Hygiene Sanitasi dan Keluhan Kesehatan Kulit Penghuni Rumah Kost Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang Tahun 2013

(1)

HYGIENE SANITASI DAN KELUHAN KESEHATAN KULIT PENGHUNI RUMAH KOST KELURAHAN PADANG BULAN SELAYANG I

KECAMATAN MEDAN SELAYANG TAHUN 2013

SKRIPSI

OLEH

NIM. 111021006 MORIS DELMI HAWA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

HYGIENE SANITASI DAN KELUHAN KESEHATAN KULIT PENGHUNI RUMAH KOST KELURAHAN PADANG BULAN SELAYANG I

KECAMATAN MEDAN SELAYANG TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH

NIM. 111021006 MORIS DELMI HAWA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(3)

(4)

ABSTRAK

Keluhan kesehatan kulit merupakan satu hal yang sangat sering dialami oleh penghuni asrama, penghuni pesantren, dan juga penghuni rumah kost berupa gatal-gatal yang khas (pagi, siang, sore atau malam) dan munculnya bentol-bentol merah pada permukaan kulit dan terasa gatal. penelitian Faizal (2011), di asrama putra USU persentase yang mengalami keluhan kesehatan kulit sebesar 72,4%, dampak dari penggunaan air yang bersumber dari sumur bor, perilaku penghuni asrama terhadap kebersihan diri yang masih kurang, dan suka bertukar pakaian dengan teman asrama.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hygiene sanitasi dan keluhan kesehatan kulit penghuni rumah kost Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang. Metode penelitian ini adalah deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah 536 orang dan sampel dalam penelitian ini adalah 100 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling dengan kriteria responden penghuni rumah kost yang sudah menetap > 6 bulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengalami keluhan kesehatan kulit dengan rasa gatal-gatal yang khas (pagi,siang, ataupun malam) yaitu sebanyak 38 orang (38,0%), yang mengalami keluhan kesehatan kulit dengan betol-bentol merah pada permukaan kulit dan terasa gatal yaitu sebanyak 33 orang (33,0%).

Kesimpulan dari penelitian ini adalah keluhan kesehatan kulit yang dialami oleh penghuni rumah kost Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang disebabkan karena faktor kebersihan diri yang kurang baik.

Disarankan kepada penghuni rumah kost agar lebih memperhatikan kebersihan diri dan diharapkan kepada pemilik rumah kost agar lebih memperhatikan sanitasi dasar rumah kost yang meliputi sarana air bersih dan sarana pembuangan sampah.


(5)

ABSTRACT

Complaints of skin health is one thing that is very often experienced by boarder, residents of the boarding school, boarding house residents and also in the form of a typical hives (morning, afternoon, evening or night) and the emergence of full-red swollen bumps on the surface of the skin and itch. Faizal research (2011), in the men's dormitory USU percentage who experience health complaints of skin by 72,4%, the impact of the use of water sourced from the well bore, the behavior of self hygiene boarder who is still lacking, and love swapping clothes with friends

This research aims to find out the hygiene sanitation and health of skin complaints the residents of Padang Bulan Village boarding Selayang Subdistrict Medan Selayang I. This research method is descriptive. The population is 536 people and the sample in this study was 100 people. Sampling was done by purposive sampling criteria respondents boarding house residents who have settled >6 months.

The results showed that respondents who experienced the health complaints of skin with a sense of the typical hives (morning, afternoon, or night) that as many as 38 people (38.0%),who experience health complaints of skin with red swollen bumps on the surface of the skin and itch that as many as 33 people (33,0%).

The conclusions of this research are the complaints of skin health experienced by the occupants of a home boardingThe village of Padang Bulan Selayang Subdistrict Medan Selayang I caused because of personal hygiene factors are unfavourable.

Boardinghouseresidentsare advisedtobe moreattention to personal hygiene and expected to home owners to pay more attention to kost basic sanitation home kost which includes water supply and means of garbage disposal.


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Hygiene sanitasi dan Keluhan Kesehatan Kulit Penghuni Rumah Kost Kelurahan Padang Bulan Selayang I kecamatan Medan selayang Tahun 2013”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada Dr.dr. Wirsal Hasan, MPHselaku dosen pembimbing I dan Ir.Evi Naria, Mkesselaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, petunjuk dan saran-saran dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.

Ucapan terima kasih juga tidak lupa penulis sampaikan kepada : 1. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan FKM USU

2. Dr. dr. Wirsal Hasan, MPH selaku penasehat akademik

3. Bapak/Ibu Dosen Departemen Kesehatan Lingkungan FKM USU 4. Ir. Indra Chahaya S, Msi selaku dosen penguji

5. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS selaku dosen penguji

6. Bapak Nalem Sitepu selaku Kepala Lingkungan VIII Kecamatan Medan Selayang 7. Teristimewa orangtuaku tercinta AyahandaLeonard Hawa dan Ibunda Mirawati

Fanaetuyang telah memberikan motivasi, semangat dan dukungan moril maupun materil dan doa yang luar biasa dari awal perkuliahan sampai akhir.


(7)

9. Ita Silvia Sidabutar, AMkeb yang selalu mendampingi, memberikan motivasi, semangat dan dukungan moril maupun materil serta doa yang luar biasa dalam tahap penyelesaian skripsi ini.

10. Bang Asrul, suryani, Bang Jundan, Besti (5 cm) serta teman- teman di FKM USU yang telah memberikan ide dan semangat hingga skripsi ini selesai.

11. Teman-teman seperjuanganku di dalam PBL FKM USU Pekan BahorokRumah 2 yaitu Kak Mida, Kak Juli, Kak Sherli, Licha, Kak Lina, Winda, Kak febri, Fadhil, Siskayang telah membuat banyak kenangan belajar bersama, survey bersama, hingga menggila bersama.

12. Teman-teman di LKP di Dinas Kebersihan yaituMarlina, Yuli, Kiki, dan Suryaniyang banyak memberikan pengalaman belajar serta hiburan bersama, buat Reni yang telah membantu saya membagi kuesioner.

13. Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan dan kerjasamanya.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan sehinggga membutuhkan banyak masukan dan kritikan dari berbagai pihak yang sifatnya membangun dalam memperkaya materi skripsi ini. Namun demikian, penulis berharap semoga skrisi ini dapat menjadi sumbangan berguna bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Medan, Oktober 2013


(8)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Moris Delmi Hawa

Tempat, Tanggal Lahir : Pulau Tello, 22 Desember 1989

Agama : Kristen

Status Perkawinan : Belum Menikah

Alamat Rumah : Onaya Pulau Tello, Kabupaten Nias Selatan Kecamtan Pulau Pulau Batu

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD Negeri 1 Pulau Pulau Batu : Tahun 1997 – 2002 2. SMP Negeri 1 Pulau Pulau Batu : Tahun 2002 – 2004 3. SMA Negeri 1 Lubuk Pakam : Tahun 2004 – 2007 4. Program Studi D – III Keperawatan

Universitas Darma Agung Medan : Tahun 2007 – 2010 5. S – 1 Fakultas Kesehatan Masyarakat


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.5. Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Pengertian Hygiene dan Sanitasi ... 7

2.2. Personal Hygiene ... 8

2.2.1 Jenis-Jenis Personal Hygiene ... 8

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene ... 10

2.3. Sanitasi Dasar ... 11

2.3.1 Penyediaan Air Bersih ... 11

2.3.2 Pembuangan Kotoran Manusia ... 14

2.3.3 Pembuangan Air Limbah ... 16

2.3.4 Pengelolaan Sampah ... 17

2.4. Penyakit Kulit ... 19

2.4.1. Penyebab Penyakit Kulit ... 19

2.4.2. Jenis-Jenis Penyakit Kulit ... 20

2.5. Pengertian Rumah ... 22

2.6. Rumah Sehat ... 23

2.6.1 Syarat Rumah Sehat ... 25

2.7. Kerangka Konsep ... 31

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 32

3.1. Jenis Penelitian ... 32

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

3.3. Populasi dan Sampel ... 32

3.3.1 Populasi ... 32

3.3.2 Sampel ... 33

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 34

3.4.1 Data Primer ... 34

3.4.2 Data Sekunder ... 34

3.5. Definisi Operasional ... 34

3.6. Aspek Pengukuran ... 36


(10)

3.6.3 Komponen Fisik dan Sanitasi Dasar rumah Kost ... 37

3.7.Analisa Data ... 41

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 42

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 42

4.2 Karakteristik Responden ... 43

4.3 Personal Hygiene ... 44

4.3.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kebersihan Kulit ... 45

4.3.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kebersihan Rambut ... 46

4.3.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku ... 46

4.3.4 Distribusi Personal HygieneResponden Meliputi Kebersihan Kulit, Kebersihan Rambut, Kebersihan Kaki, Tangan, dan Kuku 47 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Kesehatan Kulit ... 48

4.4.1 Keluhan Kesehatan Kulit Berdasarkan Karakteristik Responden 49 4.4.2 Keluhan Kesehatan Kulit Berdasarkan Personal Hygiene ... 50

4.5 Hasil Observasi Komponen Rumah Kost ... 54

4.6 Hasil Observasi Sanitasi Dasar Rumah Kost ... 55

BAB 5. PEMBAHASAN ... 57

5.1 Karakteristik Responden ... 57

5.2 Keluhan Kesehatan Kulit ... 58

5.3 Keluhan Kesehatan Kulit Berdasarkan Personal Hygiene yang Meliputi Kebersihan Kulit ... 58

5.4 Keluhan Kesehatan Kulit Berdasarkan Personal Hygiene yang Meliputi Kebersihan Rambut ... 60

5.5 Keluhan Kesehatan Kulit Berdasarkan Personal Hygiene yang Meliputi Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku ... 61

5.3 Gambaran Komponen Rumah Kost ... 61

5.3.1 Langit-Langit ... 61

5.3.2 Dinding ... 61

5.3.3 Lantai ... 62

5.3.4 Ventilasi ... 63

5.3.5 Pencahayaan ... 63

5.4 Gambaran Sanitasi Dasar Rumah Kost ... 64

5.4.1 Sarana Air Bersih ... 64

5.4.2 Sarana Pembuangan Kotoran ... 65

5.4.3 Sarana Pembuangan Air Limbah ... 65

5.4.4 Sarana Pembuangan Sampah ... 66

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

6.1 Kesimpulan ... 67

6.2 Saran ... 68


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, dan Lama tinggal Responden Penghuni Rumah Kost Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan

Selayang... 44 Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kebersihan Kulit Responden

Penghuni Rumah Kost Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan

Selayang I Kecamatan Medan Selayang... 45 Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kebersihan Rambut

Responden Penghuni Rumah Kost Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang... 46 Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kebersihan Tangan, Kaki dan Kuku

Responden Penghuni Rumah Kost Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang... 47 Tabel 4.5 Distribusi Personal Hygiene Responden Penghuni Rumah Kost Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang... 48 Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Kesehatan Kulit Penghuni Rumah Kost Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Selayang I

Kecamatan Medan Selayang... 48

Tabel 4.7 Distribusi Keluhan Kulit Berdasarkan Karakteristik Responden Penghuni Rumah Kost Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Selayang I

Kecamatan Medan Selayang... 49 Tabel 4.8 Distribusi Keluhan Kesehatan Kulit Responden Berdasarkan Personal

Hygiene yang Meliputi Kebersihan Kulit Penghuni Rumah Kost

Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang... 50 Tabel 4.9 Distribusi Keluhan Kesehatan Kulit Responden Berdasarkan Personal

Hygiene yang Meliputi Kebersihan Rambut Penghuni Rumah Kost Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang... 52 Tabel 4.10 Distribusi Keluhan Kesehatan Kulit Responden BerdasarkanPersonal

Hygiene yang Meliputi Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku Penghuni Rumah Kost Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang... 52


(12)

Tabel 4.11 Hasil Observasi Komponen Rumah Kost Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang...54 Tabel 4.12 Hasil Observasi Sanitasi Dasar Rumah Kost Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang... 55


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Survei Pendahuluan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Lampiran 2. Surat Rekomendasi Penelitian dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pemerintah Kota Medan

Lampiran 3. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari Kepala Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang Lampiran 4. Kuesioner Penelitian

Lampiran 5. Lembar Observasi Penelitian Lampiran 6. Hasil Pengolahan Data Penelitian

Lampiran 7. Kepmenkes No 829 Tahun 1999 Tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan


(14)

ABSTRAK

Keluhan kesehatan kulit merupakan satu hal yang sangat sering dialami oleh penghuni asrama, penghuni pesantren, dan juga penghuni rumah kost berupa gatal-gatal yang khas (pagi, siang, sore atau malam) dan munculnya bentol-bentol merah pada permukaan kulit dan terasa gatal. penelitian Faizal (2011), di asrama putra USU persentase yang mengalami keluhan kesehatan kulit sebesar 72,4%, dampak dari penggunaan air yang bersumber dari sumur bor, perilaku penghuni asrama terhadap kebersihan diri yang masih kurang, dan suka bertukar pakaian dengan teman asrama.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hygiene sanitasi dan keluhan kesehatan kulit penghuni rumah kost Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang. Metode penelitian ini adalah deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah 536 orang dan sampel dalam penelitian ini adalah 100 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling dengan kriteria responden penghuni rumah kost yang sudah menetap > 6 bulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengalami keluhan kesehatan kulit dengan rasa gatal-gatal yang khas (pagi,siang, ataupun malam) yaitu sebanyak 38 orang (38,0%), yang mengalami keluhan kesehatan kulit dengan betol-bentol merah pada permukaan kulit dan terasa gatal yaitu sebanyak 33 orang (33,0%).

Kesimpulan dari penelitian ini adalah keluhan kesehatan kulit yang dialami oleh penghuni rumah kost Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang disebabkan karena faktor kebersihan diri yang kurang baik.

Disarankan kepada penghuni rumah kost agar lebih memperhatikan kebersihan diri dan diharapkan kepada pemilik rumah kost agar lebih memperhatikan sanitasi dasar rumah kost yang meliputi sarana air bersih dan sarana pembuangan sampah.


(15)

ABSTRACT

Complaints of skin health is one thing that is very often experienced by boarder, residents of the boarding school, boarding house residents and also in the form of a typical hives (morning, afternoon, evening or night) and the emergence of full-red swollen bumps on the surface of the skin and itch. Faizal research (2011), in the men's dormitory USU percentage who experience health complaints of skin by 72,4%, the impact of the use of water sourced from the well bore, the behavior of self hygiene boarder who is still lacking, and love swapping clothes with friends

This research aims to find out the hygiene sanitation and health of skin complaints the residents of Padang Bulan Village boarding Selayang Subdistrict Medan Selayang I. This research method is descriptive. The population is 536 people and the sample in this study was 100 people. Sampling was done by purposive sampling criteria respondents boarding house residents who have settled >6 months.

The results showed that respondents who experienced the health complaints of skin with a sense of the typical hives (morning, afternoon, or night) that as many as 38 people (38.0%),who experience health complaints of skin with red swollen bumps on the surface of the skin and itch that as many as 33 people (33,0%).

The conclusions of this research are the complaints of skin health experienced by the occupants of a home boardingThe village of Padang Bulan Selayang Subdistrict Medan Selayang I caused because of personal hygiene factors are unfavourable.

Boardinghouseresidentsare advisedtobe moreattention to personal hygiene and expected to home owners to pay more attention to kost basic sanitation home kost which includes water supply and means of garbage disposal.


(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Menurut Undang-undang RI Nomor 4 Tahun 1992 menjelaskan bahwa rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya yang dipakai sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga. Menurut WHO (2004), rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan individu.

Menurut Dinas Perumahan dan Pemukiman RI (2008), rumah adalah rumah sebagai tempat tinggal yang memenuhi ketetapan atau ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni rumah dari bahaya atau gangguan kesehatan, sehingga memungkinkan penghuni memperoleh derajat kesehatan yang optimal

Perumahan yang baik terdiri dari kumpulan rumah yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukungnya seperti sarana jalan, saluran air kotor, tempat sampah dan sumber air bersih. Standar arsitektur bangunan terutama untuk perumahan umum (public housing) pada dasarnya ditujukan untuk menyediakan rumah tinggal yang cukup baik dalam bentuk desain, letak dan luas ruangan, serta fasilitas lainnya agar dapat memenuhi kebutuhan keluarga atau dapat memenuhi persyaratan rumah tinggal yang sehat (healthy) dan menyenangkan (Chandra, 2006).


(17)

Rumah yang sehat akan sangat dipengaruhi oleh hygiene dan sanitasi rumah tersebut. Hygiene dan sanitasi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain karena erat kaitannya. Misalnya hygiene sudah baik karena mau mencuci tangan, tetapi sanitasinya tidak mendukung karena tidak cukup tersedia air bersih, maka mencuci tangan tidak sempurna (Depkes RI, 2004).

Perumahan atau pemukiman yang buruk akan menimbulkan masalah kesehatan seperti terjadinya penularan penyakit baik antar-anggota keluarga maupun kepada orang lain. Penyakit yang sering timbul seperti penyakit kulit dan mata, penyakit infeksi saluran pernafasan, TBC dan sebagainya yang ditularkan secara langsung (Suyono & Budiman 2010).

Untuk mencegah penularan penyakit diperlukan saran air bersih, fasilitas pembuangan air kotor, fasilitas penyimpanan makanan, menghindari adanya intervensi dari serangga dan hama atau hewan lain yang dapat menularkan penyakit. (Mukono, 2000).

Rumah atau tempat tinggal yang buruk atau kumuh dapat mendukung terjadinya penularan penyakit dan gangguan kesehatan seperti infeksi pada kulit, contoh skabies, ring worm, dermatitis, dan lepra (Chandra, 2006).

Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh daripengaruh lingkungan . Salah satu bagian tubuh manusia yang sangat cukup sensitiveterhadap berbagai macam penyakit adalah kulit. Lingkungan yang sehat dan bersihakan membawa efek baik bagi kulit. Demikian pula sebaliknya, lingkungan yangkotor akan menjadi sumber munculnya berbagai macam penyakit antara lain


(18)

penyakitkulit.Faktor- faktor yang mempengaruhi tingginya prevalensi penyakit kulit adalah

iklim yang panas dan lembab yang memungkinkan bertambah suburnya pertumbuhan jamur, kebersihan perorangan (personal hygiene) yang kurang baik dan faktor sosio-ekonomi yangkurang memadai ( Harahap,2000).

Menurut DirekturJenderal Pelayanan Medik DepartemenKesehatan Republik Indonesia tahun 2006penyakit kulit dan jaringan subkutanberdasarkan prevalensi 10 penyakitterbanyak pada masyarakat Indonesiamenduduki peringkat kedua setelah infeksisaluran pernapasan akut dengan jumlah501.280 kasus atau 3,16%.

Penyakit kulit disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, infestasi oleh parasit dan reaksi alergi (Harahap, 2000). Faktor yang berperan dalam penularan penyakit kulit adalah sosial ekonomi yang rendah, hygiene perorangan yang jelek, lingkungan yang tidak saniter, dan perilaku yang tidak mendukung kesehatan. Faktor yang paling dominan adalah kemiskinan dan hygiene perorangan yang jelek (Notobroto, 2005).

Penelitian Tantowi (1990) di lembagapemasyarakatan di Palembang menunjukkan bahwa penderita dermatofitosis yangmempunyai tingkat kebersihan yang kurang mencapai 83,76 %. SementaraPenelitian Ramdani (2008), santri di pesantren Nurul Hidayah Leuwilangmasih menggunakan air bersumber dari sumur gali yang masih diragukan kualitasnya,dampak dari penggunaan air bersih yang tidak Hygienis dapat menyebabkangangguan kulit, gatal-gatal dan secara permanen dapat menggangu kesehatan danestetika bagi santri.


(19)

bersumber dari sumur bor, perilaku penghuni asrama terhadap kebersihan diri yang masih kurang, dan suka bertukar pakaian dengan teman asrama.

Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang merupakan satu lokasi dimana banyak memiliki rumah kost dan hampir seluruhnya penghuni rumah kost itu adalah mahasiswa . Hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan dari 10 penghuni rumah kost yang telah diwawancarai ada 6 orang penghuni rumah kost mengalami gangguan kesehatan kulit berupa rasa gatal-gatal dan timbul ruam- ruam pada permukaan kulit.

