commit to user 13
B. Pendekatan Psikologi Sastra
1. Teori Psikologi Sastra Psikologi dan sastra merupakan dua disiplin ilmu yang berbeda, namun
dalam penelitian karya sastra, kedua ilmu tersebut dapat digunakan secara bersamaan dan saling terkait karena mempunyai objek yang sama. Keduanya
memfokuskan pada kehidupan manusia. Psikologi dalam karya sastra bukanlah sesuatu yang sama sekali baru karena tokoh-tokoh dalam karya sastra harus
dihidupkan, diberi jiwa yang dapat dipertanggung jawabkan secara psikologi. Psikologi sastra merupakan pendekatan yang menekankan pada hakekat dan
kodrat manusia. Melalui tinjauan psikologi akan tampak fungsi dan peranan sastra adalah untuk menyajikan citra manusia yang seadil-adilnya dan sehidup-
hidupnya atau paling sedikit untuk menjelaskan bahwa karya sastra pada hakikatnya bertujuan untuk melukiskan lingkungan manusia Hardjana,1994: 66.
Psikologi sastra memandang karya sastra sebagai aktivitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa dan karsa dalam berkarya. Begitu pula
dengan pembaca, dalam menanggapi karya juga tidak lepas dari kejiwaan masing-masing. Psikologi sastra pun mengenal karya sastra sebagai pantulan
kejiwaan. Pengarang akan menangkap gejala kejiwaannya. Proyeksi pengalaman sendiri imajiner ke dalam teks sastra Suwardi Endraswara, 2003: 96. Tokoh-
tokoh dalam drama atau novel dinilai apakah benar secara psikologi. Kadang- kadang ada teori psikologi tertentu yang dianut pengarang secara sadar atau
samar-samar oleh pengarang dan teori ini cocok untuk menjelaskan tokoh dan situasi cerita Rene Wellek dan Austin Warren, 1990.
commit to user 14
Definisi lain mengatakan bahwa psikologi merupakan suatu ilmu yang menyelidiki dan mempelajari tentang tingkah laku atau aktivitas-aktivitas
manusia, tingkah laku serta aktivitas-aktivitas itu merupakan manifestasi hidup kejiwaan Walgito, 1997:9. Menurut Kartono 1990:1 psikologi adalah ilmu
pengetahuan tentang tingkah laku dan kehidupan psikis jiwani manusia, perkataan tingkah laku atau perbuatan mempunyai pengertian yang luas, yaitu
tidak hanya mencakup kegiatan motoris saja seperti berbicara, berlari, melihat, mendengar, mengingat, berpikir, fantasi pengenalan kembali penampilan emosi-
emosi dalam bentuk tangis atau senyum dan seterusnya. Kegiatan berpikir dan berfantasi misalnya tampaknya seperti pasif belaka, namun, keduanya merupakan
bentuk aktivitas, yaitu aktivitas psikis atau jiwani Kartono, 1990:1-3. Penelitian psikologi sastra dilakukan dengan dua cara. Pertama, melalui
pemahaman teori-teori psikologi, kemudian diadakan analisis terhadap suatu karya sastra. Kedua, dengan terlebih dahulu memutuskan sebuah karya sastra
sebagai objek penelitian, kemudian ditentukan teori-teori psikologi yang dianggap ditentukan untuk melakukan analisis Ratna, 2004:344. Siswantoro 2004: 32
mengemukakan psikologi sastra mempelajari fenomena kejiwaan tertentu yang dialami oleh tokoh utama dalam karya sastra ketika merespon atau bersaksi
terhadap diri dan lingkungannya, dengan demikian gejala kejiwaan dapat terungkap lewat tokoh dalam sebuah karya sastra. Tugas psikologi adalah
menganalisis kesadaran kejiwaan manusia yang terdiri dari unsur-unsur struktural yang sangat erat hubungannya dengan proses-proses panca indera. Kaitannya
dengan psikologi sastra, Wellek 1990:41 mengemukakan bahwa karakter dalam
commit to user 15
cerita novel-novel, lingkungan serta plot yang terbentuk sesuai dengan kebenaran dalam psikologi sebab kadang-kadang ilmu jiwa dipakai oleh pengarang untuk
melukiskan tokoh-tokoh serta lingkungannya. Ilmu bantu psikologi diharapkan mampu memberi petunjuk bagi peneliti
dan pembaca untuk lebih memahami tingkah laku manusia atau tokoh-tokohnya dalam karya sastra secara lebih mendalam dam memberikan beberapa alasan
teoritis mengenai teori psikologi sastra sebagai salah satu teori pendekatan sastra dalam menganalisis novel Trah karya Atas S. Danusubroto.
