8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lansia
2.1.1 Pengertian
Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stress fisiologis. Kegagalan ini
berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individu Hawari, 2001 dalam Efendi Makhfudli, 2009. Usia
lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Nugroho 2008 juga menyatakan bahwa memasuki usia tua yang biasanya sering
disebut lansia lanjut usia adalah suatu keadaan yang terjadi dalam setiap kehidupan manusia. Jadi, dapat disimpulkan bahwa lansia adalah suatu keadaan
yang ditandai dengan kegagalan seseorang mempertahankan keseimbangan stress fisiologis yang merupakan tahap akhir dari daur kehidupan manusia.
2.1.2 Batasan Umur dan Karakteristik Lansia
Berikut ini adalah batasan-batasan umur yang mencakup batasan umur lansia yang dikutip dari Nugroho 2000 dalam Efendi Makhfudli 2009.
a Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1 Ayat 2
menyebutkan bahwa “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun
ke atas”.
b World Health Organization WHO mengklasifikasikan lansia sebagai
berikut: usia pertengahan middle age: 45-59 tahun, lanjut usia elderly: 60-74
tahun, lanjut usia tua old: 75-90 tahun, dan usia sangat tua very old: di atas 90 tahun.
Budi Anna Keliat 1999 dalam Maryam et. al 2008 menyebutkan bahwa lansia memiliki karakteristik sebagai berikut.
a Berusia lebih dari 60 tahun sesuai dengan Pasal 1 ayat 2 UU No. 13
tentang Kesehatan. b
Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif
hingga kondisi maladaptif. c
Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi. Jadi seseorang dikatakan lansia jika telah mencapai umur 60 tahun keatas.
2.1.3 Perubahan Pada Lansia
Ismayadi 2004 menyatakan bahwa terdapat beberapa perubahan yang terjadi pada lansia, meliputi perubahan fisik, mental, psikososial, dan spiritual.
a Perubahan Fisik
Perubahan fisik yang terjadi pada lansia meliputi perubahan sebagai berikut :
1 Sel
Perubahan pada sel yang terjadi akibat proses penuaan meliputi: sel menjadi lebih sedikit jumlahnya serta lebih besar ukurannya; berkurangnya
jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler; menurunnya proporsi protein otak, otot, ginjal, darah, dan hati; jumlah sel otak menurun, terganggunya
mekanisme perbaikan sel; serta otak menjadi atrofi dan beratnya berkurang hingga 5-10.
2 Sistem Persarafan
Pada lansia usia akan mengalami perubahan pada sistem persarafan, yang meliputi: penurunan berat otak hingga 10-20; penurunan dalam berespon dan
waktu untuk bereaksi khususnya dengan stres; mengecilnya saraf panca indera yang mengakibatkan penurunan fungsi penglihatan; hilangnya pendengaran;
mengecilnya saraf penciuman dan perasa; lebih sensitive terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin; serta menjadi kurang sensitif
terhadap sentuhan. 3
Sistem Muskuloskeletal Lansia akan mengalami perubahan pada sistem muskuloskeletal yang
meliputi: penurunan densitas tulang dan tulang menjadi semakin rapuh; kifosis; pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas, persendian membesar dan
menjadi kaku; tendon mengerut dan mengalami sclerosis; atrofi serabut otot otot- otot serabut mengecil yang menyebabkan seseorang bergerak menjadi lambat,
otot-otot kram dan menjadi tremor. 4
Sistem Respirasi Lansia akan mengalami perubahan pada sistem respirasi yang meliputi:
otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku; menurunnya aktivitas dari silia; penurunan elastisitas paru-paru yang mengakibatkan kesulitan
dalam menarik napas, penurunan kapasitas pernapasan maksimum paru, serta penurunan kedalaman bernapas; pelebaran ukuran dan penurunan jumlah alveoli;
kemampuan untuk batuk berkurang; serta dapat terjadi penurunan kemampuan otot pernapasan seiring dengan pertambahan usia.
