sering terjadi nodulo-kistik pada kulit putih daripada negro. Acne vulgaris mungkin familial, namun karena tingginya prevalensi penyakit, hal ini sukar dibuktikan. Dari sebuah penelitian diketahui bahwa mereka yang bergenotip XYY mendapat acne vulgaris yang lebih berat penderita. Meskipun etiologi yang pasti penyakit ini belum diketahui, namun ada berbagai faktor yang berkaitan dengan patogenesis penyakit.

1. Perubahan pola keratinisasi dalam folikel. Keratinisasi dalam folikel yang biasanya berlangsung longgar berubah menjadi padat sehingga sukar lepas dari saluran folikel tersebut.

2. Produksi sebum yang meningkat sehingga menyebabkan peningkatan unsur komedogenik dan inflamatogenik penyebab terjadinya lesi acne.


(36)

3. Terbentuknya fraksi asam lemak bebas penyebab terjadinya proses inflamasi folikel dalam sebum dan kekentalan sebum yang penting pada patogenesis penyakit.

4. Peningkatan jumlah flora folikel (Propionibacterium acnes) yang berperan pada proses kemotaktik inflamasi serta pembentukan enzim lipolitik pengubah fraksi lipid sebum.

5. Terjadinya respons hospes berupa pembentukan cicculating antibodies yang memperberat acne.

6. Peningkatan kadar hormon androgen, anabolik, kortikosteroid, gonadotropin serta ACTH yang mungkin menjadi faktor penting pada kegiatan kelenjar sebasea penderita .

7. Faktor psikis. Acne vulgaris dimasukkan dalam Psychocutaneus Disorder, di samping itu terdapat pula dermatitis atopik, psoriasis, alopecia areata, urtikaria, kronik idiopatik pruritus, prurirus ani, pruritus vulvae, pruritus scrotum, trichotillomania. Faktor emosional dan gangguan psikis atau situasi konflik terutama stres dapat mencetuskan penyakit kulit, dapat menginduksi serangan baru atau memperburuk keadaan penyakit

8. Faktor lain : usia, ras, familial, makanan, cuaca/musim yang secara tak langsung dapat memacu peningkatan proses patogenesis tersebut penderita. Prinsip-prinsip dasar interaksi pikiran dengan tubuh perlu diketahui, karena ada hubungan langsung antara susunan saraf pusat dengan sistem imun. Innervasi bagian-bagian yang disyarafi serabut-serabut simpatis nor adrenergic dari organ limfoid primer dan sekunder, neuropeptide dan reseptor neurotransmiter pada sel-sel imun juga produksi sitokin yang diaktivasi sel-sel imun dapat mempengaruhi fungsi otak. Pikiran negatif dapat mengakibatkan perubahan-perubahan patologis dalam fisik. Pikiran negatif ini dapat berkembang menjadi kepercayaan yang salah yang tidak dapat diubah sehingga emosi menjadi beku dalam keadaan negative dan tubuh memasuki simpatis kronis yang disebut stres. Sebagai hasilnya, mekanisme homeostasis normal gagal berlangsung dan timbulah gejala penyakit.


(37)

Klasifikasi acne sampai saat ini belum ada yang memuaskan, karena belum ada dasar pengukuran yang obyektif. Tujuan penentuan klasifikasi acne antara lain adalah untuk penilaian hasil pengobatan. Klasifikasi yang sering digunakan, yaitu :

1. Erupsi acneiformis

Dibedakan dengan acne dari gambaran klinis dan etiologinya. Pada erupsi acneiformis gambaran klinis berupa papul dan pustul yang timbul mendadak tanpa adanya komedo dihampir seluruh tubuh, dapat disertai demam. Erupsi acneiformis disebakan oleh obat-obatan seperti kortikosteroid, INH, fenobarbotal dan lain sebagainya.

2. Acne rosasea

Adalah peradangan kronis kulit, terutama wajah dengan predileksi di hidung dan pipi. Gambaran klinis berupa eritema, papul, pustul, nodul, kista, talengiektasi dan tanpa komedo

3. Dermatitis perioral

Dermatitis yang terjadi pada daerah sekitar mulut dengan gambaran klinis yang lebih monomorf.

