Spektroskopi Erbium Judd-Ofelt Analysis

commit to user 25 Gambar 2.9. Skema Suatu EDFA Yang Terdiri Atas Laser Pemompa 9801550 nm, Heru Kuswanto, 2011

D. Spektroskopi Erbium

Transisi ion Er 3+ dari tingkat energi 4 I 132 ke tingkat energi 4 I 152 mampu memberikan penguatan sinyal pada panjang gelombang sekitar 1500 nm. Skema tingkat energi pada Er 3+ dan spektrum yang dihasilkan ditunjukkan dalam Gambar 2.10. Hasil pengukuran absorpsi ion Erbium yang didadah kedalam fiber dan terukur pada temperatur ruang ditunjukkan dalam Gambar 2.11. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan sumber cahaya putih white light source dan optical spektrum analyzer OSA. Berbagai puncak muncul pada transisi antara ground state 4 I 215 dan state yang terletak lebih tinggi. Erbium mempunyai lifetime yang sangat panjang pada transisi penguatan. Kenyataan ini terjadi karena celah energi energy gap yang dimiliki Erbium EDFA commit to user 26 antara tingkat excited state 4 I 132 dan tingkat ground state 4 I 152 sangat besar. Nilai lifetime -nya diperkirakan 10 ms dan bervariasi tergantung pada komposisifiber optik utama dan konsentrasi Erbium. Gambar 2.10. Struktur Tingkat Energi Erbium Becker dkk, 1999. Gambar 2.11. Spektrum Absorpsi Yang Terukur Secara eksperimen pada Er 3+ yang didadahkan pada fiber germano-alumino-silica Becker dkk, 1999. commit to user 27

E. Karakteristik Erbium Doped Fiber Amplifier EDFA

Sifat-sifat dasar Erbium Doped Fiber Amplifier EDFA meliputi transisi cross section, lifetime, linewidth, dan broadening . Pembahasan lainnya adalah tentang spektroskopi ion-ion Erbium.

