Hasil Analisa Bivariat HASIL PENELITIAN

2,275 x² tabel 5,991. Sehingga dapat diketahui bahwa hipotesa kerja Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan bermakna antara umur wanita usia produktif dengan Premenstrual Syndrome PMS di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh. b. Hubungan antara pendidikan wanita usia produktif dengan Premenstrual Syndrome PMS. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan wanita usia produktif dengan Premenstrual Syndrome PMS di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh, dapat dilihat pada tabel 5.8 berikut ini: Tabel 5.8 Distribusi Premenstrual Syndrome PMS dengan Pendidikan Di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh No Umur Premenstrual Syndrome Total X 2 Hitung Ada Tidak ada n n n 1 Rendah 3 60,00 2 40,00 5 100 1,552 2 Menengah 5 29,41 12 70,59 17 100 3 Tinggi 9 37,50 15 62,50 24 100 Total 17 29 46 Sumber: Data Primer Diolah, 2008 Berdasarkan perhitungan chi-square test x² lampiran, diperoleh nilai x² hitung adalah 1,552. Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesa dimana x² tabel dengan α = 0,05 dan df = 2 adalah 5,991 lampiran. Perbandingan antara kedua nilai x² tersebut, diperoleh hasil x² hitung 1,552 x² tabel 5,991. Sehingga dapat diketahui bahwa hipotesa kerja Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan bermakna antara pendidikan wanita usia produktif dengan Premenstrual Syndrome PMS di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh. c. Hubungan antara pendapatan wanita usia produktif dengan Premenstrual Syndrome PMS. Untuk mengetahui hubungan antara pendapatan wanita usia produktif dengan Premenstrual Syndrome PMS di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh, dapat dilihat pada tabel 5.9 berikut ini: Tabel 5.9 Distribusi Premenstrual Syndrome PMS dengan Pendapatan Di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh No Umur Premenstrual Syndrome Total X 2 Hitung Ada Tidak ada n n n 1 Rendah 10 34,48 19 65,52 29 100 0,720 2 Sedang 4 50,00 4 50,00 8 100 3 Tinggi 3 33,33 6 66,67 9 100 Total 17 29 46 Sumber: Data Primer Diolah, 2008 Berdasarkan perhitungan chi-square test x² lampiran, diperoleh nilai x² hitung adalah 0,720. Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesa dimana x² tabel dengan α = 0,05 dan df = 2 adalah 5,991 lampiran 15. Perbandingan antara kedua nilai x² tersebut, diperoleh hasil x² hitung 0,720 x² tabel 5,991. Sehingga dapat diketahui bahwa hipotesa kerja Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan bermakna antara pendapatan wanita usia produktif dengan Premenstrual Syndrome PMS di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh. d. Hubungan antara pekerjaan wanita usia produktif dengan Premenstrual Syndrome PMS. Untuk mengetahui hubungan antara pekerjaan wanita usia produktif dengan Premenstrual Syndrome PMS di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh, dapat dilihat pada tabel 5.10 berikut ini: Tabel 5.10 Distribusi Premenstrual Syndrome PMS dengan Pekerjaan Di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh No Umur Premenstrual Syndrome Total X 2 Hitung Ada Tidak ada n n n 1 Bekerja 7 33,33 14 66,67 21 100 0,217 2 Tidak bekerja 10 40,00 15 60,00 25 100 Total 17 29 46 Sumber: Data Primer Diolah, 2008 Berdasarkan perhitungan chi-square test x² lampiran, diperoleh nilai x² hitung adalah 0,217. Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesa dimana x² tabel dengan α = 0,05 dan df = 2 adalah 5,991 lampiran 15. Perbandingan antara kedua nilai x² tersebut, diperoleh hasil x² hitung 0,217 x² tabel 5,991. Sehingga dapat diketahui bahwa hipotesa kerja Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan bermakna antara pekerjaan wanita usia produktif dengan Premenstrual Syndrome PMS di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh. e. Hubungan antara status perkawinan wanita usia produktif dengan Premenstrual Syndrome PMS. Untuk mengetahui hubungan antara status perkawinan wanita usia produktif dengan Premenstrual Syndrome PMS di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh, dapat dilihat pada tabel 5.11 berikut ini: Tabel 5.11 Distribusi Premenstrual Syndrome PMS dengan Status Perkawinan Di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh No Umur Premenstrual Syndrome Total X 2 Hitung Ada Tidak ada n n n 1 Kawin 6 24,00 19 76,00 25 100 0,217 2 Belum kawin 9 42,86 10 57,14 21 100 Total 17 29 46 Sumber: Data Primer Diolah, 2008 Berdasarkan perhitungan chi-square test x² lampiran 14, diperoleh nilai x² hitung adalah 2,116 selanjutnya dilakukan pengujian hipotesa dimana x² tabel dengan α = 0,05 dan df = 2 adalah 5,991 lampiran 15. Perbandingan antara kedua nilai x² tersebut, diperoleh hasil x² hitung 2,116 x² tabel 5,991. Sehingga dapat diketahui bahwa hipotesa kerja Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan bermakna antara status perkawinan wanita usia produktif dengan Premenstrual Syndrome PMS di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh.

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Hasil Analisa Univariat

a. Gambaran umur wanita usia produktif di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh. Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat pada tabel 5.1 maka distribusi umur responden yang termasuk kategori remaja 13 - 20 tahun adalah 9 orang 19,56, dewasa muda 21-35 tahun sebanyak 22 orang 47,83 dan dewasa pertengahan 35 tahun sebanyak 15 orang 32,61. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar wanita usia produktif di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh adalah berusia dewasa muda. Secara teoritis dikatakan bahwa pada usia dewasa awal ini merupakan masa pengaturan, masa usia produktif, masa bermasalah, masa ketegangan emosional, masa keterasingan sosial, masa ketergantungan, masa perubahan nilai dan masa penyesuaian diri dengan cara hidup kreatif Widayatun, 1999. b. Gambaran tingkat pendidikan wanita usia produktif di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh. Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat pada tabel 5.2, pendidikan wanita usia produktif di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh, responden yang berpendidikan rendah adalah 5 orang 10,87, berpendidikan sedang 17 orang 36,96 dan berpendidikan tinggi yaitu 24 orang 52,17. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar wanita usia produktif di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh sudah berpendidikan tinggi. Pendidikan merupakan upaya manusia secara sadar yang tujuannya bersifat ganda yaitu mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia dimana semakin tinggi pendidikan seseorang diharapkan semakin baik perkembangan dan kemampuannya Kamars, 1998. Pendidikan seseorang akan menentukan caranya untuk mengerti masalah kesehatan. Nilai-nilai kepercayaan individu terhadap kesehatan dibentuk oleh variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang pendidikan dan pengalaman masa lalu Potter Perry, 1997. Orang dengan pendidikan formal yang rendah cenderung akan mempunyai pengetahuan yang lebih rendah dibandingkan dengan orang yang mempunyai tingkat pendidikan formal yang lebih tinggi, karena akan sulit memahami arti dan pentingnya kesehatan dan gangguan- gangguan kesehatan yang mungkin terjadi. Pengetahuan akan mempengaruhi pola fikir seseorang, selain itu kemampuan kognitif membentuk cara fikir seseorang, meliputi kemampuan untuk mengerti faktor-faktor yang berpengaruh dalam kondisi sakit dan untuk menerapkan