4. Moluskulum kontagiosum

Penyebabnya adalah pox virus. Gambaran klinisnya mirip komedo

tertutup, khasnya adalah papul dengan ”dele”. Prognosis baik dan dapat

sembuh spontan. 5. Folikulitis

Peradangan folikel rambut yang disebabkan oleh Staphylococcus sp. Gejala klinisnya rasa gatal dan rasa gatal di daerah rambut berupa makula eritema disertai papul atau pustul yang ditembus oleh rambut.

6. Komedo Hitam (Blackhead) adalah jenis komedo yang tampak seperti pori-pori yang membesar dan menghitam. Terjadi ketika pori-pori-pori-pori membesar dan terbuka ke permukaan kulit dan ke kelenjar minyak, lalu teroksidasi oleh udara dan berubah menjadi warna hitam/coklat. Komedo jenis ini adalah komedo yang paling sering dialami oleh kebanyakan orang.

7. Komedo putih (Whitehead) adalah jenis komedo yang tampak seperti bintik-bintik kecil yang berwarna putih atau kuning. Komedo jenis ini


(38)

terjadi ketika minyak dan bakteri terperangkap di bawah permukaan kulit lalu mengeras.

8. Makula adalah kelainan kulit yang mengalami perubahan warna yang tidak diserta penojolan kulit dan tidak ada lekukan pada kulit. Makula biasanya bergaris tengah kurang dari 1 cm

9. Papula adalah massa padat yang menonjol diatas kulit berukuran sampai 0,5 cm dan berwarna merah dan tidak berisi sama sekali,contoh : tahi lalat atau tanda lahir.

10. Pustule adalah penonjolan kulit/vesikel yang berisi pus karena mikroorganisme, contoh :Agne , impetigo, furunkel dan karbunkel.

11. Kista adalah nodul yang mengandung cairan atau semisolid yang dapat diekspresikan berupa massa semi padat atau berisi cairan yang berkapsul serta berada dalam jaringan subkutan atau dermis,contoh : Kista sebasea, kista epidermoid.

12. Nodul adalah lesi lebih besar dari 0,5 cm baik lebar dan kedalamannya,seringkali dalam dan keras daripada papula,contoh : lipoma, karsinoma sel skuamosa, suntikan yang tidak terserap dengan baik, dermatofibroma

13. Skuama adalah adalah sisik epidermis,misalnya pada ketombe atau kulit yang mengering.

14. Eritema : merupakan perubahan warna kulit menjadi merah karena dilatasi dari pembuluh darah. Ciri khasnya adalah, jika bagian yang merah itu ditekan, maka warna merahnya akan hilang (karena pembuluh darah tidak bisa melewatkan darah, karena ditekan-menghambat aliran darah).

15. Telangiektasis : telangiektasis merupakan kondisi kulit yang merah karena dilatasi persisten dari pembuluh darah. Jadi kata kuncinya adalah persisten (terus-menerus), jadi walaupun ditekan, warna merahnya tidak akan hilang.

3.1.4. Analisis Diagnosis Acne Vulgaris

Diagnosis dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium dan dilihat gambaran klinis yang berupa :

a. Acne ringan, yang terdiri dari komedo dan papul


(39)

c. Acne berat, yang terdiri dari komedo, papul, pustul, nodul, macula, demam, eritema, kista, rasa gatal, telangiekstasis dan skuama

3.2. Analisis Basis Pengetahuan (Knowledge Base)

Dalam pembangunan sistem berbasis pengetahuan, pengetahuan yang telah diekstrak dipresentasikan ke dalam bentuk yang dapat proses oleh komputer. Representasi pengetahuan merupakan kombinasi sistem berdasarkan dua elemen, yaitu struktur data dan penafsiran prosedur yang digunakan sebagai pengetahuan untuk menyimpan struktur data. Basis pengetahuan merupakan inti program dari sistem pakar dimana basis pengetahuan ini merupakan representasi pengetahuan (Knowledge Representation) dari seorang pakar.