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah yang dapat dikembangkan dalam penelitian ini adalah bagaimana hygiene sanitasi dan keluhan kesehatan kulit penghuni rumah kost Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang. Hal ini terkait dengan adanya keluhan kesehatan kulit yang dirasakan oleh 6 dari 10 penghuni rumah kost berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada survei awal penelitian.


(20)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hygiene sanitasi dan keluhan kesehatan kulit penghuni rumah kost Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui personal hygiene meliputi kebersihan kulit, kebersihan rambut, kebersihan tangan, kebersihan kaki, dan kebersihan kuku penghuni rumah kost di Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang

2. Untuk mengetahui kondisi fisik rumah kost yang terdapat di Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang apakah sesuai dengan syarat rumah sehat

3. Untuk mengetahui gambaran sanitasi dasar rumah kost meliputi penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia (jamban), pembuangan air limbah, dan pengelolaan sampah di Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang.

4. Untuk mengetahui keluhan kesehatan kulit penghuni rumah kost di Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang


(21)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi pemilik rumah kost tentang hygiene sanitasi rumah kost yang baik serta syarat rumah sehat serta kaitannya dengan keluhan kesehatan kulit

2. Untuk menambah wawasan pengetahuan penghuni rumah kost di Kelurahan Padang Bulan Selayang I kecamatan Medan Selayang

3. Sebagaipenambah ilmu pengetahuan bagi penulis tentang syarat rumah sehat serta kondisi fisik rumah sehat sesuai dengan standar WHO


(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Hygiene dan Sanitasi

Hygiene adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitik beratkan pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta lingkungan tempat orang tersebut berada (Suyono & Budiman 2010).

Hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan subjeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk melindungi kebersihan tangan, mencuci piring untuk kebersihan piring, membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan (Depkes RI, 2004).

Sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitik beratkan kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia (Suyono & Budiman 2010).

Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dari subyeknya. Misalnya menyediakan air yang bersih untuk keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah untuk mewadahi sampah agar tidak dibuang sembarangan (Depkes RI, 2004).

Hygiene dan sanitasi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain karena erat kaitannya. Misalnya hygiene sudah baik karena mau mencuci tangan, tetapi


(23)

sanitasinya tidak mendukung karena tidak cukup tersedia air bersih, maka mencuci tangan tidak sempurna (Depkes RI, 2004).

2.2 Personal Hygiene

Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinyaperorangan dan hygiene berarti sehat. Personal hygiene adalah cara perawatandiri manusia untuk memelihara kesehatan mereka. Kebersihan perorangan sangatpenting untuk diperhatikan. Pemeliharaan kebersihan perorangan diperlukan untukkenyamanan individu , keamanan dan kesehatan ( Potter, 2005).

2.2.1 Jenis – Jenis Personal Hygiene

Menurut Isro’in & Andarmoyo (2012) ada beberapa jenis-jenis personal hygiene yaitu sebagai berikut:

a. Kebersihan kulit

Kulit merupakan salah satu aspek vital yang perlu diperhatikan dalam hygiene perorangan. Kulit merupakan pembungkus yang elastik, yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan, dan bersambungan dengan selaput lendir yang melapisi rongga-rongga dan lubang-lubang masuk kulit. Begitu vitalnya kulit, maka setiap ada gangguan dalam kulit, dapat menimbulkan berbagai masalah yang serius dalam kesehatan.

Untuk selalu memelihara kebersihan kulit kebiasaan-kebiasaan yang sehatharus selalu memperhatikan seperti :


(24)

3. Mandi memakai sabun 4. Menjaga kebersihan pakaian 5.Menjaga kebersihan lingkungan. b. Kebersihan rambut

Rambut atau bulu bisa mengandung bakteri. Penyakit berpengaruh buruk pada rambut, terutama jika terdapat kelainan endokrin, suhu badan yang naik, kurang makan, rasa cemas atau ketakutan. Dengan selalu memelihara kebersihan kebersihan rambut dan kulit kepala,maka perlu diperhatikan sebagai berikut :

1. Memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurang - kurangnya2x seminggu.

2. Mencuci rambut memakai shampoo atau bahan pencuci rambut lainnya. 3. Sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri.

c. Kebersihan tangan, kaki dan kuku

Seperti halnya kulit, tangan,kaki dan kuku harus dipelihara dan ini tidakterlepas dari kebersihan lingkungan sekitar dan kebiasaan hidup sehari-hari. Selainindah dipandang mata, tangan, kaki, dan kuku yang bersih juga menghindarkan kitadari berbagai penyakit. Kuku dan tangan yang kotor dapat menyebabkan bahayakontaminasi dan menimbulkan penyakit-penyakit tertentu.

Untuk menghindari hal tersebut maka perlu diperhatikan sebagai berikut : 1. Membersihkan tangan sebelum makan

2. Memotong kuku secara teratur 3. Membersihkan lingkungan


(25)

Faktor hygiene yang mempengaruhi gangguan kulit adalah : 1. Kebersihan kulit

2. Kebersihan tangan, kaki dan kuku 3. Kebersihan rambut.

2.2.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene

Menurut Depkes (2000) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:

1. Citra tubuh ( Body Image)

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnyakarena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihandirinya.

2. Praktik Sosial

Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinanakan terjadi perubahan pola personal hygiene .

3. Status Sosial Ekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.


(26)

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapatmeningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harusmenjaga kebersihan kakinya.

5. Budaya

Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan. 6. Kebiasaan seseorang

Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri sepertipenggunaan sabun, sampo dan lain – lain.

7. Kondisi fisik atau psikis

Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlubantuan untuk melakukannya.

2.3 Sanitasi Dasar

2.3.1 Penyediaan Air Bersih

Air yang diperuntukkan bagi konsumi manusia harus berasal dari sumber air yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman tersebut, antara lain: ( Chandra, 2006)

1. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit 2. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun 3. Tidak berasa dan berbau


(27)

5. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen Kesehatan RI.

Menurut kusnoputranto (2000) ada 4 macam klasifikasi penyakit yang berhubungan dengan air sebagai media penularan penyakit yaitu :

1. Water Born Desease, yaitu penyakit yang penularannya melalui air yang terkontaminasi oleh bakteri patogen daripenderita atau karier. Bila air yang mengandung kuman patogen terminum maka dapat penjangkitan pada orang yang bersangkutan, misalnya Cholera, Thypoid, Hepatitis dan Dysentri Basiler.

2. Water Based Desease, yaitu penyakit yang ditularkan air pada orang lain melalui persediaan air sebagai pejamu (host) perantara misalnya Schistosomiasis.

3. Water Washed Desease,yaitu penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air untuk pemeliharaan kebersihan perorangan dan air untuk kebersihan alat – alat terutama alat dapur dan alat makan. Penyakit ini sangat dipengaruhi oleh cara penularan, diantaranya: penyakit infeksi saluran pencernaan. Salah satu penyakit ini adalah diare. Penyakit diare dapat ditularkan melalui beberapa jalur, diantaranya melalui air (water born) dan melalui alat – alat dapur yang dicuci dengan air (water washed)


(28)

4. Water Related Insect Vector, vektor – vektor insektisida yang berhubungan dengan air yaitu penyakit yang vektornya berkembang biak dalam air, misalnya malaria, demam berdarah, yellow feve, tripanosomiasis.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990, yang dimaksud air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari – hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.

Adapun syarat – syarat air bersih diantaranya sebagai berikut: a. Syarat fisik : tidak berbau, tidak berasa

b. Syarat kima : kadar besi maksimum diperbolehkan 1,0 mg/l, kesadahan maksimal 500 mg/l

c. Syarat mikrobiologis : jumlah total koliform dalam 100 ml air yang diperiksa maksimal adalah 50 untuk air yang berasal dari bukan perpipaan dan 10 untuk air yang berasal dari perpipaan.

Air sumur merupakan sumber air yang paling banyak dipergunakan masyarakatindonesia. Sumur gali yang dipandang memenuhi syarat kesehatan ialah (sanropie,1999):


(29)

a. Jarak minimal 10 meter dari sumber pencemaran misalnya jamban, tempat pembuangan air kotor , lubang resapan , tempat pembuangan sampah, kandang ternak dan tempat – tempat pembuangan kotoran lainnya.

b. Pada tempat-tempat yang miring misalnya pada lereng-lereng pegunungan, letak sumur gali di atas sumber pencemaran.

2. Konstruksi

a. Dinding sumur harus kedap air sedalam 3 meter dari permukaan tanah untuk mencegah rembesan dari air permukaan.

b. Bibir sumur harus kedap air minimal setinggi 0,7 meter dari permukaan tanah untuk mencegah rembesan air bekas pemakaian ke dalam sumur. c. Cara pengambilan air ke dalam sumur sedemikian rupa sehingga dapat

mencegah masuknya kembali kotoran kemali melalui alat yang dipergunakan misalnya pompa tangan, timba dengan kerekan dan sebagainya.

d. Lantai harus kedap air dengan jarak antara tepi dalam dan tepi luar dinding sumur harus minimal 1 meter dengan kemiringan ke arah tepi lantai. e. Saluran pembuangan air kotor atau bekas harus kedap air sepanjang

minimal 10 meter dihitung dari tepi sungai.

f. Dilengkapi dengan sumur atau lubang resapan air limbah bagi daerah yang tidak mempunyai saluran penerimaan air limbah.


(30)

2.3.2 Pembuangan Kotoran Manusia (Jamban)

Untuk mengurangi pencemaran karena tinja diperlukan suatu cara pembuangan tinja yang memenuhi persyaratan sanitasi dan akan memberikan manfaat secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat secara langsung adalah penurunan insidensi penyakit kolera, disentri basiler, dan sebagainya. Adapun manfaat tidak langsungnya adalah peningkatan kondisi kebersihan lingkungan ( Chandra, 2006).

Septic tank merupakan cara yang tepat dalam pembuangan ekskreta untuk sekelompok kecil rumah tangga dan lembaga yang memiliki persediaan air yang mencukupi, tetapi tidak memiliki hubungan dengan sistem penyaluran limbah masyarakat. Desain utama septic tank, antara lain : ( Chandra, 2006 )

1. Kapasitas septic tankbergantung pada jumlah pemakai. Kapasitas 20-30 galon/orang dianjurkan untuk penggunaan rumah tangga . Kapasitas untuk rumah tangga itu tidak berlaku untuk septic tank yang ditujukan untuk kepentingan umum (kapasitas minimal 50 galon/orang).

