Potret Kejiwaan Tokoh-Tokoh dalam Novel Trah.

commit to user 66

C. Potret Kejiwaan Tokoh-Tokoh dalam Novel Trah.

1. Potret kejiwaan Tilarsih : Tilarsih tokoh utama dalam Novel Trah ini adalah seorang gadis desa yang berobsesi tinggi untuk menjadi orang sukses. Obsesi yang besar tersebut didorong karena selama ini Tilarsih merasa bahwa nasibnya kurang beruntung dan sejak kecil hanya dibesarkan oleh neneknya. Tilarsih merasa selama ini bahwa dirinya selalu saja hidup dengan serba kekurangan dan penuh dengan kemunafikan. Bayang-bayang leluhurnya yang bernama Resodrono yang dulunya adalah priyayi yang sangat kaya dan tokoh masyarakat di desanya membuatnya tidak merasa bangga karena pada kenyataanya sekarang hidupnya melarat dan kurang kasih sayang. Permasalahan tersebut membuat Tilarsih ingin mewujudkan obsesinya untuk menjadi seorang penyanyi dangdut yang terkenal di kota besar. Keinginan tersebut muncul ketika dia berkenalan dengan Atun. Berkat dorongan dari Atun inilah muncul obsesi yang besar dalam benaknya agar dirinya dapat keluar dari jurang kemiskinan. Setiap orang didalam pergolakan jiwanya memiliki perasaan ingin mencari kesenangan dalam hidupnya. Begitu pula dengan Tilarsih. Tilarsih merasa bahwa pekerjaannya menjadi penyanyi dangdut di desa tidak akan bisa merubah nasibnya, untuk itu Tilarsih mengambil jalan pintas yaitu dengan menerima ajakan Atun pergi ke kota besar dengan maksud akan ditawari sebagai penyanyi di sebuah kafe terkemuka. Namun nasib berkata lain, Atun yang selama ini dipercayainya ternyata adalah seorang perekrut gadis yang tergabung dalam sindikat perdagangan wanita yang dipimpin oleh Tante Kori. commit to user 67 Kehidupan di kota besar yang selama ini diimpikannya akhirnya terwujud, namun kenyataan yang pahit membuatnya terjerumus ke dalam dunia pelacuran. Kenyataan pahit yang harus diterima Tilarsih membuat dirinya sangat terpukul dan menyesali segala keputusan yang diambil ketika masa depannya telah dihancurkan oleh orang yang bernama Atun. Harga diri dan kehormatan yang dimilikinya sekarang hanya dibeli dengan beberapa uang kertas yang nilainya tidak seberapa dengan yang telah dipertaruhkannya. Dampak kejadian tersebut membuat gejolak emosi yang kuat dalam dirinya dan dan yang dirasakannya sekarang dirinya sudah tidak ada harganya lagi sebagai seorang wanita. Tindakan Tilarsih yang tidak mampu menguasai diri dalam mengontrol emosi menurut Freud disebabkan dari Id yang menguasai Ego. Jadi ego sudah tidak bisa memonopoli persediaan energi rohaninya. Setelah Ego dalam diri Tilarsih sudah tidak dapat menyerap Id maka penyaluran energi ini dipergunakan untuk tujuan pemuasan naluri-naluri alamiahnya yang mengarah kepada materiil dengan kata lain yaitu uang. Berjalannya waktu, hal-hal yang berkecambuk dalam benak Tilarsih sudah mulai hilang karena Tilarsih merasa yang paling penting sekarang adalah bagaimana caranya untuk meraup rezeki yang sebanyak- banyaknya dengan menjajakan tubuhnya. Para lelaki hidung belang yang hanya ingin menikmati tubuh Tilarsih sekarang harus mau membayar mahal dengan layanan yang diberikan Tilarsih Norma agama, kesusilaan, maupun kesopanan dalam benak Tilarsih sudah tidak berlaku lagi karena profesi yang dilakukannya ini menurutnya adalah commit to user 68 sebagian dari pekerjaan yang meraup keuntungan lumayan dan sangat mudah. Apalagi didukung dengan paras tubuh dan wajah yang cantik yang dimiliki Tilarsih. Titel pelacur maupun pekerja seks komersial sudah akrab ditelinganya. Ketika jiwanya terbawa pada dunia hitam putih, akhirnya seorang Tilarsih menjadi frustasi yang berakibat stres berat. Pada saat segmenting itu datanglah dewa penolong bernama Bagus. Sosok Bagus dalam hal ini menjadi sangat penting karena tokoh ini berperan sebagai juru penyelamat Tilarsih karena telah berhasil