Hasil Analisa Univariat PEMBAHASAN

responden yang berpendidikan rendah adalah 5 orang 10,87, berpendidikan sedang 17 orang 36,96 dan berpendidikan tinggi yaitu 24 orang 52,17. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar wanita usia produktif di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh sudah berpendidikan tinggi. Pendidikan merupakan upaya manusia secara sadar yang tujuannya bersifat ganda yaitu mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia dimana semakin tinggi pendidikan seseorang diharapkan semakin baik perkembangan dan kemampuannya Kamars, 1998. Pendidikan seseorang akan menentukan caranya untuk mengerti masalah kesehatan. Nilai-nilai kepercayaan individu terhadap kesehatan dibentuk oleh variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang pendidikan dan pengalaman masa lalu Potter Perry, 1997. Orang dengan pendidikan formal yang rendah cenderung akan mempunyai pengetahuan yang lebih rendah dibandingkan dengan orang yang mempunyai tingkat pendidikan formal yang lebih tinggi, karena akan sulit memahami arti dan pentingnya kesehatan dan gangguan- gangguan kesehatan yang mungkin terjadi. Pengetahuan akan mempengaruhi pola fikir seseorang, selain itu kemampuan kognitif membentuk cara fikir seseorang, meliputi kemampuan untuk mengerti faktor-faktor yang berpengaruh dalam kondisi sakit dan untuk menerapkan pengetahuan tentang sehat dan sakit dalam praktek kesehatan personal Muhiman, 1996. c. Gambaran pendapatan wanita usia produktif di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh. Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat pada tabel 5.3, pendapatan keluarga wanita usia produktif di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh adalah 39 responden 63,04 mempunyai pendapatan yang rendah, 8 responden 17,39 mempunyai pendapatan yang sedang dan sebanyak 9 orang 19,57 berpendapatan tinggi. Ini memberi gambaran bahwa tingkat sosial ekonomi masyarakat yang datang ke poli kebidanan RSUZA Banda Aceh termasuk dalam katagori rendah secara umum. Tingkat perekonomian adalah perolehan yang diterima oleh orang tua selama satu bulan yang berasal dari berbagai sumber dibagi dengan jumlah anggota yang ditanggung. Tingkat soial ekonomi atau tingkat penghasilan keluarga akan mempengaruhi gaya hidup seseorang dan cara memperoleh pelayanan kesehatan bila ada anggota keluarga yang sakit, semakin baik kondisi sosial ekonomi, maka akan meningkat status kesehatan masyarakat Green, 1990. Teori yang lain menyebutkan, apabila seseorang dengan kondisi sosial ekonomi yang semakin baik, maka ia akan cenderung membutuhkan pelayanan kesehatan yang tinggi. Dimana wanita dengan sosial ekonomi yang semakin baik, akan mampu menerima dan menjaring informasi yang lebih bila dibandingkan dengan seseorang yang kondisi ekonominya buruk Depkes, 1996. d. Gambaran pekerjaan wanita usia produktif di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh. Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat pada tabel 5.4, wanita usia produktif di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh, wanita yang bekerja sebanyak 21 orang 45,65 dan wanita yang tidak bekerja 25 responden 54,35 dan hal ini memberi gambaran bahwa sebagian besar wanita usia produktif yang datang ke poli kebidanan RSUZA Banda Aceh tidak bekerja. Pekerjaan adalah kegiatan yang direncanakan, pekerjaan memerlukan pemikiran yang khusus, yang dilaksanakan tidak hanya karena pelaksanaan kegiatan itu sendiri menyenangkan, melainkan karena keinginan yang sungguh-sungguh untuk mencapai suatu hasil. Kegiatan itu dapat berupa pemakaian tenaga jasmani maupun rohani Pandji, 1992. Dalam sebuah penelitian di Inggris, para pakar meneliti 1.200 wanita antara usia 15 dan 54 tahun dan menulis hasilnya di Jurnal Epidemiologi dan Kesehatan Masyarakat, menunjukkan bahwa ibu rumah tangga yang memiliki pekerjaan dan dalam pernikahan yang stabil tergolong wanita tersehat, sementara ibu rumah tangga yang tinggal di rumah berpeluang lebih besar menderita kegemukan sehingga status kesehatannya juga rendah Anonymous, 2007. e. Gambaran status perkawinan wanita usia produktif di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh. Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat pada tabel 5.5, wanita usia produktif di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh yang telah menikah adalah sebanyak 25 responden 54,35 dan responden yan belum menikah adalah 21 orang 45,65 . Hal ini menunjukkan bahwa jumlah wanita yang belum menikah lebih besar dari mereka yang menikah. Perkawinan adalah suatu hubungan hukum sebagai pertalian sah untuk jangka waktu selama mungkin, antara seorang pria dan seorang wanita yang telah memenuhi syarat-syarat perkawinan Ensiklopedi Nasional Indonesia, 1990. Status perkawinan dan status kesehatan juga mempunyai keterkaitan. Wanita yang telah menikah pada umumnya mempunyai angka kesakitan dan kematian yang lebih rendah dan biasanya mempunyai kesehatan fisik dan mental yang lebih baik daripada wanita yang tidak menikah Burman Margolin dalam Haijiang Wang, 2005. f. Gambaran tingkat premenstrual syndrome PMS Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada tabel 5.6 premenstrual syndrome PMS sebanyak 17 responden 36,96 dan non premenstrual syndrome PMS dialami oleh 29 responden 63,04. Sehingga didapat gambaran bahwa premenstrual syndrome PMS lebih sedikit dari non premenstrual syndrome. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi tingkat gejala PMS yang dialami oleh responden, hal ini dapat dihubungkan dengan pekerjaan responden. Selain itu, apabila dilihat dari faktor pendidikan responden juga dapat dihubungkan dengan gejala. Hal ini dapat berpengaruh karena tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi pola fikir dan pengetahuan seseorang tentang kesehatan, wanita yang berpendidikan rendah kurang memahami gejala-gejala yang mungkin terjadi sebelum haid sehingga mereka cenderung mengeluh dengan gejala PMS yang dirasakan.