3.2.1. Analisis Basis Pengetahuan Diagnosis Acne Vulgaris

Basis pengetahuan berikut ini berisi pengetahuan-pengetahuan dalam mendignosa acne vulgaris. Berikut ini tabel 3.1 menjelaskan jenis penyakit acne vulgaris.

Tabel 3.1. Jenis Penyakit Acne Vulgaris

Kode_Penyakit Jenis_Penyakit Kategori

G01, G02, G03 Komedo Hitam, Komedo Putih, papula

Ringan

G01, G02, G03, G04, G05

Komedo hitam, Komedo putih, papula, Pustule, Nodul

Sedang

G01, G02, G03, G04, G05, G06, G07, G08, G09, G10, G11, G12, P01, P02, P03, P04

Komedo hitam, Komedo putih, papula, pustule, nodul, Makula, Demam, Eritema, Kista, Rasa Gatal, Telangiekstasis, Skuama, Erupsi Acneiformis, Rosacea, Dermatitis, Perioral, Folikulitis

Berat

Selanjutnya berikut ini pada tabel 3.2menjelaskan kode gejala dan gejala penyakit acne vulgaris.


(40)

Tabel 3.2 Gejala Penyakit Acne Vulgaris

Kode_Gejala Gejala

G01 Komedo Hitam

G02 Komedo Putih

G03 Papula

G04 Postula

G05 Nodul

G06 Makula

G07 Demam

G08 Eritema

G09 Kista

G10 Rasa Gatal

G11 Telangiekstasis

G12 Skuama

Selanjutnya pada tabel 3.3 menjelaskan kode dan basis pengetahuan penyakit acne vulgaris.

Tabel 3.3 Basis Pengetahuan / Rule Base

Kode Rule

D01

IF A1 AND G01 AND G02 AND G03

THEN Acne Ringan

D02

IF A2 AND G04 AND G05

THEN Acne Sedang

D03 IF A3


(41)

3.2.2. Analisis Proses Diagnosis Penyakit

Proses diagnostik merupakan perpaduan dari aktifitas intelektual dan manipulatif. Diagnosis sendiri didefinisikan sebagai suatu proses penting pemberian nama dan pengklasifikasian penyakit pasien, yang menunjukkan kemungkinan nasib pasien dan yang mengarahkan pada pengobatan tertentu. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Dengan metode hipotesis ini menjadikan penyakit-penyakit begitu mudah dikenali hanya dengan suatu kesimpulan diagnostik. Diagnosis dimulai sejak permulaan wawancara medis dan berlangsung selama melakukan pemeriksaan fisik.

Dari diagnosis tersebut akan diperoleh pertanyaan-pertanyaan yang terarah, perincian pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk menentukan pilihan tes-tes serta pemeriksaan khusus yang akan dikerjakan. Data yang berhasil dihimpun, akan dipertimbangkan dan diklasifikasikan berdasarkan keluhan-keluhan dari pasien serta hubungannya terhadap penyakit tertentu. Berdasarkan gejala-gejala serta tanda-tanda yang dialami oleh penderita, maka penegakkan diagnosis akan lebih terpusat pada bagian-bagian tubuh tertentu. Dengan demikian penyebab dari gejala-gejala dan tanda-tanda tersebut dapat diketahui dengan mudah dan akhirnya diperoleh kesimpulan awal mengenai penyakit tertentu.

Tabel 3.4 Diagnosa penyakit Acne vulgaris Kode_diagnosa Diagnosa Acne

Ringan

Acne Sedang

Acne Berat

A1 Komedo hitam,

komedo putih, papul

G01,G02, G03

A2 Komedo hitam,

komedo putih, papul, pustul, nodul

G01,G02, G03, G04,G05

A3 Komedo hitam,

komedo putih, papul, pustul, nodul, macula, demam, eritema, kista, rasa gatal.