membawanya pulang ke desa untuk memperbaiki hidupnya. Penjelasan dari Eyang Ronggo yang mengatakan bahwa Bagus harus mau menebus kesalahan terhadap dosa kakek Buyutnya yang bernama Kerta Samin membuat Bagus lebih meyakini dirinya untuk menolong Tilarsih keluar dari dunia hitam. Dosa kakek buyutnya yang bernama Kerta Samin yang membuat keluarga Bagus menjadi orang yang kaya membuat Bagus seakan-akan tidak layak memilikinya. Bagus memiliki keyakinan bahwa harta itu hanya titipan jadi jika Yang Maha Kuasa ingin mengambilnya pasti akan habis. Dengan tekad tersebut, Bagus menjadi orang yang tidak mudah menyerah dan semangat hidup yang sangat tinggi. Isi Cerita Novel Trah semakin menarik perhatian pembaca ketika si pengarang tidak melupakan faktor-faktor yang turut mempengaruhi proses perkembangan kejiwaan Tilarsih diantaranya yaitu faktor keturunan, faktor kemiskinan, faktor pendidikan, dan faktor lingkungan. commit to user 69 2. Potret Kejiwaan Bagus Bagus merasa sangat kecewa sekali mengingat bahwa gadis yang selama ini dicintainya harus melayani para lelaki hidung belang. Perihal tersebut membuat Bagus mengalami konflik batin yang sangat dalam karena sosok wanita yang selama ini dicintainya dulu pernah menolaknya dan sekarang malah menjadi pelacur di kota besar. Tekad yang keras membuatnya tetap maju untuk menolong Tilarsih. Pengaruh dari gejolak psikologis yang dalam pada diri Bagus setelah mengerti Tilarsih menjadi pelacur dalam diri Bagus adalah bayangan kebimbangan seakan- akan garis hidup yang dialami seperti dalam sandiwara sinetron. Satu pihak dalam jiwa Bagus timbul perasaan ingin menolong dan membantu jalan hidup Tilarsih dari lingkungan yang gelap untuk diajak kembali sadar ke jalan kebenaran, dilain pihak dalam benak Bagus selalu terbebani karena sosok yang dicintainya sekarang adalah seorang pelacur yang pekerjaannya pasti melayani nafsu liar para hidung belang. Dorongan super ego yang dapat mengendalikan perbuatan baik dan buruk akhirnya sejalan dengan id dan ego dalam dirinya. Keseimbangan id, ego dan super ego tersebut berdampak pada keputusan yang bulat dan kelapangan hati yang besar untuk membantu Tilarsih sebisa mungkin. Kepiawaian pengarang dalam memasukkan tokoh Bagus sebagai lawan interaksi Tilarsih dalam hubungannya dengan masalah percintaan, membuat cerita novel ini lebih menarik. Sosok Bagus dalam interaksinya dengan Tilarsih sangat commit to user 70 pandai sekali menyembunyikan perasaannya karena dia merasa gengsi dan tidak mau mengungkapkan perasaannya. Pengalaman pahit yang dialaminya ketika Tilarsih dulu pernah meremehkannya dan menolak ajakannya untuk bersekolah membuat Bagus takut apabila dirinya dikecewakan oleh Tilarsih. Ditambah lagi dengan permasalahan yang semakin merumit karena Bagus ingin mengentaskan Tilarsih dari profesinya. Perjalanan kisah cinta antara Bagus dengan Tilarsih ini pastinya tidak berjalan dengan mulus karena adanya status sosial yang sangat jauh. Bayangkan seseorang yang dulunya dipuja karena kecantikannya dan akhirnya dipertemukan lagi dalam cerita cinta berikutnya, tetapi celakanya cinta itu datang kembali setelah wanita itu berprofesi sebagai pelacur. Padahal diceritakan dalam novel Trah tersebut Bagus adalah tokoh pemuda berpendidikan yang berasal dari keluarga terhormat dan disegani di tengah-tengah masyarakat desanya. Status sosial yang sangat jauh dengan kekasihnya tersebut membuat Bagus menjadi ragu-ragu dalam mendapatkan cinta dan kesetiaan. Untuk itu dalam benak Bagus terbesit pikiran untuk menguji cinta dan kesetiaan Tilarsih dengan cara meninggalkan desa dan menjauhkan diri dari pandangan Tilarsih dan bekerja di luar pulau tanpa berpamitan secara langsung. Kepergian Bagus secara mendadak membuat gejolak psikologis Tilarsih semakin memuncak. Dampak tersebut membuat Tilarsih sangat