c Stres  mikrobiologik,  disebabkan  oleh  virus,  bakteri,  atau  parasit  yang
menimbulkan penyakit. d
Stres  fisiologik,  disebabkan  oleh  gangguan  struktur,  fungsi  jaringan, organ, atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.
e Stres  proses  pertumbuhan  dan  perkembangan,  disebabkan  oleh  gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga tua. f
Stres psikisemosional, disebabkan oleh gangguan hubungan interpersonal, sosial, budaya, atau keagamaan.
Adapun  menurut  Brench  Grand  2000  dalam  Sunaryo  2004,  stres ditinjau dari penyebabnya hanya dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a Penyebab  makro,  yaitu  menyangkut  peristiwa  besar  dalam  kehidupan,
seperti kematian, perceraian, pension, luka batin, dan kebangkrutan. b
Penyebab  mikro,  yaitu  menyangkut  peristiwa  kecil  sehari-hari,  seperti pertengkaran rumah tangga dan beban pekerjaan.
2.2.3 Sumber Stres
Maramis  1999  dalam  Sunaryo  2004  menyatakan  bahwa  ada  empat sumber atau penyebab stres, yaitu:
a Frustrasi
Frustasi timbul akibat kegagalan mencapai tujuan. Frustasi dibagi menjadi dua, yaitu: intrinsik cacat badan dan kegagalan usaha dan ekstrinsik kecelakaan,
bencana alam, kematian orang yang dicintai, pengangguran, dan lain-lain. b
Konflik Konflik timbul karena tidak mampu mengambil suatu keputusan.
c Tekanan
Tekanan  timbul  sebagai  akibat  tekanan  hidup  sehari-hari.  Tekanan  dapat berasal dari dalam diri individu, misalnya cita-cita atau norma yang terlalu tinggi,
tekanan  yang berasal  dari  luar individu  misalnya,  tuntutan orangtua kepada anak agar tetap menjadi juara di sekolah.
d Krisis
Krisis  yaitu  keadaan  yang  mendadak  yang  menimbulkan  stres  pada individu, misalnya kematian orang yang disayangi, kecelakaan, dan penyakit yang
harus segera dioperasi. Keadaan  stres  dapat  terjadi  oleh  beberapa  sebab  sekaligus,  mislanya
frustasi, konflik, dan tekanan.
2.2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Stres
Stresor adalah semua kondisi stimulasi yang berbahaya dan menghasilkan reaksi   stres, misalnya   jumlah   semua   respon   fisiologis   nonspesifik   yang
menyebabkan  kerusakan  dalam  sistem  biologis  Ide,  2008.  Sesuai  dengan penjelasan Lazarus  Folkman 1984 dalam Potter  Perry 2005, setiap orang
memiliki  respon  yang  berbeda  dalam  menghadapi  stresor.  Semakin  besar seseorang  merima  stresor,  maka  semakin  besar  respon  stres  yang  ditimbulkan.
Respon  terhadap  segala  bentuk  stresor  bergantung  pada  fungsi  fisiologis, kepribadian, serta sifat dari stresor.
a Fungsi Fisiologis
Hardjana  1994  dalam  Puspasari  2009  menyatakan  bahwa  menderita penyakit  dapat  mengakibatkan  perubahan  fungsi  fisiologis  pada  seseorang.
