Analisis Sistem Implementasi Pengkombinasian antara Metode Dempster Shafer dan Theorema Bayes Dalam Sistem Pakar

ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1. Analisis Sistem

Dalam hal ini analisis sistem pada penyakit acne vulgaris. Dalam pembuatan sistem diperlukan beberapa data dan informasi mengenai penyakit dan gejala-gejala yang menyerang wajah tersebut. Data dan informasi tersebut diperoleh dari hasil mengumpulkan data dan informasi dari buku-buku referensi, literatur dan bahan tertulis lainnya serta pengumpulan informasi dari situs internet. Dalam membangun sistem pakar pengkombinasian antara metode demster shafer dan theorema bayes, dilakukan beberapa tahap analisis, yaitu : 1. Analisis masalah 2. Analisis acne vulgaris 3. Analisis jenis dan gejala penyakit acne vulgaris 4. Analisis diagnosa acne vulgaris 5. Analisis Basis Pengetahuan Knowledge Base 6. Analisis penentuan metode penyelesaian dari permasalahan tersebut. Di sini metode yang digunakan adalah metode demster shafer dan Theorema Bayes. 7. Analisis pengkombinasian antara metode demster shafer dan Theorema Bayes dalam sistem pakar 8. Analisis kebutuhan sistem 9. Perancangan sistem 10. Disain perancangan sistem 3.1.1. Analisis Masalah Permasalahan yang akan dibahas dalam tugas akhir ini adalah pengkombinasian antara metode demster shafer dan theorema bayes dalam sistem pakar pada acne vulgaris. 3.1.2. Analisis Acne Vugaris Acne vulgaris adalah peradangan kronik dari folikel pilosebasea yang disebabkan oleh beberapa faktor dengan gambaran klinis yang khas. Daerah-daerah predileksinya terdapat di muka, bahu, bagian atas dari ekstremitas superior, dada dan punggung. Universitas Sumatera Utara Acne vulgaris menjadi masalah pada hampir semua remaja. Acne minor adalah suatu bentuk acne yang ringan dan dialami oleh 85 para remaja. Gangguan ini masih dapat dianggap sebagai proses fisiologik. Lima belas persen remaja menderita acne mayor yang cukup hebat sehinga mendorong mereka ke dokter. Biasanya, acne vulgaris mulai timbul pada masa pubertas. Pada waktu pubertas terdapat kenaikan dari hormon androgen yang beredar dalam darah yang dapat menyebabkan hiperplasia dan hipertropi dari glandula sebasea. Karena hampir setiap orang pernah menderita penyakit ini, maka sering dianggap sebagai kelainan kulit yang timbul secara fisiologis. Kligman mengatakan bahwa tidak ada seorang pun artinya 100, yang sama sekali tidak pernah menderita penyakit ini. Penyakit ini memang jarang terdapat waktu lahir, namun ada kasus yang terjadi pada masa bayi. Betapa pun baru pada masa remajalah acne vulgaris menjadi salah satu problem. Umumnya insiden terjadi pada sekitar umur 14 – 17 tahun pada wanita, 16 – 19 tahun pada pria dan pada masa itu lesi yang predominan adalah komedo dan papul dan jarang terlihat lesi beradang penderita. Pada seorang gadis acne vulgaris dapat terjadi premenarke. Setelah masa remaja kelainan ini berangsur berkurang. Namun kadang-kadang, terutama pada wanita, acne vulgaris menetap sampai dekade umur 30-an atau bahkan lebih. Meskipun pada pria umumnya acne vulgaris lebih cepat berkurang, namun pada penelitian diketahui bahwa justru gejala acne vulgaris yang berat biasanya terjadi pada pria. Diketahui pula bahwa ras Oriental Jepang, Cina, Korea lebih jarang menderita acne vulgaris dibanding dengan ras Kaukasia Eropa, Amerika, dan lebih sering terjadi nodulo-kistik pada kulit putih daripada negro. Acne vulgaris mungkin familial, namun karena tingginya prevalensi penyakit, hal ini sukar dibuktikan. Dari sebuah penelitian diketahui bahwa mereka yang bergenotip XYY mendapat acne vulgaris yang lebih berat penderita. Meskipun etiologi yang pasti penyakit ini belum diketahui, namun ada berbagai faktor yang berkaitan dengan patogenesis penyakit. 