G01,G02, G03, G04,G05, G06, G07, G08, G09,


(42)

3.2.3. Analisis Dengan Teorema Bayes

Probabilitas bayes merupakan salah satu cara untuk mengatasi ketidakpastian data dengan menggunakan formula bayes yang dinyatakan :

) ( ) ( ) | ( ) | ( E P H xP H E P E H P

Penjelasan dari formula tersebut adalah sebagai berikut :

P(H|E) : Probabilitas akhir bersyarat (conditional probability) suatu hipotesis H terjadi jika diberikan bukti (evidence) E terjadi. P(E|H) : Probabilitas sebuah bukti E terjadi akan memengaruhi

hipotesis H.

P(H) : Probabilitas awal (priori) hipotesis H terjadi tanpa memandang bukti apapun.

P(E) : Probabilitas awal (priori) bukti E terjadi tanpa memandang hipotesis/bukti yang lain.

Rumus teorema bayes ini digunakan untuk medapatkan nilai prosentase gejala yang didapat dari perhitungan probabilitas tiap gejala dengan klasifikasi ya dan tidak. Adapun perhitungan probabilitas diagnosa gangguan jerawat berdasarkan gejala yaitu :

P(komedo hitam|jerawat ringan) = P(SK|DT) = 0.9 (pilihan gejala pertama) P(komedo putih|jerawat ringan) = P(M|DT) = 0.8

P(papula|jerawat ringan) = P(L|DT) = 0.7 Ca

) ( ) ( ) | ( ) | ( E P H xP H E P E H P  maka:

P(jerawat ringan | komedo hitam, komedo putih, papula) =

P(jerawat ringan| komedo hitam) * P(komedo putih|papula | komedo hitam, jerawat

p(papula| komedo putih |komedo hitam)

p(jerawat ringan| komedo hitam, komedo putih, papula) = (0,9) * (0,8) / (0,9) = 0,80


(43)

Kesimpulan : Dari hasil diatas menunjukkan bahwa probabilitas penderita terkena jerawat ringan sebesar 80 %, apabila gejala utama yang dirasakan adalah komedo hitam. Berikut ini adalah flowchart proses metode Teorema Bayes yang digunakan untuk menganalisis penyakit acne vulgaris dan dapat digambarkan pada gambar 1.4 dibawah ini :

START

Gejala

Rule Base

Hitung Nilai Probabilitas

Penyakit

END

Gambar 3.1 Flowchart Metode Teorema Bayes

3.2.4. Analisis Demster Shafer

Demster-Shafer dinotasikan dengan θ,tidak semua evidence secara langsung mendukung tiap-tiap elemen. Sehingga diperlukan probabilitas fungsi densitas (m). Nilai m tidak hanya mendefinisikan elemen-elemen θ saja, namun juga semua

subsetnya. Sehingga jika θ berisi n elemen, maka subset θ adalah 2n. Jumlah semua m

dalam subset θ sama dengan 1. Apabila tidak ada informasi apapun untuk memilih

hipotesis, maka nilai:


(44)

Apabila diketahui X adalah subset dari θ, dengan m1 sebagai fungsi densitasnya, dan Y juga merupakan subset dari θ dengan m2 sebagai fungsi densitasnya, maka dapatdibentuk fungsi kombinasi m1dan m2sebagaim3, yaitu :

Berikut ini adalah flowchart algoritma demster shafer dalam mendiagnosa acne vulgaris dan dapat digambarkan seperti gambar 3.2 dibawah ini :

START

Gejala

Basis Pengetahuan

Hitung Nilai Plausibility

END

Hitung Matriks Terkombinasi

Hitung Nilai m3(Z)

Hasil Perhitungan Demster Shafer

Gambar 3.2 Flowchart Sistem Metode Demster Shafer

Gambar 3.2 merupakan flowchart sistem metode demster shafer. Proses menggunakan metode demster shafer dimulai dengan menampilkan gejala menggunakan basis pengetahuan untuk menghitung nilai plausibility dan hitung nilai matriks terkombinasi menggunakan rumus m3(z) sebagai hasil akhir perhitungan menjadi nilai demster shafer.