2. Ukuran panjang biasanya 2 kali lebar 3. Kedalaman lubang antara 1,5-2 meter

4. Kedalaman cairan dianjurkan hanya 1,2 meter

5. Ruangan udara minimal 30 cm diantara titik tertinggi cairan didalam tank dengan permukaan bawah tertutup

6. Dasar dibuat miring ke arah lubang pengeluaran


(31)

8. Pelapis septic tank terbuat dari papan yang kuat dengan tebal yang sama. 9. Periode retensi septic tank dirancang selama 24 jam.

2.3.3 Pembuangan Air Limbah

Menurut Mukono (2000), beberapa sumber pencemaran air, yaitu : a. Air buangan rumah tangga (domestic waste water )

Air buangan dari pemukiman ini umumnya mempunyai komposisi yang terdiridari ekskreta (tinja dan urin) , air bekas cician , dapur dan kamar mandi , dimanasebagian besar merupakan bahan – bahan oranik.

b. Industri

Jenis polutan yang dihasilkan oleh industri sangat tergantung pada jenis industrinya sendiri, sehingga jenis polutan yang dapat mencemari air tergantung pada bahan baku, proses industri, bahan bakar, dan sistem pengolahan limbah cair yang digunakan dalam industri.

c. Pertanian dan perkebunan

Polutan air dari pertanian/perkebunan dapat berupa:


(32)

b. Mikrobiologi, misalnya virus, bakteri, parasit yang berasal dari kotoran ternak, dan cacing tambang dilokasi perkebunan

c. Zat radioaktif, misalnya berasal dari penggunaan zat radioaktif yang dipakai dalam proses pematangan buah, mendapatkan bibit unggul, dan mempercepat pertumbuhan tanaman.

Menurut Kusnoputranto (2000), pengelolaan air buangan yang tidak baikakan berakibat buruk terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat, yaitu :

1. Terhadap lingkungan

Air buangan antara lain mempunyai sifat fisik, kimiawi, bakteriologis yang dapatmenjadi sumber pengotoran, sehingga bila tidak dikelola dengan baik akan dapatmenimbulkan pencemaran terhadap air permukaan, tanah, atau lingkungan hiduplainnya . Disamping itu kadang-kadang dapat menimbulkan bau yang tidak enak sertapemandangan yang tidak menyenangkan.

2. Terhadap kesehatan masyarakat

Lingkungan yang tidak sehat akibat tercemar air buangan dapat menyebabkangangguan terhadap kesehatan masyarakat. Air buangan dapat menjadi media tempatberkembangbiaknya mikroorganisme pathogen, terutama penyakit – penyakit yangpenularannya melalui air yang tercemar.


(33)

Menurut Mukono (2000), sampah padat dapat dibagi menjadi beberapa kategori, sperti berikut:

1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya

a. Organik, misalnya sisa makanan, daun, sayur, dan buah. b. Anorganik, misalnya logam, pecah-belah, abu, dan lain-lain 2. Berdasarkan dapat atau tidaknya dibakar

a. Mudah terbakar, misalnya kertas plastik, daun kering, kayu b. Tidak mudah terbakar, misalnya kaleng, besi, gelas, dan lain-lain 3. Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk

a. Mudah membusuk, misalnya sisa makanan, potongan daging, dan sebagainya

b. Sulit membusuk, misalnya plastik, karet dan kaleng, dan sebagainya 4. Berdasarkan ciri atau karakteristik sampah

a. Garbage, terdiri atas zat- zat yang mudah membusuk dan dapat terurai dengan cepat, khususnya jika cuaca panas.

b. Rubbish yang terdiri dari dua, yaitu rubbish mudah terbakar terdiri atas zat-zat organik seperti kertas, kayu , karet dan rubbish tidak mudah terbakar terdiri atas zat-zat anorganik, misalnya kaca, kaleng.

c. Ashes, semua sisa pembakaran dari industri

d. Street sweeping, sampah dari jalan atau trotoar akibat aktivitas mesin atau manusia


(34)

f. House hold refuse, atau sampah campuran (misalnya garbage, ashes, rubbish) yang berasal dari perumahan

g. Abandoned vehicle, berasal dari bangkai kendaraan

h. Demolision waste, berasal dari hasil sisa-sisa pembangunan gedung. i. Sampah industri, berasal dari pertanian, perkebunan, dan industri j. Santage solid, terdiri atas benda-benda solid atau kasar yang biasanya

berupa zat organik, pada pintu masuk pusat pengolahan limbah cair. k. Sampah khusus, atau sampah yang memerlukan penanganan khusus

seperti kaleng atau zat radioaktif. 2.4 Penyakit Kulit

Menurut Harahap (2000) salah satu bagian tubuh yang cukup sensitif terhadap berbagai macam penyakit adalah kulit. Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan. Lingkungan yang sehat dan bersih akan membawa efek yang baik bagi kulit. Demikian pula sebaliknya, lingkungan yang kotor akan menjadi sumber munculnya berbagai macam penyakit antara lain penyakit kulit. Faktor – faktor yang mempengaruhi tingginya prevalensi penyakit kulit adalah iklim yang panas dan lembab yang memungkinkan bertambah suburnya jamur, kebersihan perorangan yang kurang baik, dan faktor ekonomi yang kurang memadai.

2.4.1 Penyebab Penyakit Kulit

Jumlah agen yang menjadi penyebab penyakit kulit sangat banyak antara lain sebagai berikut (Fregert, 1988):


(35)

1. Agen – agen fisik, antara lain disebabkan oleh tekanan atau gesekan, kondisi cuaca, panas, radiasi, dan serat –serat mineral. Agen – agen fisik menyebabkan trauma mekanik, termal atau radiasi langsung pada kulit. Kebanyakan iritan kulit langsung merusak kulit dengan jalan:

a. Mengubah pHnya

b. Bereaksi dengan protein – proteinnya c. Mengekstrasi lemak dari lapisan luarnya d. Merendahkan daya tahan kulit

2. Agen – agen kimia, terbagi menjadi 4 kategori yaitu:

a. Iritan primer berupa asam, basa, pelarut lemak, deterjen, garam – garam logam.

b. Sensitizer berupa logam dan garam – garamnya, senyawa – senyawa yang berasal dari anilin, derivat nitro aromatik, resin, bahan – bahan kimia karet, obat – obatan antibiotik, kosmetik, tanam-tanaman, dan lain-lain. c. Agen – agen aknegenik berupa nafialen dan bifenil klor, minyak mineral,

dll.

d. Photosensitizer berupa antransen, pitch, derivat asam amni benzoat, hidrokarbon aromatik klor, pewarna akridin, dan lain-lain

3. Agen – agen bilogis, seperti mikroorganisme, parasit kulit dan produk-produknya. Jenis agen biologis ini umumnya merupakan zat pemicu terjadinya penyakit kulit.


(36)

Beberapa jenis – jenis penyakit kulit, yaitu sebagai berikut (Harahap, 2000): 1. Penyakit kulit karena infeksi bakteri adalah skrofuloderma, tuberkolosis kutis

verukosa, kusta (lepra), patek. Gangguan kulit karena infeksi bakteri pada kulityang paling sering adalah pioderma.

2. Penyakit kulit karena parasit dan insekta adalah scabies, pedikulosis kapitis, pedikulosis korporis, pedikulosis pubis, creeping eruption, amebiasis kutis, gigitan serangga, trikomoniasis.

3. Penyakit kulit karena jamur adalah Pitariasis Versikolor (panu), tinea nigra palmaris, tinea kapitis, tinea barbae, tinea korporis, tinea imbrikata, tinea pedis, tinea manus, tinea kruris, kandidiasis, sporotrikosis, aktinomikosis, kromomikosis, fikomikosis, misetoma.

Gangguan kulit karena infeksi jamur pada kulit yang paling sering adalah Pitariasis Versikolor (panu) . Keadaanyang mempengaruhi keseimbangan antara hospes dengan ragi tersebut diduga adalah faktor lingkungan atau faktor suseptibilitas individual. Faktor lingkungan di antaranya adalah lingkungan mikro pada kulit misalnya kelembaban kulit. Sedangkan faktor individual antara lain adanya kecenderungan genetik, atau adanya penyakit yang mendasari misalnya sindrom chusing atau malnutrisi (Harahap, 2000).

Menurut Soebono (2001), lesi Pitariasis Versikolor dijumpai di bagian atas dada dan meluas ke lengan atas, leher dan perut atau tungkai atas/bawah. Lesi khususnya dijumpai pada bagian yang tertutup atau mendapat tekanan pakaian, misalnya pada bagian yang tertutup pakaian dalam. Keluhan Pitariasis Versikolor


(37)

(hipopigmentasi) atau kecoklatan (hiperpigmentasi) dengan rasa gatal ringan yang munculnya saat berkeringat. Pada kulit hitam atau coklat umumnya berwarna putih sedang pada kulit putih atau terang cenderung berwarna coklat atau kemerahan.

4. Penyakit kulit alergi adalah dermatitis kontak toksik, dermatitis kontak alergik, dermatitis okupasional, dermatitis atopic, dermatitis stasis, dermatitis numularis, dermatitis solaris, pompliks, eritema nodosum dan lain-lain.

Pada umumnya keluhan gangguan pada kulit adalah rasa gatal-gatal (saatpagi, siang, malam, ataupun sepanjang hari), muncul bintik-bintik merah/bentolbentol/bula-bula yang berisi cairan bening ataupun nanah pada kulit permukaantubuh timbul ruam-ruam (Graham, 2005).

Pada infeksi jamur superfisial, yang terinfeksi adalah kulit (epidermis),selaput lendir mulut dan genitalia, kuku, dan rambut. Seseorang mendapat penyakitini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

a. Predisposisi b. Pekerjaan

c. Perubahan pH kulit atau metabolisme kulit d. Daya tahan tubuh seseorang yang menurun e. Menderita penyakit kronik atau tumor ganas f. Kebersihan perorangan yang kurang baik. 2.5 Pengertian Rumah


(38)

Menurut WHO dalam buku Suyono & Budiman (2010), yang dikatakan rumah adalah suatu struktur fisik, dimana orang menggunakannya untuk tempat berlindung, lingkungan dari struktur tersebut termasuk juga semua fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani dan keadaan sosialnya yang baik untuk keluarga dan individu.

Menurut undang – undang nomor 1 Tahun 2011 tentang perumahan dan pemukiman disebutkan rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dam martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya.