5 Sistem Pendengaran
Lansia mengalami perubahan pada sistem pendengaran yang meliputi: terjadinya presbiakusis yaitu gangguan dalam pendengaran yang ditandai dengan
hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata;
osklerosis akibat atrofi membran timpani; terjadinya pengumpulan serumen yang mengeras akibat peningkatan keratin; pendengaran bertambah menurun pada
lansia yang mengalami ketegangan jiwa atau stres. 6
Sistem Penglihatan Lansia akan mengalami perubahan pada sistem penglihatan yang meliputi:
timbulnya sclerosis dan hilangnya respon terhadap sinar; kornea lebih berbentuk sferis atau bola; kekeruhan pada lensa yang menyebabkan katarak; meningkatnya
ambang pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap, hilangnya daya akomodasi; serta menurunnya
lapangan pandang. 7
Sistem Kardiovaskuler Lansia akan mengalami perubahan pada sistem kardiovaskular yang
meliputi: penurunan elastisitas dinding aorta; katup jantung menebal dan menjadi kaku; kemampuan jantung memompa darah menurun; penurunan elastisitas
pembuluh darah, berkurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi; serta lansia dapat mengalami peningkatan tekanan darah akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
8 Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh
Lansia akan mengalami perubahan pada sistem pengaturan tubuh. Temperatur tubuh lansia menjadi menurun secara fisiologis akibat metabolisme
yang menurun; keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang mengakibatkan penurunan aktivitas otot.
9 Sistem Gastrointestinal
Lansia akan mengalami perubahan pada sistem gastrointestinal yang meliputi: kehilangan gigi akibat penyakit periodontal, kesehatan gigi yang buruk
dan gizi yang buruk; penurunan fungsi indera pengecap, penurunan sensitivitas saraf pengecapan di lidah terhadap rasa manis, asin, asam, dan pahit; esophagus
melebar; penurunan rasa lapar dan asam lambung; peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi; serta penurunan daya absorbsi usus.
10 Sistem Reproduksi
Lansia akan mengalami perubahan pada sistem reproduksi baik pada wanita maupun pria. Perubahan sistem reproduksi yang terjadi pada lansia wanita
meliputi: penyusutan ovarium dan uterus; penurunan selaput lendir vagina; serta atrofi payudara. Sedangkan parubahan pada sistem reproduksi pada sistem
reproduksi lansia pria meliputi: penurunan produksi spermatozoa; serta kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lansia asal kondisi kesehatan baik.
11 Sistem Perkemihan
Lansia akan mengalami perubahan pada sistem perkemihan yang meliputi: atrofi pada nefron dan penurunan aliran darah ke ginjal hingga 50; otot-otot
vesika urinaria menjadi lemah yang mengakibatkan frekuensi buang air kecil meningkat dan terkadang menyebabkan retensi urin pada pria.
12 Sistem Endokrin
Lansia akan mengalami perubahan pada sistem endokrin yang meliputi penurunan produksi semua hormon; menurunnya aktivitas tiroid yang
mengakibatkan menurunnya Basal Metabolic Rate BMR, dan menurunnya daya pertukaran zat; menurunnya produksi aldosterone; serta menurunnya sekresi
hormone kelamin misalnya, progesterone, estrogen, dan testosterone. 13
Sistem Integumen Lansia akan mengalami perubahan pada sistem integument yang meliputi:
kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak; permukaan kulit menjadi kasar dan bersisik akibat kehilangan proses keratinasi, serta perubahan ukuran dan
bentuk-bentuk sel epidemis; kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu; rambut dalam hidung dan telinga menebal; berkurangnya elastisitas akibat dari
menurunnya cairan dan vaskularisasi; pertumbuhan kuku lebih lambat; kuku jari menjadi keras dan rapuh, pudar dan kurang bercahaya; serta kelenjar keringat
berkurang jumlah dan fungsinya. Perubahan fisik tersebut sesuai dengan teori menua yaitu teori genetika
yang menjelaskan bahwa penuaan merupakan suatu proses yang alami. Sel secara genetik diprogram untuk berhenti membelah setelah mencapai 50 divisi sel, pada
saat itu sel akan mulai kehilangan fungsinya. Teori genetika dengan kata lain mengartikan bahwa proses menua merupakan hal yang tidak dapat dihindari dan