6.2. Hasil Analisa Bivariat

a. Hubungan antara umur wanita usia produktif dengan premenstrual syndrome PMS di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh. Berdasarkan hasil analisa diperoleh nilai x² hitung adalah 2,275 selanjutnya dilakukan pengujian hipotesa dimana x² tabel dengan α = 0,05 dan df = 2 adalah 5,991. Perbandingan antara kedua nilai x² tersebut diperoleh dari hasil x² hitung 2,275 x² tabel 5,991. Sehingga dapat diketahui bahwa hipotesa kerja Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan bermakna antara umur wanita usia produktif dengan premenstrual syndrome PMS di poli kebidanan RSUZA Banda Aceh. Hal ini menunjukkan bahwa umur bukan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi terhadap premenstrual syndrome PMS, meskipun dalam teorinya Cornforth 2000, mengatakan bahwa faktor resiko yang paling berhubungan dengan PMS adalah faktor peningkatan umur dan sebagian besar wanita yang mencari pengobatan PMS adalah mereka yang berusia lebih dari 30 tahun. Oakley 1998, juga mengatakan bahwa tingkat usia seseorang berpengaruh terhadap respon kesehatan, motivasi dan psikologi serta depresi, rata-rata orang yang lebih tua akan mengalami lebih banyak depresi dan tekanan psikologi dibandingkan dengan yang muda. Namun, pada usia tua gangguan ini lebih cepat pulih dibandingkan dengan usia muda karena memiliki harapan dan kematangan mental yang lebih baik. Dari teori diatas peneliti dapat berasumsi bahwa seiring dengan peningkatan usia, resiko gangguan kesehatan juga semakin tinggi, akan tetapi pada kejadian PMS tidak terlalu berpengaruh karena pada usia dewasa telah terjadi kematangan perkembangan emosional, dimana perkembangan emosional ini akan sangat berpengaruh terhadap respon serta tindakan seseorang terhadap status kesehatan. Hal tersebut didukung oleh teori yang dikatakan oleh Freeman 2007, dimana banyak wanita melaporkan mengalami gejala-gejala PMS lebih awal dan ada fakta yang mengungkapkan bahwa sebagian remaja mengalami