susah dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru. Media yang dibutuhkan oleh siswa bukan hanya berupa media gambar tetapi juga dilengkapi
dengan gambar bergerak animasi dan penyajian materi yang menarik serta memanfaatkan komputer dalam pembelajaran.
Observasi lapangan di SMALB Ma’arif Lamongan dan wawancara dengan guru kelas dan peserta didik yang dilakukan peneliti pada studi pendahuluan
mengenai media pembelajaran di SMALB Ma’arif Lamongan dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa belum pernah menggunakan multimedia dalam
melaksanakan pembelajaran
di kelas,
mayoritas siswa
menginginkan pembelajaran yang menarik karena sudah merasa bosan dengan pembelajaran
yang selama ini berlangsung.
B. DESAIN AWAL MULTIMEDIA PEMBELAJARAN
Berdasarkan langkah proses yang dijelaskan pada bab sebelumnya, tahap pengembangan multimedia pembelajaran ini dimulai dengan studi
pendahuluan.
Dalam desain awal multimedia interaktif pembelajaran ini, peneliti merancang melalui tahap pengumpulan alat dan bahan sebagai berikut:
a. Tahap pengumpulan bahan ajar
Agar kegiatan pelaksanaan pembelajaran tentang kesehatan reproduksi remaja dapat berlangsung dengan baik, maka disesuaikan dengan
modul kesehatan reproduksi remaja yang disusun oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BKKBN.
b. Tahap pengumpulan alat dan bahan
c. Tahap pembuatan kisi-kisi soal dan butir soal
Multimedia interaktif ini dilengkapi dengan butir soal pilihan ganda yang diharapkan bisa mengukur hasil belajar siswa.
Studi Pendahuluan
Pengembangan Multimedia
Uji Efektivitas
Produk Akhir Validasi Ahli
Uji Coba Skala Terbatas Uji Coba Skala Luas
Uji Normalitas Uji Homogenitas
Uji T Analisis Butir Soal
d. Tahap pembuatan soal evaluasi
Soal evaluasi disesuaikan dengan materi yang ada di dalam modul tentang kesehatan reproduksi remaja.
e. Tahap pembuatan pedoman penskoran
Peneliti mengembangkan pedoman penskoran setelah menulis butir soal sebagai acuan dalam menghitung skor hasil belajar peserta
didik dalam multimedia pembelajaran ini. Cara penskoran tes pilihan ganda yang digunakan adalah tanpa ada koreksi terhadap jawaban
tebakan. Penskoran tanpa koreksi jawaban tebakan adalah nilainya satu
untuk tiap butir yang dijawab dengan benar, sehingga jumlah skor yang diperoleh peserta didik berasal dari banyaknya butir yang dijawab
benar dibagi dengan banyaknya butir soal kemudian dikalikan 100.
B adalah banyaknya butir yang dianggap benar. N adalah banyaknya butir soal.
Contohnya adalah sebagai berikut: Banyak soal tes ada 20 butir.
Banyaknya jawaban yang benar ada 10 butir. Jadi, skor yang dicapai siswa adalah:
Pada penelitian ini, soal evaluasi berjumlah 20 butir dan peneliti menggunakan pedoman penskoran tanpa ada koreksi. Jika siswa
menjawab jawaban benar semua, maka siswa tersebut mendapatkan nilai 100 dengan perhitungan seperti contoh di atas.
f. Tahap memproduksi media
Desain awal
media pembelajaran
ini dibuat
dengan menggunakan program adobe flash dan bisa dijalankan pada komputer
dengan spesifikasi minimal sebagai berikut: 1
Processor : Intel Pentium IV 1,4 Ghz 2
RAM : 512 DDR 3
Hard Disk : 80 GB 4
Keyboard + Mouse 5
Monitor 14 “ 6
Speaker
C. VALIDASI AHLI