akan semakin terlihat bila usia semakin bertambah Stanley et al, 2006. Perubahan fisik tersebut juga sesuai dengan teori Wear And Tear yang
menjelaskan bahwa organisme memiliki energi tetap yang tersedia dan akan habis sesuai dengan waktu yang diprogramkan Stanley et al, 2006. Pada usia lanjut,
sel tidak memiliki kemampuan untuk bereplikasi dan menjalankan fungsinya secara optimal Suhartin, 2010. Teori imunitas juga sesuai dengan perubahan
fisik yang terjadi pada lansia. Teori imunitas berhubungan langsung dengan proses penuaan. Selama proses penuaan, sistem imun juga akan mengalami
kemunduran dalam pertahanan terhadap organisme asing yang masuk ke dalam tubuh sehingga pada lansia akan sangat mudah mengalami infeksi. Perubahan
pada sistem imun ini diakibatkan perubahan pada jaringan limfoid sehingga tidak adanya keseimbangan dalam sel T untuk memproduksi antibodi dan kekebalan
tubuh menurun Stanley et al, 2006. b
Masalah Mental Masalah kesehatan mental pada lansia dapat berasal dari 4 aspek, yaitu:
fisik, psikologis, sosial, dan ekonomi. Masalah tersebut dapat berupa emosi yang labil, mudah tersinggung, mudah merasa dilecehkan, kecewa, tidak bahagia,
perasaan kehilangan, dan tidak berguna. Lansia dengan masalah tersebut menjadi rentan mengalami gangguan psikologis seperti stres, depresi, ansietas atau
kecemasan, psikosis atau kecanduan obat. Pada umumnya masalah kesehatan mental lansia adalah masalah penyesuaian. Penyesuaian tersebut diakibatkan
karena adanya perubahan dari keadaan sebelumnya seperti fisik masih kuat, bekerja dan berpenghasilan, mengalami kemunduran. Aspek psikologi merupakan
faktor penting dalam kehidupan seseorang dan menjadi semakin penting dalam kehidupan seorang lansia.
Pada umumnya, lansia mengharapkan panjang umur, semangat hidup, tetap berperan dalam kehidupan sosial, dihormati, mempertahankan hak dan
hartanya, tetap berwibawa, kematian dalam ketenangan dan diterima disisi-Nya. Keinginan untuk lebih dekat kepada Tuhan merupakan kebutuhan lansia. Proses
menua yang tidak sesuai dengan harapan tersebut, dirasakan sebagai beban mental yang cukup berat. Aspek sosial yang terjadi pada individu lansia, meliputi
kematian pasangan hidup atau temannya, perubahan peran seorang ayah atau ibu menjadi seorang kakek atau nenek, perubahan dalam hubungan dengan anak
karena sudah harus memperhitungkan anak sebagai individu dewasa yang dianggapsebagai teman untuk dimintai pendapat dan pertolongan, perubahan
peran dari seorang pekerja menjadi pensiunan yang sebagian besar waktunya dihabiskan di rumah. Aspek ekonomi berkaitan dengan status sosial dan prestise.
Perubahan masalah mental yang terjadi pada lansia dapat dikaitkan dengan teori psikologis. Adanya penurunan dari intelektualias yang meliputi persepsi,
kemampuan kognitif, memori, dan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan berinteraksi Maryam et al, 2008.
c Perubahan Psikososial
Beberapa perubahan psikososial yang terjadi pada lansia antara lain pensiun, isolasi sosial, perubahan tempat tinggal dan lingkungan, serta merasakan
atau sadar akan kematian sense of awareness of mortality. 1
Pensiun Pensiun adalah tahap kehidupan yang dicirikan oleh adanya transisi dan
perubahan peran yang dapat menyebabkan stres psikososial. Nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas dikaitkan dengan peranan dalam
pekerjaan. Bila seseorang pensiun, ia akan mengalami kehilangan-kehilangan, antara lain: kehilangan finansial yaitu pendapatan berkurang, kehilangan status
yaitu yang dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi, lengap dengan segala fasilitasnya, kehilangan teman atau relasi, kehilangan pekerjaan atau
kegiatan. 2
Isolasi Sosial Isolasi sosial sering dikaitkan dengan semakin meningkatnya usia. Namun,
hanya sekitar 10 lansia yang menggambarkan diri mengalami isolasi sosial Cattan, 2002 dalam Cooper, 2009. Untuk sebagian lansia, isolasi sosial dapat
diterima sebagai suatu bagian yang tidak terpisahkan dari proses penuaan, dan tidak mungkin untuk ditentang Forbes, 1996 dalam Cooper, 2009.