(45)

3.3.Kebutuhan Sistem

3.3.1. Analisis Perangkat Keras

Analisis Kebutuhan perangkat keras dimaksudkan untuk mengetahui spesifikasi perangkat keras yang sedang digunakan di klinik. Perangkat keras yang sedang digunakan di klinik adalah sebagai berikut :

1. Processor dengan kecepatan 2.0 GHz + Motherboard 2. VGA card 64MB

3. RAM 512 MB

4. Hard disk space 40 GB terpasang 5. Monitor

6. Mouse 7. Keyboard

Sedangkan rekomendasi spesifikasi komputer agar dapat menjalankan aplikasi ini adalah sebagai berikut :

1. Processor dengan kecepatan minimal 1 GHz + Motherboard 2. Kapasitas Harddisk minimal 40 GB

3. RAM minimal 256 MB 4. VGA Card minimal 64 MB 5. Monitor

6. Lan Card 10/100Mbps 7. Mouse

8. Printer dan keyboard

Secara keseluruhan spesifikasi perangkat keras semua komputer yang ada sudah memenuhi syarat untuk kebutuhan yang akan diaplikasikan.

3.3.2. Analisis Perangkat Lunak

Perangkat lunak yang digunakan di Klinik menggunakan, sistem operasi windows XP SP2, Microsoft Office enterprise 2007, Netbeans 7.0.1 sebagai compiler, Oracle XE sebagai DBMS.


(46)

3.4. Model Perancangan Sistem 3.4.1. Flowchart Sistem

Perancangan prosedural pada sistem ini menggunakan flowchart yang berguna untuk menggambarkan tahap penyelesaian suatu masalah dengan menggunakan simbol-simbol.

1. Flowchart Sistem Pengkombinasian Demster Shafer Berdasarkan Gejala

Penyakit Acne Vulgaris

Gambar 3.3 Flowchart Sistem Pengkombinasian Demster Shafer

ya

tidak cek

pengkombinasia n demster shafer

Mulai

Tampil form gejala

Input gejala

Data gejala

Basis pengetahuan

Hitung nilai plausibility

Hitung matriks terkombinasi

Hitung nilai M3(Z)

Data tersimpan dan Tampil hasil perhitungan pengkombinasian

demster shafer


(47)

2. Flowchart Sistem Pengkombinasian Theorema Bayes Berdasarkan Gejala Penyakit Acne Vulgaris

Gambar 3.4 Flowchart Sistem Pengkombinasian Theorema Bayes

Mulai

Tampil form gejala

Input gejala

Data gejala

Rule base

Hitung nilai probabilitas

Data tersimpan dan Tampil hasil perhitungan pengkombinasian

theoema bayes

Cek pengkombinasi

an theorema bayes sukses?

ya tidak


(48)

6. Flowcahart Sistem Diagnosa Penyakit Acne Vulgaris Menggunakan Pengkombinasian Demster Shafer

Gambar 3.5 (a) Flowchart Sistem Diagnosa Penyakit Acne Vulgaris Menggunakan Demster Shafer

Mulai

Tampil form diagnosa

Pilih pertanyaan

Pertanyaan , Gejala acne vulgaris yang anda rasakan?

 Komedo Hitam = G01

 Komedo Putih = G02

 Papula = G03

 Postula = G04

 Nodul = G05

 Makula = G06

 Demam = G07

 Eritema = G08

 Kista = G09

 Rasa Gatal = G10

 Telangiekstasis = G11

tidak

Data tersimpan dan tampil kategori jenis penyakit A1

ya

A

Cek D01Dengan metode demster shafer ?


(49)

Gambar 3.5 (b) Flowchart Sistem Diagnosa Penyakit Acne Vulgaris Menggunakan Demster Shafer

Pilih pertanyaan

Pertanyaan , Gejala Acne vulgaris yang anda rasakan?

 Komedo Hitam = G01

 Komedo Putih = G02

 Papula = G03

 Postula = G04

 Nodul = G05

 Makula = G06

 Demam = G07

 Eritema = G08

 Kista = G09

 Rasa Gatal = G10

 Telangiekstasis = G11

tidak

Data tersimpan dan tampil kategori jenis penyakit A2

ya

B A

Cek D02Dengan metode demster shafer ?


(50)

Gambar 3.5 (c) Flowchart Sistem Diagnosa Penyakit Acne Vulgaris Menggunakan Metode Demster Shafer

Selesai Pilih pertanyaan

Pertanyaan , Gejala Acne vulgaris yang anda rasakan?

 Komedo Hitam = G01

 Komedo Putih = G02

 Papula = G03

 Postula = G04

 Nodul = G05

 Makula = G06

 Demam = G07

 Eritema = G08

 Kista = G09

 Rasa Gatal = G10

 Telangiekstasis = G11

tidak

Data tersimpan dan tampil kategori jenis penyakit A3

ya

B

Cek D03 Dengan metode demster shafer ?


(51)

6. Flowcahart Sistem Diagnosa Penyakit Acne Vulgaris Menggunakan Pengkombinasian Theorema Bayes

Gambar 3.6 (a) Flowchart Sistem Diagnosa Penyakit Acne Vulgaris Menggunakan Theorema Bayes

Mulai

Tampil form diagnosa

Pilih pertanyaan

Pertanyaan , Gejala Acne vulgaris yang anda rasakan?

 Komedo Hitam = G01

 Komedo Putih = G02

 Papula = G03

 Postula = G04

 Nodul = G05

 Makula = G06

 Demam = G07

 Eritema = G08

 Kista = G09

 Rasa Gatal = G10

 Telangiekstasis = G11

tidak

Data tersimpan dan tampil kategori jenis penyakit A1

ya

A

Cek D01Dengan metode theorem bayes ?


(52)

Gambar 3.6 (b) Flowchart Sistem Diagnosa Penyakit Acne Vulgaris Menggunakan Theorema Bayes

Pilih pertanyaan

Pertanyaan , Gejala Acne vulgaris yang anda rasakan?

 Komedo Hitam = G01

 Komedo Putih = G02

 Papula = G03

 Postula = G04

 Nodul = G05

 Makula = G06

 Demam = G07

 Eritema = G08

 Kista = G09

 Rasa Gatal = G10

 Telangiekstasis = G11

tidak

Data tersimpan dan tampil kategori jenis penyakit A2

ya

B A

Cek D02Dengan metode theorem bayes ?


(53)

Gambar 3.6 (c) Flowchart Sistem Diagnosa Penyakit Acne Vulgaris Menggunakan Theorema Bayes

3.4.2. Perancangan Antarmuka

Dalam pembuatan sistem pakar untuk mendiagnosa penyakit umum, terdapat beberapa rancangan antar muka yang terdiri dari, halaman utama, yang dilengkapi diagnosa gejala penyakit dengan demster shafer, diagnosa gejala penyakit dengan theorem bayes, pengkombinasian demster shafer, pengkombinasian theorema bayes dan digambarkan sebagai berikut.

Selesai Pilih pertanyaan

Pertanyaan , Gejala Acne vulgaris yang anda rasakan?

 Komedo Hitam = G01

 Komedo Putih = G02

 Papula = G03

 Postula = G04

 Nodul = G05

 Makula = G06

 Demam = G07

 Eritema = G08

 Kista = G09

  

tidak

Data tersimpan dan tampil kategori jenis penyakit A3

ya B

Cek D03 Dengan metode theorem bayes ?


(1)

Private Sub Label1_Click(ByVal sender As System.Object, ByVal e As System.EventArgs) Handles Label1.Click

End Sub

Private Sub RadioButton5_CheckedChanged(ByVal sender As System.Object, ByVal e As System.EventArgs) Handles RadioButton5.CheckedChanged

End Sub

Private Sub RadioButton4_CheckedChanged(ByVal sender As System.Object, ByVal e As System.EventArgs) Handles RadioButton4.CheckedChanged

End Sub

Private Sub RadioButton6_CheckedChanged(ByVal sender As System.Object, ByVal e As System.EventArgs) Handles RadioButton6.CheckedChanged

End Sub

Private Sub RadioButton3_CheckedChanged(ByVal sender As System.Object, ByVal e As System.EventArgs) Handles RadioButton3.CheckedChanged

End Sub End Class

2. Frm. Data Gejala Public Class frmGejala

Dim WithEvents gejala As New DB_MYSQL

Dim sql = "select * from gejala order by kode asc"

Private Sub Form1_Load(ByVal sender As System.Object, ByVal e As System.EventArgs) Handles MyBase.Load

gejala.NamaDatabase = "pakaragne" gejala.NamaTabel = "gejala"

Dim kolom() As String = {"Kode", "Keterangan", "Nilai", "Rujukan"}


(2)

Dim ukuran() As Integer = {100, 1000, 100, 100}

Dim deskripsi() As String = {"kode", "keterangan", "nilai", "rujukan"}

Dim nilai() = {txtKode, txtGejala, txtNilai, txtRujukan}

gejala.DeskripsiTAbel = deskripsi gejala.ObjekTabelValue = nilai

gejala.ListViewKu.Tambah(Me.ListView1, kolom, ukuran, sql)

gejala.TeksContainer.Tambah(cmbAlternatif, "kode", "penyakit")

End Sub

Private Sub cmbBaru_Click(ByVal sender As System.Object, ByVal e As System.EventArgs) Handles cmdBaru.Click

txtGejala.Clear() txtKode.Clear() txtNilai.Clear() txtKode.Focus() txtRujukan.Clear() cmbAlternatif.Text = "" End Sub

Private Sub cmdSimpan_Click(ByVal sender As System.Object, ByVal e As System.EventArgs) Handles cmdSimpan.Click

gejala.Aksi = DB_MYSQL.enumAksi.Simpan gejala.ListViewKu.SegarkanSemua() End Sub

Private Sub cmdEdit_Click(ByVal sender As System.Object, ByVal e As System.EventArgs) Handles cmdEdit.Click

gejala.Aksi = DB_MYSQL.enumAksi.Edit gejala.ListViewKu.SegarkanSemua() End Sub

Private Sub cmdHapus_Click(ByVal sender As System.Object, ByVal e As System.EventArgs) Handles cmdHapus.Click

gejala.Aksi = DB_MYSQL.enumAksi.Hapus gejala.ListViewKu.SegarkanSemua() End Sub

Private Sub cmdBatal_Click(ByVal sender As System.Object, ByVal e As System.EventArgs) Handles cmdBatal.Click


(3)

cmdBaru.Focus() End Sub

Private Sub cmdKeluar_Click(ByVal sender As System.Object, ByVal e As System.EventArgs) Handles cmdKeluar.Click

Me.Close() End Sub

Private Sub gejala_Setelah_Data_Teredit(ByVal Pesan As

String, ByVal isError As Boolean) Handles

gejala.Setelah_Data_Teredit MsgBox(Pesan)

txtGejala.Clear() txtKode.Clear() txtNilai.Clear() End Sub

Private Sub gejala_Setelah_Data_Terhapus(ByVal Pesan As

String, ByVal isError As Boolean) Handles

gejala.Setelah_Data_Terhapus MsgBox(Pesan)

txtGejala.Clear() txtKode.Clear() txtNilai.Clear() End Sub

Private Sub gejala_Setelah_Data_Tersimpan(ByVal Pesan As

String, ByVal isError As Boolean) Handles

gejala.Setelah_Data_Tersimpan MsgBox(Pesan)

txtGejala.Clear() txtKode.Clear() txtNilai.Clear() End Sub

Private Sub ListView1_Click(ByVal sender As Object, ByVal e As System.EventArgs) Handles ListView1.Click

With ListView1.SelectedItems If .Count = 1 Then

txtKode.Text = .Item(0).SubItems(1).Text txtGejala.Text = .Item(0).SubItems(2).Text

txtNilai.Text =

.Item(0).SubItems(3).Text.Replace(",", ".")

txtRujukan.Text = .Item(0).SubItems(4).Text End If

End With End Sub


(4)

Private Sub cmdTambah_Click(ByVal sender As System.Object, ByVal e As System.EventArgs) Handles cmdTambah.Click

