70
perbedaan stres akademik pada mahasiswa bidikmisi dan mahasiswa non bidikmisi dengan taraf signifikasi 5 0.05.
Berdasarkan hasil pengolahan pada tabel di atas menunjukan nilai sig 2-tailed 0,572 berarti nilai p-value alpha atau sama dengan
0,5720,05. Hal ini berarti bahwa hipotesis yang diajukan tidak terbukti, artinya tidak terdapat perbedaan tingkat stres akademik pada mahasiswa
bidikmisi dan non bidikmisi di FIP UNY. Untuk selanjutnya hasil pengujian hipotesis dapat dilihat di lampiran halaman 112.
F. Pembahasan
Penelitian ini membahas tentang permasalahan stres akademik yang dialami oleh mahasiswa bidikmisi dan non bidikmisi di FIP UNY.
Hasilnya menunjukan bahwa tidak ada perbedaan tingkat stres akademik pada mahasiswa bidikmisi dan non bidikmisi FIP UNY. Hasil dari
presentase menunjukan tidak ada perbedaan yang mengarahkan bahwa kedua kelompok tersebut dominan pada kategori stres akademik sedang,
artinya bahwa kedua kelompok tersebut mengalami stres akademik. Sejalan dengan pendapat Santrock 2002:74 bahwa usia mahasiswa dapat
mengalami stres diperguruan tinggi dikarenakan faktor tekanan untuk sukses.
Desmita 2014:291 mengungkapkan bahwa stres akademik sebagai ketegangan emosional yang muncul dari peristiwa-peristiwa
kehidupan di tempat belajar dan perasaan terancam keselamatan atau
71
harga diri peserta didik sehingga memunculkan reaksi-reaksi fisik, psikologis, dan tingkah laku yang berdampak pada penyesuaian psikologis
dan prestasi akademik. Adapun dalam penelitian ini peneliti mengungkap aspek fisik, emosi, kognitif dan perilaku. Jika dilihat dari indikator setiap
aspek nilai rata-ratanya juga menunjukan tidak ada perbedaan stres akademik.
Hasil penelitian stres fisik dan emosi pada mahasiswa bidikmisi dan non bidikmisi ketika dihadapkan dengan tekanan tuntutan akademik
memiliki rata-rata sama. Stres fisik tersebut meliputi keluar keringat tidak normal, mengalami gangguan tidur, sakit kepala, mudah sakit dan tubuh
terasa lemah. Stres emosi diantaranya mudah marah, merasa cemas, menyendiri, dan mudah merasakan sedih. Hal ini sesuai dengan pendapat
Terry dan Olga 2005:44 bahwa respon stres melibatkan semua fungsi organ tubuh, sehingga stres dapat menyebabkan kelelahan, beragam
masalah kesehatan, dan bahkan masalah psikis seperti cemas dan depresi. Hasil skor rata-rata stres kognitif dan perilaku stres yang dialami
mahasiswa bidikmisi dan non bidikmisi ketika dihadapkan dengan tuntutan tekanan akademik memiliki rata-rata sama. Stres kognitif
diantaranya pelupa, kurang konsentrasi, kurang produktif, muncul pikiran tidak wajar, tidak perduli dan muncul pikiran yang tidak wajar. Stres
perilaku diantaranya tidak perduli, melakukan penundaan pekerjaan, melanggar norma dan mencari kesalahan. Sejalan dengan pendapat Mada
Sutapa 2007:71-72 bahwa stres berakibat pada kognitif dan perilaku
72
diantaranya menurunnya produktifitas, tingkat kemangkiran yang tinggi dan mencari pelarian seperti merokok lebih banyak dari biasanya.
