Peran wanita Kelompok Wanita Tani

percaya mempercayai, dan 7 Kelompok tani bergerak dalam memanfaatkan sumber daya pertanian untuk meningkatkan kesejahteraan. Anoraga 2004 Di Bali kelompok-kelompok yang terkenal adalah kelompok tradisional. Kelompok tradisional yaitu kelompok masyarakat yang hidup dan berkembang menurut aturan-aturan yang telah diikuti secara turun-temurun. Kelompok tersebut mempunyai corak yang khas menurut ketentuan hukum yang diciptakannya dan sekaligus melandasinya. Kekhasan kelompok tersebut ialah adanya pandangan magis religius yang melandasi kelompok tersebut, serta individu-individu sebagai anggota merasakan kedudukan dalam kelompoknya sebagai hal yang wajar Suyatna dan Soewardi, 1982 menyatakan bahwa kelompok tradisional di Bali merupakan kelompok yang sifatnya mandiri beranggotakan jelas dan permanen serta mempunyai otonomi terutama dalam penyelenggaraan adat. Kelompok tradisional ini hidup dan berkembang menurut aturan yang telah diikuti secara turun-temurun dan mempunyai faktor pengikat keagamaan yang kuat, berbeda dengan kelompok-kelompok bentukan baru.

2.4.2 Peran wanita

Wanita Indonesia di pedesaan mempunyai peran ganda, pertama peran sebagai istri, ibu, dan pengurus rumah tangga yang mengharuskan mereka melakukan pekerjaan rumah tangga. Kedua peran sebagai pencari nafkah yang menghasilkan pendapatan untuk keluarganya. Dengan melihat lamanya waktu kerja mereka, secara empiris dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan pedesaan bekerja rata-rata lebih dari 11 jam setiap hari, dibandingkan dengan laki-laki yang bekerja rata-rata hanya 8,7 jam per hari Hadinoto, 2005. Namun demikian menurut Sutrisno 1997 peran ganda perempuan Indonesia, khususnya yang tergolong miskin, bukanlah menjadi problematik lagi. Problimatik bagi mereka adalah justru bagaimana mereka dapat melestarikan kesempatan mereka untuk tetap dapat berperan ganda namun mendapat pengakuan yang sama. Keadaan ini juga terjadi di Bali dimana menurut hasil penelitian menunjukkan, bahwa curahan tenaga kerja perempuan adalah 84,75 jam 60,96 dari total curahan tenaga kerja pada usaha tani padi satu musim tanam 139,04 jam dengan rata-rata luas lahan 0,38 ha Astiti, 2006. Di samping potensi yang dimiliki oleh wanita, ada satu kendala yang dihadapi oleh wanita khususnya wanita tani di Bali sebagaimana yang dilaporkan bahwa laki-laki adalah yang mengambil keputusan dominan dalam berusahatani, sedangkan perempuan istri hanya bersifat membantu Pemerintah Provinsi Bali, 2003. Di samping itu, wanita tani amat terbatas untuk dapat mengembangkan usahanya karena keterbatasan modal yang mereka miliki. Pernyataan ini dihubungkan dengan apa yang diungkapkan oleh Windia 2006, sedikitnya ada dua hal yang menarik perhatian kalangan pemerhati perempuan terkait dengan keberadaan perempuan Bali yaitu semangat kerja dan hak perempuan Bali atas harta warisan. Tingginya semangat kerja wanita Bali tidak didukung oleh penguasaan harta control dan ini berkaitan dengan jaminan dalam mengakses ke pihak perbankan.

2.4.3 Kelompok wanita tani