terpukul karena orang yang dicintainya tersebut pergi tanpa memuinya terlebih dahulu. Walaupun Tilarsih adalah orang yang sudah berpengalaman dalam menanggapi para lelaki, namun tidak pernah dirinya merasakan gejolak cinta yang begitu dalam. Tilarsih memang commit to user 71 dulunya pelacur, namun dia juga sama seperti wanita pada umumnya yang juga bisa merasakan jatuh cinta. Hanya kepada Bagus perasaan itu ditumpahkan sepenuhnya dengan segenap jiwanya. Efek dari kepergian Bagus juga membuat Tilarsih mengalami keraguan yang sangat mendalam karena sosok Bagus yang dianggapnya seorang laki-laki yang menyelamatkannya dari jurang kenistaan malah pergi ketika Tilarsih sangat membutuhkan banyak dukungan dalam proses pertaubatannya. Kecintaannya kepada Bagus ini seakan sia-sia karena laki-laki yang dicintainya begitu mudahnya pergi dan hanya menitipkan sepucuk surat saja. Dampak psikis yang dialami Tilarsih ketika Bagus yang tidak pernah memberinya kabar hampir setahun membuat Tilarsih seakan-akan Bagus sudah tidak mau mempedulikannya lagi. Jadi jalinan asmara yang dulu dibaginya selama sepuluh hari hanya kebahagiaan yang lewat dan pergi begitu saja membuat pergolakan jiwa dalam diri mengalami titik puncak. Di sinilah baru dia teringat bahwa selama ini penantiannya sia-sia. Tilarsih sekarang sadar bahwa semua laki- laki itu sama saja. Dia baru paham bahwa pencarian kepuasan itu tidak dapat dipaksakan. Kutipan teks untuk memperkuat pandangan tersebut yaitu: “Dheweke kepengin ngamuk lan melehake Bagus sing nyatane saiki ngilang nganti tumindake kaya priya clingus. Nanging, upama dheweke arep melehake Bagus, memirang priya kuwi, mesthi ora ana wong sejagad sing arep mbelani Tilarsih. ”Kabeh mesthi bakal mbelani Bagus. Apa maneh nalika padha gandheng kunca, nyatane priya kuwi wis menehi dhuwit. Bebasan wong tuku, upama wis mbayar ateges wis lunas. Nanging bab katresnan ora bisa diukur mawi dhuwit. Ati sing gempal. Angel tambane” hal 179:28. Terjemahan : “Dirinya ingin marah dan melupakan Bagus yang kenyataannya sekarang perti pria pengecut. Namun, misalkan dirinya ingin melupakan commit to user 72 Bagus, menuntut tanggung jawabnya, pasti tidak ada sejagad orang yang mau membela Tilarsih. Semua pasti bakal membela Bagus. Apalagi ketika berhubungan intim, pria tersebut sudah memberikan uang. Ibaratnya orang beli, ketika sudah membayar berarti sudah lunas. Tetapi bab percintaan, tidak bisa diukur dengan uang. Hati yang terluka susah sembuhnya” hal 179:28. Sosok tokoh pembantu yang tidak kalah penting dalam cerita ini yaitu Mbah Mardiyah. Melalui sosok Mbah Mardiyah kita akan bisa memahami betapa kuatnya sosok seorang wanita yang kuat dan tegar dalam menjalani cobaan yang ada. Dampak Psikologi yang juga dialami Mbah Mardiyah sangatlah berat karena ketika mengetahui bahwa cucu semata wayangnya Tilarsih yang selama ini diasuhnya sendirian ternyata menjadi seorang pelacur di kota besar. Mbah Mardiyah menjadi sangat syok dan merasa sangat tertekan sekali. 3. Potret Kejiwaan Mbah Mardiyah Dorongan ego dalam diri Mbah Mardiyah disaat itu juga memuncak ketika mengetahui Tilarsih menjadi pelacur sehingga mengakibatkan energi-energi negatif dalam dirinya sudah tidak dapat dibendung dan akhirnya jatuh pingsan dan sangat meratapi nasibnya. Berjalannya waktu Mbah Mardiyah mulai terbiasa dan mau melupakan kesalahan yang telah diperbuat cucunya tersebut. Ketika mengetahui bahwa Tilarsih sudah mau kembali ke desa dan berniat akan memperbaiki dirinya, Mbah Mardiyah merasa tersentuh hatinya sehingga bersikap seolah-olah seperti tidak ada masalah dalam dirinya. Kesabaran Mbah mardiyah yang mau memaafkan cucunya yang telah berbuat salah merupakan gambaran wujud cinta kasih antara nenek yang berperan juga sebagai orang tua Tilarsih. Dalam cerita ini dikisahkan bahwa Mbah