49 kita supaya hidup untuk memperoleh pemasukan bagi
keluarga.
4.4. S
trategi Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga
Kesejahteraan keluarga berhubungan dengan keberfungsian keluarga, keluarga yang bisa menjalankan beragam fungsi yang diembannya terutama
fungsi ekonomi, maka memiliki peluang besar untuk kesejahteraan, dan tujuan pada umumnya dan pembangunan masyarakat pada khusunya adalah peningkatan
taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.Peningkatan kesejahteraan dapat dilihat dari semakin banyaknya kebutuhan yang dapat dipenuhi.Berkaitan dengan
memenuhi kebutuhan tersebut, dalam setiap masyarakat tersedia sumber ddan potensi yang memadai yang dapat dimanfaatkan.Namun, sedikit masyarakat yang
mau mengolah sumber dan potensi tersebut. Tabel .4.9.
Penghasilan Informan Perbulan Sebelum Diversifikasi No
Nama Informan PenghasilanBulan
1 Suprianto
Rp. 750.000 2
Anita Sari Rp. 800.000
3 Taufik Ismail
Rp. 950.000 4
Sudarman Rp. 800.000
5 Bobi Chandra
Rp.1.000.000 6
Legiman Rp. 800.000
7 Supinah
Rp. 750.000 8
Samsul Rp. 950.000
9 Jehe
Rp.2.000.000 10
Runta Rp. 750.000
Sumber : Profil Desa Seneubuk Punti 2011.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
50 Tabel.4.10.
Penghasilan Informan Perbulan Sesudah Diversifikasi No
Nama Informan PenghasilanBulan
1 Suprianto
Rp. 2.000.000 2
Anita Sari Rp. 2.300.000
3 Taufik Ismail
Rp. 1.900.000 4
Sudarman Rp. 800.0000
5 Bobi Chandra
Rp. 2.500.000 6
Legiman Rp. 2.000.000
7 Supinah
Rp. 1.950.000 8
Samsul Rp. 2.300.000
9 Jehe
Rp.3.000.000 10
Runta Rp. 1.900.000
Sumber : Profil Desa Seneubuk Punti 2011.
Menurut Swasono dalam Jayadinata dan Pramandika,2006:16 mengatakan bahwa dalam melakukan pemberdayaan ekonomi terhadap masyarakat hendaknya
para pengembang mampu untuk berupaya memperbaiki sistem ekonomi masyarakat yang telah ada. Agar dapat berfungsi secara efektif dalam membantu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan kelurga tentunya. Jadi di harapkan masyarakat mampu bagai mana berfikir ataupun bertindak dalam melakukan kegiatan untuk memperoleh
atau meningkatkan pedapatan rumah tangganya. Hal ini seperti yang di katakan oleh Ibu Supinah Pr, 59 Tahun sebagai berikut :
“Kita harus mau lah berfikir sedikit maju, ya nanti kan kita sendiri yang di untungkan kalau kita mau bekerja keras,
apa lagi sekarang ini apa-apa butuh biaya yang besar, jadi kita harus mampulah untuk dapat penghasilan yang lebih,
bukan untuk sekarang aja tapi juga seterusnya”.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
51 Hal serupa juga dikatan oleh Ibu Anitasari Pr, 41 Tahun sebagai
berikut : “Sekarang inikan zaman sudah modern dek, kebutuhan
terus ada aja, kalau kita malas-malasan dan gak mau kerja, ya kita terus ketinggalan sama yang lainlah. Makanyakita
harus kerja sedikit lebih buat dapat mencukupi kebutuhan kita, ya dengan seperti itu Alhamdulillah sekarang hasilnya
sudah mulai terasa, apa yang kita mau sekarang sedikit demi sedikit mulai terpenuhi”.
Keinginan untuk mencapai status dan penghasilan yang lebih tinggi dari apa yang pernah dicapai oleh orang tuanya, merupakan impian setiap orang. Tetapi,
apakah impian itu bakal menjadi kenyataan atau tidak lain persoalan. Studi yang dilakukan oleh Clifford Geertz 1961 disalah satu pulau jawa menemukan bahwa
dikalangan petani lazim terjadi apa yang sering disebut involusi pertanian, yakni proses penyerapan tenaga kerja disektor pertanian yang makin lama makin pampat,
yang timbul sebagai konsekuensi sistem pewarisan tanah. Seorang petani yang mempunyai tanah 0,5 hektar, bila ia memiliki dua 2 orang anak, maka hampir bisa
dipastikan bahwa kondisi ekonomi anak-anaknya akan semakin buruk karena tanah yang diwariskan kepada anaknya jumlahnya harus dibagi lagi.
Seperti harga komoditas pertanian yang tidak pernah stabil, kehidupan petani umumnya sangat fluktuatif. Ketika harga komoditas pangan sedang naik, maka
kehidupan petani akan ikut naik. Tetapi bila harga komoditas pangan itu turun atau bahkan hancur, maka banyak petani yang mengalami kerugian. Hal ini seperti yang
diutarakan oleh bapak Samsul Lk, 47 Tahu sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
52 “awalnya menjadi petani menyenangkan, selain hasilnya
bisa digunakan sendiri juga bisa dijual dengan harga yang bisa di bilang tinggi, memang kalau lagi harga padi
tinggi harga jualpun lumayan dek, tapi kalau harga padi menurun harga jual pun turun, blum lagi biaya yang
dikluarkan tinggi. Inilah yang kadang buat kita rugi dek”. Hal serupa juga dikatakan oleh bapak Legiman Lk, 57 Tahun sebagai berikut :
“Bapakkan sudah lama sekali menjadi petani, memang bapak akui, walau sekarang kebutuhan untuk petani,
sperti traktor,untuk membajak sawah sudah ada yang dulu bapak masih menggunakan lembu atau kerbau sekarang
sudah terbantu, kalau dulu memisahkan padi dari batang nya menggunakan kaki untuk di injak-injak tapi sekarang
sudah ada bantuan mesin penggiling padi. Tapi, sekarang harga padi susah di tebak terkadang tinggi, terkadang
rendah, belum lagi pupuk yang mahal. Jadi kalu harga padi rendah kadang itu yang buat kami semakin terpuruk
dek”. Hal yang sama juga diutarakan oleh bapak Suprianto Lk, 45 Tahun sebagai berikut:
“kondisi sekarang ini kan butuh banyak biaya, apa lagi setelah saya berumah tangga, ya jadi kita harus mecari
peruntungan lebih lah, ya mungkin dengan melakukan beberapa pekerjaan, seperti saya selain petani, berjualan
juga, ya dengan seperti ini saya dapat mencukupi kebutuhan kluarga”.
4.5. Faktor Yang Mendorong Perekonomian Keluarga 4.5.1. Jiwa Kewirausahaan Di Pedesaan