Data hasil penelitian stres akademik mahasiswa bidikmisi dan non bidikmisi menunjukan bahwa ke empat aspek tersebut lebih dominan pada
tingkat sedang sehingga dapat dikatakan tidak memiliki perbedaan. Mahasiswa dari kedua kelompok tersebut berada pada masa dewasa awal
dengan rentan usia 19-22 tahun. Menurut Hurlock 2004 Tahap perkembangan dewasa awal memiliki beberapa tugas perkembangan yaitu,
belajar menyesuaikan diri terhadap pola-pola hidup baru, belajar untuk memiliki cita-cita yang tinggi, mencari identitas diri dan pada usia
kematangannya mulai belajar memantapkan identitas diri. Mahasiswa bidikmisi dan non bidikmisi untuk mencapai keberhasilan belajar tersebut
tidak selamanya berjalan dengan mulus dalam artian mengalami berbagai hambatan dalam menempuh studi sehingga mengakibatkan stres
akademik. Hasil penelitian tidak ada perbedaan stres akademik pada
mahasiswa bidikmisi dan non bidikmisi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor lain. Faktor pertama yang mempengaruhi yaitu stressor atau sumber
stres akademik. Sumber stres menurut Albana, 2007 terbagi menjadi dua yaitu sumber stres dari luar Eksternal dan sumber stres dari dalam
Internal. Stressor dari luar eksternal bagi mahasiswa bidikmisi dan non bidikmisi dapat dikatakan sama karena memiliki pengalaman belajar yang
sama dalam waktu yang sama. Sumber stres dari luar diantaranya ulangan
73
semester, materi dan tugas yang sulit, beban tugas yang sulit, beban tugas kuliah, fasilitas seperti referensi buku, ruang kuliah, dan fasilitas di rumah
maupun di kos-kosan. Menurut Albana 2007 sumber stres akademik dari dalam
internal diantaranya kepribadian, pikiran dan keyakinan. Kepribadian, pikiran dan keyakinan dari setiap individu berbeda-beda. Pada konteks
penelitian ini peneliti kurang menggali mengenai kepribadian, pikiran dan keyakinan. Tidak selamanya tuntutan yang berlebih menjadikan invidu
mengalami stres tinggi, sehingga sejalan dengan pendapat tersebut dimungkinkan mahasiswa bidikmisi dan non bidikmisi memilik
kepribadian, pikiran dan keyakinan yang bervariasi. Penjelasannya, menurut pendapat Albana 2007 stres pada diri seseorang tergantung pada
kepribadiannya. Dadang Hawari 2011 memaparkan bahwa tipe kepribadian “A” “A” type personality lebih rentan terkena stres,
sedangkan orang type “B” “B” type personality lebih kebal terhadap stres. Begitu pula dengan pikiran bahwa orang yang berpikir memiliki
sedikit kendali dalam banyak situasi akan memiliki stres tinggi, oleh karena itu semakin banyak kendali yang dimiliki individu, semakin sedikit
stres yang dialami. Kemudian keyakinan berperan besar dalam interpretasi terhadap sekitar, individu yang mengalami stres tinggi biasanya berawal
karena ingin lari dari situasi stres, sehingga menimbuhkan pikiran-pikiran tidak berguna dan tidak dapat melakukannya Albana, 2007.
74
Faktor kedua yang mempengaruhi tidak adanya perbedaan tingkat stres akademik pada mahasiswa bidikmisi dan non bidikmisi yaitu reaksi
orang terhadap peristiwa tersebut yang dinamakan respon stres. Menurut penjelasan Atkinson dkk 2000 reaksi seseorang terhadap peristiwa stres
sangat berbeda, sebagian menghadapi stres mengalami masalah psikologis atau fisik serius, sedangkan orang lain yang berhadap dengan peristiwa
stres menganggap masalah tersebut sebagai sesuatu yang menantang. Respon psikologis mahasiswa bidikmisi yang teridentifikasi memiliki
hambatan dan tuntutan yang lebih dari pada mahasiswa non bidikmisi tidak berlaku sebagai tekanan, dibuktikan dengan pemberian bantuan
beasiswa bidikmisi memiliki kontribusi positif terhadap pencapaian prestasi belajar mahasiswa. Sesuai dengan penelitian Pipit Eri Winarni
2015 bahwa prestasi belajar mahasiswa bidikmisi angkatan 2011 FIP UNY meningkat, yang ditandai dengan peningkatan rata-rata IPK setiap
semester. Melihat fakta tersebut dapat dikatakan bahwa mahasiswa bidikmisi merespon stres positif. Eustress atau stres positif menurut
Albana 2007 diaktifkan dengan memberikan kewaspadaan, kinerja mental, dan fisik yang dibutuhkan untuk menjadi produktif dan kreatif.
Lazarus Desmita, 2014 juga menyatakan bahwa orang yang tertantang memiliki semangat yang lebih tinggi, karena menjadi tertantang berarti
positif terhadap tuntutan yang akan dihadapinya. Mengacu dengan teori tersebut bahwa tuntutan lebih banyak dapat memotivasi dirinya sebagai
tantangan dan tidak mempengaruhi adapanya perbedaan.
75
Faktor yang dimungkinkan mempengaruhi tidak adanya perbedaan yang ketiga yaitu kecakapan mengatasi masalah atau disebut coping stres.
Menurut Atkinson dkk 2000 setiap orang memiliki cara masing-masing untuk mengatasinya sehingga dapat menggunakan dua strategi yaitu
terfokus pada masalah dan terfokus pada emosi. Fenomena yang terjadi pada mahasiswa seperti bermasalah dengan dosen, teman dan nilai yang
tidak memuaskan, setiap mahasiswa melakukan strategi yang terfokus pada pemecahan masalah tersebut. Lain halnya, Terfokus pada emosi
biasanya dengan mencegah emosi negatif yang timbul akibat tekanan tututan akademik yang timbul. Strategi terfokus emosi yang dilakukan
dengan cara melakukan strategi perilaku, strategi kognitif, perenungan, pengalihan dan penghindaran negatif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada perbedaan tingkat stres akademik pada mahasiswa bidikmisi dan non bidikmisi. Tingkat stres
akademik pada kelompok tersebut berada pada tingkat sedang. Hal tersebut dapat terjadi karena pengaruh faktor-faktor yang dijelaskan diatas.
Faktor yang mempengaruhi diantaranya faktor stressor atau sumber stres akademik yaitu stressor dari luar eksternal dan stressor dari dalam
internal, respon stres akademik, dan kecakapan mengatasi masalah atau disebut coping stres.
76
G. Keterbatasan Penelitian