Mardiyah adalah sosok yang sangat kuat commit to user 73 karena dari segi fisik sebanarnya Mbah Mardiyah sudah tidak sanggup lagi untuk merawat Tilarsih. Sosok wanita tua yang selama ini dianggap lemah dari segi fisik bisa berubah karena faktor keadaan di sekitar lingkungan kita. Sosok nenek yang kemudian berganti menjadi seorang ibu bahkan biasa disebut orang tua tunggal atau single parent tercermin dalam cerita ini. Kunci dari dorongan semangat dari sosok Mbah Mardiyah adalah Tilarsih. Selama ini Mbah Mardiyah memang tidak memiliki harta benda namun memiliki harta lain yang lebih berharga yaitu Tilarsih. Melihat Tilarsih bisa hidup bahagia, Mbah Mardiyah sudah cukup merasa senang. Pasrah dalam menerima cobaan yang ada sudah menjadi hal yang biasa bagi Mbah Mardiyah. Waktu tidak akan mungkin akan kembali, jadi dalam diri Mbah mardiyah lebih baik berfikir ke depan. Ini semua dilakukannya atas dasar cinta yang tulus kepada cucunya tersebut. Super ego dalam hal ini berperan penting dalam mengendalikan ego yang semula berpandangan negativ tetapi seiring berjalannya waktu ego dalam diri Mbah Mardiyah semakin terkontrol dan dorongan id yang muncul dipuaskan ke hal-hal yang positif dengan memberikan semangat kepada Tilarsih agar tegar dalam menghadapi cobaan. Kembalinya Tilarsih ke desa juga pastinya akan ada kontroversi yang besar dari warga desa. Reaksi tersebut pasti akan memunculkan permasalahan- permasalahan baru mengingat Tilarsih adalah seorang pelacur yang pulang ke desa setelah bertahun-tahun hidup di kota. Resiko tersebut memang sudah sepantasnya diterimanya karena segala perbuatan pasti akan ada resikonya. Dalam commit to user 74 hal ini Tilarsih mengalami kecemasan realistis : yaitu suatu kecemasan yang berasal dari luar. Tilarsih merasa tidak nyaman ketika kembali ke desa karena tanggapan warga terhadap dirinya pasti negatif. Kecemasan yang ditakutinya ternyata betul-betul terjadi. Warga desa sangat menghujat atas kembalinya Tilarsih ke desa mengingat dirinya pernah menjadi seorang pelacur. Bahkan rekan-rekan kerja terdekat Tilarsih yang dulunya sering manggung sebagai penyanyi dangdut tidak mau bertegur sapa lagi dengannya. Peranan tersebut menjadi lebih berbobot ketika pengarang memunculkan seorang tokoh antagonis bernama Mbak Rita. Dikisahkan dalam cerita novel ini mbak Rita adalah adalah seorang tokoh yang memiliki sifat buruk misalnya iri dengki, merasa paling benar dan egois. Dan yang paling buruk tokoh tersebut suka memprovokasi para warga. Persoalan yang keliatannya sepele di masyarakat di tangan Mbak Rita menjadi sangat besar. 4. Potret Kejiwaan Mbak Rita Mbak Rita selama ini selalu merasa tersaingi dengan kepulangan Tilarsih. Dia tidak pernah merasa puas jika ada yang melebihinya. Sifat iri, dengki, dan sewotnya muncul jika melihat segala tingkah laku yang dilakukan Tilarsih. Melihat Tilarsih telah jatuh ke dalam pelacuran dan sekarang kembali ke desa. Mbak Rita adalah orang yang paling kontroversial dan selalu mengompori para warga agar mau mengikuti jalan pemikirannya untuk menghujat Tilarsih. Bahkan sering sekali bentuk dorongan ego yang negatif berwujud melalui sindiran- sindiran yang berisi hujatan dan penghinaan terhadap Tilarsih baik secara langsung maupun tidak langsung. Sikap bencinya terhadap Tilarsih ditampilkan commit to user 75 dengan sikap arogan, berperilaku kasar dan tingkah laku terkesan kampungan. Tingkah kampungan tersebut dilukiskan dengan pola gerak tubuh Mbak Rita misalnya berjalan dengan angkuh, bibir kemat-kemat, mata melotot dan cenderung urakan. Setiap orang yang melihatnya merasa jengkel, geli dan geregetan. Perwujudan tokoh Mbak Rita perilaku seorang wanita yang menyimpang dari kodratnya sebagai wanita yang selama ini dipandang lemah ternyata mampu mempengaruhi dan memprovokasi tokoh lain yang mengakibatkan dampak yang besar bagi tokoh yang dirugikan. Tokoh antagonis dalam novel Trah ini yang lebih kontroversial diperankan oleh Kacuk. 5. Potret Kejiwaan Kacuk Kacuk adalah sosok tokoh yang selama ini selalu mengganggu kehidupan Tilarsih. Kacuk mempunyai kepribadian yang suka memaksakan kehendak. Kalau tidak dituruti Kacuk ini bisa berbuat nekat. Perbuatan tersebut dilakukan terhadap Tilarsih yaitu dengan memaksa Tilarsih agar mau menemaninya tidur. Namun karena Tilarsih adalah wanita yang sudah berpengalaman jadi kebrutalan Kacuk ini dapat disiasati. Perbuatan yang dilakukan Kacuk tersebut sangat menyimpang dari norma kesusilaan yang ada. Kacuk sebenarnya adalah sosok yang pengecut. Namun karena sudah mengetahui bahwa Tilarsih pernah menjadi pelacur maka Kacuk berani berbuat nekat dan sangat melecehkan Tilarsih. Tindakan tersebut didorong oleh faktor psikologis yang ada dalam diri Kacuk. Ini dapat terjadi karena dorongon ego yang negatif sudah tidak dapat dibendung lagi. Pemuasan naluri- commit to user 76 naluri alamiahnya berubah menjadi naluri yang menggutamakan nafsu seksual. Manusia dimanapun tidak bisa lepas dari nafsu seksual, tetapi perbuatan tersebut boleh dilakukan jika ada ikatan pernikahan dan tidak melanggar norma hokum yang ada, norma susila maupun norma agama yang berlaku. Gejolak Psikologis terhadap orang yang hanya mengandalkan nafsu sexual biasanya dipacu oleh faktor lingkungan dan pendidikan. Kacuk adalah orang yang kurang berpendidikan, sehingga dalam berbuat tidak pernah berfikir dua kali dan tidak peduli dengan resiko yang ada. Dalam kutipan teks diceritakan bahwa Kacuk terkena batunya sendiri karena telah habis dimaki-maki oleh Tilarsih karena mengetahui bahwa Tilarsih masih cucu Eyang Ronggo. Cobaan demi cobaan yang silih berganti semakin mendatangi kehidupan Tilarsih. Meski bertekad ingin bertaubat namun masih ada saja laki-laki hidung belang yang ingin sekali mengajaknya kencan. Dalam novel Trah ini kesabaran tokoh Tilarsih ini menuntut kerja keras yang penuh tantangan. Untuk mengalihkan perhatiannya pada masalah yang bertubi-tubi dalam hidupnya, Tilarsih mengalihkan fokusnya dengan mengisi kegitan yang positif yaitu mengikuti kursus menjahit agar nantinya bisa dijadikan sandaran bekerja. Hujatan terhadapnya sekarang ini sudah tidak difokuskannya lagi karena Tilarsih hanya mementingkan dirinya sendiri untuk menjalani proses pertaubatannya. Semakin berjalannya waktu, hujatan maupun remehan dari para warga desa sudah sama sekali tidak dipedulikannya lagi. Tilarsih yang dulunya lemah sekarang menjadi sosok wanita yang tabah dan kuat dalam menghadapi cobaan. commit to user 77 Hubungan yang dijalani bersama Bagus akhirnya diceritakan kepada Mbah Mardiyah. Disaat itu juga Mbah Mardiyah menjadi sangat terpukul karena mengetahui bahwa Bagus adalah cucu dari Kerta Samain. Ketidakpuasan Mbah Mardiyah terhadap perlakuan kakek buyut Bagus yang bernama Kerta Samin mengakibatkan kebenciannya terhadap anak cucu dan keturunanan Kerta Samin. Namun semua itu dapat mereda karena kenyataannya hal tersebut berbalik, yaitu faktanya cucu semata wayangnya malah menjalin cinta kasih dengan keturunan Kerta Samin. Hal ini membuat Mbah Mardiyah sock dan tidak pernah menyangka sama sekali. Berkat jalinan hubungan antara Tilarsih dengan Bagus ini, maka selesailah sudah kebencian terhadap anak cucu keturunan Kerta Samin karena Mbah Mardiyah tahu bahwa kecintaan Tilarsih terhadap Bagus sudah tidak dapat dipisahkan. Didukung dengan kebaikan Bagus yang akhirnya bisa mengentaskan Tilarsih dari kenistaan, akhirnya Mbah Mardiyah tersadar bahwa kejadian masa lalu harus sudah diakhiri karena Bagus hanyalah anak cucu yang tidak harus menanggung dosa dari apa yang diperbuat kakek buyutnya tersebut. Perilaku tersebut merupakan dorongan super ego yang