1. Absorpsi dan Emisi Cross Section

Cross section merupakan parameter yang menyatakan kemampuan suatu ion untuk mengabsorpsi atau mengemisi cahaya. Transisi cross section adalah suatu transisi antara dua keadaan dari suatu ion yang mewakili probabilitas transisi untuk melakukan emisi atau absorpsi cahaya. Dua keadaan tersebut mempunyai hubungan dengan energi E 1 dan E 2 E 1 E 2 . Probabilitas transisi untuk mengabsorpsi suatu foton dari energi E 2 -E 1 adalah sebanding dengan absorpsi cross section 12 , dan untuk emisi foton adalah sebanding dengan emisi cross section 21 . Dimensi cross section adalah suatu luasan. Hubungan yang menyatakan tentang jumlah daya cahaya P abs pada frekuensi ω yang diserap oleh sebuah ion ditunjukkan dalam persamaan 2.19 Becker dkk, 1999 � = 12 . 2.19 Dimana I adalah menghasilkan kecepatan absorpsi sejumlah foton , dan dinyatakan dalam bentuk persamaan 2.20 Becker dkk, 1999 � = 12 ℏ� = 12 Φ� 2.20 dimana Φ ω adalah fluks foton dalam satuan jumlah foton per luasan per waktu. Jumlah daya cahaya yang terstimulasi oleh ion-ion dengan intensitas cahaya yang mengenainya ditunjukkan dalam bentuk persamaan 2.21 Becker dkk, 1999 commit to user 28 � = 21 . 2.21 Total perubahan daya untuk suatu intensitas yang melintasi ion-ion ditunjukkan dalam persamaan 2.22 Becker dkk, 1999 Δ� = � − � = � 2 21 − � 1 12 2.22 dimana N 1 adalah populasi ion-ion pada tingkat energi terbawah ground state atau tingkat 1, dan N 2 adalah populasi ion-ion pada tingkat energi teratas excited state atau tingkat 2. Perubahan populasi tingkat 1 dan 2 ditentukan oleh kekuatan transisi antara subtingkat individu yang menyusun masing-masing tingkat. Bilamana semua subtingkat mempunyai populasi yang sama, atau kekuatan transisi antara subtingkat-tingkatnya sama, maka akan didapat suatu pernyataan dalam bentuk persamaan seperti Becker dkk, 1999 � 2 = 12 � � � 1 2.23 � 2 = − � 21 + 21 � � � 2 2.24 dimana � 1 dan � 2 adalah populasi ion-ion pada tingkat ground state dan tingkat exited state � � adalah rapat fluks foton dalam satuan jumlah foton per bandwidth frekuensi per volume , 12 � � adalah kecepatan absorpsi, � 21 adalah kecepatan emisi spontan, dan 21 � � adalah kecepatan emisi terstimulasi. Hubungan transisi ion-ion tersebut ditunjukkan dalam Gambar 2.12. commit to user 29 Gambar 2.12. Hubungan Absorpsi dan Emisi Transisi Cahaya Dalam Sistem Becker dkk, 1999. Secara umum tingkat-tingkat energi mengalami degenerasi . Tingkat 1 dengan degenerasi g 1 mempunyai subtingkat-subtingkatm 1 , dan tingkat 