2. Jalur Kajian Psikologi Sastra Psikologi sastra dibedakan menjadi tiga pendekatan, yaitu 1 pendekatan
ekspresif, yaitu kajian aspek psikologis penulis dalam proses kreativitas yang terproyeksi lewat karya sastra, 2 pendekatan tekstual, yaitu mengkaji aspek
psikologi sang tokoh dalam sebuah karya sastra, 3 pendekatan reseptif pragmatik yang mengkaji aspek psikologi pembaca yang terbentuk setelah melakukan dialog
dengan karya yang dinikmati serta proses kreatif yang ditempuh dalam menghayati teks Aminudin, 1990:89.
Penulis dalam melakukan penelitian terhadap novel Trah karya Atas S. Danusubroto mengambil jalur kajian psikologi sastra dengan melakukan
pendekatan tekstual yaitu berfokus pada teks sastra itu sendiri. Pendekatan
psikologi sastra terhadap teks tidak dilangsungkan secara deskriptif belaka, tetapi mendekati suatu penafsiran, sering digunakan psikoanalisis ala Freud. Terdapat
titik temu antara penelitian sastra dengan teori psikoanalisis, khususnya mengenai metodenya. Aliran psikoanalisa ini diperkenalkan oleh Sigmund Freud. Pengarang
commit to user 16
baik sadar maupun tidak memasukkan jiwa manusia kedalam karyanya. Hal ini akan terlihat dalam diri tokoh cerita dan lingkungan cerita dimana cerita tersebut
terjadi Rene Wellek, 1990. 3. Pendekatan Psikoanalisis Sigmund Freud
Sigmund Freud lahir di kota Morrovia Republik Ceko, pada tanggal 6 Mei 1856 dan meninggal di London pada tanggal 23 September 1939 Suryabrata,
1998: 122 . Freud adalah psikolog yang menyelidiki aspek ketidaksadaran dalam jiwa manusia. Ketidaksadaran memainkan peranan yang besar, sebagian besar
kehidupan psikis manusia tidak disadari dan hanya bagian kecil saja yang muncul dalam kesadaran. Dalam ketidaksadaran itu terus menerus beroperasi dorongan-
dorongan dan tenaga-tenaga asal Kartono, 1990:128. Menurut Freud, struktur kepribadian terdiri dari tiga sistem, yaitu:
a. Das Es the id, yaitu aspek biologis. Aspek ini adalah aspek biologis dan merupakan sistem yang original dan
kepribadian. Dari aspek ini dua aspek yang lain tumbuh. Das Es adalah realita psikis yang sebenar-benarnya, merupakan dunia batin atau subjektif manusia dan
tidak memiliki hubungan langsung dengan dunia objektif. Das Es berisikan hal- hal yang dibawa sejak lahir. Fungsi Das Es yaitu untuk mengusahakan segera
tersalurkannya kumpulan-kumpulan energi atau tegangan yang dicurahkan ke dalam jasad oleh rangsangan-rangsangan, baik dari dalam maupun dari luar. Ia
terletak dalam ketidaksadaran dan berisi nafsu-nafsu, insting yang tidak disadari yang bersamanya menuntut kepuasan. Prinsip Das Es adalah prinsip kesenangan
Pleasure Principle dan dilayani oleh proses primer proses yang menimbulkan
commit to user 17
kesenangan dari suatu benda yang diperlukan untuk meredakan suatu ketegangan. Tujuan dari prinsip ini adalah untuk membebaskan seseorang dari
ketegangan. Das Es adalah primer dari sumber energi psikis dan tempat berkumpul naluri-naluri. Das Es memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Apriori
menang sendiri, self-centered egoistis, impulsif tergesa-gesa ingin senang, irasional, dan asosial.
b. Das Ich the ego,yaitu aspek psikologis. Das Ich merupakan aspek psikologis dari kepribadian dan timbul oleh
karena kebutuhan organisme untuk berhubungan baik dengan dunia luar. Das Ich dikuasai oleh prinsip kenyataan reality principle, dan dilayani oleh proses
sekunder usaha menemukan atau menghasilkan kenyataan dengan rencana tindakan yng telah dikembangkan melalui pikiran dan akalpengenalan. Fungsi
Das Ich adalah menjaga keseimbangan diantara kedua system itu, sehingga tidak terlalu banyak dorongan dari Das Es yang dimunculkan kepada kesadaran. Das
Ich tidak memiliki dorongan energi. Ia hanya menurut prinsip yaitu menyesuaikan dorongan-dorongan dengan kenyataan di dunia luar. Ciri-ciri Das Ich yang
dominan adalah; asosiasilogika, alternativememutus, dan bertindak sesuai dengan keputusan.
c. Das Ueber Ich super ego, yaitu aspek sosiologis. Da Ueber Ich atau super ego adalah aspek sosiologis dari kepribadian,
merupakan wakil dari nilai-nilai tradisional, serta cita-cita masyarakat dan merupakan cabang moral atau cabang keadilan. Das Ueber Ich adalah kode moral
dari seseorang dan adalah suatu sistem yang berkebalikan dengan Das Es. Sistem
commit to user 18
ini sepenuhnya dibentuk oleh kebudayaan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ketiga aspek diatas memiliki fungsi, komponen, prinsip kerja,
dan dinamika masing-masing, namun ketiganya berhubungan secara rapat sehingga sukar untuk memisahkan bahkan tidak mungkin. Dalam pengaruhnya
terhadap tingkah laku manusia merupakan hasil kerja dari aspek tersebut. 4. Pendekatan Nilai Obsesi Pengarang Melalui Karyanya.
Pada umumnya manusia memiliki obsesi, baik anak-anak maupun orang dewasa. Anak sekolah memiliki obsesi tentang mata pelajaran yang tidak
disukainya. Mahasiswa memiliki obsesi tentang ujian yang akan dihadapinya. Pembunuh memiliki obsesi tentang kejahatan yang telah dilakukannya. Sastrawan
memiliki obsesi tentang keadaan masyarakat, manusia, dan lingkungannya. Obsesi merupakan masalah kejiwaan yang begitu luas, kompleks,
mengandung banyak misteri, dan hal-hal menarik sehinga selalu saja menantang manusia untuk mengadakan studi intensif terhadapnya. Luas dan kompleksitasnya
tidak hanya disebabkan oleh tidak atau belum mampunya orang menyikapi gejala- gejala obsesi, akan tetapi gejala-gejalanya juga bisa didekati dari bermacam-
macam perspektif dan disiplin ilmu. Dokter, psikolog, pendidik, kritikus, politikus, dan lain-lain semuanya juga bisa menyajikan wawasan yang khas dan
berbeda-beda mengenai obsesi. Keberadaan dan kepentingan obsesi berbeda bagi tiap-tiap orang.
Barangkali jika membicarakan obsesi orang biasa, tentu kurang terlihat kepentingannya karena obsesinya lebih banyak dipengaruhi oleh kehidupan
pribadinya. Tetapi jika membicarakan obsesi seperti yang dimiliki sastrawan,
commit to user 19
politikus, pemimpin masyarakat tentulah sangat besar terlihat kepentingannya. Karena obsesinya lebih banyak dipengaruhi oleh kehidupan masyarakat, manusia,
dan lingkungannya. Gejala obsesi dapat dilihat dari sikap, tingkah laku, dan hasil karya
seseorang. Perbedaan wadah gejala obsesi menyebabkan terjadinya perbedaan cara memahami dan menyelidikinya, baik secara langsung menyelidiki orangnya
seperti melalui wawancara dan ada pula secara tidak langsung seperti melalui penyelidikan hasil-hasil karya yang berupa film, sandiwara, karya sastra, catatan,
dan sebagainya. Dipandang dari sudut pengajaran sastra, penyelidikan terhadap obsesi
yang tercermin dalam sikap dan tingkah laku sehari-hari, Atas S. Danusubroto sebagai sastrawan tidak terlihat kaitan dan kepentingannya. Tetapi jika ditujukan
terhadap obsesinya yang tercermin dalam novel-novelnya perlu dilakukan. Karena keberadaan dan kepentingannya besar sekali, baik terhadap pengajaran sastra
maupun terhadap bidang ilmu lainnya. Penyelidikan obsesi Atas S. Danusubroto melalui novelnya terlebih dahulu mempelajari data biografinya karena tujuannya
yaitu melihat hubungan obsesi yang terdapat di dalam dunia objektif dalam diri Atas S. Danusubroto dengan yang terdapat di dalam dunia imajinatif dalam novel
pengarang itu sendiri . Bila hal ini dilakukan, kecendrungannya tentulah ke arah studi proses kreatif pengarangnya. Tujuan pendekatan nilai obsesi terhadap
pengarang yang dimaksud yaitu dalam penelitian ini penulis mempelajari obsesi Atas S. Danusubroto yang tercermin dalam novel Trah dengan memahami dan
menyelidiki novel tersebut.
commit to user 20
Atas S. Danusubroto sebagai salah seorang sastrawan yang lebih peka dari masyarakat lingkungannya, sering dapat melihat problematika kejiwaan dari
manusia lainnya. Dia menyaksikan tingkah laku masyarakat yang kurang beres dan menyajikannya dalam sebuah kesaksian yang bernama karya sastra agar
masyarakat memahaminya dan mau mengubah atau memperbaiki ketidakberesan. Dalam hal ini, tugas pembaca adalah sebagai saksi zaman, sedangkan perbaikan
dan perubahannya terserah kepada masyarakat itu sendiri. Sebagai manusia yang peka dan mampu melihat sesuatu di balik permukaan, pengarang lebih banyak
bertugas sebagai radar bagi masyarakatnya. Barangkali pengarang dapat membuat perubahan sosial dengan karya-karyanya, tetapi bukan itulah tugas utamanya.
Sebagai manusia yang peka dia mudah tergugah oleh ketidakberesan manusia sehingga mudah gelisah dan dicekam obsesi. Karena itu, si pengarang mesti
mengungkapkannya sebagai bahan pelepas beban kegelisahannya. Sehubungan dengan hal tersebut , tentulah perlu dipikirkan apa obsesi pengarang dalam
novelnya atau setidak-tidaknya memikirkan sesuatu yang menggunakan pendekatan dan metode yang relevan untuk tujuan tersebut.
Obsesi yang ditampilkan Atas S. Danusubroto dalam novelnya tentulah dimaksudkan untuk dibaca, dipahami dan diambil manfaatnya. Dengan kata lain,
untuk mendapatkan perhatian bersama. Tidak dapat dipungkiri lagi perhatian itu pun sudah lama dicurahkan orang. Dalam hal ini penulis menitikberatakan pada
unsur intrinsik yang meliputi tema, alur, setting, penokohan dan amanat dengan menggunakan kajian psikologi sastra dengan mempelajari karakter tokoh-tokoh
yang ada dalam novel Trah.
commit to user
BAB III METODOLOGI PENELITIAN