Latar Belakang Masalah RUDI SUSANTO S911002002

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada awal perkembangan teknologi komunikasi optik, penguatan sinyal optik dilakukan dengan mengubah sinyal optik ke sinyal elektrik kemudian sinyal elektrik tersebut dikuatkan dan diubah kembali ke sinyal optik, jadi penguatan dilakukan pada kawasan elektrik. Keadaan ini membuat sistem jaringan optik masih kurang efisien, untuk itu suatu devais penguat gelombang optik optical amplifier yang kompak, murah dan efisien sangat diperlukan. Fungsi penguat optik tersebut untuk menguatkan sinyal optik tanpa diubah ke sinyal elektrik. Beberapa jenis penguat optik antara lain: erbium-doped fibre amplifier EDFA, penguat Raman, dan penguat optik semi konduktor. Terdapat berbagai bahan yang digunakan untuk membuat kaca fiber amplifier seperti borate, fluoride, germanite, silicate, phosphate dan tellurite. Spectroscopic properties dari masing-masing kaca bisa dilihat pada Tabel 1.1 ketika di doping dengan Nd 3+ . Dari Tabel 1.1 tersebut diketahui bahwa kaca tellurite memiliki nilai indeks bias dan cross section yang lebih tinggi dan radiative lifetime lebih rendah. Hal tersebut sesuai dengan aplikasi pengguat optik. Keunggulan kaca tellurite yang lain adalah stabil terhadap kristalisasi dan kemungkinan untuk mendoping kaca ini dengan ion tanah jarang dengan konsentrasi yang sangat besar Weber, 2002 . Beberapa alasan tersebut menjadikan kaca tellurite merupakan kaca yang mendapat perhatian yang sangat besar dari para peneliti di dunia. commit to user 2 Tabel 1.1. Spectroscopic Properties Berbagai Bahan Kaca Weber, 2002 Bahan kaca Indeks Bias n Cross section pm 2 Peak wavelength µm Effective linewidth nm Radiative lifetime µs Silicate 1,46 –1,75 0,9 –3,6 1,057 –1,088 34 –55 170 –1090 Germinate 1,61 –1,71 1,7 –2,5 1,060 –1,063 36 –43 300 –460 Tellurite 2,0 –2,1 3,0 –5,1 1,056 –1,063 26 –31 140 –240 Phosphate 1,49 –1,63 2,0 –4,8 1,052 –1,057 22 –35 280 –530 Borate 1,51 –1,69 2,1 –3,2 1,054 –1,062 34 –38 270 –450 Sudah banyakkomposisi kaca tellurite pernah dibuat oleh para peneliti, beberapa komposisi kaca tellurite tersebut terlihat pada Tabel 1.2 Tabel 1.2 Beberapa Contoh Komposisi Kaca Tellurite No komposisi reference 1 TeO 2 -BaO-P 2 O 5 Raouf , 2001 2 TeO 2 -BaCl 2 -P 2 O 5 Raouf , 2001 3 TeO 2 -CdPO 3 2 - ZnO Raouf , 2001 4 TeO 2 -P 2 O 5 -PbCl 2 Raouf , 2001 5 TeO 2 -Bi 2 O 3 -BaO Tiefeng Xu dkk, 2011 Tentunya tidak semua perbandingan mol menghasilkan kacaglass dan hanya komposisi perbandingan mol yang ada dalam gla ss forming region yang akan menghasilkan kaca yang stabil seperti yang terlihat dalam Gambar 1.1. Pada Gambar 1.1 tersebut komposisi dari TeO 2 -Bi 2 O 3 -BaO yang terbentuk menjadi kaca hanya pada daerah dengan tanda O . commit to user 3 Gambar 1.1 Glass Forming Region Kaca dengan Komposisi TeO 2 -Bi 2 O 3 -BaO Tiefeng Xu dkk, 2011 Dalam pembuatan kaca, khususnya pada kaca tellurite rentang suhu yang diperbolehkan antara suhu gelas transisi Tg dan suhu kristalisasi Tc. Gambar 1.2 adalah sifat termal rare earth tellurite glass