commit to user 13
Jenis pengemas pada umumnya dapat dibagi menjadi dua macam, antara lain yaitu Suyitno,1990:
1. Pengemas primer Pengemas primer merupakan pengemas yang paling sederhana jika
dibandingkan dengan pengemas lainya dan tidak memakan banyak biaya. Pada umumnya pengemas primer ini akan langsung berhubungan dengan
bahan atau produknya. Oleh karena itu pengemas primer haruslah terjaga kebersihanya dari lingkungan luar seperti kotoran dan bakteri. Oleh karena
itu pencemaran mikroorganisme dapat dikurangi. Untuk pengemasan semprong biasanya menggunakan plastikdan dilakukan pengemasan secara
vakum sehingga udara dalam kemasan berkurang, dan aktivitas mikroorganisme dapat terhambat.
2. Pengemas sekunder Pengemas sekunder merupakan pengemasan yang terdiri dari dua
lapisan atau dua kemasan. Biasanya pengemas sekunder ini tidak langsung berhubungan dengan bahan baku atau produk, sehingga tingkat
kontaminasi yang ditimbulkan pun juga ikut berkurang. Untuk produk kering biasanya menggunakan kardus yang sebelumnya telah dibungkus
plastik sebagai kemasan primer yang dapat melindungi produk dari kerusakan fisik.
D. Analisis Sensoris
Uji organoleptik adalah pengujian yang dilakukan untuk memberikan penilaian terhadap suatu produk, dengan mengandalkan panca indra. Panelis
adalah kelompok yang memberikan penilaian terhadap suatu produk, dibedakan menjadi lima yaitu panelis perorangan, panelis terbatas, panelis
terlatih 7-15 orang, panelis setengah terlatih 15-25 orang dan panelis tidak terlatih 30 orang. Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam
melaksanakan uji organoleptik adalah fisiologi keadaan fisik panelis, psikologi perasaan panelis dan kondisi lingkungan saat pengujian. Dalam
pelaksanaannya, digunakan uji hedonik dimana panelis tidak terlatih diminta
commit to user 14
memberikan penilaian dalam skala yang menunjukkan tingkat dari sangat tidak suka sekali sampai sangat suka sekali untuk respon rasa. Sedangkan
panelis setengah terlatih memberikan penilaian dari tingkat sangat tidak mengembang sekali sampai sangat mengembang sekali untuk respon
kemampuan mengembang Kume, 2002. Uji kesukaan pada dasarnya merupakan pengujian yang panelisnya
mengemukakan responnya yang berupa senang tidaknya terhadap sifat bahan yang diuji.Pada pengujian ini digunakan panelis yang belum terlatih.Panelis
diminta untuk mengemukakan pendapatnya secara spontan, tanpa membandingkan dengan sampel standar atau sampel-sampel yang diuji
sebelumnya.Dalam tipe uji scoring panelis diminta untuk menilai penampilan sampel berdasarkan intensitas atribut atau sifat yang dinilai.Panelis harus
paham mengurutkan intensitas sifat yang dinilai.oleh karena itu dalam pengujian ini digunakan panelis yang terpilih dan terlatih.Tipe pengujian ini
sering digunakan untuk menilai mutu bahan dan intensitas sifat tertentu, misalnya kemanisan, kekerasan, dan warna Kartika, 1988.
Metode uji kesukaan atau uji penerimaan juga disebut
acceptance test atau preference test
. Uji penerimaan menyangkut penilaian seseorang akan suatu sifat atau kualitas suatu bahan yang menyebabkan orang menyenangi.
Jika pada uji pembedaan panelis mengemukakan kesan akan adanya perbedaan tanpa disertai kesan senang atau tidak maka pada uji pemilihan
panelis mengemukakan tanggapan pribadi adalah kesan yang berhubungan dengan kesukaan atau tanggapan senang atau tidaknya terhadap sifat sensori
atau kualitas yang dinilai. Misalnya, kesan gurih dan renyah pada kerupuk, kesan halus pada permukaan kertas adalah berhubungan dengan sifat-sifat
yang disenangi.Sebaliknya rasa hambar, terlalu asin dan liat pada daging berkaitan dengan sifat-sifat yang tidak disukai Soekarto, 1985.
Waktu pengujian sebaiknya dilakukan pada saat calon-calon panelis tersebut dalam kondisi tidak lapar dan tidak kenyang, karena dalam kondisi
demikian calon-calon tersebut kepekaannya terhadap sifat inderawi menurun.Jumlah penilai untuk uji kesukaan sekurang-kurangnya adalah 30
commit to user 15
orang.Makin banyak penilainnya, makin cermat pula hasil penilainnya Utami, 1999.
Uji skoring atau uji skor berfungsi untuk menilai suatu sifat organoleptik yang spesifik, selain itu uji scoring dapat juga digunakan untuk
menilai sifat hedoni atau sifat mutu hedonic.Pada uji scoring diberikan penilaian terhadap mutu sensorik dalam suatu jenjang mutu.Tujuan uji ii
adalaah pemberian suatu nilai atau scor tertentu terhadap suatu karakteristik mutu.Pemberian skor dapat dikaitkan dengan skala hedonic yang jumlah
skalanya tergantung pada tingkat kelas yang dikehendaki Rahayu, 2001. Uji rangking jauh berbeda dengan uji skor.Dalam pengujian
perjenjangan komoditi diurutkan atau diberi nomor urut.Urutan pertama selalumenyatakanyang paling tinggi, makin kebawah nomor urut makin
besar.Angka-angka ini tidak menyatakan besaran scalar melainkan nomor urut.Dalam uji rangking contoh pembanding tidak ada.Pada besaran skala
datanya diperlakukan sebagai nilai pengukuran, karena itu dapat diambil rata- ratanya dan dianalisis sidik ragam.Data uji rangking sebagaimana adanya
tidak dapat diperlakukan sebagai nilai besaran dan tidak dapat dianalisis sidik ragam, tetapi mungkin dibuat rata-rata.
Keuntungan dari uji ranking adalah cepat dan dapat digunakan untuk bermacam-macam contoh, prosedur sederhana, dapat menggunakan contoh
bakuatau tidak, dan memaksa adanya keputusan relatif karena tidak ada dua contoh pada rank yang sama. Sedangkan kelemahannya adalah mengabaikan
jumlah atau tingkat perbedaan diantara contoh, nilai satu set data tidak dapat dibandingkan langsung dengan nilai yang sama pada set data lain dan bila
terdapat perbedaan yang kecil panelis merasa harus membedakan contoh yang dianggap identik, sehingga dapat menyebabkan inkionsistensi pada uji
rangkin. oktafrina, 2010
commit to user 16
E. Analisis kimia