commit to user 86
D. Obsesi Pengarang Melalui Novel Trah
Berdasarkan teori yang digunakan dalam penelitian ini sekaligus untuk menjawab pertanyaan penelitian, maka dari hasil penelitian ditemukan beberapa
permasalahan kehidupan yang merupakan penggambaran obsesi Atas S. Danusubroto dalam novel Trah. Untuk memudahkan pemahaman dan pencatatan
terhadap beberapa permasalahan tersebut, dirumuskan secara singkat, yang pertama permasalahan tentang keturunan,kedua permasalahan tentang nilai
seorang pelacur di mata masyarakat, dan yang terakhir permasalahan tentang nilai sebuah novel bila dikaji secara psikologi merupakan gambaran dari neurosis
sosial pengarang. 1. Permasalahan tentang Keturunan.
Permasalahan tentang keturunan yang merupakan penggambaran obsesi Atas S. Danusubroto dalam novel Trah secara tersirat memberi pesan moral
terhadap sidang pembaca bahwa seorang keturunan trah priyayi yang notebene dikenal sebagai tokoh panutan yang baik dan cerminan dari masyarakat dalam
perjalanan hidupnya, apapun dilema yang dilakukan akhirnya akan membawa bibit keturunan yang baik pula, begitu pula sebaiknya seorang dari keturunan dan
latar belakang yang kurang baik maka akan membawa pengaruh terhadap keturunannya yang telah melekat sehingga mempengaruhi perjalanan hidupnya
dengan hasil dan kelakuan yang tidak baik di tengah masyarakat. Penyebab terjadinya permasalahan demikian yaitu segala perbuatan
tersebut bergantung dari kualitas kita sewaktu kita menanam, jika bibit tersebut baik maka hasilnya juga akan baik, sebaliknya jika bibit tersebut jelek maka akan
commit to user 87
menanggung kejelekan tersebut. Ungkapan tersebut sangat cocok dengan pepatah Jawa yang berbunyi “sapa sing nandur bakalan ngunduh”. Jadi apapun perbuatan
yang dilakukan oleh seseorang, suatu saat akan menerima akibatnya walaupun akhirnya yang harus menanggung adalah trah keturunannya sampai ke anak, cucu
maupun buyutnya, ibarat orang menanam pasti akan menuai hasilnya kelak. 2. Permasalahan tentang Prostitusi.
Permasalahan tentang prostitusi yang merupakan penggambaran obsesi Atas S. Danusubroto ditinjau dari inti cerita yang mengisahkan tokoh utama
bernama Tilarsih yang berprofesi sebagai pelacur. Pengarang sengaja memberikan kesan bahwa pelacur juga manusia, mereka menjalankan profesi tersebut dengan
penuh kesadaran dan mengerti bahwa profesi yang selama ini dijalankan dinilai hina di tengah masyarakat, perusak moral generasi muda, penyebar penyakit dan
sumber kerusakan rumah tangga orang lain. Namun dibalik itu semua, hati nurani seorang pelacur juga mengatakan bahwa jika masih ada kesempatan, pastilah dia
ingin terlepas dari belenggu profesi sebagai pelacur dan ingin kembali ke jalan yang benar agar bisa menjalani kehidupan sebagai anggota masyarakat yang baik
dan kembali hidup normal seperti yang dilakukan orang pada umumnya. Keterbatasan pilihan akhir sebagai seorang pelacur, tokoh Tilarsih tersebut
juga sadar bahwa dari segi moral dan agama perbuatannya tersebut sangat dikecam dan dosa. Semua agama pasti juga melarang perbuatan ini, di sinilah nilai
positif yang terkandung dalam novel Trah tersebut bahwa sebagai manusia yang diciptakan oleh Tuhan, apapun perbuatan dosa yang dilakukan manusia dia akan
ingat hidup sesudah mati. Dalam ajaran agama apapun mengajarkan bahwa bekal
commit to user 88
untuk kehidupan abadi adalah perbuatan baik ketika ia hidup di dunia ini dan amal kebajikan yang ia tinggalkan. Selama ini kita selalu memandang sosok pelacur
dengan sebelah mata, namun jika dipahami lebih dalam dan dari dari sudut pandang yang berbeda, kita pasti akan melihat bahwa profesi pelacur ternyata
bukanlah keinginan mereka dan mereka tetap bagian dari anggota masyarakat. Mereka hanyalah budak dari korban kemiskinan yang melanda. Praktek prostitusi
yang mereka jalankan tidak mungkin berhenti begitu saja karena sulitnya untuk mencari penghidupan yang layak dan sulitnya untuk diterima kembali sebagai
anggota masyarakat mengingat mereka adalah seorang pelacur. 3. Neurosis sosial pengarang.
Neurosis sosial pengarang secara tegas tidak membicarakan konsep sastra, namun jika ditinjau lebih jauh terhadap proses penciptaan karya sastra, pandangan
tersebut pasti akan menuju kepada proses kreatif pengarang. Proses inilah yang kemungkinan dianggap oleh sebagian kritkus berkaitan erat dengan proses
terbentuknya karya sastra. Proses kreatif yang dimaksudkan disini adalah tentang nilai sebuah novel bila dikaji secara psikologi merupakan gambaran dari neurosis
sosial pengarang. Jika demikian karya sastra merupakan bagian dari proses kreatif itu. Emosi pengarang sangat dominan dalam penciptaan karya sastra. Oleh karena
itu karya ini tidak akan pernah lepas dari kondisi mental manusia. Kondisi mental akan mendorong seseorang melakukan sesuatu yang disebut dengan proses
kreatif. Inilah mengapa kondisi psikologis sering juga mempengaruhi nilai-nilai atau corak sebuah karya sastra.
commit to user 89
E. Makna Nilai Novel Trah Dalam Kehidupan Masyarakat Jawa