Forbes 1996 dalam Cooper 2009 menyatakan bahwa terdapat ebebrapa hal yang dapat meningkatkan resiko seorang lansia mengalami isolasi sosial,
antara lain: hidup sendiri, persepsi tingkat kejahatan atau kekerasan di masyarakat, tidak ingin menggunakan layanan yang tersedia, kemiskinan atau
khawatir akan masa depan, penurunan kesehatan atau cacat fisik, kontinensia, kehilangan hubungan yang signifikan seperti kematian atau perceraian, kurangnya
dukungan keluarga, kurangnya dukungan dari teman, kurangnya akses ke pembelajan atau kegiatan yang berarti, kurangnya akses ke informasi tentang
layanan, kurangnya pengetahuan atau akses ke teknologi. Isolasi sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan dan
kesejahteraan lansia. Adapun dampak yang dapat ditimbulkan meliputi: peningkatan depresi dan terkait masalah kesehatan mental, penurunan kesehatan
fisik, penurunan harapan hidup, penurunan keterlibatan dalam masyarakat, perasaan tidak layak hidup, kurangnya percaya diri, kurangnya motivasi, perasaan
gagal dan putus asa Offie of the Deputy Prime Minister London, 2006 dalam Cooper, 2009.
3 Perubahan tempat tinggal dan lingkungan.
Perubahan pada peran sosial, tanggung jawab keluarga, dan status kesehatan mempengaruhi rencana kehidupan lansia. Sebagian memilih hidup
dengan anggota keluarga. Yang lain lebih memilih tinggal di rumah sendiri yang dekat dengan keluarganya. Komunitas dengan waktu luang atau pensiunan
memberi kesempatan tinggal dengan lansia dalam lingkungan satu generasi. Perumahan yang paling sesuai dengan lansia bergantung pada tingkat kemandirian
mereka Potter Perry, 2005. 4
Merasakan atau sadar akan kematian sense of awareness of mortality Banyak lansia menjelang ajal masih memiliki tujuan dan mereka secara
emosi tidak siap untuk mati, namun ada pula lansia yang mulai mempersiapkan
diri untuk menghadapinya. Keluarga dan teman seringkali tidak dapat mencari koping terhadap kematian dan kehilangan orang yang dicintainya.
Perubahan psikososial yang terjadi pada lansia didukung dengan teori psikologis. Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan dengan
keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif. Kepribadian individu yang terdiri atas motivasi dan intelegensi dapat menjadi karakteristik konsep diri
dari seorang lansia. Konsep diri yang positif dapat menjadikan seorang lansia mampu berinteraksi dengan mudah terhadap nilai-nilai yang ada ditunjang dengan
status sosialnya Maryam et al, 2008. Perubahan psikososial yang terjadi juga didukung dengan teori penarikan diri. Teori ini menggambarkan penarikan diri
oleh lansia dari peran masyarakat dan tanggung jawabnya Stanley et al, 2006. d
Perubahan Spiritual Perubahan spiritual yang terjadi pada lansia Potter Perry, 2005, yaitu:
1 Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupan.
2 Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat
dalam berpikir dan bertindak sehari-hari. 3
Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer 1978, perkembangannya yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan bertindak
dengan cara memberikan contoh cara mencintai keadilan. Perubahan spiritual yang terjadi pada lansia didukung dengan adanya teori
spiritual yang menyebutkan bahwa komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi
individu tentang arti kehidupan Maryam et al, 2008.
2.1.4 Masalah-masalah pada Lansia