2 mempunyai degenerasi g 2 mempunyai subtingkat-subtingkat m 2 . Persamaan 2.9 dan persamaan 2.10 mempunyai hubungan transisi antara subtingkat-subtingkat. Kecepatan transisi terstimulasi antara subtingkat-subtingkat m 1 dan m 2 yang dinyatakan sebagai R m 1 ,m 2 mempunyai bentuk persamaan sebagai berikut Becker dkk,1999 � 2 = � 1 , 2 � 1 1 , 2 2.25 dan syarat hubungan untuk emisi adalah � 2 = − � 1 , 2 + � 1 , 2 � 2 1 , 2 2.26 Dimana � 1 , 2 adalah kecepatan transisi spontan antara sub tingkat m 1 dan m 2 . Bilamana semua sub tingkat mempunyai populasi sama, dan masing-masing subtingkat m 1 untuk tingkat 1 mempunyai � 1 = � 1 � 1 dan untuk tingkat 2 mempunyai � 2 = � 2 � 2 , Selanjutnya didapatkan hubungan sebagai berikut Becker dkk, 1999. 21 � � = 1 � 2 � 1 , 2 1 , 2 2.27 commit to user 30 dan 12 � � = 1 � 1 � 1 , 2 1 , 2 2.28 Gambar 2.13 memberikan ekspresi eksak untuk semua cross section transisi tingkat 1 ke tingkat 2 sebagai jumlah yang dipertimbangkan dari transisi cross section antar subtingkat. Gambar 2.13. Struktur Tingkat Energi Untuk Dua Buah Multiplet 1 dan 2 Becker dkk, 1999. Emisi dan absorpsi cross section untuk transisi 1 2 mempunyai hubungan yang dinyatakan dalam persamaan 2.29 dan 2.30 Becker dkk,1999. � = − 2 � 2 1 , 2 2 , 1 � 2.29 dan � = − 1 � 1 1 , 2 1 , 2 � 2.30 commit to user 31 Z i adalah fungsi pembagi, = − 1 � 1 , 2 , � dan � adalah emisi dan absorpsi cross section, k adalah Konstanta Boltzman JK dan T adalah temperatur derajat Kelvin. Cross section antar subtingkat 1 , 2 � mengandung semua informasi bentuk garis lineshape . Semua kasus dalam tingkat ini adalah mempunyai populasi sama dan persamaan persamaan 2.29 dan 2.30 dapat direduksi menjadi Becker dkk, 1999. 21 � = 1 � 2 2 , 1 2 , 1 � 2.31 dan 12 � = 1 � 1 2 , 1 1 , 2 � = � 2 � 1 21 � 2.32 Pembagian persamaan 2.29 dengan persamaan 2.30, dan menggunakan fakta bahwa 2 = 1 + � − 12 akan didapat hasil seperti ditunjukkan dalam persamaan berikut ini Becker,1999. � � = 1 2 − 2 � 2 1 , 2 2 , 1 � − 1 � 1 1 , 2 1 , 2 � = 1 2 12 − � � − 1 � 1 , 2 2 , 1 � − 1 � 1 , 2 1 , 2 � = 1 2 12 − � � 2.33 commit to user 32 Pernyataan kuantitas 1 2 12 � sering digantikan dengan pernyataan � � dimana ε adalah energi transisi rata-rata antara dua manifold lapisan- lapisan dalam tingkat energi. Transisi Er 3+ untuktingkat 4 I 152 4 I 132 yang berhubungan dengan emisi cross section dan absorpsi cross section dinyatakan dalam bentuk persamaan matematik oleh teori McCumber seperti berikut Becker,1999. 21 � = 21 � �− � � 2.34

