Kondisi sosial ekonomi Sarana olah raga

29 Oleh sebab itu, melihat fenomena yang terjadi pada masyrakat desa Seneubuk Punti maka peneliti tertarik untuk mengkaji bagaimana proses Diversifikasi pekerjaan tersebut terjadi serta bagaimana pola penguasaan atau pembagian kerja dimasyarakat ataupun dalam keluarga desa Seneubuk Punti.

4.1.5. Kondisi sosial ekonomi

Masyarakat Desa Seneubuk Punti terdiri dari etnis Jawa, Aceh, Mandailing, Padang, Melayu. Namun walau demikian itu tidak menjadi membuat mereka terbelah-belah. Melainkan itu semakin memperkokoh hubungan silaturahmi dan saling menghargai diantara mereka. Dilain sisi juga yang memudahkan mereka untuk selalu menjunjung nilai-nilai kebersaman dan silaturahmi selalu di lakukan dalam bentuk pengajian pada hari jum’at siang para ibu-ibu warga desa Seneubuk Punti melakukan pengajian bersama, yang pada kamis malamnya biasa kaum laki-laki melakukan pengajian di Mesjid. Disini pembentukan rasa kebersamaan dan kekeluargaan diantara penduduk desa. Disisi lain tradisi gotong royong juga masih melekat pada penduduk desa dalam setiap aktifitas, mau itu dalam segi gotong royong pembersihan desa, ataupun gotong royong dalam pertanian yaitu menanam atau memanen padi. Bahkan dalam beberapa kesempatan gotong royong atau saling tolong menolong di masyarakat pedesaan masih ssangat kuat. Ini disebabkan rasa persaudaraan yang tercipta di masyarakat sangat erat Masyarakat desa Seneubuk Punti Melakukan diversifikasi pekerjaan dalam upaya peningkatan pendapatan rumah tangga, karena mereka Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 30 mengatakan bahwa kebutuhan yang mereka perlukan sekarang meningkat tiap tahunnya, adapaun yang melakukan diversifikasi dari etnis-etnis di desa Seneubuk Punti ini adalah Etnis Jawa dan Aceh. Penduduk bermata pencaharian sebagai petani, berkebun, beternak, dan ada yang berdagang. Sebagian petani memilih bertanam jagung dan menjual hasil tanamannya yang sudah diolah menjadi jangung bakar tepat disepanjang jalan lintas yang ada di Desa Seneubuk punti tersebut. masyarakat memilih menjual jagung yang telah diolah menjadi jagung bakar sendiri di akibat harga jual jagung mentah di pasaran belum begitu tinggi, harga jagung mentah saja dihargai Rp.2000 per bonggol itupun jika kualitas bagus, sementara jagung penduduk desa Seneubuk Punti kurang begitu baik kualitasnya maka dari pada itu ada sebagian mereka memilih membeli jagung di daerah lain dgn harga beli untuk satu bonggol jagung seharga Rp.2.000 dan setelah mereka olah menjadi jagung bakar menjadi Rp. 5.000- Rp. 6.000, tergantung besar kecilnya jagung. Alasan sebagian mereka lebih memilih membeli dari daerah lain ini dikarenakan kualitas jagung dari daerah lain lebih baik ketimbang hasil produksi sendiri, perbedaan kualitas ini disebabkan tanah di desa ini tidak semua cocok untuk menam jagung akibatnya ada beberapa lahan jagung petani begitu siap panen mengalami permasalahan seperti jagung yang ompong isi yang jarang-jarang, yang mengakibatkan jagung bisa murah di jual kembali. Namun dengan adanya pertanian jagung dan penjualan jagung ini masyarakat merasa tebantu perekonomiannya. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 31 Didalam melakukan penjualan jagung bakar ini, penduduk desa tidak menggunakan tenaga pekerja, melainkan mereka memanfaatkan tenaga keluarga, dimana masyarakat desa penjual jagung bakar ini biasa berjualan pada pukul 15.00, jadi anak2 mereka yang sudah pada pulang sekolah dimanfaatkan untuk membantu keluarga dengan berjualan jagung bakar dan biasa nya sore hari sampai malam hari itu digantikan oleh orang tua mereka. Suatu pekerjaan yang mampu menambah pendapatan keluarga.Namun kondisi perekonomian di pedesaan sangat mengkhawatirkan, dimana masyarakat dituntuk untuk berfikir lebih keras dalam meningkatkan kondisi taraf hidupnya yang tidak hanya terpaku pada sektor pertanian saja. Perlu diketahui bahwa di pedesaan cenderung pekerjaan yang masih banyak dilakukan adalah petani, peternak, kemudian menjadi pedagang di pasar tradisional mereka. Namun itu dapat di ubah pandangan tersebut, jika masyarakat desa berfikir lebih maju bagaimana melakukan diversifikasi pekerjaan. Yang menjadi masalah ternyata kehidupan ekonomi masyarakat desa yang subur dan dilengkapi dengan infrastruktur memadai itu masih belum menggembirakan.Memang untuk sekedar makan mereka tidak kesulitan. Akan tetapi mereka akan kesulitan jika akan menyekolahkan anak- anaknya ke luar. Penyebabnya antara lain karena aliran uang yang berputar di dalam desa sangat kecil, karena aliran uang dari kota ke desa hampir nihil. Kecilnya aliran di internal desa pun sekarang makin diperkecil karena disedot oleh adanya kredit barang-barang sekunder oleh masyarakat Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 32 pedesaan: motor, televisi, lemari es, dll. Kecilnya aliranuang dari kota kedesa diakibatkan karena pertanian mereka diorientasikan untuk kebutuhan sendiri. Maka dari pada itu masyarakat desa haruslah berfikir lebih maju, mereka harus mampu berfikir bagaimana mewujudkan kemandirian masyarakat pedesaan agar mampu mendayagunakan dan mengoptimalkan potensi sumber daya ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup untuk kesejahteraan masyarakat desa itu sendiri. Belum lagi masalah status kepemilikan tanah, yang sebagian masyarakat petani masih menyewa tanah untuk keperluannya yang nantinya ini akan menjadi tambahan pengeluaran tersendiri bagi petani itu. Sekarang masyarakat desa mulaimengerti dengan pendidikan yang didapat. Masyarakat desa pun dituntut berfikir lebih maju dengan jumlah penduduk semakin banyak bagaimana mereka mampu menciptakan peluang-peluang usaha guna memperoleh pendapatan lebih. Komposisi penduduk menurut pendidikan. Tabel 4.7. Tabel komposisi penduduk menurut Tingkat pendidikan NO Tingkat Pendidikan Jumlah 2005-2007 2008-2011 1 Jumlah belum sekolah 98 67 2 Jumlah usia 7-45 Tahun Tidak Pern Sekolah 11 11 3 Jumlah Penduduk SD tapi tidak tamat 33 3 4 Jumlah Penduduk Tamat SDsederajat 67 76 5 Jumlah Penduduk Tamat SMP sederaj 110 90 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 33 6 Jumlah Penduduk Tamat SM Sederajat 120 134 7 Jumlah Penduduk Tamat D1 - - 8 Jumlah Penduduk Tamat D2 - - 9 Jumlah Penduduk Tamat D3 1 30 10 Jumlah Penduduk Tamat S1 4 40 11 Jumlah Penduduk Tamat S2 1 4 12 Jumlah Penduduk Tamat S3 - - Jumlah 445 455 Sumber: Profil Desa Seneubuk Punti 2011 Sedangkan penduduk menurutetnis adalah: Tabel 4.8. Tabel penduduk menurut Etnis pada 2005-2007 dan 2008-2011 NO Etnis Jumlah 2005-2007 2008-2011 F F 1 Etnis Jawa 521 34,94 570 33,52 2 Etnis Aceh 550 36,88 590 34,70 3 Etnis Mandailing 150 10,06 190 11,17 4 Etnis Melayu 180 12,07 230 13,52 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 34 5 Etnis Padang 90 6,05 120 7,09 Jumlah 1.491 100 1.700 100 Sumber:Profil desa Seneubuk Punti 2011

4.2. Profil Informan