mampu mengendalikan perbuatan baik dan buruk. Mbah Mardiyah akhirnya sadar karena tidak ada jaminan jika bibit yang buruk akan melahirkan turunan yang buruk pula karena semua bergantung dari orangnya masing-masing. Faktor yang mendorong Mbah Mardiyah dapat berganti pola pikir karena dia merasa bahwa dirinya masih keturunan bibit priyayi namun commit to user 78 pada kenyataannya cucunya sendiri malah menjadi pelacur. Bahkan hidup Mbah Mardiyah selama ini juga di bawah garis kemiskinan. Cerita novel Trah ini kemudian bergerak memasuki bab penyelesaian konflik dengan kemunculan tokoh Bagus yang selama ini menghilang tanpa kabar. Perasaan haru bercampur senang ketika Tilarsih bertemu dengan Bagus tersebut merupakan dorongan ego yang sangat kuat dalam dirinya. Hanya Bagus yang dapat menggetarkan perasannya dan membuat dirinya terbujur lemas karena tidak menyangka bahwa Bagus yang selama ini hilang bagai ditelan bumi datang untuk menemuinya. Kesimpulan dari analisis psikologi sastra terhadap tokoh-tokoh yang ada dalam novel Trah, dalam hal ini interaksi tokoh lain sentral Tilarsih terhadap tokoh-tokoh lain yang dapat mempengaruhi proses kejiwaan masing-masing pelaku. Novel Trah menceritakan tentang sosok wanita dalam kodratnya sebagai makhluk Tuhan yang lemah, tetapi dilain pihak ada kekuatan dalam jiwanya yang dapat mempengaruhi secara psikologis terhadap pihak lain yang dampaknya sangat besar. Novel ini melukiskan gambaran obsesi sosok tokoh yang diperankan oleh Tilarsih terhadap interaksinya dengan tokoh-tokoh yang ada dalam novel tersebut. Novel ini memberikan pelajaran yang berharga bahwa dalam menilai seseorang jangan hanya dilihat dari segi fisik ataupun profesinya. Kenyataan pahit yang membuat dirinya hancur merupakan realita hidup yang harus dilalui. Bayangkan seorang gadis desa yang kurang berpendidikan harus mengalami nasib tragis commit to user 79 menjadi wanita penghibur di tengah kejamnya kehidupan kota, dimana profesi tersebut sebelumnya tak pernah terbayangkan sedikitpun. Kehidupan dalam asrama yang tidak bisa hidup bebas serasa di dalam penjara. Gerak-geriknya selalu diawasi, kebutuhan sehari-harinya harus melalui seleksi dan pengawasan, belum lagi ketika melayani para tamu hidung belang dengan nafsu birahi yang beraneka ragam dengan permintaannya. Beberapa hal tersebut dapat mempengaruhi perkembangan emosi seseorang mulai tampak tidak menentu. Tilarsih merasa sangat gelisah, resah, sedih, dan bingung. Ia bersikap berontak bahkan menolak anjuran siapapun tetapi ia tidak mengerti apa yang akan diperbuatnya. Sikap Tilarsih yang dulunya supel, mudah bergaul sekarang berubah menjadi pendiam, senang menyendiri, selalu merenungi nasib sehingga dapat dikatakan bahwa Tilarsih cenderung tertutup introvert. Kemungkinan yang akan dilakukan Tilarsih dalam perkembangan psikologinya yaitu ia akan berusaha menebus ketertinggalan dan kegagalan hidupnya dan ingin mewujudkan obsesinya kepada siapapun bahwa dia mempunyai kekuatan atau kelebihan yang bisa merubah jalan hidupnya, tetapi garis hidupnya menjadi lain karena semua itu hanya fantasi di bawah alam bawah sadarnya. Profesi yang dilakukan Tilarsih adalah penuh tantangan, sarat resiko tinggi dan kemampuan komunikasi yang mahir dan bahasa tubuh yang cerdas. Sebagai manusia yang kalah berkompetisi ditengah masyarakat, disatu pihak kenyataannya dia menjadi orang yang terhina dicampakkan oleh masyarakat, diuber-uber penegak hukum karena profesinya bahkan dapat dikatakan bahwa dia itu lebih commit to user 80 hina dari binatang, ibaratnya sampah masyarakat. Padahal kalau dilihat dari latar belakang dalam cerita ini Tilarsih adalah keturunan dari Trah bibit priyayi, namun kenyataannya hidupnya tidak pernah didukung dengan materi yang cukup dan pendidikan memadai yang akhirnya membuatnya dapat dengan mudah terbujuk oleh rayuan tipu daya orang dengan diiming-imingi gemerlap kota besar yang sarat dengan kemewahan. Faktor tersebut yang mendorong hal-hal yang dirasa tidak mungkin menjadi sangat mungkin. Ini dibuktikan dengan bibit priyayi seperti Tilarsih yang akhirnya berprofesi sebagai pelacur. Dalam kehidupan nyata hal tersebut banyak terjadi seiring dengan pemenuhan kebutuhan manusia yang semakin konsumtif dan kompetitif. Akhir cerita mengisahkan bahwa Bagus mengajak Tilarsih untuk hidup bersama. Tilarsih merasa bahwa kesabaran dan kegigihannya dalam rangka ingin memperbaiki hidupnya ini telah terbayarkan sudah. sampai tidak bisa mengungkapkan kebahagiannya ini dengan kata-kata. Tilarsih hanya mengungkapkanya dengan air mata. Akhir cerita ini terdapat dorongan Super Ego yang dapat mengendalikan id dan ego. Super ego dapat pula dianggap sebagai aspek moral kepribadian, fungsinya menentukan apakah sesuatu itu baik atau buruk, benar atau salah, pantas atau tidak, sesuai dengan moralitas yang berlaku di masyarakat. Disamping itu juga ada faktor-faktor lain yang sangat mempengaruhi proses perkembangan kejiwaan tokoh Tilarsih, penjelasannya adalah sebagai berikut : commit to user 81 a. Faktor Keturunan Generasi penerus trah Resodrono yang notabene sebagai orang terpandang karena kekayaannya dan peranan sosial di masyarakat pedesaan yang sudah tidak diragukan lagi, seharusnya garis keturunannya hidupnya pasti akan serba berkecukupan dengan harta yang ditinggalkannya. Kenyataannya dalam novel trah ini diceritakan garis keturunan yang berubah 360 derajat sepeninggalan Resodrono. Mbah Mardiyah adalah anak bungsu Resodrono yang mengalami kepahitan hidup sepeninggalan Resodrono karena tidak mendapat warisan apa-apa. Harta warisan Resodrono telah habis dikuras oleh saudara kandung yang lain berkat hasutan Kerta Samin yang bekerja sebagai orang kepercayaan Resodrono. Pada akhirnya dalam novel Trah ini diceritakan keturunan Mbah Mardiyah sampai kepada cucunya yaitu Tilarsih mengalami nasib yang tragis karena hidup dengan serba kekurangan. Tilarsih adalah cucu tunggal Mbah Mardiyah yang selama ini dirawatnya karena sejak kecil sudah ditinggal oleh ibu dan juga bapaknya. Berkat Kepiawaiaan pengarang dalam melukiskan peristiwa yang berbanding terbalik tersebut, dalam kehidupan nyata bisa terjadi karena hal tersebut memang tidak bisa menjadi jaminan. Jadi intinya yaitu orang dari keturunan keluarga yang baik-baik belum tentu memberikan jaminan keturunan yang baik pula begitu pula sebaliknya seseorang yang dari keturunan serba kekurangan kadang-kadang didalam perjalanan hidupnya commit to user 82 bisa memberikan contoh nyata dapat melahirkan keturunan yang berkualitas. Contoh : Banyak orang sukses terlahir dari keluarga yang kurang mampu, begitu juga seorang ilmuwan bahkan bergelar professor yang tersohor, mereka kadang-kadang mempunyai garis cerita hidup yang berlatar belakang dari keluarga petani maupun orang miskin. b. Faktor Kemiskinan Kekuatan pada novel ini terletak pada alur cerita dimana si pengarang secara sengaja membawa sidang pembaca kepada kehidupan keluarga Tilarsih yang penuh dengan kekurangan dan kemiskinan padahal diceritakan pada novel ini penampilan seorang Tilarsih secara fisik bertolak belakang dari kenyataan yang, karena siapapun tak akan percaya kalau yang bernama Tilarsih tersebut hidup dan dibesarkan di keluarga yang sangat keluarga miskin. Hal inilah yang menurut hemat penulis, seorang pengarang cerdik memutarbalikkan fakta dalam dunia nyata. Faktanya pada dunia nyata, untuk dapat mengatakan seseorang itu dari keluarga berada atau keluarga miskin itu tidak cukup dinilai dari penampilan fisiknya, cara berpakaiannya, gaya bicaranya dan sebagainya. Justru hal tersebut dapat diperankan dengan baik oleh seorang Atun yang dapat membaca Tilarsih melalui mata hati dan mata batinnya sehingga penilaiian terhadap seorang Tilarsih bahwa kenyataannya Tilarsih dengan mudah dipengaruhi oleh Atun berdasarkan faktor kemiskinan. commit to user 83 Jelaslah bahwa faktor kemiskinanlah yang dapat memperdaya seorang gadis desa bernama. Sebagai seorang gadis desa yang hidup dalam kemiskinan, pasti mempunyai obsesinya ingin merubah jalan hidupnya agar dapat memenuhi semua kebutuhannya. Untuk mewujudkan impiannya tersebut banyak jalan ditempuh. Ada yang melalui jalan baik, ada yang melalui jalan buruk bahkan jalan pintas. Pilihan dari berbagai jalan tersebut ada sebagian orang yang mau melakukan apapun agar keluar dari kehidupan yang miskin sekalioun ditempuh dengan cara-cara yang hina. Untuk hal inilah ditengah-tengah masyarakat timbul berbagai persoalan social dan penyakit masyarakat yang ditimbulkan akubat kemiskinan tersebut contohnya timbulnya pelacuran, penjualan anak di bawah umur, kejahatan, pencurian, perampokan, penipuan dimana-mana, pemalsuan merajalela, KKN menjadi budaya, kemerosotan moral generasi muda yang jauh dari kehidupan rohani yang semua itu memperparah tumbuhnya penyakit masyarakat. c. Faktor Pendidikan Karya sastra novel Trah ini menjelaskan bahwa seorang Tilarsih hanya sempat mengenyam pendidikan sampai bangku SMP. Kita bisa bayangkan seseorang yang hanya mengenyam pendidikan di tingkat pertama dihadapkan pada persoalan kehidupan rumah tangga yang sarat dengan pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang semuanya serba materi, padahal seorang Tilarsih juga ingin menikmati indahnya kehidupan commit to user 84 Memimpikan rumah indah, mobil mewah, makan makanan yang enak seperti orang-orang kota. Untuk itulah dalam benak Tilarsih bagaimanakah semua hal tersebut dapat mudah diraih. Pengarang disini mampu menonjolkan karakter Atun dengan kelihaiannya akhirnya dapat membujuk dan merayu Tilarsih dengan berbagai siasatnya yang cerdik. Tilarsih akhirnya dapat terpengaruh oleh rayuan Atun dengan berbagai gemerlap dunia kota yang sarat dengan kemewahan yang akhirnya menjerumuskan Tilarsih ke dunia pelacuran. Penulis memiliki pandangan sendiri dalam menyikapi jalan cerita novel Trah agar lebih berbobot yaitu mengenai unsur jalan pintas seorang Tilarsih yang hanya seorang gadis desa tamatan SMP pergi ke kota yang akhirnya terjerumus menjadi seorang pelacur. Akankah mudah seseorang dapat terpengaruh begitu saja kalau tanpa pendidikan formal yang cukup dan wawasan yang memadai padahal jalan yang ditempuh tokoh Tilarsih tersebut penuh dengan resiko. d. Faktor Lingkungan Digambarkan dalam novel ini masyarakat pedesaan budaya anak- anak muda yang tongkrongan dipinggir jalan sambil ngrumpi kesana- kemari dibumbui dengan pertunjukkan orkes dangdut yang merupakan gambaran suka ria masyarakat desa ketika merayakan hajatan pernikahan, atau sunatan, gaya anak-anak muda yang sok ikut-ikutan meniru anak- anak perkotaan yang dilukiskan bepergian ke kota Purworejo, bahkan ngumpul-ngumpul di stasiunon sambil berjoget dan bersuka ria. Disini commit to user 85 pengarang mencoba menyatukan alur cerita satu dengan lain yang tak lepas dari pola pikir masyarakat desanya dalam hal ini pengalaman pribadi pengarang. Faktor lingkungan masyarakat desa, petani dan nelayan diceritakan secara detail oleh pengarang yaitu masyarakat desa Bubutan Purwodadi Purworejo. Pola pikir kebanyakan masyarakat desa merasuk dan mempengaruhi psikologi seorang Tilarsih yang dalam keputusan hidupnya selalu menerima apapun yang terjadi walaupun pahit nrima ing pandum , pasrah atas garis hidupnya. Dapat dikatakan bahwa Tilarsih adalah orang yang tak percaya diri dan tidak mempunyai pendirian. Maksutnya adalah selalu mengikuti pola pikir yang berkembang di desanya. commit to user 86

D. Obsesi Pengarang Melalui Novel Trah