If txtRujukan.Text = "" Then

txtRujukan.Text = cmbAlternatif.Text Else

txtRujukan.Text &= "," & cmbAlternatif.Text End If

End Sub

Private Sub ListView1_SelectedIndexChanged(ByVal sender As System.Object, ByVal e As System.EventArgs) Handles ListView1.SelectedIndexChanged

End Sub End Class

3. Frm. Hasil

Public Class frmHasil

Dim WithEvents sql_gejala As New DB_MYSQL Dim WithEvents sql_penyakit As New DB_MYSQL Dim sql1 As String = "select * from gejala" Dim sql2 As String = "select * from penyakit" Dim lstGejalas As ListView

Dim lstPenyakit As ListView

Private Sub frmHasil_Load(ByVal sender As System.Object, ByVal e As System.EventArgs) Handles MyBase.Load

sql_gejala.NamaDatabase = "pakaragne" sql_gejala.NamaTabel = "gejala"

sql_penyakit.NamaDatabase = "pakarmata" sql_penyakit.NamaTabel = "penyakit"

Dim d1 As String() = {"kode", "keterangan", "nilai", "rujukan"}

Dim d2 As String() = {"kode", "keterangan", "saran"} sql_gejala.DeskripsiTAbel = d1

sql_penyakit.DeskripsiTAbel = d2

Dim u1 As Integer() = {100, 100, 100, 100} Dim u2 As Integer() = {100, 100, 100}


(5)

lstGejalas = New ListView lstPenyakit = New ListView

sql_gejala.ListViewKu.Tambah(lstGejalas, d1, u1, sql1) sql_penyakit.ListViewKu.Tambah(lstPenyakit, d2, u2, sql2)

For i As Integer = 0 To 9

If Aturan(data.isiJawaban)(i) = 1 Then

lblPenyakit.Text = lblPenyakit.Text & vbCrLf & i + 1 & "." & lstPenyakit.Items(i).SubItems(2).Text

lblSaran.Text = lblSaran.Text & vbCrLf & i + 1 & "." & lstPenyakit.Items(i).SubItems(3).Text

End If Next

End Sub

Function Aturan(ByVal jawaban() As Integer) As Integer() Dim hasil(9) As Integer

If jawaban(0) = 1 And jawaban(1) = 1 And jawaban(2) = 1 Then hasil(0) = 1

If jawaban(3) = 1 And jawaban(4) = 1 And jawaban(5) = 1 Then hasil(1) = 1

If jawaban(4) = 1 And jawaban(5) = 1 And jawaban(6) = 1 Then hasil(2) = 1

If jawaban(7) = 1 And jawaban(8) = 1 And jawaban(9) = 1 And jawaban(10) = 1 Then hasil(3) = 1

If jawaban(11) = 1 And jawaban(12) = 1 Then hasil(4) = 1

If jawaban(13) = 1 And jawaban(14) = 1 Then hasil(5) = 1

If jawaban(15) = 1 And jawaban(16) = 1 And jawaban(17) = 1 Then hasil(6) = 1

If jawaban(18) = 1 And jawaban(19) = 1 And jawaban(20) = 1 And jawaban(21) = 1 And jawaban(22) = 1 And jawaban(23) = 1 Then hasil(7) = 1

If jawaban(24) = 1 And jawaban(25) = 1 Then hasil(8) = 1

If jawaban(26) = 1 And jawaban(27) = 1 Then hasil(9) = 1

Return hasil End Function End Class


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi :

Nama Lengkap : Rafika Sari Br. Sembiring

NIM : 131421007

Alamat : Jl. Tanjung Anom GG. Mawar No 242 Medan

Umur : 23 Tahun

Tempat/Tgl. Lahir : Medan, 09 April 1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Protestan

Warga Negara : Indonesia

No.HP : 0852 97978477

Pendidikan Formal :

1. SD : SDN. No.104219 Medan

2. SLTP : SMP.N.I Pancur Batu

3. SMU : Sultan Iskandar Muda Medan

4. D3 : D3 Teknik Informatika Fakultas Matematika Dan Ilmu

Pengetahuan Alam (MIPA), Universitas Sumatera Utara