1. Perubahan pola keratinisasi dalam folikel. Keratinisasi dalam folikel yang biasanya berlangsung longgar berubah menjadi padat sehingga sukar lepas dari saluran folikel tersebut. 2. Produksi sebum yang meningkat sehingga menyebabkan peningkatan unsur komedogenik dan inflamatogenik penyebab terjadinya lesi acne. Universitas Sumatera Utara 3. Terbentuknya fraksi asam lemak bebas penyebab terjadinya proses inflamasi folikel dalam sebum dan kekentalan sebum yang penting pada patogenesis penyakit. 4. Peningkatan jumlah flora folikel Propionibacterium acnes yang berperan pada proses kemotaktik inflamasi serta pembentukan enzim lipolitik pengubah fraksi lipid sebum. 5. Terjadinya respons hospes berupa pembentukan cicculating antibodies yang memperberat acne. 6. Peningkatan kadar hormon androgen, anabolik, kortikosteroid, gonadotropin serta ACTH yang mungkin menjadi faktor penting pada kegiatan kelenjar sebasea penderita . 7. Faktor psikis. Acne vulgaris dimasukkan dalam Psychocutaneus Disorder, di samping itu terdapat pula dermatitis atopik, psoriasis, alopecia areata, urtikaria, kronik idiopatik pruritus, prurirus ani, pruritus vulvae, pruritus scrotum, trichotillomania. Faktor emosional dan gangguan psikis atau situasi konflik terutama stres dapat mencetuskan penyakit kulit, dapat menginduksi serangan baru atau memperburuk keadaan penyakit 8. Faktor lain : usia, ras, familial, makanan, cuacamusim yang secara tak langsung dapat memacu peningkatan proses patogenesis tersebut penderita. Prinsip-prinsip dasar interaksi pikiran dengan tubuh perlu diketahui, karena ada hubungan langsung antara susunan saraf pusat dengan sistem imun. Innervasi bagian- bagian yang disyarafi serabut-serabut simpatis nor adrenergic dari organ limfoid primer dan sekunder, neuropeptide dan reseptor neurotransmiter pada sel-sel imun juga produksi sitokin yang diaktivasi sel-sel imun dapat mempengaruhi fungsi otak. Pikiran negatif dapat mengakibatkan perubahan-perubahan patologis dalam fisik. Pikiran negatif ini dapat berkembang menjadi kepercayaan yang salah yang tidak dapat diubah sehingga emosi menjadi beku dalam keadaan negative dan tubuh memasuki simpatis kronis yang disebut stres. Sebagai hasilnya, mekanisme homeostasis normal gagal berlangsung dan timbulah gejala penyakit. 3.1.3. Analisis Jenis Dan Gejala Penyakit Acne Vulgaris Universitas Sumatera Utara Klasifikasi acne sampai saat ini belum ada yang memuaskan, karena belum ada dasar pengukuran yang obyektif. Tujuan penentuan klasifikasi acne antara lain adalah untuk penilaian hasil pengobatan. Klasifikasi yang sering digunakan, yaitu : 1. Erupsi acneiformis Dibedakan dengan acne dari gambaran klinis dan etiologinya. Pada erupsi acneiformis gambaran klinis berupa papul dan pustul yang timbul mendadak tanpa adanya komedo dihampir seluruh tubuh, dapat disertai demam. Erupsi acneiformis disebakan oleh obat-obatan seperti kortikosteroid, INH, fenobarbotal dan lain sebagainya. 