1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Meskipun orang yang memandang matematika sebagai bidang studi yang sulit, namun semua orang harus mempelajarinya karena merupakan sarana untuk
memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Kesulitan matematika harus diatasi sedini mungkin, karena hampir semua bidang studi memerlukan ilmu matematika.
Dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari, banyak siswa yang malas dalam mengerjakan latihan soal matematika dan lebih menunggu jawaban teman di papan
tulis. Belajar matematika haruslah dilakukan sendiri oleh siswa. Belajar matematika itu sama halnya dengan belajar berenang, yakni tidak ada kemajuan
penguasaan jika tidak melakukan kegiatan secara langsung. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungannya
Slameto,2010;2. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati, tetapi juga harus menghayati, terlibat langsung dalam
perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Maksudnya adalah siswa harus memiliki rasa tanggung jawab atas proses,akibat dan hasil pekerjaan yang
sudah diselesaikannya. Pembelajaran di sekolah dirasa kurang terkait dengan
kehidupan sehari-hari siswa. Pembelajaran cenderung abstrak dan terlalu banyak ceramah, sehingga konsep-konsep pembelajaran kurang bisa atau sulit dipahami.
Dalam kegiatan pembelajaran terdapat dua kegiatan yang sinergik, yakni guru mengajar dan siswa belajar. Siswa belajar bagaimana seharusnya belajar melalui
berbagai pengalaman belajar sehingga terjadi perubahan dalam dirinya dari aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif. Guru yang kompeten akan lebih mampu
menciptakan lingkungan yang efektif dan mampu mengelola proses belajar mengajar, sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal.
Mengembangkan metode pengajaran merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas belajar siswa. Metode dalam proses belajar mengajar
merupakan sebagai alat untuk mencapai tujuan, perumusan tujuan dengan sejelas- jelasnya merupakan syarat terpenting sebelum seorang guru menentukan dan
memilih metode mengajar yang tepat. Selain itu pendidik juga dituntut untuk mengetahui serta menguasai beberapa metode dengan harapan tidak hanya
menguasai metode secara teoritis tetapi pendidik dituntut juga mampu memilih metode yang tepat untuk bisa mengoperasionalkan secara baik. Zuhairini Abdul
Ghofir,1983;79 . Pandangan para ahli menunjukkan bahwa keterlibatan siswa secara langsung
dalam proses pembelajaran berdampak positif terhadap prestasi siswa tersebut. Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh John Dewey
dengan learning by doing-nya. Belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung dan harus dilakukan oleh siswa secara aktif. Metode drill latihan terus
menerus adalah suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan- kegiatan latihan, agar siswa memiliki ketangkasan atau ketrampilan yang lebih
tinggi dari apa yang dipelajari. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain,2010;95. Peneliti merasa metode drill merupakan metode yang cocok untuk
melatih siswa mengerjakan latihan soal secara mandiri dan siswa terjun langsung di dalam pergulatan pemikiran.
Dalam proses belajar mengajar sering kita jumpai bebagai permasalahan yang salah satunya adalah masalah alokasi waktu yang tidak mencukupi, sehingga
menyebabkan interaksi belajar mengajar menjadi tidak efektif dan efesien serta tidak sesuai dengan tuntutan yang diharapkan oleh kurikulum. Di dalam kelas
seringkali siswa tidak tahu materi apa yang dibahas, apalagi mengenai isinya dan sering mereka itu melupakannya. Apalagi ketika ada ujian semester dari dinas,
nilai matematika siswa banyak yang di bawah standart. Permasalahan tersebut juga terjadi di SMA Katolik Sang Timur
Yogyakarta. Saat ini SMA Katolik Sang Timur memiliki seorang guru lulusan pendidikan Matematika. Hal ini membuat guru matematika tersebut harus bekerja
keras dalam mengajar hampir semua kelas yang ada. Berdasarkan hasil observasi di SMA Katolik Sang Timur yang memiliki kelas cukup kecil serta siswa kurang
lebih 18-20 orang, guru mencoba menerapkan cara belajar mandiri dalam pembelajaran matematika. Berdasarkan pengamatan pembelajaran matematika di
kelas X, guru berusaha untuk menciptakan suasana belajar yang interaktif. Setiap ada siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan suatu soal, guru
membantu siswa tersebut secara langsung atau diajukan ke kelas sebagai persoalan kelas dan atau diterangkan kembali di depan kelas. Ketika siswa diberi kesempatan
untuk bertanya hanya sedikit siswa yang bertanya. Hal ini terjadi karena siswa bingung mengenai apa yang akan ditanyakan. Kondisi ini tentu sangat
berpengaruh pada hasil belajar siswa. Pemahaman dan kemajuan pengetahuan siswa merupakan tanggung jawab guru, oleh karena itu pemilihan metode yang
tepat akan menentukan keberhasilan guru dalam mengajar. Meskipun di bawah yayasan katolik, namun SMA Katolik Sang Timur Yogyakarta tetap menerima
siswa non katolik, hal ini menambah keberagaman agama dalam bersosial sesama siswa serta mencerminkan kerukunan antar umat beragama. Namun kebanyakan
masalah yang timbul dalam diri siswa adalah dari rumah, hal ini berdampak pola belajar di rumah yang tidak terkontrol bahkan mungkin tidak belajar sama sekali di
rumah. Melihat fenomena semacam ini, peneliti berupaya menggugah siswa untuk belajar secara mandiri di sekolah dengan metode drill. Mengapa peneliti memilih
metode drill? Karena metode drill dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam mengerjakan matematika. Ada pepatah mengatakan bahwa pengalaman adalah
guru yang paling berharga, oleh karena itu metode drill sama dengan memberi pengalaman belajar secara langsung dan berkelanjutan.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk menulis skripsi yang
berjudul “Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui Metode Drill
Pada Materi Trigonometri di SMA Katolik Sang Timur Yogyakarta.’’
Peneliti memilih 1 kelas dari 3 kelas X yang ada di sekolah tersebut.
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis mengemukakan identifikasi
masalah sebagai berikut: 1.
Nilai matematika kelas X SMA Katolik Sang Timur kurang memuaskan, hal ini akan berdampak buruk pada kelanjutan pembelajaran dan juga nama baik
sekolah. 2.
Kurangnya kemampuan siswa kelas X SMA Katolik Sang Timur Yogyakarta dalam memahami konsep-konsep matematika terutama materi trigonometri
yang mengakibatkan rendahnya prestasi belajar siswa dalam pembelajaran trigonometri.
3. Siswa kurang aktif berlatih mengerjakan soal dan cenderung mencatat apa
yang ditulis guru di papan tulis, sehingga siswa kurang kreatif dalam menyelesaikan soal.
4. Suasana belajar di kelas kurang kondusif karena banyak siswa yang tidak
memperhatikan penjelasan guru. 5.
Metode yang digunakan kurang bervariasi sehingga menyebabkan siswa merasa jenuh dalam kegiatan belajar mengajar.
6. Guru merasa kewalahan menghadapi keramaian siswa yang tidak terkait
pelajaran di dalam kelas.
1.3 Batasan Masalah