sebagai acuan dalam pembuatan kaca tellurite, stabilitas kaca tersebut ditentukan oleh acuan ∆� = � � − � � . Selain sifat termal, parameter lain kaca yang perlu diketahui adalah sifat optik dari kaca tersebut. Sifat optik tersebut antara lain adalah optical absorption , indeks bias, selain itu yang perlu diketahui adalah densitasnya yang merupakan sifat fisik kaca. Hubungan antara indeks bias dan densitas dari kaca tellurite disampaikan dalam Gambar 1.3 yang nilai tersebut menenuhi persamaan 1.1 Raouf , 2001 yang dikenal dengan persamaan Lorentz-Lorenz. � 2 −1 � 2 +2 � � = � � 1.1 Dimana M adalah molecular weight, �adalah densitas, n adalah indeks bias dan � � adalah molar refraction . Dimana kita ketahui bahwa � � adalah molar volume. commit to user 4 Berdasar persamaan 1.1 tersebut maka besarnya nilai � dan n berbanding lurus. Nilai 1,2,3,4,5,6 pada Gambar 1.3 adalah kaca dengan komposisi TeO 2 dengan LiO 2 ,Na 2 O,K 2 O,Rb 2 O,MgO dan SrO komposisi dua bahan tersebut dikenal dengan Binary Sistem . Gambar 1.2 Sifat Termal Rare Earth Tellurite pada TeO 2 0.9 La 2 O 3 0.1 dan TeO 2 0.9 Sa 2 O 3 0.1 . Raouf , 2001 Tm Tc Tc Tg Tg Tm commit to user 5 Gambar 1.3 Plot Lorentz-Lorenz Untuk Kaca Alkali-Tellurite Raouf , 2001 Untuk mendapatkan kaca tellurite yang dapat berfungsi sebagai penguat, kaca tellutire bisa didadah dengan ion tanah jarang. Ion tanah jarang Rare Earth Elements seperti Erbium Er dan Ytterbium Yb bekerja pada window 1550 nm, sedangkan untuk window 1300 nm digunakan unsur Neodymium Nd dan Prasedymium Pr. Kinerja sebuah penguat optik secara umum dipengaruhi oleh tingkat-tingkat energi ion tanah jarang yang digunakan untuk mendadah kaca tersebut. Secara umumdiagramtingkat energikaca tellutire yang didadah Er 3+ ditampilkan dalam Gambar 1.4. Dalam gambar tersebut diketahui berbagai proses dalam kaca tellurite, seperti pumping , absorption , emission sehingga kita mengetahui proses penguatan dari kaca optica l amplifier . Pada gambar 1.4 tersebut elektron pada tingkat dasar 4 I 152 di pumping ke tingkat energi diatasnya, 1. LiO 2 2. Na 2 O 3. K 2 O 4. Rb 2 O 5. MgO 6. SrO commit to user 6 kemudian elektron akan mengalami absorpsi dan emisi. Dalam proses emisi itulah terjadi penguatan optik. Banyak parameter yang menjadi ukuran baiknya sebuah kaca, hal tersebut tergantung akan kegunaan kaca. Kaca yang digunakan untuk optical amplifier tentunya harus memiliki berbagai parameter seperti optical absorption, density dan refractive indeks yang baik pula. Berdasar kondisi tersebut maka dalam penelitian ini akan mengkaji pembuatan kaca tellurite yang didadah dengan Er 3+ dilakukan dengan menvariasikan konsentrasi Er 3+ . Komposisi bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 55TeO 2 -2Bi 2 O 3 -43- x ZnO- x Er 2 O 3 dimana x= 0,5; 1; 1,5; 2; 2,5. Pengunaan komposisi tersebut berkaitan dengan glass forming region seperti yang dalam Gambar 1 yang didapatkan setelah melakukan penelitian yang dijelaskan dalam bab 4. Gambar 1.4Tingkat EnergiKaca Tellurite Didadah Er 3+ Digonnet, 2001 commit to user 7

B. Rumusan Masalah