makrofag. Toksin ini juga dapat menghambat proses fagositosis dan berperan pada proses perusakan jaringan.
7,10
2.3 Siwak Salvadora persica
Siwak merupakan istilah yang paling umum digunakan untuk menyebut kayu yang digunakan untuk membersihkan gigi.
15
Siwak telah digunakan oleh bangsa kenal sejak zaman dahulu terutama oleh bangsa Arab kuno. Masyarakat Arab masih
menggunakannya sebagai sikat gigi hingga sekarang.
23
Siwak disebut juga miswak, miswaki, atau siwaki. Siwak biasanya digunakan sebagai chewing stick. Beberapa
negara di dunia menggunakan tanaman lain sebagai chewing stick. Gana dan Nigeria menggunakan tanaman Teclea vardoordniana, Garcinia, dan Acacia. India, Pakistan,
dan Nepal menggunakan tanaman Azadirachta indica. Amerika menggunakan tanaman Cornus florida. Salvadora persica atau yang biasa dikenal sebagai pohon
Arak adalah tanaman utama yang dijadikan sebagai chewing stick.
18
Siwak merupakan bagian dari batang, akar atau ranting tumbuhan Salvadora persica
yang kebanyakan tumbuh di daerah Timur Tengah, Asia, dan Afrika.
24
Siwak dapat ditemukan di tebing bebatuan dan daratan berpasir terutama di Pakistan, India,
dan Semenanjung Arab. Selama berabad-abad batang siwak Salvadora persica telah digunakan oleh berbagai komunitas sebagai bahan untuk menjaga kebersihan mulut.
16
Siwak berbentuk batang yang diambil dari akar dan ranting tanaman arak Salvadora persica
yang berdiameter mulai dari 0,1 cm sampai 5 cm. Pohon arak adalah pohon kecil Gambar 4 seperti belukar dengan batang yang bercabang-cabang, berdiameter
lebih dari 1 kaki. Jika kulitnya dikupas tampak berwarna agak keputihan dan
memiliki banyak juntaian serat. Akarnya berwarna coklat dan bagian dalamnya berwarna putih. Aromanya seperti seledri dan rasanya agak pedas.
24
Bagian tanaman kayu siwak yang dipakai untuk pengobatan adalah bagian akar Gambar 5, batang, atau rantingnya Gambar 6. Kayu siwak ini selain
digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri, mengikis plak, mencegah gigi berlubang dan memelihara gusi juga digunakan untuk membunuh bakteri patogen.
24
Klasifikasi tanaman siwak menurut Tjitrosoepomo adalah sebagai berikut:
24
Divisio : Embryophyta
Subdivisio : Spermatophyta Klas
: Dikotiledon Subklas
: Eudikotiledon Ordo
: Brassicales Famili
: Salvadoraceae Genus
: Salvadora Spesies
: Salvadora persica
Gambar 5. Daun dan akar siwak Salvadora persica
27
Gambar 6 : Dahan dan bunga siwak Salvadora persica
27
Gambar 4. Pohon siwak Salvadora persica
25
Ekstrak siwak memiliki berbagai macam zat biologis, termasuk di dalamnya zat yang sangat signifikan sebagai antibakteri, antifungal, dan anti-plasmodial.
17
Kayu siwak mengandung antibacterial acids, seperti astringen, abrasif, dan saponin yang berfungsi membunuh bakteri, mencegah infeksi, menghentikan perdarahan pada
gusi, dan sebagainya.
24
Ali 2002 Cit Al Bayati 2008menyebutkan bahwa ekstrak siwak memiliki berbagai macam zat biologis, termasuk di dalamnya zat yang sangat
signifikan sebagai antibakteri, antifungal, dan anti-plasmodial.
17
Kayu siwak mengandung antibacterial acids, seperti astringen, abrasif, dan saponin yang
berfungsi membunuh bakteri, mencegah infeksi, menghentikan perdarahan pada gusi, dan sebagainya.
24
Sofrata 2010 Cit Nordin 2012 menyebutkan bahwa siwak mengandung 19 bahan aktif yang bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan gigi dan
rongga mulut.
16
Tiga komponen utama yang esensial dalam menjaga kesehatan rongga mulut adalah klorid, kalsium oksalat, fluorid, kandungan zat kimia lain seperti
vitamin C, tanin, resin, alkaloid, trimetilamin, silika
16
, saponin, flavonoid, dan sterol.
24
Siwak juga diketahui memiliki efek terapeutik pada gingiva dan struktur di sekitarnya. Efek terapeutik tersebut diperoleh dari kandungan kimia yang terdapat di
dalam batang siwak, seperti fluorid, silikon, alkaloid esensial, tanin, gum, dan anthraquinones
.
