yang perlu dilakukan sehingga komoditi yang kita tawarkan untuk di ekspot sampai ke tangan konsumen.
Pudjosumarto 1998 mengatakan pemasaran juga dapat berarti seluruh kegiatan yang diarahkan pada usaha-usaha untuk memperlancar arus barang dan jasa dari
produsen ke konsumen secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk merumuskan keinginan dan kebutuhan kedua belah pihak. Kemunculan konsep pemasaran dan
kesadaran akan kebutuhan dan keinginan konsumen membuat tenaga-tenaga pemasaran berpikir dari segi pasar sasarann kelompok orang-orang yang memiliki keinginan dan
kebutuhan yang sama. Menyeleksi langkah pasar sasaran merupakan langkah awal strategi pemasaran.
2.3 Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran menurut Kotler 2004 strategi pemasaran adalah pola pikir pemasaran yang akan digunakan untuk mencapai tujuan pemasarannya. Strategi
pemasaran berisi strategi spesifik untuk pasar sasaran, penetapan posisi, bauran
pemasaran dan besarnya pengeluaran pemasaran.
Menurut Husnan 2000 strategi pemasaran merupakan sebagai usaha yang perlu dilakukan oleh calon investor dalam mempengaruhi keputusan konsumen untuk
melakukan pembelian hasil produksinya. Dalam hal ini perlu dibedakan antara usaha pemasaran yang dilakukan ketika pertama kali memasuki pasar dan usaha pemasaran
lanjutan sesuai dengan kedudukan produk pada siklus usia produk. Tjiptono 2002 mengatakan strategi pemasaran merupakan alat fundamental yang
direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan program pemasaran
yang digunakan untuk melayani sasaran pasar tesebut. Dalam hal ini perusahaan perlu
berupaya membentuk suatu rintangan pengalihan, sehingga pelanggan merasa enggan, rugi, atau mahal untuk berganti pemasok vendor, took, dan lain-lain. Rintangan
pengalihan ini dapat berupa biaya pencarian, biaya transaksi, biaya pemahaman, potongan harga khusus bagi pelanggan yang loyal.
Suatu strategi pemasaran merupakan suatu perangkat asas-asas yang konsekuen, tepat dan layak, yang oleh suatu perusahaan tertentu diharapkan akan
memungkinkannya untuk mencapai tujuan sasarannya dalam hal pelanggan dan penghasilan laba dalam suatu lingkunagan persaingan tertentu.
2.4 Kelompok Wanita Tani
2.4.1 Pengertian kelompok
Kelompok mempunyai peranan penting sebagai tempat berkomunikasi antar anggota. Dengan bekerjasama dalam kelompok maka pekerjaan dapat diselesaikan
dengan lebih cepat dan lebih ringan. Pertemuan-pertemuan rutin dalam kelompok akan memberikan semangat bagi individu-individu dalam akibat mendapat informasi-
informasi dalam pertemuan tersebut. Dengan demikian, kelompok tani mempunyai cirri-ciri sebagai berikut: 1 Merupakan kumpulan petani yang berorientasi dan
berperan sebagai pengelola usaha tani, baik priawanita dewasa maupun priawanita muda, 2 Kelompok dibentuk oleh, dari dan untuk petani, 3 Bersifat non formal
dalam arti tidak berbadan hukum, akan tetapi mempunyai pembagian tugas dan tanggung jawab atas dasar kesepakatan bersama, baik tertulis maupun tidak, 4
Mempunyai pengurus yang dipilih dari anggota secara demokratis, terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara dan pengurus lainnya sesuai kebutuhan, 5 Mempunyai
kepentingan yang sama dalam berusaha tani, 6 Sesama anggota saling akrab dan
percaya mempercayai, dan 7 Kelompok tani bergerak dalam memanfaatkan sumber daya pertanian untuk meningkatkan kesejahteraan. Anoraga 2004
Di Bali kelompok-kelompok yang terkenal adalah kelompok tradisional. Kelompok tradisional yaitu kelompok masyarakat yang hidup dan berkembang menurut
aturan-aturan yang telah diikuti secara turun-temurun. Kelompok tersebut mempunyai corak yang khas menurut ketentuan hukum yang diciptakannya dan sekaligus
melandasinya. Kekhasan kelompok tersebut ialah adanya pandangan magis religius yang melandasi kelompok tersebut, serta individu-individu sebagai anggota merasakan
kedudukan dalam kelompoknya sebagai hal yang wajar Suyatna dan Soewardi, 1982 menyatakan bahwa kelompok tradisional di Bali merupakan kelompok yang sifatnya
mandiri beranggotakan jelas dan permanen serta mempunyai otonomi terutama dalam penyelenggaraan adat. Kelompok tradisional ini hidup dan berkembang menurut aturan
yang telah diikuti secara turun-temurun dan mempunyai faktor pengikat keagamaan yang kuat, berbeda dengan kelompok-kelompok bentukan baru.
