2. Hubungan Karakteristik Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif
a.
Umur
Berdasarkan hasil penelitian dari 62 ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan dikelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi
diketahui bahwa ibu yang memiliki usia “ 20 tahun” yaitu sebanyak 4 orang 6,42, diantaranya memberikan ASI Eksklusif sebanyak 1 orang 1,61 dan
yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak 3 orang 4,84, memiliki umur “20-35 tahun” yaitu sebanyak 35 orang 56,45, diantaranya memberikan
ASI Eksklusif sebanyak 18 orang 32,26 dan yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak 17 orang 27,42, dan memiliki umur “35 tahun”
sebanyak 23 orang 37,1 , diantaranya memberikan ASI Eksklusif sebanyak 19 orang 30,65 dan yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak 4 orang
6,45. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,018, nilai p value lebih
kecil dari α 5 0,05 sehingga dinyatakan ada hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan pemberian ASI Ekslusif pada bayi usia 6-12 bulan di kelurahan
Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu kota Tebing Tinggi 2013. Hal tersebut sesuai dengan kurun waktu reproduksi sehat yang dikenal
bahwa usia aman untuk kehamilan, persalinan, dan menyusui adalah 20-35 tahun. Oleh sebab itu, yang sesuai dengan masa reproduksi sangat baik dan
sangat mendukung dalam pemberian ASI eksklusif, sedangkan umur yang kurang dari 20 tahun dianggap masih belum matang secara fisik, mental, dan
psikologi dalam menghadapi kehamilan, persalinan, serta pemberian ASI. Umur lebih dari 35 tahun dianggap berbahaya, sebab baik alat reproduksi maupun fisik
ibu sudah jauh berkurang dan menurun, selain itu bisa terjadi risiko bawaan pada
Universitas Sumatera Utara
bayinya dan juga dapat meningkatkan kesulitan pada kehamilan, persalinan, dan nifas Daneswari, 2012.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Susita 2007, mengatakan bahwa semakin bertambah umur ibu semakin besar proporsi menyusui ASI
eksklusif. Proporsi terbesar terdapat pada umur 21-30 tahun yaitu 69,5 tetapi proporsi menyusui ASI eksklusif pada umur 41 tahun atau lebih proporsinya
cukup besar 64,4. Jadi tampak keberanian untuk menyusui bayi tidak ragu- ragu bagi ibu-ibu yang relatif tua umurnya.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Aulita 2011 di peroleh bahwa ada hubungan antara umur ibu dengan pemberian ASI Ekkslusif pada bayi,
dimana dengan bertambahnya usia ibu maka tingkat pemahaman ibu tentang manfaat pemberian ASI Eksklusif akan semakin baik dan ibu akan semakin
termotivasi untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. Di kelurahan persiakan ibu-ibu yang memiliki usia semakin matang banyak
memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya, dikarenakan lingkungan di daerah kelurahan persiakan masih mudah terjangkau oleh petugas kesehatan dan
jaraknya tidak jauh dari daerah perkotaan, sehingga akses untuk memperoleh pengetahuan dan pelayanan kesehatan cukup terjangkau dan mudah untuk
didapatkan
b.
Paritas
Berdasarkan hasil penelitian dari 62 ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan dikelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi
diketahui bahwa ibu yang memiliki paritas primipara 1 kali yaitu sebanyak 15 orang 24,19, diantaranya memberikan ASI Eksklusif sebanyak 9 orang
14,52 dan yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak 6 orang 9,68,
Universitas Sumatera Utara
memiliki paritas multipara 1 kali yaitu sebanyak 32 orang 51,62, diantaranya memberikan ASI Eksklusif sebanyak 16 orang 25,81 dan yang
tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak 16 orang 25,81, dan memiliki paritas Grandemultipara 5 kali sebanyak 15 orang 38,71, diantaranya
memberikan ASI Eksklusif sebanyak 13 orang 20,96 dan yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak 2 orang 3,22.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,055, nilai p value lebih besar
dari α 5 0,05 sehingga dinyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara paritas ibu dengan pemberian ASI Ekslusif pada bayi usia 6-12 bulan di
kelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu kota Tebing Tinggi 2013. Hal tersebut tidak sesuai dengan pernyataan Suryanita 2008, yang
mengatakan bahwa di dalam pemberian ASI Eksklusif pengalaman sangat mempengaruhi terhadap pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif sehingga ibu
yang telah pernah memberikan ASI Ekslusif kepada bayinya cenderung akan memberikan lagi ASI ekslusif kepada bayinya pada kelahiran selanjutnya
Menurut Proverawati,dkk 2009, bahwa faktor emosional dan sosial menunjang keberhasilan pemberian ASI. Salah satu faktor yang dapat
disebutkan diantaranya adalah nasehat dan pengalaman selama masa kehamilan, persalinan, terutama pengalaman menyusui pertamanya.
Dari hasil penelitian Anggraini 2009, menyatakan bahwa ada hubungan antara paritas dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi, dimana semakin
banyaknya jumlah paritas ibu maka akan semakin banyak pula ibu akan memberikan ASI ekslusif kepada bayinya, sedangkan di kelurahan persiakan
diketahui dari hasil penelitian paritas ibu tidak ada hubungan paritas dengan pemberian ASI Eksklusif. Berdasarkan pernyataan yang diperoleh dari ibu – ibu
Universitas Sumatera Utara
yang memiliki bayi usia 6-12 bulan yang memiliki paritas tinggi tetapi tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya mengatakan bahwa mereka tidak
memberikan ASI Eksklusif karena faktor lain yaitu : Produksi ASI yang tidak baik, tidak dapat mengeluarkan ASI, Bayi tidak mau menyusui, Ibu tidak
memahami tentang pemberian ASI Ekslusif.
c.
Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian dari 62 ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan dikelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi
diketahui bahwa ibu yang memiliki tingkat pendidikan “tinggi” yaitu sebanyak 15 orang 24,19, diantaranya memberikan ASI Eksklusif sebanyak 14 orang
22,58 dan yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak 1 orang 1,61, memiliki tingkat pendidikan “menengah” yaitu sebanyak 35 orang 56,45,
diantaranya memberikan ASI Eksklusif sebanyak 20 orang 32,26 dan yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak 16 orang 225,81, dan memiliki
tingkat pendidikan “rendah” sebanyak 12 orang 19,35, diantaranya memberikan ASI Eksklusif sebanyak 4 orang 6,45 dan yang tidak
memberikan ASI Eksklusif sebanyak 7 orang 11,29. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,07 nilai P value lebih
kecil dari α 5 0,05 sehingga dinyatakan ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan pemberian ASI Ekslusif pada bayi usia 6-12 bulan di
kelurahan persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu kota Tebing Tinggi 2013. Dari data diatas dapat dilihat bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan ibu
yang memiliki bayi usia 6-12 bulan di kelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu kota Tebing Tinggi maka semakin tinggi pula cakupan
pemberian ASI Eksklusifnya.
Universitas Sumatera Utara
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan soehardjo 2005 yang mengatakan bahwa, dengan pendidikan seseorang mengetahui sesuatu hal, seseorang yang
mempunyai pendididkan tinggi lebih cendrung mengetahui manfaat ASI di bandingkan dengan yang berpendidikan lemah, sebab dengan pendidikan
seseorang dapat lebih mengetahui sesuatu hal. Dari hasil penelitian Soeparmanto 2004 mengatakan bahwa, tingkat
pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh ibu-ibu serta berpendidikan SD belum tamat dan tamat mempunyai kemungkinan menyusui ASI eksklusif 6 kali
dibandingkan ibu yang baik tidak tamat atau tamat SD. Tingkat pendidikan merupakan salah satu aspek sosial yang dapat mempenggaruhi tingkah laku
manusia. Pendidikan akan mempengaruhi seseorang dalam melakukan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang mempunyai pendidikan lebih
tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dibandingkan mereka mereka yang tidak berpendidikaan, karena mereka yang berpendidikan tinggi
mampu menghadapi tantangan dengan rasional.
d.
Pekerjaan
Berdasarkan hasil penelitian dari 62 ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan dikelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi
diketahui bahwa ibu yang memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya memiliki pekerjaan “PNS” yaitu sebanyak 10 orang 16,13, diantaranya yang
memberikan ASI Eksklusif yaitu sebanyak 9 orang 14,52 dan yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak 1 orang 1,61, memiliki pekerjaan
“SwastaWiraswasta” sebanyak 25 orang 40,32, diantaranya memberikan ASI Eksklusif sebanyak 10 orang 16,13 dan yang tidak memberikan ASI
Eksklusif sebanyak 15 orang 24,19, dan memiliki pekerjaan “tidak
Universitas Sumatera Utara
bekerjaIRT” yaitu sebanyak 27 orang 43,55, diantaranya yang memberikan ASI Ekslusif yaitu sebanyak 19 orang 24,19 dan yang tidak memberikan ASI
Eksklusif sebanyak 8 orang 12,90. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,010 nilai p value lebih kecil
dari α 5 0,05 sehingga dinyatakan ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Ekslusif pada bayi usia 6-12 bulan di
kelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu kota Tebing Tinggi 2013. Dari data diatas dapat dilihat bahwa ibu yang memilik bayi usia 6-12 bulan
di kelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu yang tidak memiliki pekerjaanIRT lebih banyak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya
dibandingkan dengan ibu yang memiliki pekerjaan sebagai PNS dan SwastaWiraswasta.
Hal tersebut terjadi dikarenakan hampir semua ibu rumah tangga melaksanakan aktifitas pekerjaan utamanya yaitu pekerjaan dalam mengasuh
anak, membersihkan rumah dan melaksanakan pekerjaan rumah tangga lainnya yang menjadi tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga. Jenis pekerjaan yang
seperti ini tidak terlalu melelahkan tenaga dan pikiran ibu sehingga proses menyusui pun dapat berjalan dengan baik Supriyadi, 2002.
Menurut penelitian Anggraini 2005, mengatakan bahwa kegiatan yang dilakukan ibu-ibu juga mempunyai hubungan bermakna dengan pemberian ASI
eksklusif. Proporsi menyusui ASI eksklusif pada ibu rumah tangga lebih besar dibandingkan ibu yang mencari nafkah dan membantu mencari nafkah. Aktivitas
dan pekerjaan yang dilakukan ibu terkadang melupakan ibu bahkan tidak dapat meluangkan sedikit waktu untuk menyusui bayinya.
Universitas Sumatera Utara
Pekerjaan terkadang mempengaruhi keterlambatan ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif. Secara teknis hal itu dikarenakan kesibukan ibu sehingga
tidak cukup untuk memperhatikan kebutuhan ASI. Pada hakekatnya pekerjaan tidak boleh menjadi alasan ibu untuk berhenti memberikan ASI secara
eksklusif. Untuk menyiasati pekerjaan maka selama ibu tidak dirumah, bayi mendapatkan ASI perah yang telah diperoleh satu hari sebelumnya Satoto,
2009. Fenomena yang terjadi khususnya di kota-kota besar, para ibu yang aktif