25
Berikut beberapa zat yang memiliki efek antibakteri
24
yang terdapat di dalam siwak yakni:
a. Salvadorin. Zat ini memiliki fungsi sebagai antibakteri dan antiinflamasi. Mekanismenya sebagai antibakteri yakni dengan cara menghambat kerja enzim yang
mensintesis protein bakteri. b. Sulfur. Zat ini dapat bereaksi dengan lipoid dan memblok sistem enzim
pada sel mikroorganisme yang dapat menghambat pembelahan dan pertumbuhan mikroorganisme. Kandungan sulfur yang ada pada siwak kurang lebih 4,73.
c. Flavonoid. Zat ini dapat mengurangi inflamasi. Flavonoid dapat membentuk kompleks dengan protein ekstraseluler dan dinding sel bakteri, bersifat
lipofilik yang dapat merusak membran mikroba.
d. Tanin. Zat ini bersifat astringen zat yang bersifat menciutkan, masuk melalui membran mikroba, membentuk kompleks dengan ion metal. Kandungan
tanin yang terdapat di dalam siwak memiliki sifat antibakteri dengan cara mengganggu pertumbuhan dan metabolisme bakteri. Tanin ditemukan hampir di
setiap bagian dari tanaman; kulit kayu, dauh, buah, dan akar. Tanin memiliki sifat mudah larut dalam air, etanol, dan juga aseton. Tanin tidak larut dalam benzen,
kloroform, dan eter dan rusak pada suhu 210
o
C.
24
e. Saponin. Zat ini mempunyai sifat seperti sabun yang dapat melarutkan kotoran, dan dapat digunakan sebagai antiinflamasi dan antimikroba. Saponin dapat
membentuk senyawa kompleks dengan membran sel bakteri melalui ikatan hidrogen yang kemudian dapat menghancurkan permeabilitas dinding sel bakteri yang dapat
mengakibatkan kematian sel. Siwak dalam bentuk ekstrak merupakan salah satu bahan alami yang telah
diteliti sebagai alternatif bahan irigasi saluran akar saat ini.
15
Hal tersebut sesuai dengan hasil konsensus WHO pada International Consensus Report on Oral
Hyegiene tahun 2000 bahwa perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang siwak.
17
Siwak telah diteliti sebagai bahan irigasi oleh Shingare P. dan Chaugule V. pada tahun 2011 yang mana diperoleh hasil bahwa ekstrak etanol siwak memiliki efek anti
mikroba yang tidak jauh berbeda dengan sodium hipoklorit sehingga dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa ekstrak etanol siwak dapat menjadi bahan
alami alternatif yang dapat menggantikan sodium hipoklorit sebagai bahan irigasi saluran akar.
14
Apabila ditinjau dari syarat-syarat bahan irigasi yang ideal, maka ekstrak etanol siwak memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
a. Memiliki efek antimikroba.
23
Efek antimikroba ekstrak etanol siwak didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Abdelrahman HF et al. Pada
penelitian tersebut, peneliti membandingkan efek antimikroba antara ekstrak siwak dengan klorheksidin terhadap beberapa patogen di rongga mulut, yakni C. albicans,
A. naeslundii , L. acidophilus, A. actinomycetemcomitans, P. gingivalis, dan P.
intermedia yang mana diperoleh hasil bahwa ekstrak etanol siwak menunjukkan efek
antimikroba yang paling kuat.
25
Pada penelitian yang dilakukan oleh Trimurni A. dan Steven P. pada tahun 2007 juga diperoleh hasil bahwa ekstrak senyawa aktif batang
siwak mampu menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans p0,005. Pada penelitian tersebut juga diperoleh hasil bahwa peningkatan konsentrasi terhadap
ekstrak siwak memiliki korelasi yang positif terhadap peningkatan zona hambat pertumbuhan Streptococcus mutans.
27
Akhtar menyebutkan bahwa siwak juga memiliki kandungan tiosianat yang bertindak sebagai substrat untuk laktoperoksidase
untuk membangkitkan hipotiosianit OSCN
-
dengan keberadaan hidrogen peroksida. OSCN
-
dapat bereaksi dengan kelompok sulfahidril di dalam enzim bakteri yang berubah menjadi penyebab kematian bakteri.
28
b. Memiliki sifat toksisitas yang rendah.
2,4,23
Muhammad 1997 cit Dutta 2012 melakukan investigasi terhadap sitotoksisitas siwak pada gingiva dan jaringan
periodontal. Pada penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa siwak tidak memiliki efek toksik terhadap gingival dan jaringan periodontal.
29
c. Membuang smear layer
. Kemampuan ekstrak siwak dalam
menghilangkan smear layer pada tubulus dentin juga telah diteliti pada tahun 2002 oleh Almas. Almas membandingkan pengaruh antara ekstrak siwak dengan CHX
dengan SEM Scanning Electron Microscopy. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa 50 ekstrak siwak dan CHX 0,2 memiliki efek yang sama pada dentin
manusia, namun ekstrak siwak lebih banyak menghilangkan smear layer pada dentin. Hal ini disebabkan oleh adanya kandungan astringen di dalam siwak.
19
2.4 Kerangka Konsep