2. Acne rosasea Adalah peradangan kronis kulit, terutama wajah dengan predileksi di hidung dan pipi. Gambaran klinis berupa eritema, papul, pustul, nodul, kista, talengiektasi dan tanpa komedo 3. Dermatitis perioral Dermatitis yang terjadi pada daerah sekitar mulut dengan gambaran klinis yang lebih monomorf. 4. Moluskulum kontagiosum Penyebabnya adalah pox virus. Gambaran klinisnya mirip komedo tertutup, khasnya adalah papul dengan ”dele”. Prognosis baik dan dapat sembuh spontan. 5. Folikulitis Peradangan folikel rambut yang disebabkan oleh Staphylococcus sp. Gejala klinisnya rasa gatal dan rasa gatal di daerah rambut berupa makula eritema disertai papul atau pustul yang ditembus oleh rambut. 6. Komedo Hitam Blackhead adalah jenis komedo yang tampak seperti pori- pori yang membesar dan menghitam. Terjadi ketika pori-pori membesar dan terbuka ke permukaan kulit dan ke kelenjar minyak, lalu teroksidasi oleh udara dan berubah menjadi warna hitamcoklat. Komedo jenis ini adalah komedo yang paling sering dialami oleh kebanyakan orang. 7. Komedo putih Whitehead adalah jenis komedo yang tampak seperti bintik-bintik kecil yang berwarna putih atau kuning. Komedo jenis ini Universitas Sumatera Utara terjadi ketika minyak dan bakteri terperangkap di bawah permukaan kulit lalu mengeras. 8. Makula adalah kelainan kulit yang mengalami perubahan warna yang tidak diserta penojolan kulit dan tidak ada lekukan pada kulit. Makula biasanya bergaris tengah kurang dari 1 cm 9. Papula adalah massa padat yang menonjol diatas kulit berukuran sampai 0,5 cm dan berwarna merah dan tidak berisi sama sekali,contoh : tahi lalat atau tanda lahir. 10. Pustule adalah penonjolan kulitvesikel yang berisi pus karena mikroorganisme, contoh :Agne , impetigo, furunkel dan karbunkel. 11. Kista adalah nodul yang mengandung cairan atau semisolid yang dapat diekspresikan berupa massa semi padat atau berisi cairan yang berkapsul serta berada dalam jaringan subkutan atau dermis,contoh : Kista sebasea, kista epidermoid. 12. Nodul adalah lesi lebih besar dari 0,5 cm baik lebar dan kedalamannya,seringkali dalam dan keras daripada papula,contoh : lipoma, karsinoma sel skuamosa, suntikan yang tidak terserap dengan baik, dermatofibroma 13. Skuama adalah adalah sisik epidermis,misalnya pada ketombe atau kulit yang mengering. 14. Eritema : merupakan perubahan warna kulit menjadi merah karena dilatasi dari pembuluh darah. Ciri khasnya adalah, jika bagian yang merah itu ditekan, maka warna merahnya akan hilang karena pembuluh darah tidak bisa melewatkan darah, karena ditekan-menghambat aliran darah. 15. Telangiektasis : telangiektasis merupakan kondisi kulit yang merah karena dilatasi persisten dari pembuluh darah. Jadi kata kuncinya adalah persisten terus-menerus, jadi walaupun ditekan, warna merahnya tidak akan hilang. 3.1.4. Analisis Diagnosis Acne Vulgaris Diagnosis dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium dan dilihat gambaran klinis yang berupa : a. Acne ringan, yang terdiri dari komedo dan papul b. Acne sedang, yang terdiri dari komedo, papul,pustul dan nodul Universitas Sumatera Utara c. Acne berat, yang terdiri dari komedo, papul, pustul, nodul, macula, demam, eritema, kista, rasa gatal, telangiekstasis dan skuama

3.2. Analisis Basis Pengetahuan Knowledge Base