72 sebesar 10,5 dan 15,8. Persentase ketercapaian sarana perpustakaan antara 40-
70 dapat dicapai oleh 5 sekolah, yaitu SD Negeri Balangan 1 dengan persentase sebesar 47,4, SD Negeri Sendangharjo dengan persentase sebesar 47,4, SD
Negeri Daratan dengan persentase sebesar 63,2, SD Negeri Sutan dengan persentase sebesar 63,2, dan SD Negeri Nglengking dengan persentase sebesar
68,4. Persentase ketercapaian sarana perpustakaan antara 70-100 hanya dapat dicapai oleh 1 sekolah dari 8 sekolah yang diteliti yaitu SD Negeri Kebonagung
dengan capaian sebesar 78,9. Angka persentase yang dicapai SD Negeri Kebonagung yang sebesar 78,9 merupakan capaian tertinggi dari semua sekolah
yang lain dari aspek sarana perpustakaan sekolah.
4. Ketercapaian Aspek Lokasi Perpustakaan
Lokasi perpustakaan merupakan tempat dimana perpustakaan berada di wilayah suatu sekolah. Menurut Standar Nasional Perpustakaan 2011, lokasi
perpustakaan sekolah berada di pusat kegiatan pembelajaran dan mudah dilihat serta mudah dijangkau oleh peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan. Dari
pengertian tersebut dapat dipahami bahwa lokasi sebuah perpustakaan hendaklah harus strategis, mudah dilihat, dan mudah dijangkau.
Berdasarkan pada temuan di lapangan, peneliti menemukan capaian tertinggi 100 dari aspek lokasi perpustakaan yang meliputi komponen area strategis,
mudah dilihat dan mudah dijangkau sudah dapat dicapai oleh 7 sekolah, sedangkan 1 sekolah lainnya capaiannya baru sebesar 33,3 yaitu pada
komponen lokasi perpustakaan yang mudah dilihat, sedangkan dua komponen lainnya yaitu area strategis dan mudah dijangkau belum dapat dicapai. Ketujuh
73 sekolah yang dimaksud yaitu SDN Daratan, SDN Balangan 1, SDN Balangan 2,
SDN Jarakan, SDN Nglengking, SDN Sutan, dan SDN Kebonagung. Meskipun perpustakaan pada ketujuh sekolah sudah mencapai standar, namun beberapa
sekolah masih memakai ruang kelas yang kosong, yang memiliki lokasi yang sudah sesuai dengan standar. Sekolah yang dimaksud adalah SDN Daratan. SDN
Balangan 1, SDN Nglengking, dan SDN Sutan telah memiliki perpustakaan tersendiri yang sudah sesuai dengan standar lokasi. Beberapa sekolah lainnya
yaitu SDN Jarakan, dan SDN Kebonagung perpustakaan sekolah sudah sesuai dengan standar lokasi, namun kekurangannya ialah masih digabung dengan ruang
atau unit lain yaitu mushola dan UKS. Sedangkan satu sekolah yang belum mencapai 100 standar lokasi perpustakaan ialah SDN Sendangharjo.
SDN Sendangharjo pada awalnya sudah memiliki perpustakaan yang berada di tempat yang strategis, mudah dilihat dan dijangkau. Tetapi perpustakaan
tersebut masih menggunakan ruang kelas. Akibatnya karena ruangan akan dipakai kembali sebagai ruang kelas, maka perpustakaan menurut rencana harus
dipindahkan pada salah satu ruangan di belakang sekolah yang masih kosong bersebelahan dengan ruang karawitan, gudang dan ruang pramuka yang letaknya
tidak strategis karena berada di belakang sekolah. Namun secara keseluruhan perpustakaan di sekolah tersebut masih mudah untuk dilihat oleh para siswa dan
guru yang akan menggunakannya. Dari hal tersebut kendala yang dihadapi ialah sekolah tersebut belum memiliki gedung perpustakaan yang memang dikhususkan
untuk ruang perpustakaan. Pada penelitian Nafiludin 2012 juga menunjukkan kendala yang sama yang dihadapi yaitu kurangnya lahan untuk membangun
74 gedung dan sulitnya memperoleh bantuan pengadaan sarana prasarana sekolah.
Sebagai solusi dari itu semua pihak sekolah memanfaatkan gedung yang ada untuk digunakan sebagai perpustakaan tanpa memperhitungkan lokasinya.
D. Keterbatasan Penelitian