2. Lifetime

Lifetime elektron dari suatu tingkat adalah lama waktu tinggal ion-ion Erbium dalam tingkat tersebut. Besarnya nilai lifetime adalah berbanding terbalik dengan probabilitas transisi ion-ion dari tingkat exited state ke tingkat ground state. Lifetime ion erbium biasanya mempertimbangkan dua lintasan utama untuk peluruhan, yaitu radiative dan nonradiative Becker,1999. 1 � = 1 � + 1 � � 2.35 dimana τ adalah lifetime keseluruhan, � adalah lifetime radiative dan � � adalah lifetime nonradiative . Lifetime radiative muncul dari fluorescence yang berasal dari tingkat eksitasi ke seluruh tingkat dibawahnya. Lifetime nonradiative tergantung pada sifat dasar fiber optik utama dan hubungan antara energi vibrasi kisi-kisi fiber optik utama fonon dengan ion-ion Erbium. Kecepatan nonradiative akan meningkat dengan temperatur karena populasi fonon meningkat terhadap kenaikan temperatur. Kecepatan transisi commit to user 33 nonradiative pada temperatur T mempunyai hubungan dalam bentuk persamaan seperti berikut Becker,1999. 1 � � �,� = 1 � � �,0 1−exp ⁡−ℏ� � −� 2.36 Dimana ℏ� adalah energi phonon , � = Δ � adalah jumlah phonon yang diperlukan untuk celah gap energi Δ adalah energi gap dan � adalah energi phonon maksimum dari suatu phonon yang dapat menghubungkan ke ion, dan 1 � � �,0 adalah kecepatan transisi pada T= 0 persamaan 2.35 selanjutnya dapat ditulis dengan mengunakan parameter B dan α seperti berikut Becker,1999. 1 � � �,� = exp ⁡− Δ 1 − exp⁡−ℏ� � −� 2.37 Nilai parameter B dan α yang berhubungan dengan energi phonon untuk proses nonradiative ditunjukkan Tabel 2.2. Tabel 2.2. Parameter Transisi Nonradiative Pada Fiber optik Utama Fiber Bekker dkk, 1999 Fiber optik Utama Bs -1 α cm ℏ�cm -1 Tellurite 6,3 x10 10 4,7 x10 -3 700 Phospate 5,4 x10 12 4,7 x10 -3 1200 Borate 2,9 x10 12 3,8 x10 -3 1400 Silicate 1,4 x10 12 4,7 x10 -3 1100 Germanate 3,4 x10 10 4,9 x10 -3 900 Fluroberyllate 9 x10 10 6,3 x10 -3 500 Kecepatan transisi nonradiative untuk Er 3+ dalam beberapa fiber optik utama ditunjukkan dalam Gambar 2.14 commit to user 34 Gambar 2.14.Kecepatan Transisi Nonradiative Er 3+ Dalam Berbagai Fiber optik Utama Becker dkk, 1999. 3. Linewidth dan Broadening Linewidth adalah pelebaran berkas cahaya dari spektrum emisi yang dihasilkan oleh pancaran akibat emisi spontan atau emisi terangsang. Linewidth menggambarkan batas spektrum gain pada rentang panjang gelombang untuk gain yang dihasilkan. Pelebaran berkas terjadi karena pelebaran tingkatenerginya, yaitu masing-masingtingkat pada kenyataannya merupakan kumpulan dari banyak energi yang jaraknya saling berdekatan. Linewidth atau pelebaran dari suatu transisi mengandung kontribusi homogen dan tidak homogen.Pelebaran homogen atau pelebaran natural adalah pelebaran berkas cahaya yang dipancarkan karena adanya interaksi phonon dari suatu fiber optik utama. Pelebaran homogen mempunyai hubungan dengan lifetime yang ada, dan tergantung pada proses radiative dan nonradiative Sholeh Hadi Pramono, 2009 commit to user 35 Pelebaran tidak homogen adalah pelebaran berkas cahaya yang dipancarkan oleh perpindahan elektron dari tingkat exited state ke tingkat ground state , dimana pada masing-masing tingkat energi tersebut terbentuk sub tingkat - sub tingkatenergi sebagai akibat dari efek Stark. Bentuk garis homogen dan tidak homogen ditunjukkan dalam Gambar 2.15. a b Gambar 2.15. a Garis Terlebarkan Secara Homogen, b Garis Yang TerlebarkanSecara Tidak Homogen Becker dkk, 1999. Gambar 2.16 a menunjukkan garis yang terlebarkan secara homogen untuk kumpulan ion-ion dengan panjang gelombang dan lifetime transisi yang identik. Gambar 2.16 b menunjukkan garis yang terlebarkan secara tidak homogen yang tersusun dari kumpulan garis yang terlebarkan secara homogen dengan frekuensi pusat center dan lebar garis yang berbeda. Transisi tingkat energi pada penguat fiber dipengaruhi oleh kuat lemahnya sinyal yang akan dikuatkan. Sinyal yang kuat akan mengakibatkan saturasi pada transisi energi. Kejadian ini akan berpengaruh pada absorpsi dan emisi yang commit to user 36 dihasilkan. Pengaruh yang terjadi adalah turunnya nilai gain dan terbentuknya hole pada spektrum gain yang dihasilkan dari pelebaran garis secara homogen dan tidak homogen. Gambar 2.16 menunjukkan saturasi gain untuk garis yang terlebarkan secara homogen dan tidak homogen. a b Gambar 2.16. Saturasi Gain Untuk Garis Yang Terlebarkan Secara Homogen a danTidak Homogen b. Becker dkk, 1999. Garis padat pada Gambar 2.16 adalah gain yang tidak tersaturasi, dan garis putus-putus adalah gain yang tersaturasi sebagai akibat pengaruh daya sinyal yang besar.