2.4.2 Peran wanita
Wanita Indonesia di pedesaan mempunyai peran ganda, pertama peran sebagai istri, ibu, dan pengurus rumah tangga yang mengharuskan mereka melakukan pekerjaan
rumah tangga. Kedua peran sebagai pencari nafkah yang menghasilkan pendapatan untuk keluarganya. Dengan melihat lamanya waktu kerja mereka, secara empiris dari
hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan pedesaan bekerja rata-rata lebih dari 11 jam setiap hari, dibandingkan dengan laki-laki yang bekerja rata-rata hanya 8,7 jam per
hari Hadinoto, 2005. Namun demikian menurut Sutrisno 1997 peran ganda perempuan Indonesia, khususnya yang tergolong miskin, bukanlah menjadi
problematik lagi. Problimatik bagi mereka adalah justru bagaimana mereka dapat
melestarikan kesempatan mereka untuk tetap dapat berperan ganda namun mendapat pengakuan yang sama. Keadaan ini juga terjadi di Bali dimana menurut hasil penelitian
menunjukkan, bahwa curahan tenaga kerja perempuan adalah 84,75 jam 60,96 dari total curahan tenaga kerja pada usaha tani padi satu musim tanam 139,04 jam dengan
rata-rata luas lahan 0,38 ha Astiti, 2006. Di samping potensi yang dimiliki oleh wanita, ada satu kendala yang dihadapi
oleh wanita khususnya wanita tani di Bali sebagaimana yang dilaporkan bahwa laki-laki adalah yang mengambil keputusan dominan dalam berusahatani, sedangkan perempuan
istri hanya bersifat membantu Pemerintah Provinsi Bali, 2003. Di samping itu, wanita tani amat terbatas untuk dapat mengembangkan usahanya karena keterbatasan
modal yang mereka miliki. Pernyataan ini dihubungkan dengan apa yang diungkapkan oleh Windia 2006, sedikitnya ada dua hal yang menarik perhatian kalangan pemerhati
perempuan terkait dengan keberadaan perempuan Bali yaitu semangat kerja dan hak perempuan Bali atas harta warisan. Tingginya semangat kerja wanita Bali tidak
didukung oleh penguasaan harta control dan ini berkaitan dengan jaminan dalam mengakses ke pihak perbankan.
2.4.3 Kelompok wanita tani
Wanita tani sebagai bagian komponen masyarakat memiliki peran dan fungsi strategis karena merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam proses pembangunan
pertanian. Mempercepat pelaksanaan pembangunan pertanian maka menurut Saragih 1996 akan lebih efektif apabila dibentuk kelompok-kelompok tani. Kelompok tani
merupakan kumpulan petani yang terbentuk berdasarkan keakraban dan keserasian serta kesamaan
kepentingan dalam
memanfaatkan sumberdaya
pertanian, untuk
meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Kelompok wanita tani merupakan suatu
wadah bagi wanita tani dalam arti luas untuk mengembangkan usahataninya sebagai upaya pemberdayaan perempuan yang menekankan pada upaya-upaya peningkatan
peranan wanita tani yang bermuara pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali, 2004. Menurut Sutrisno 1997 ada
suatu persyaratan penting yang harus dipenuhi oleh tiap strategi pengembangan kelompok wanita apabila program-program pengembangan kualitas hidup kelompok
wanita ingin berhasil, persyaratan tersebut harus didasarkan pada dua hal yakni perbaikan ekonomi dan perbaikan strategi para wanita dalam perbaikan status para
perempuan hak perempuan.
1.5 Lingkungan Internal dan Lingkungan Eksternal
Menurut Swastha 1996 lingkungan dapat dibagi menjadi dua, yaitu lingkungan internal dan lingkungan eksternal.
1. Lingkungan internal Lingkungan internal adalah lingkungan dalam perusahaan yang dapat dikendalikan oleh
pihak manajemen. Perusahaan mempunyai tujuan untuk mencapai pasar yang dituju dan memuaskan konsumen. Untuk mencapai tujuan tersebut manajemen dapat
menggunakan kelompok faktor internal, yaitu: a sumber-sumber bukan pemasaran non marketing seperti kemampuan produksi,
keuangan, personalia, lingkungan perusahaan, dan lain-lain dan b komponen bauran pemasaran, yaitu produksi, harga, promosi, dan tempat. Salah satu cara yang paling
sederhana untuk memahami dan menganalisis lingkungan organisasi, khususnya lingkungan internal adalah melalui analisis fungsional yang meliputi fungsi produksi,
fungsi pemasaran, fungsi keuangan, fungsi sumber daya manusia, dan fungsi RD research and development.
2. Lingkungan eksternal Lingkungan eksternal dapat dibedakan menjadi dua yaitu lingkungan eksternal makro
dan lingkungan eksternal mikro. Lingkungan eksternal makro adalah lingkungan diluar yang berkaitan dan berpengaruh erat dengan kegiatan perusahaan. Faktor-faktor
lingkungan makro perusahaan terdiri dari faktor kependudukan, ekonomi, teknologi, politik, hukum, sosial budaya, dan fisik alamiah.
Terdapat tiga cara dalam melakukan analisis terhadap lingkungan eksternal perusahaan yaitu: 1 Pengumpulan informasi
verbal dan tertulis dari berbagai sumber, 2 Merancang sistem informasi manajemen dalam organisasi, dan 3 Melakukan Perkiraan Secara Formal, proses diagnosis
lingkungan eksternal pada prinsipnya merupakan kelanjutan dari proses analisis. Dalam arti luas proses diagnosis memberi penilaian yang signifikan terhadap berbagai
kesempatan dan ancaman yang ditemukan selama proses analisis lingkungan. Elemen kunci diagnosis adalah kemampuan manager puncak untuk menentukan informasi yang
dapat diabaikan kemudian mengevaluasi jenis informasi yang dipandang relevan dengan kepentingan organisasi. Hanya saja yang diperlukan dalam proses diagnosis saat ini
adalah pemahaman atas berbagai faktor penentu hasil diagnosis lingkungan yang diantaranya adalah karakteristik individu dari seorang strategi manager, pengaruh
pekerjaan, dinamika kelompok, dan faktor lingkungan fisik lain yang mempengaruhi keputusan managerial.
1.6 Analisis SWOT