Menurut Chandra (2006), Standar arsitektur bangunan terutama untuk perumahan umum (public housing) pada dasarnya ditujukan untuk menyediakan rumah tinggal yang cukup baik dalam bentuk desain, letak dan luas bangunan, serta fasilitas lainnya agar dapat memenuhi kebutuhan keluarga atau dapat memenuhi persyaratan rumah tinggal yang sehat (healthy) dan menyenangkan (comfortable). 2.6 Rumah Sehat

Menurut Depkes RI (2002), ada beberapa prinsip standar rumah sehat. Prinsip ini dapat dibedakan atas dua bagian :

1. Yang berkaitan dengan kebutuhan kesehatan, terdiri atas :

a. Perlindungan terhadap penyakit menular, melalui pengadaan air minum, sistem sanitasi, pembuangan sampah, saluran air, kebersihan personal dan domestik, penyiapan makanan yang aman dengan struktur rumah yang aman dengan memberi perlindungan.


(39)

b. Perlindungan terhadap trauma/benturan, keracunan dan penyakit kronis dengan memberikan perhatian pada struktur rumah, polusi udara rumah, polusi udara dalam rumah, keamanan dari bahaya kimia dan perhatian pada penggunaan rumah sebagai tempat bekerja.

c. Stress psikologi dan sosial melalui ruang yang adekuat, mengurangi privasi, nyaman, memberi rasa aman pada individu, keluarga dan akses pada rekreasi dan sarana komunitas pada perlindungan terhadap bunyi. 2. Berkaitan dengan kegiatan melindungi dan meningkatkan kesehatan terdiri atas :

a. Informasi dan nasehat tentang rumah sehat dilakukan oleh petugas kesehatan umumnya dan kelompok masyarakat melalui berbagai saluran media dan kampanye.

b. Kebijakan sosial ekonomi yang berkaitan dengan perumahan harus mendukung penggunaan tanah dan sumber daya perumahan untuk memaksimalkan aspek fisik, mental dan sosial.

c. Pembangunan sosial ekonomi yang berkaitan dengan perumahan dan hunian harus didasarkan pada proses perencanaan, formulasi dan pelaksanaan kebijakan publik dan pemberian pelayanan dengan kerjasama intersektoral dalam manajemen dan perencanaan pembangunan, perencanaan perkotaan dan penggunaan tanah, standar rumah, disain, dan konstruksi rumah, pengadaan pelayanan bagi masyarakat dan monitoring serta analisis situasi secara terus menerus.


(40)

d. Pendidikan pada masyarakat profesional, petugas kesehatan, perencanaan dan penentuan kebijakan akan pengadaan dan penggunaan rumah sebagai sarana peningkatan kesehatan.

e. Keikutsertaan masyarakat dalam berbagai tingkat melalui kegiatan mandiri diantara keluarga dan perkampungan.

2.6.1 Syarat Rumah Sehat

Persyaratan kesehatan suatu rumah tinggal sesuai dengan Permenkes No.829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut :

1. Bahan bangunan

a. Tidak terbuat dari bahan-bahan yang dapat melepaskan zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan, antara lain :

1) Debu total tidak lebih dari 150 μg/m3

2) Asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m3/jam 3) Timah hitam (Pb) tidak melebihi 300 mg/kg.

b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme patogen.

2. Komponen dan penataan ruang rumah

Komponen rumah harus mempunyai persyaratan fisik dan biologis sebagai berikut:

a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan b. Dinding :


(41)

1) Di ruang tidur dan ruang keluarga dilengkapi dengan sarana ventilasi untuk pengaturan sirkulasi udara.

2) Di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah dibersihkan.

a. Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan

b. Bumbungan rumah yang memiliki tinggi 10 meter atau lebih harus dilengkapi dengan penangkal petir

c. Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, kamar mandi dan ruang bermain anak.

d. Ruang dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan asap. 3. Pencahayaan

Pencahayaan alam dan atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan mata.

4. Kualitas Udara

Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai berikut : a. Suhu udara berkisar antara 18-300C

b. Kelembaban udara berkisar antara 40-70%

c. Konsentrasi gas SO2, tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam d. Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8 jam e. Konsentrasi gas formaldehid tidak melebihi 120 mg/m2


(42)

Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari luas lantai.

6. Binatang penular penyakit

Tidak ada tikus, nyamuk ataupun lalat yang bersarang di dalam rumah 7. Penyediaan air

a. Tersedia sarana air bersih dengan kapasitas 60 liter/hari/orang

b. Kualitas air minum harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan atau air minum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 8. Tersedia sarana penyimpanan makanan yang aman.

9. Limbah

a. Limbah cair yang berasal dari rumah tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau dan tidak mencemari permukaan tanah.

b. Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, pencemaran terhadap permukaan tanah serta air tanah.

10. Kepadatan hunian ruang tidur

Luas ruang tidur minimal 8 m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang dalam satu ruang tidur, kecuali anak di bawah usia 5 tahun (Depkes RI, 1999)

Menurut Depkes RI (2002), indikator rumah yang dinilai adalah komponen rumah yang terdiri dari : langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga dan ruang tamu, ventilasi, dapur dan pencahayaan dan aspek perilaku. Aspek perilaku penghuni adalah pembukaan jendela kamar tidur, pembukaan jendela ruang keluarga, pembersihan rumah dan halaman.


(43)

Persyaratan rumah sehat menurut Winslow dan APHA yang dikutip Suyono &Budiman,(2010) adalah sebagai berikut :

a. Memenuhi kebutuhan fisiologis, yang meliputi :

1. Rumah tersebut harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat dipelihara atau dipertahankan temperatur lingkungannya.Sebaiknya temperatur udara dalam ruangan harus lebih rendah paling sedikit 4°C dari temperatur udara luar untuk daerah tropis. Umumnya temperatur kamar 22°C- 30°C sudah cukup segar.

2. Rumah tersebut harus terjamin pencahayaannya yang dibedakan atas cahaya matahari (penerangan alamiah) serta penerangan dari nyala api lainnya (penerangan buatan). Semua penerangan ini harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu gelap atau tidak menimbulkan rasa silau.

3. Rumah tersebut harus mempunyai ventilasi yang sempurna sehingga aliran udara segar dapat terpelihara. Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan, sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5% luas lantai sehingga jumlah keduanya menjadi 10% dari luas lantai.

4. Ruangan ini diatur sedemikian rupa agar udara yang masuk tidak terlalu deras dan tidak terlalu sedikit.

5. Rumah tersebut harus dapat melindungi penghuni dari gangguan bising yang berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan kesehatan baik


(44)

dapat muncul antara lain gangguan fisik seperti kerusakan alat pendengaran dan gangguan mental seperti mudah marah dan apatis.

6. Rumah tersebut harus memiliki luas yang cukup untuk aktivitas dan untuk anak- anak dapat bermain. Hal ini penting agar anak mempunyai kesempatan bergerak, bermain dengan leluasa dirumah agar pertumbuhan badannya akan lebih baik, juga agar anak tidak bermain dirumah tetangganya, dijalan atau tempat lain yang membahayakan.

b. Memenuhi kebutuhan psikologis, yang meliputi :

1. Cukup aman dan nyaman bagi masing – masing penghuni Adanya ruangan khusus untuk istirahat bagi masing – masing penghuni, seperti kamar tidur untuk ayah dan ibu. Anak-anak berumur dibawah 2 tahun masih diperbolehkan satu kamar tidur dengan ayah dan ibu. Anak-anak diatas 10 tahun laki-laki dan perempuan tidak boleh dalam satu kamar tidur. Anak – anak diatas 17 tahun mempunyai kamar tidur sendiri.

2. Ruang duduk dapat dipakai sekaligus sebagai ruang makan keluarga, dimana anak-anak sambil makan dapat berdialog langsung dengan orang tuannya.

3. Dalam memilih letak tempat tinggal, sebaiknya disekitar tetangga yang memiliki tingkat ekonomi yang relatif sama, sebab bila bertetangga


(45)

dengan orang yang lebih kaya atau lebih miskin akan menimbulkan tekanan batin.

4. WC (Water Closet) dan kamar mandi harus ada dalam suatu rumah dan terpelihara kebersihannya. Biasanya orang tidak senang atau gelisah bila terasa ingin buang air besar tapi tidak mempunyai WCsendiri karena harus antri di WCorang lain atau harus buang air besar di tempat terbukaseperti sungai atau kebun.

5. Untuk memperindah pemandangan, perlu ditanami tanaman hias, tanaman bunga yang kesemuanya diatur, ditata, dan dipelihara secara rapi dan bersih, sehingga menyenangkan bila dipandang.

c. Perumahan juga harus mampu mencegah penularan penyakit

1. Tersedia air bersih untuk minum yang memenuhi syarat kesehatan

2. Tidak memberi kesempatan serangga (nyamuk, lalat) tikus dan binatang lainnya bersarang di dalam atau di sekitar rumah.

3. Pembuangan kotoran (tinja) dan air limbah memenuhi syarat kesehatan 4. Pembuangan sampah pada tempat yang baik, kuat, dan higienis.

5. Luas kamar tidur maksimal 3,5m2 per orang dan tinggi langit – langit maksimal 2,75 m. Ruangan yang terlalu luas akan menyebabkan mudah masuk angin, tidak nyaman secara psikologis (gamang), sedangkan


(46)

apabila terlalu sempit akan menyebabkan sesak napas dan memudahkan penularan penyakit karena terlalu dekat kontak.

6. Tempat masak dan menyimpan makanan harus lebih dan bebas dari pencemaran atau gangguan serangga (lalat, semut, lipas dll) dan tikus serta debu.

2.7 Kerangka Konsep

Komponen rumah: - Langit-langit - Dinding - Lantai

- Jendela kamar - Ventilasi -Pencahayaan Personal Hygiene: -Kebersihan kulit -Kebersihan rambut

-Kebersihan tangan, kaki dan kuku

Keluhan Kesehatan Kulit Penghuni Rumah Kost

Komponen Sanitasi Dasar: -Penyediaan air bersih

-Pembuangan kotoran manusia (jamban)

-Pembuangan air limbah -Pengelolaan sampah


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah bersifat deskriptif dengan menggunakan survei dan penelitian langsung ke tempat penelitian untuk mengetahui hygiene sanitasi dan keluhan kesehatan kulit penghuni rumah kost di Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di rumah kost yang terdapat Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang. Lokasi penelitian ini lebih dikhususkan pada lingkungan VIII, lokasi penelitian ini dipilih dengan pertimbangan:

1. Banyaknya penghuni rumah kost di Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang khususnya lingkungan VIII

2. Belum pernah dilakukannya penelitian di daerah tersebut 3.2.2 Waktu Penelitian


(48)

Penelitian dilakukan pada bulan september 2013 3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penghuni rumah kost di Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang lingkungan VIII yang berjumlah 536 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari seluruh penghuni rumah kost di Kelurahan Padang Bulan Selayang I kecamatan Medan Selayang lingkungan VIII

a. Besar sampel

Perhitungan besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Taro Yamane (Notoatmodjo,2010) :�= N

1+N(�2)

Keterangan:N= Jumlah populasi n= Jumlah sampel

d= Tingkat kepercayaan yang diinginkan (0,1)

� = N

1 + N(�2)

� = 536


(49)

� = 536 5,37 � = 99,81 ≈ 100 orang

Berdasarkan perhitungan diatas maka jumlah sampel yang diambil adalah 100 orang yang akan diambil secara purposive sampling dengan kriteria responden, yaitu Penghuni rumah kost di lingkungan VIII kelurahan padang bulan selayang I kecamatan medan selayang yang sudah menetap lebih dari 6 bulan.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data perimer diperoleh dari observasi dan wawancara langsung dengan penghuni rumah kost yang menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan dan pilihan jawaban yang telah disediakan.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari kantor Kelurahan Padang Bulan Selayang I 3.5 Defenisi Operasional

1. Hygiene adalah suatau usaha pencegahan penyakit yang menitik beratkan pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta lingkungan tempat orang tersebut berada

2. Personal hygiene cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan pribadinya


(50)

3. Sanitasi dasar yaitu penyediaan air bersih, jamban, pengelolaan air limbah dan pembuangan sampah di rumah kost.

4. Penyediaan air bersih adalah sarana air bersih dan kualitas fisik air yang ada di rumah kost

5. Pembuangan air limbah adalah sarana pembuangan air limbah yang dipergunakan oleh responden

6. Jamban adalah model atau bentuk pembuangan tinja yang dipergunakan oleh responden

7. Pembuangan kotoran manusia dilakukan untuk mengurangi pencemaran karena tinja, karena itu diperlukan suatu cara pembuangan tinja yang memenuhi persyaratan sanitasi dan akan memberikan manfaat secara langsung maupun tidak langsung.

8. Rumah sehat adalah suatu tempat tinggal dimana masing – masing dari komponen sarana rumah, sarana sanitasi dan perilaku penghuni rumah memenuhi syarat kesehatan

9. Kebersihan kulit merupakan cerminan kesehatan yang paling pertama memberi kesan, oleh karena itu perlu memelihara kulit sebaik-sebaiknya. Pemeliharaan kesehatan kulit tidak dapat terlepas dari kebersihan lingkungan , makanan yang dimakan serta kebiasaan hidup sehari – hari.


(51)

10. Kebersihan rambut adalah cara perawatan diri untuk memelihara kebersihan rambut dan kulit kepala dengan mencuci rambut minimal dua kali dalam seminggu.

11. Kebersihan tangan, kaki dan kuku adalah cara perawatan diri untuk memelihara kebersihan tangan dan kaki serta memotong kuku secara teratur. 12. Keluhan kesehatan kulit adalah keluhan yang dirasakan oleh penderita berupa

rasa gatal – gatal (pagi, siang, malam atau sepanjang hari) dan muncul bintik – bintik merah / bentol – bentol yang berisi cairan bening atau nanah serta pada kulit permukaan tubuh timbul ruam – ruam berdasarkan observasi dan

wawancara dengan penghuni rumah kost. 3.6 Aspek Pengukuran

3.6.1 Keluhan Kesehatan

Kejadian keluhan kesehatan kulit adalah penghuni rumah kost yang mengalami keluhan kesehatan kulit dengan alternatif jawaban “tidak” diberi skor 0 dan “ya” diberi skor 1 yang dikategorikan sebagai berikut:

a. Tidak, jika tidak ada keluhan yang dirasakan responden berupa rasa gatal-gatal (pagi , siang, malam ataupun sepanjang hari) dan muncul bintik – bintik merah / bentol – bentol / bula – bula yang berisi cairan bening ataupun nanah serta pada kulit permukaan tubuh timbul ruam – ruam.

b. Ya, jika ada keluhan yang dirasakan responden berupa rasa gatal-gatal (pagi, siang, malam ataupun sepanjang hari) dan muncul bintik – bintik merah / bentol – bentol yang berisi cairan bening ataupun nanah serta pada kulit


(52)

3.6.2 Personal Hygiene

Pengukuran variabel personal hygiene didasarkan pada skala ukur ordinal dari 12 pertanyaan dengan total skor 12, alternatif jawaban “ya” diberi skor 1 (satu) dan alternatif jawaban “tidak” diberi skor 0 (nol). Kemudian dikategorikan berdasarkan jumlah skor yang diperoleh dengan kategori sebagai berikut.

a. Baik, jika responden mendapat skor >7 dari pertanyaan yang disediakan. b. Kurang baik, jika responden mendapat skor <7 dari pertanyaan yang

disediakan.

3.6.3 Komponen Fisik dan Sanitasi Dasar Rumah Kost

Kondisi komponen fisik dan sanitasi dasar rumah kost ditentukan pengamatan terhadap komponen rumah dan sarana sanitasi yang diperoleh dari data observasi yang menggunakan lembar observasi komponen dan sanitasi dasar rumah kost (sesuai dengan Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat Depkes RI Tahun 2002).

A. Komponen Rumah

Untuk penilaian komponen rumah diberi skor sebagai berikut: 1. Langit-langit

a. Tidak ada memiliki nilai 0

b. Ada, kotor sulit dibersihkan dan rawan kecelakaan memilki nilai 1 c. Ada, bersih dan tidak rawan kecelakaan memiliki nilai 2

2. Dinding


(53)

b. Semi permanen/setengah tembok memiliki nilai 2

c. Permanen (tembok/batu bata yang diplester) memiliki nilai 1 3. Lantai

a. Tanah memiliki nilai 0

b. Papan/anyaman bambu/plesteran yang retak, berdebu memiliki nilai 1 c. Diplester/keramik memiliki nilai 2

4. Jendela kamar tidur

a. Tidak ada memiliki nilai 0 b. Ada memiliki nilai 1

5. Ventilasi

a. Tidak ada memiliki nilai 0

b. Ada, luas ventilasi permanen <10% dari luas lantai memiliki nilai 1 c. Ada, luas ventilasi permanen >10% dari luas lantai memiliki nilai 2 6. Pencahayaan

a. Tidak terang, tidak dapat dipergunakan untuk membaca memiliki nilai 0

b. Kurang terang, sehingga kurang jelas untuk membaca dengan normal memiliki nilai 1

c. Terang, dan tidak silau sehingga dapat dipergunakan untuk membaca dengan normal memiliki nilai 2


(54)

Nilai minimum yang memenuhi kriteria sehat dari kelompok komponen rumah menurut pedoman teknis penilaian rumah sehat depkes RI tahun 2002 adalah sebagai berikut:

1. Langit-langit = 2

2. Dinding = 2

3. Lantai = 2

4. Jendela kamar = 1 5. Ventilasi = 1 6. Pencahayaan = 2

B. Sarana Sanitasi

Untuk penilaian sarana sanitasi diberi skor sebagai berikut: 1. Sarana air bersih

a. Tidak ada memiliki nilai 0

b. Ada, bukan milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan memiliki nilai 1

c. Ada, milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan memiliki nilai 2

d. Ada, bukan milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan memiliki nilai 3

e. Ada, milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan memiliki nilai 4 2. Jamban (sarana pembuangan kotoran)ada tutup,


(55)

b. Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup, disalurkan ke sungai/kolam memiliki nilai 1

c. Ada, bukan leher angsa, ada tutup (leher angsa) disalurkanbukan ke sungai/kolam memiliki nilai 2

d. Ada, bukan leher angsa, septic tank memiliki nilai 3 e. Ada, leher angsa , septic tank memiliki nilai 4

3. Sarana pembuangan air limbah

a. Tidak ada, sehingga tergenang tidak teratur di halaman rumah memiliki nilai 0

b. Ada, diresapkan mencemari sumber air ( jarak dengan sumber air < 10 m) memiliki nilai 1

c. Ada, dialirkan ke selokan terbuka memiliki nilai 2

d. Ada, diresapkan dan tidak mencemari sumber air ( jarak dengan sumber air ≥ 10 m) memiliki nilai 3

e. Ada, dialirkan ke selokan tertutup ( saluran kota ) untuk diolah lebih lanjut memiliki nilai 4

4. Sarana pembuangan sampah a. Tidak ada memiliki nilai 0


(56)

c. Ada, kedap air dan tidak tertutup memiliki nilai 2 d. Ada, kedap air dan tertutup memiliki nilai 3

Nilai minimum yang memenuhi kriteria sehat dari kelompok sarana sanitasi rumah menurut pedoman teknis penilaian rumah sehat depkes RI tahun 2002 adalah sebagai berikut:

1. Sarana air bersih = 3 2. Sarana pembuangan kotoran (jamban) = 2 3. Sarana pembuangan air limbah = 2 4. Sarana pembuangan sampah = 2

3.7 Analisa Data

Data yang telah diolah baik pengolahan secara manual maupun menggunakan bantuan komputer, tidak akan ada maknanya tanpa dianalisis. Menganalisis data tidak sekadar mendeskripsikan dan menginterpretasikan data yang telah diolah. Keluaran akhir dari analisis data kita harus memperoleh makna atau arti dari hasil penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2010)


(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kecamatan Medan Selayang adalah salah satu dari 21 kecamatan yang berada di bagian Barat Daya Wilayah Kota Medan yang memiliki luas dengan perkiraan sekitar

23,89 km2 atau 4,83% dari seluruh luas wilayah Kota Medan. Kecamatan ini berada pada

ketinggian 26-50 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Medan Selayang merupakan pecahan dari Kecamatan Medan Baru, Medan Sunggal dan Medan Tuntungan.