F. Judd-Ofelt Analysis

Probabilitas transisi radiasi dan cross section emisi terstimulasi dapat dihitung dengan analisis Judd-Ofelt Soundararajan, 2009. Analisis ini berkaitan dengan transisi optik antara keadaan electric-dipole , magnetic-dipole dan electric- quadrupole di alam. Namun, transisi electric-dipole yang paling dominan dan kontribusi dari magnetic-dipole dan electric-quadrupole kecil atau dapat commit to user 37 diabaikan. Akibatnya, transisi electric-dipole yang dipertimbangkan dalam analisis lengkap. Dalam teori Judd-Ofelt, probabilitas emisi spontan A berhubungan dengan keadaan awal S L J dan keadaa akhir S’ L’ J’ dari tansisi electric-dipole pada ion tanah jarang dinyatakan dalam persamaan 2.38 � , ′ ′ ′ = 64 4 � 3 2 3 2 +1 � 3 �� , ′ ′ ′ 2.38 Dimana e adalah muatan elektron, S,L,J adalah spin, momentum sudut dan momentum sudut total seperti keadaan awal yang digunakan pasangan Russel- Saunders. Dan � adalah frekuensi rata-rata transisi, n adalah indeks bias. � = � 2 +2 2 9 adalah koreksi medan local dan adalah line strengthelectric- dipole , yang dihitung dengan mengunakan persamaan 2.39 , ′ ′ ′ = Ω t =2,4,6 � ′ ′ ′ � 2 2.39 Dimana Ω t=2,4,6 adalah koefisien refleksi yang nilainya dipengatuhi material host , dan komponen tensor pengurangan yang tidak terbengantung material host. Nilai dari teori diatas dibandingkan dengan nilai yang diturunkan dari data eksperimen dengan persamaan �� = 3 �� 8 3 2 � 2 +1 � � � � � 2.40 Dimana � adalah transisi panjang gelombang rata-rata, c adalah kecepatan cahaya, h adalah konstanta planck, � adalah kosfisien absorbansi, � adalah commit to user 38 densitas dari ion tanah jarang, n indeks bias dan � = � 2 +2 2 9 adalah faktor koreksi medan lokal. Setelah memperoleh parameter Judd-Ofelt koefisien Ω dapat ditentukan probabilitas transisi radiatif dan lifetime radiatif � = 1� pada keadaan eksitasi. Ada faktor lain yang berpengaruh terhadap performa devais, yang bisa disebut dengan brancing ratio. Andaikan ada tiga tingkat energi a,b,c dengan energi menurun, maka brancing ratio untuk transisi a ke b didefinisikan sebagai fungsi semua proses peluruhan spontan yang terjadi yang dituliskan dalam persamaan , = � , � , � � 2.41 Dimana a adalah keadaan eksitasi, sementara b dan c adalah dua keadaan terakhir. Angka ini adalah jumlah probabilitas transisi pada kedua keadaan terakhir Soundararajan, 2009. Judd-Ofelt parameter memberikan informasi serbaguna mengenai struktur tanah jarang, parameter tersebut diinterprenstasikan sebagai berikut ini Mataki,2009

a. Ω

2 dinterprentasikan sebagai berikut: Kenaikan nilainya sangat ditentukan oleh ikatan kovalen. Berkaitan dengan perubahan struktur dari ion tanah jarang Ω 2 akan naik secara drastis dengan menurunkan simetri bidang ligan tanah jarang. Ω 2 dalam fiber optik oksida lebih besar dari yang di fiber optikfluorida, yang dianggap berasal dari gradien medan listrik yang lebih besar oleh ion divalen oksida daripada oleh ion fluorida monovalen.

b. Ω

4 dinterprentasikan sebagai berikut: Meningkat dengan menurunkan k ovalensi dari ikatan kimia antara ion tanah jarang dan anion ligan. Tidak commit to user 39 secara langsung berkaitan dengan simetri ligan ion RE tetapi kerapatan elektron pada ion oksida, Ω 4 menurun sebagai kerapatan elektron pada peningkatan ion oksigen. Nilai Ω 4 menurun sebagai jumlah elektron dengan meningkatnya ion tanah jarang. Nilainya meningkat dengan meningkatnya ikata kovalensi RE-O Rare Earth-Oksigen

c. Ω

6 dinterprentasikan sebagai berikut: Meningkatkan dengan penurunan interaksi Coulomb, sehingga Ω 6 meningkat dengan peningkatan jarak antara ion tanah jarang dan ligan. Ω 6 menurun dengan meningkannya kovalensi antara ligan dan ion tanah jarang. Nilai Ω 6 menurun sebagai jumlah elektron dengan meningkatnya ion tanah jarang Nilai- nilai parameter Ω 2,4,6 juga bervariasi sesuai dengan host kaca yang digunakan menurut Becker, 1999 nilai seperti pada Tabel 2.4 Tabel 2.3 Judd-Ofelt Parameter Untuk Host Glass Yang Didadah Dengan Er 3+ Host Glass Ω 2 x10 -20 cm 2 Ω 4 x10 -20 cm 2 Ω 6 x10 -20 cm 2 Phosphate 9.92

3.74 7.36

Borate 11.36

3.66 2.24

Germanate 6.40

0.75 0.34

Tellurite 7.84

1.37 1.14

Fluoride glass 1.54

1.13 1.19

commit to user 40 BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian