9
berkaitan atau tidak berdiri sendiri. Strukturalisme dapat dipandang sebagai salah satu pendekatan kesastraan yang menekankan pada kajian hubungan antarunsur
pembangun karya sastra yang bersangkutan Nurgiyantoro, 2013: 59. Selanjutnya Teeuw 1984: 135 menjelaskan bahwa analisis struktural
bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, sedetail dan mendalam tentang keterkaitan semua aspek karya sastra yang bersama-sama
menghasilkan makna menyeluruh. Sehingga, dalam upaya untuk memahami karya sastra secara mendalam, perlu dilakukan analisis struktural. Analisis struktural
dilakukan dengan mengkaji unsur pembangun karya sastra serta hubungan antarunsur tersebut. Unsur-unsur pembangun yang dimaksud adalah unsur
intrinsik karya sastra meliputi alur, penokohan, latar, dan tema.
1. Alur
Definisi alur menurut Stanton via Nurgiyantoro 2013: 167 adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian hanya dihubungkan secara sebab
akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya perisitwa yang lain. Sehingga dapat diketahui bahwa alur adalah unsur intrinsik karya sastra
yang menggambarkan urutan peristiwa cerita. Dalam suatu roman, tidak semua peristiwa diceritakan secara berurutan.
Oleh karena itu, untuk mempermudah pemahaman alur cerita roman, terlebih dahulu dilakukan penentuan satuan cerita atau sekuen. Sekuen merupakan urutan
peristiwa dalam cerita. Peristiwa yang terjadi saling mempengaruhi peristiwa lain. Sesuai dengan pendapat Schmit dan Viala 1982: 63:
“une séquence est, d’une façon générale, un segment de texte qui forme un tout cohérent autour d’un même
10
centre d’intérêt”. Dalam bahasa Indonesia berarti “sebuah sekuen secara umum adalah bagian dari teks yang membentuk satu kesatuan cerita yang saling
berhubungan dalam satu pusat perhatian”. Dalam menentukan sekuen, terkadang ditemukan kerumitan karena
sekuen-sekuennya kompleks. Schmitt dan Viala 1982: 27 kemudian menjelaskan bahwa terdapat dua kriteria dalam pembuatan sekuen, yaitu 1
sekuen berpusat pada satu titik perhatian fokalisasi dan objek yang diamati haruslah objek tunggal yang mempunyai kesamaan baik peristiwa, tokoh,
gagasan, dan bidang pemikiran yang sama, 2 sekuen harus membentuk satu koherensi waktu dan ruang. Sekuen membentuk relasi atau hubungan tak
terpisahkan dalam sebuah bangunan cerita. Sekuen memiliki fungsi yang berbeda-beda dalam suatu peristiwa.
Barthes 1981: 15 membagi fungsi sekuen menjadi dua berdasarkan hubungan antarsekuen, yaitu fungsi utama fonction cardinal dan fungsi katalisator
fonction catalyse. Fungsi utama berfungsi mengarahkan jalannya cerita dan menunjukkan hubungan sebab-akibat. Sedangkan fungsi katalisator berfungsi
sebagai penghubung peristiwa satu dengan peristiwa lain tanpa memiliki hubungan sebab-akibat.
Dalam penyajian suatu cerita, alur memiliki tahapan dari awal sampai akhir cerita. Besson 1987: 118 membedakan tahapan-tahapan penceritaan
menjadi lima tahap. Berikut tabel tahapan alur menurut Besson beserta penjelasannya.