Secara geografis, kondisi fisik Kecamatan Medan Selayang berada di wilayah Barat Daya Kota Medan yang secara spasial merupakan dataran kemiringan antara 0-5% (profil Kecamatan Medan Selayang). Luas wilayah Kecamatan Medan Selayang ± 2.379 Ha dengan batasan wilayah sebagai berikut.


(58)

- Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Medan Baru dan Medan Sunggal

- Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Medan Tuntungan dan Medan Johor

- Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Medan Polonia

- Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang

Kelurahan Padang Bulan Selayang I merupakan salah satu kelurahan yang terdapat di Kecamatan Medan Selayang I yang memiliki luas wilayah 180 Ha dan terdiri dari 10 lingkungan yaitu lingkungan I-A, lingkungan I-B, lingkungan II, lingkungan III, lingkungan IV, lingkungan V, lingkungan VI, lingkungan VII, lingkungan VIII, dan lingkungan IX.

Lingkungan VIII adalah salah satu lingkungan yang terdapat di Kelurahan Padang Bulan selayang I yang merupakan lokasi penelitian penulis. Lingkungan VIII merupakan lingkungan yang sangat ramai karena di lingkungan ini banyak rumah kost dan penghuni rumah kost di lingkungan VIII tersebut yang paling banyak adalah mahasiswa yang kuliah di USU. Adapun batas-batas lingkungan VIII adalah sebagai berikut.


(59)

- Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Medan Baru

- Sebelah Barat : Berbatasan dengan Lingkungan IX Kampung Susuk 4.2 Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah penghuni rumah kost di Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang yang sudah menetap tinggal > 6 bulan. Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, dan lama waktu tinggal di rumah kost tersebut yang akan disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin dan Lama Tinggal Penghuni Rumah Kost Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang

Karakteristik Responden Jumlah Persentase

Umur

18tahun 8 8,0%

19-20 tahun > 21tahun

51 41

51,0% 41,0% Total 100 100,0% Jenis Kelamin

Laki-Laki 64 64,0%

Perempuan 36 36,0%

Total 100 100,0% Lama Tinggal

1-2 tahun 70 70,0%

>3 tahun 30 30,0%

Total 100 100,0% Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa umur responden terbanyak adalah pada kelompok umur 19-20 tahun yaitu sebanyak 51 orang 51,0%), jenis


(60)

tinggal responden pada jangka waktu terbanyak adalah 1-2 tahun yaitu 70 orang (70,0%).

4.3 Personal Hygiene

Penilaian personal hygiene penghuni rumah kost dilakukan dengan wawancara dan observasi kepada responden berdasarkan kebersihan kulit, kebersihan rembut, kebersihan tangan, kaki dan kuku.

4.3.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kebersihan Kulit

Distribusi jawaban responden berdasarkan kebersihan kulit responden penghuni rumah kost di Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kebersihan Kulit Penghuni Rumah Kost Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang

No. Pertanyaan Ya Tidak Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Mandi 2 kali sehari

Mengganti pakaian setiap hari Memakai handuk teman

Menggunakan pakaian yang sudah basah keringat

Menggunakan sabun teman

Mengganti pakaian dalam sesudah mandi 78 85 29 16 36 69 78,0 85,0 29,0 16,0 36,0 69,0 22 15 71 84 64 31 22,0 15,0 71,0 84,0 64,0 31,0 100 100 100 100 100 100 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0


(61)

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa responden yang tidak mandi 2 kali sehari yaitu sebanyak 22 orang (22,0%), responden yang tidak mengganti pakaian setiap hari setelah mandi yaitu sebanyak 15 orang (15,0%), responden yang memakai handuk temannya yaitu sebanyak 29 orang (29,0%), responden yang masih menggunakan pakaian yang sudah basah keringat yaitu sebanyak 16 orang (16,0%), responden yang memakai sabun temannya yaitu sebanyak 36 orang (36,0%), dan responden yang tidak mengganti pakaian dalam sesudah mandi yaitu sebanyak 31 orang (31,0%).

4.3.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kebersihan Rambut

Distribusi jawaban responden berdasarkan kebersihan rambut responden penghuni rumah kost di Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kebersihan Rambut Penghuni Rumah Kost Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang

No. Pertanyaan Ya Tidak Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1.

2.

Mencuci rambut pakai sampo

Meminjam alat kebersihan rambut teman 69 30 69,0 30,0 31 70 31,0 70,0 100 100 100,0 100,0 Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa responden yang mencuci rambuttidak menggunakan sampo yaitu sebanyak 31 orang (31,0%) dan responden yang meminjam alat kebersihan rambut temannya yaitu sebanyak 30 orang (30,0%).


(62)

Distribusi responden berdasarkan kebersihan tangan, kaki, dan kuku responden penghuni rumah kost di Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang pada tabel 4.4 berikut ini.

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kebersihan Tangan, Kaki dan Kuku Penghuni Rumah Kost Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang

No. Pertanyaan Ya Tidak Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1.

2. 3. 4.

Mencuci tangan sebelum makan menggunakan sabun

Membersihkan dan memotong kuku 1 kali seminggu

Mencuci tangan pakai sabun sesudah BAK/BAB

Mencuci kaki sebelum tidur

63 69 78 48 63,0 69,0 78,0 48,0 37 31 22 52 37,0 31,0 22,0 52,0 100 100 100 100 100,0 100,0 100,0 100,0 Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa responden yang tidak mencuci tangan sebelum makan yaitu sebanyak 37 orang (37,0%), responden yang tidak membersihkan dan memotong kuku 1 kali seminggu yaitu sebanyak 31 orang (31,0%), responden yang tidak mencuci tangan pakai sabun sesudah BAK/BAB yaitu


(63)

sebanyak 22 orang (22,0%), dan responden yang tidak mencuci kaki sebelum tidur yaitu sebanyak 52 orang (52,0%).

4.3.4 Distribusi Personal Hygiene Responden Meliputi Kebersihan Kulit, Kebersihan Rambut, Kebersihan Tangan, Kaki dan Kuku.

Distribusi Personal Hygiene Responden Meliputi Kebersihan Kulit, Kebersihan Rambut, Kebersihan Tangan, Kaki dan Kuku yang dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini

Tabel 4.5 Distribusi Personal Hygiene Responden Penghuni Rumah Kost Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang.

No. Personal Hygiene Jumlah Persentase

1. Baik 56 56,0%

2. Kurang Baik 44 44,0%

Total 100 100,0%

Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa responden yang memiliki personal hygiene yang baik adalah 56 orang (56,0%) dan responden yang memiliki personal hygiene yang kurang baik adalah 44 orang (44,0%).

4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Kesehatan Kulit

Distribusi responden berdasarkan keluhan kesehatan kulit yang dialami oleh responden penghuni rumah kost di Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang pada tabel 4.6 berikut ini.

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Kesehatan Kulit Penghuni Rumah Kost Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang

No. Keluhan Kesehatan Kulit Ya Tidak Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %


(64)

2. 3.

siang ataupun malam) Bentol – bentol merah pada permukaan kulit dan terasa gatal. Rasa gatal-gatal yang khas (pagi, siang ataupun malam) dan bentol – bentol merah pada permukaan kulit dan terasa gatal.

33 22 33,0 22,0 67 78 67,0 78,0 100 100 100,0 100,0

Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa responden yang mengalami keluhan kesehatan kulit rasa gatal-gatal yang khas (pagi, siang, ataupun malam) yaitu 38 orang (38,0%) dan keluhan kesehatan kulit bentol-bentol merah pada permukaan kulit dan terasa gatal yaitu 33 orang (33,0%). Sedangkan responden yang mengalami keluhan kesehatan kulit berupa rasa gatal-gatal yang khas (pagi, siang, ataupun malam) dan adanya bentol-bentol merah pada permukaan kulit dan terasa gatal yaitu sebanyak 22 orang (22,0%).

4.4.1 Keluhan Kesehatan Kulit Berdasarkan Karakteristik Responden

Distribusi keluhan kesehatan kulit berdasarkan karakteristik responden yang meliputi umur, jenis kelamin, dan lama tinggal penghuni rumah di Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini.

Tabel 4.7 Distribusi Keluhan Kulit Berdasarkan Karakteristik Responden Penghuni Rumah Kost Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang

Karakteristik Responden

Keluhan Kesehatan Kulit

Total

Umur Ya % Tidak % Jumlah %

18 tahun 5 62,5 3 37,5 8 100,0 19-20 tahun

>21 tahun

21 23 51,2 56,0 30 18 58,8 44,0 51 41 100,0 100,0 Total 49 49,0 51 51,0 100 100,0


(65)

Jenis Kelamin Ya % Tidak % Jumlah % Laki-Laki

Perempuan

37 57,8 12 33,3

27 24 42,2 66,7 64 36 100,0 100,0 Total 49 49,0 51 51,0 100 100,0

Lama Tinggal Ya % Tidak % Jumlah % 1-2 tahun

>3 tahun

34 48,5 15 50,0

36 15 51,5 50,0 70 30 100,0 100,0 Total 49 49,0 51 51,0 100 100,0 Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa responden yang memiliki keluhan kesehatan kulit terbanyak berdasarkan umur adalah >21 tahun yaitu sebanyak 23 orang (56,0%), responden yang memiliki keluhan kesehatan kulit terbanyak berdasarkan jenis kelamin adalah laki-laki yaitu sebanyak 37 orang (57,8%), dan responden yang mengalami keluhan kesehatan kulit terbanyak berdasarkan lama tinggal adalah 1-2 tahun yaitu sebanyak 34 orang (48,5%).

4.4.2 Keluhan Kesehatan Kulit Berdasarkan Personal Hygiene

Distribusi keluhan kesehatan kulit berdasarkan personal hygiene yang meliputi kebersihan kulit, kebersihan rambut, dan kebersihan tangan, kaki dan kuku responden penghuni rumah kost di Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang pada tabel-tabel berikut.