Perubahan fungsi  tersebut  dapat  mempengaruhi  kehidupan seseorang dimana hal itu dapat menyebabkan stres pada lansia. Perubahan fungsi fisiologis yang dialami
seseorang tergantung pada penyakit yang dideritanya. b
Kepribadian Hawari 2001 dalam Maryam et al 2008 menyatakan bahwa tidak semua
orang  yang  mendapat  stresor  psikososial  yang  sama  akan  mengalami  stres.  Pada seseorang yang mempunyai tipe kepribadian tertentu, yaitu tipe kepribadian “A”
lebih  rentan  terkena  stres,  sedangkan  orang  dengan  tipe  kepr ibadian  “B”  lebih
tahan  terhadap  stres.  Dalam  kaitannya  dengan  tipe  kepribadian  yang  berisiko tinggi  terkena  stres  tipe    kepribadian    “A”,    Rosenmen        Chesney    1980
dalam  Maryam et al  2008 menggambarkan  antara  lain  dengan  ciri-ciri, yaitu: ambisius,  agresif    dan  kompetitif,  kurang  sabar,  mudah  tegang,  mudah
tersinggung  dan  marah,  kewaspadaan  berlebihan,  kontrol  diri  kuat,  percaya  diri berlebihan, cara bicara cepat, bertindak serba cepat, hiperaktif, tidak dapat diam,
bekerja  tidak  mengenal  waktu,  pandai  berorganisasi  dan  memimpin  otoriter, kaku  terhadap    waktu,    tidak    dapat    tenang    tidak    rileks,  serba    tergesa-gesa,
pandai    menimbulkan    perasaan    empati    dan    bila    tidak    tercapai  maksudnya mudah bersikap bermusuhan, tidak mudah dipengaruhi, kaku tidak fleksibel.
Orang    dengan    kepribadian    tipe    “B”    atau    pola    perilaku    tipe    “B” adalah  kebalikan  dari  tipe  “A”  tersebut  diatas,  yaitu  dengan  ciri-ciri  antara  lain
sebagai  berikut:  ambisinya  wajar-wajar  saja,  tidak  agresif  dan  sehat  dalam berkompetisi  serta  tidak  memaksakan  diri,  penyabar,  tenang,  tidak  mudah
tersinggung dan tidak mudah marah emosi terkendali, kewaspadaan dalam batas
yang  wajar  demikian  pula  kontrol  diri  dan  percaya  diri  tidak  berlebihan,  cara bicara tidak tergesa-gesa, bertindak pada saat yang tepat, perilaku tidak hiperaktif,
dapat  mengatur  waktu  dalam    bekerja    menyediakan    waktu    untuk    istirahat;, dalam    berorganisasi    dan  memimpin  bersikap  akomodatif  dan  manusiawi;  lebih
suka bekerjasama dan tidak memaksakan diri bila menghadapi tantangan, pandai mengatur  waktu  dan  tenang  rileks,  tidak  tergesa-gesa,  ramah  dan  dapat
menimbulkan  empati  untuk  mencapai  kebersamaan,  tidak  kaku  fleksibel,  dapat menghargai  pendapat  lain,  dalam  mengendalikan  segala  sesuatunya  mampu
menahan serta mengendalikan diri Hawari, 2001 dalam Maryam et al, 2008. c
Sifat dari stresor Lazarus    Folkman  1984  dalam  Potter    Perry  2005  menyatakan
bahwa  setiap  orang  memiliki  respon  yang  berbeda  dalam  menghadapi  stresor. Semakin  besar      seseorang  mendapat  stresor,  maka  semakin  besar  respon  stres
yang ditimbulkan. Selain fungsi fisiologis, kepribadian, serta sifat dari stresor, Suparto 2000
dalam  Puspasari  2009,    terdapat    pula    faktor-faktor    lain    yang  dapat mempengaruhi stres, antara lain:
a Falsafah hidup: semakin seseorang berserah diri kepada Tuhan, maka akan
semakin terbebaskan dari stres. b
Persepsi  penangkapan:  semakin  santai  suatu  kejadian  dipersepsikan, maka semakin sulit seseorang mengalami stres karena kejadian tersebut.
c Posisi sosial: semakin berperan dan menyatu seseorang dengan lingkungan
sosialnya, semakin sulit seseorang mengalami stres.
d Pengalaman:    semakin  sering  seseorang  memperoleh  stresor,  semakin
sering seseorang terserang stres akibat stresor tersebut.
2.2.5  Tahapan Stres