Tabel 4.8 Distribusi Keluhan Kesehatan Kulit Responden Berdasarkan

Personal Hygiene yang Meliputi Kebersihan Kulit Penghuni Rumah Kost Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang

Keluhan Kesehatan Kulit

Pertanyaan Total

Mandi 2 kali sehari Jumlah %

Ya % Tidak %

Ya 28 28,0 21 21,0 49 49,0


(66)

Mengganti pakaian setiap hari

Ya % Tidak %

Ya 35 35,0 14 14,0 49 49,0

Tidak 80 80,0 1 1,0 51 51,0

Total 85 85,0 15 15,0 100 100,0

Memakai handuk teman anda

Ya % Tidak %

Ya 28 28,0 21 21,0 49 49,0

Tidak 1 1,0 50 50,0 51 51,0

Total 29 29,0 71 71,0 100 100,0

Keluhan Kesehatan Kulit

Pertanyaan Total

Masih memakai pakaian yang

sudah basah keringat Jumlah %

Ya % Tidak %

Ya 13 13,0 36 36,0 49 49,0

Tidak 3 3,0 48 48,0 51 51,0

Total 16 16,0 84 84,0 100 100,0

Mandi menggunakan sabun teman anda

Ya % Tidak %

Ya 31 31,0 18 18,0 49 49,0

Tidak 5 5,0 46 46,0 51 51,0

Total 36 36,0 64 64,0 100 100,0

Mengganti pakaian dalam sesudah mandi

Ya % Tidak %

Ya 24 24,0 25 25,0 49 49,0

Tidak 45 45,0 6 6,0 51 51,0

Total 69 69,0 31 31,0 100 100,0

Berdasarkan tabel 4.8 diatas dapat dilihat bahwa responden yang tidak mandi 2 kali sehari sebanyak 22 orang (22,0%) dan 21 orang (21,0%) mengalami keluhan


(67)

kesehatan kulit, responden yang tidak mengganti pakain setiap hari setelah mandi sebanyak 15 orang (15,0%) dan 14 orang (14,0%) mengalami keluhan kesehatan kulit, responden yang memakai handuk temannya sebanyak 29 orang (29,0%) dan 28 orang (28,0%) mengalami keluhan kesehatan kulit, responden yang masih memakai pakaian yang sudah basah keringat sebanyak 16 orang (16,0%) dan 13 orang (13,0%) mengalami keluhan kesehatan kulit, responden yang memakai sabun temannya sebanyak 36 orang (36,0%), dan 31 orang mengalami keluhan kesehatan kulit, dan responden yang tidak mengganti pakaian dalam sesudah mandi sebanyak 31 orang (31,0%) dan 25 orang (25,0%) mengalami keluhan kesehatan kulit.

Tabel 4.9 Distribusi Keluhan Kesehatan Kulit Responden Berdasarkan

Personal Hygiene yang Meliputi Kebersihan Rambut Penghuni Rumah Kost Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang

Keluhan Kesehatan Kulit

Pertanyaan Total

Mencuci rambut pakai sampo 2

kali seminggu Jumlah %

Ya % Tidak %

Ya 33 33,0 16 16,0 49 49,0

Tidak 36 36,0 15 15,0 51 51,0

Total 69 69,0 31 31,0 100 100,0

Meminjam alat kebersihan rambut teman anda

Ya % Tidak %

Ya 23 23,0 26 26,0 49 49,0

Tidak 7 7,0 44 44,0 51 51,0

Total 30 30,0 70 70,0 100 100,0

Berdasarkan tabel 4.9 diatas dapat dilihat bahwa responden yang tidak mencuci rambut 2 kali seminggu menggunakan sampo sebanyak 31 orang (31,0%), dan 16 orang (16,0%) mengalami keluhan kesehatan kulit, dan responden yang


(1)

TENTANG PERSYARATAN KESEHATAN PERUMAHAN. Pertama :

Persyaratan kesehatan perumahan dalam keputusan ini dimaksudkan untukmelindungi keluarga dari dampak kualitas lingkungan perumahan dan rumahtinggal yang tidak sehat.

Kedua :

Persyaratan kesehatan perumahan sebagaimana dimaksud dalam DiktumKedua, meliputi :

1. Lingkungan perumahan yang terdiri dari lokasi, kualitas udara, kebisingan dan getaran, kualitas tanah, kualitas air tanah, sarana dan prasarana lingkungan, binatang penular penyakit dan penghijauan.

2. Rumah tinggal yang terdiri dari bahan bangunan, komponen dan penataan ruang rumah, pencahayaan, kualitas udara, ventilasi, binatang penular penyakit, air, makanan, limbah, dan kepadatan hunian ruang tidur.

Keempat :

Pelaksanaan ketentuan mengenai persyaratan kesehatan perumahan sebagaimana dimaksud dalam Diktum ketiga menjadi tanggung jawab :

a. Pengembang atau penyelenggara pembangunan untuk perumahan; b. Pemilik atau penghuni rumah tinggal untuk rumah.

Kelima :

Persyaratan Kesehatan Perumahan sebagaimana dimaksud dalam Diktum Ketiga berlaku juga terhadap rumah susun atau kondominium, rumah took dan rumah kantor pada zona permukiman.

Keenam :

Persyaratan kesehatan perumahan tercantum dalam Lampiran keputusan ini. Ketujuh :

Pelanggaran terhadap ketentuan Keputusan ini dapat dikenakan sanksipidana dan/atau sanksi administratif sesuai dengan ketentuan Undang – undangNomor 4 Tahun 1994 tentang Perumahan dan Permukiman danUndang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.

Kedelapan :

Setiap perumahan yang telah ada wajib memenuhi persyaratan kesehatan perumahan sesuai keputusan ini selambat-lambatnyadalam waktu 5 (Iima) tahun sejak Keputusan ini ditetapkan.

Kesembilan : Keputusan ini mulai berlaku sejak ditetapkan.


(2)

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 20 Juli 1999 Menteri Kesehatan ttd

Prof. Dr. F.A. MOELOEK

Penjelasan :

Adapun Persyaratan Rumah Tinggal Menurut Kepmenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999 1. Bahan bangunan

• Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepapaskan bahan yang dapat membahayakan kes, antara lain: debu total kurang dari 150 ug/m², asbestos kurang dari 0,5 serat/m³ per 24 jam, plumbum (Pb) kurang dari 300 mg/kg

• Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan bekembangnya mikroorganisme patogen

2. Komponen dan Penataan Ruang Komponen dan penataan ruang rumah

Komponen rumah harus memenuhi persyaratan fisik dan biologis sebagai berikut : a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan

b. Dinding

• Di ruang tidur, ruang keluarga dilengkapi dengan sarana ventilasi untuk pengaturan sirkulasi udara

• Di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah dibersihkan c. Langit – langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan

d. Bumbung rumah yang memiliki tinggi 10 meter atau lebih harus dilengkapi dengan penangkal petir

e. Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, ruang mandi dan ruang bermain anak.

f. Ruang dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan asap. 3. Pencahayaan

Pencahayaan alam atau buatan langsung atau tidak langsung dapat menerangi seluruh bagian ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan.


(3)

c. Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam d. Pertukaran udara

e. Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8jam f. Konsentrasi gas formaldehide tidak melebihi 120 mg/m³ 5. Ventilasi

Luas penghawaan atau ventilasi a1amiah yang permanen minimal 10% dari luas lantai.

6. Binatang penular penyakit Tidak ada tikus bersarang di rumah. 7. Air

a. Tersedia air bersih dengan kapasitas minmal 60 lt/hari/orang

b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan air minum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

8. Tersediannya sarana penyimpanan makanan yang aman dan hygiene. 9. Limbah

a. Limbah cair berasal dari rumah, tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau dan tidak mencemari permukaan tanah.

b. Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, tidak menyebabkan pencemaran terhadap permukaan tanah dan air tanah.

10. Kepadatan hunian ruang tidur

Luas ruang tidur minimal 8m² dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak dibawah umur 5 tahun.

Masalah perumahan telah diatur dalam Undang – Undangpemerintahan tentang perumahan dan pemukiman No.4/l992 bab III pasal 5 ayat l yang berbunyi “Setiap warga negara mempunyai hak untuk menempati dan atau menikmati dan atau memiliki rumah yang layak dan lingkungan yang sehat, aman , serasi, dan teratur” Bila dikaji lebih lanjut maka sudah sewajarnya seluruh lapisan masyarakat menempati rumah yang sehat dan layak huni. Rumah tidak cukup hanya sebagai tempat tinggal dan berlindung dari panas cuaca dan hujan, Rumah harus mempunyai fungsi sebagai :

1. Mencegah terjadinya penyakit 2. Mencegah terjadinya kecelakaan 3. Aman dan nyaman bagi penghuninya 4. Penurunan ketegangan jiwa dan sosial


(4)

DOKUMENTASI PENELITIAN


(5)

Gambar Lampiran 2. Kondisi lantai salah satu rumah kost

Gambar Lampiran 3. Kondisi Kamar Mandi Salah Satu Rumah Kost


(6)

Gambar Lampiran 5.Salah satu kondisi jendela rumah kost


Dokumen yang terkait

Pengaruh Game-Online Terhadap Perilaku Remaja Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan

4 125 150

Tinjauan Sanitasi Makanan Jajanan Di Dijalan Pagaruyung Kelurahan Petisah Tengah Kecamatan Medan Petisah Tahun 2000

1 28 71

Program Keluarga Harapan (Studi Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Di Kelurahan Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang )

5 47 93

Higiene Dan Sanitasi Makanan Jajanan Di Simpang Selayang Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan Sumatera Utara Tahun 2003

0 59 57

Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Pemilik Tempat Makanan Jajanan Tentang Penggunaan Styrofoam Sebagai Kemasan Makanan Di Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010

18 99 119

Pemberdayaan Pemerintah Kelurahan Dalam Rangka Pelayanan Masyarakat ( Studi Pada Kelurahan Sari Rejo, Kecamatan Medan polonia, Kota Medan, Sematera Utara )

2 33 107

Status Gizi Balita Di Posyandu Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru

1 23 58

ANALISIS MOTIVASI BERWIRAUSAHA PENGUSAHA SALON DI KELURAHAN SELAYANG KECAMATAN MEDAN SELAYANG.SALON DI KELURAHAN SELAYANG KECAMATAN MEDAN SELAYANG.

0 2 22

KUESIONER PENELITIAN Hygiene Sanitasi dan Keluhan Kesehatan Kulit Penghuni Rumah Kost Kelurahan Padang Bulan selayang I Kecamatan Medan Selayang Tahun 2013

0 0 20

HYGIENE SANITASI DAN KELUHAN KESEHATAN KULIT PENGHUNI RUMAH KOST KELURAHAN PADANG BULAN SELAYANG I KECAMATAN MEDAN SELAYANG TAHUN 2013 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

0 0 13