Lingkungan dan Kondisi Tapak

18 Gambar 3.1 Letak Site

BAB III Lingkungan dan Kondisi Tapak

Inventarisasi data pada umumnya dilakukan pada wilayah Kota Medan, namun secara khusus dilakukan pada area Kecamatan Medan Barat yang merupakan daerah site proyek. Dari hasil olah data didapatkan beberapa data yang berkaitan baik itu dengan proyek dan tema individual yang akan diusung pada proyek ini. Hal pertama yang akan dibahas adalah karakteristik kawasan, Secara geografis Kawasan Kecamatan Medan Barat ini terletak diantara 46’10’00- 46’55’00 Lintang Utara dan 39’65’00-40’20’00 Bujur Timur, dengan total luas wilayah mencapai 5.400 Km 2 540 Ha, dan terletak pada ketinggian sekitar 15 m Universitas Sumatera Utara 19 di atas permukaan laut dpl. Secara administrasi Kecamatan Medan Barat ini berbatasan dengan :  Sebelah Utara : Kecamatan Medan Deli  Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Kota  Sebelah Barat : Kec.Medan Helvetia  Sebelah Timur : Kec. Medan Timur Kecamatan Medan Barat memiliki jumlah 6 enam Kelurahan. Adapun Kelurahan tersebut antara lain adalah Kelurahan Kesawan, Kelurahan Sei Agul, Kelurahan Karang Berombak, Kelurahan Silalas, Kelurahan Glugur Kota, dan Kelurahan Pulo Brayan. Dari kelurahan – kelurahan tersebut yang memiliki luas paling besar adalah Kelurahan Sei Agul dengan luas total mencapai 107 Ha dan yang paling kecil adalah Kelurahan Gelugur Kota dengan luas wilayah sebesar 62 Ha. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan sesuai dengan Peta Rupa Bumi Indonesia yang memiliki Skala 1 : 50.000, memperlihatkan bahwa morfologi Kecamatan Medan Barat relatif datar dengan ketinggian sekitar 15 meter di atas permukaan laut. Sedangkan kemiringan lahan keseluruhannya adalah datar yaitu berkisar antara 0-10. Melihat dari topografi yang demikian maka dapat disimpulkan bahwa wilayah Kecamatan Medan Barat dapat dikembangkan sebagai kawasan permukiman dan pengembangan perkotaan. Sedangkan inventarisasi data yang berkaitan dengan tema individual adalah keadaan faktor alam antara lain curah hujan, suhu, kelembapan, matahari dan lain lain. Kecamatan Medan Barat termasuk kedalam wilayah iklim hujan Universitas Sumatera Utara 20 tropis dengan temperatur pada bulan terdingin mencapai 24ºC. Upaya pemahaman untuk keadaan iklim di suatu tempat atau lokasi dipengaruhi oleh beberapa faktor penting diantaranya adalah morfologi regional sekitar lokasi, arah dan kecepatan angin yang sangat dominan melewati lokasi serta kondisi alami setempat. Untuk suhu udara disekitar lokasi site, rata-rata maksimum absolut tahunannya mencapai 35 o C dan suhu udara rata-rata minimum absolut tahunannya mencapai suhu 27 o C sedangkan suhu udara disekitar site rata-rata tahunannya berkisar antara 25 o C - 28,6 o C. Kelembaban disekitar site juga dinilai cukup tinggi dengan kelembaban rata-rata maksimum tahunan mencapai 85 dan kelembaban minimum mencapai 70 serta kelembaban rata-rata sepanjang tahun mencapai 83, dengan demikian maka daerah lokasi site maupun disekitar site memiliki tngkat kelembababan udara yang tinggi. Curah hujan rata-rata yang dicatat oleh Stasiun Hujan Medan Barat adalah 1541.35 mmtahun dan jika dilihat dari hari hujan rata-ratanya adalah 23 hari. Kecamatan Medan Barat memiliki curah hujan di bawah 200 mm bulan dan bulan basahnya terjadi pada bulan September – Oktober dengan rata – rata dibawah 200 mmbulan. Hal ini tentunya mempengaruhi strategi desain dan penerapan tema dalam perancangan proyek ini. Kecepatan angin rata-rata pada lokasi site adalah kurang lebih 1 Knot atau sama dengan 0.51444 mdet. Secara garis besar lokasi di sekitar site memiliki kecepatan angin yang calm yaitu berkisar dibawah 2 knot. Angka tersebut dilihat dari data rataaan kecepatan angin yang berada diatas ketinggian 10 m selama kurun waktu 10 tahun. Data tersebut diambil dari data stasiun Klimatologi,Sampali BMG. Universitas Sumatera Utara 21 Penguapan pada daerah Medan Barat memiliki angka rata-rata 3.91 mm, dan penguapan maksimum yang pernah terjadi adalah pada bulan mei tahun 2006 yaitu sebesar 6.8 mm. Jika dilihat dari data rataan bulanan, pada daerah Kecamatan Medan Barat mengalami tingkat penguapan yang tinggi yang menandakan daerah tersebut banyak ditumbuhi atau menimbulkan awan konvektif dan juga mudah terjadi hujan lokal. Penyinaran Matahari merupakan lamanya penyinaran dalam satu hari yang di ukur didalam persen. Penyinaran Matahari selama kurun waktu 10 tahun yaitu dari 1998 sampai tahun 2007 di lokasi atau site proyek yang terbanyak terjadi pada bulan maret. Pada bulan maret rata-rata penyinaran matahari mencapai angka 12 sedangkan yang terendah terjadi pada bulan Sepetember denagn rata-rata penyinarannya hanya mencapai angka 2 yang artinya pada bulan september lokasi site proyek mengalami sedikit penyinaran matahari yang dikarenakan tertutup oleh awan atau banyak terjadi hujan yaitu pada saat sebaliknya. Pada lokasi site proyek, bulan kering yang penyinaran mataharinya lebih besar atau sama dengan 10 yaitu terjadi pada bulan Januari, Maret, April dan Mei. Sedangkan untuk bulan basah yang penyiranan mataharinya kurang dari 10 terjadi pada bulan Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, November dan Desember. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa lokasi site proyek hanya memiliki bulan kering selama 4 bulan saja sedangkan bulan basahnya terjadi dalam 8 bulan. Universitas Sumatera Utara 22 Gambar 3.2 Tata guna lahan Studi lapangan merupakan salah satu hal yang paling mendasar dalam hal merancang fungsi bangunan yang akan dibangun di lokasi yang berada di Jln. Guru patimpus ini. Berikut akan dijelaskan mengenai hasil studi lapangan atau survey. Site proyek berada pada Jln. Guru Patimpus. Pada arah utara site berbatasan langsung dengan jalan tersebut, arah timur dari site proyek berbatasan langsung dengan Podomoro City Deli. Pada arah selatan site berbatasan dengan gedung Ex PTPN IX, sedangkan pada arah barat berbatasan langsung dengan aliran sungai deli yang dalam hal ini menjadi tema utama yaitu Pengembangan Kawasan Muka Sungai Deli. Universitas Sumatera Utara 23 Tabel.3.1. Tata guna lahan Mengenai Tata guna lahan dan bangunan sekitar site dilakukan didalam radius 500m. Untuk tata guna lahan di radius 500m dari site didominasi oleh fungsi pemukiman. Persentase fungsi pemukiman di radius 500m adalah ±60 yang terdiri dari 50 pemukiman dengan tingkat kepadatan rendah dan 10 pemukiman dengan tingkat kepadatan sedang. Untuk daerah pemukiman dapat dilihat pada gambar 01 di samping, warna kuning menunjukkan letak – letak Universitas Sumatera Utara 24 wilayah pemukiman. Hasil lainnya adalah ±20 dari tata guna lahan di radius 500m dari site adalah fungsi komersial yang terdiri dari 10 merupakan pertokoan rukoretail yang berwarna merah, 5 terdiri dari perkantoran yang terdiri dari warna orange dan 5 adalah banguna hotel yang diwakili dengan warna ungu. Fungsi selanjutnya adalah fasilitas umum dan sosial yang terdiri dari sekolah, sarana ibadah, gedung pemerintahan dan lain lain. Persentase fungsi umum dan sosial didaerah ini adalah 10 yang pada gambar diberi atau diwakili dengan warna biru dan biru muda. Fungsi yang terakhir adalah fungsi ruang terbuka hijau yang terdiri dari taman, kuburan dan lain – lain, persentase fungsi ruang terbuka hijau didaerah ini adalah 10, pada gambar dapat dilihat area ini diberi warna hijau. Dari hasil survey yang dilakukan didalam radius 500m dari site juga terdapat beberapa bangunan eksisting di sekitar site, bangunan – bangunan tersebut antara lain Podomoro City Deli, Capital Building, Plaza Telkom, EX PTP IX, JW Marriot, Kantor Samsat, Hotel Dharma Deli, Bank Indonesia, Grand Aston hotel, Kantor Wali Kota, Arya Dhuta hotel, Hotel Santika, Lap. Benteng, Lap. Merdeka, Merdeka Walk, Polantas, Kuburan, Mesjid, SD Negeri, Universitas IBBI. Universitas Sumatera Utara 25 Gambar 3.3 Eksisting disekitar site Site proyek berada pada Jln. Guru Patimpus yang merupakan jalur dua arah dengan intensitas kendaraan yang cukup padat, intensitas kendaraan di Jln. Guru Patimpus berkisar ±90 kendaraan menit. Selain Jln. Guru Patimpus terdapat juga beberapa jalan lain diradius 500m dari site diantaranya adalah Jln. Balai Kota, Jln. Perintis Kemerdekaan dan Jln. Putri Hijau yang ketiga nya merupakan jalan satu arah dengan tingkat kendaraan tidak terlalu padat, hanya saja kerap terjadi kemacetan pada jam – jam tertentu. Vegetasi merupakan salah satu faktor yang sangat berkaitan dengan tema Bioklimatik dan sangat mempengaruhi proses dan hasil desain Office Mall ini. Terdapat beberapa titik vegetasi di sekitar site proyek. Yang pertama yaitu pada pinggiran Jln. Guru Patimpus, tepatnya pada trotoar atau pedestrian. Kondisi Universitas Sumatera Utara 26 Gambar 3.4 Analisa Vegetasi pepohonan pada bagian ini dianggap kurang baik, karena arpada jalur pedestrian, hal ini tentunya akan menyebabkan terganggunya arus pejalan kaki. Akan tetapi vegetasi pada area ini tidak bisa dihilangkan begitu saja, karena merupakan faktor yang mendukung dalam merancang bangunan Bioklimatik Office Mall ini. Maka dari itu dibutuhkan solusi atau pemecahan masalah untuk vegetasi pada area ini, salah satunya adalah dengan membuat jalur pedestrian tersendiri bagi para pejalan kaki. Pada bagian barat site juga terdapat pepohonan, tepatnya pada daerah pinggiran sungai. ini merupakan salah satu potensi yang harus dipertahankan, namun vegetasi pada daerah ini harus lebih ditata agar menimbulkan nilai estetika. Selain untuk faktor estetika, vegetasi pada bagian barat site ini juga dapat difungsikan untuk hal lain, antara lain sebagai pengganti gas CO2 menjadi O2, sebagai peneduh, sebagai filter udara dan lain – lain. Universitas Sumatera Utara 27 Kondisi iklim juga mempengaruhi dalam proses dan hasil desain bangunan ini, secara umum Indonesia berada pada daerah atau zona tropis dikarenakan posisinya yang terletak diantara 6 o LU-11 o LS. Namun dikarenakan adanya berbagai faktor geografis, pola iklim di Indonesia memiliki karakteristik atau ciri tersendiri. Faktor – faktor yang mempengaruhi pola iklim di Indonesia yang pertama adalah letak wilayah yang berada di sekitar ekuator yang mengakibatkan suhu rata – rata tahunan senantiasa tinggi. Hal ini dikarenakan penyinaran matahari yang senantiasa tegak. Yang kedua adalah kepulauan Indonesia di sekitar ekuator mengakibatkan sebagian besar wilayah di Indonesia berada pada kawasan angin doldrum angin tenang sehingga tidak terkena atau terbebas dari bencana yang diakibatkan badai tropis siklon. Yang ketiga adalah bentuk wilayah Indonesia yang merupakan wilayah kepulauan yang dikelilingi oleh laut mengakibatkan tingkat rata – rata kelembapan udara yang tinggi, meskipun pada musim kemarau sekalipun kelembapan udara di Indonesia masih cukup tinggi. Yang keempat adalah posisi Negara Indonesia yang diapit oleh benua dan samudera yang mengakibatkan pola iklim di Indonesia dipengaruhi sirkulasi angin muson yang berhembus dari benua asia atau Australia. Faktor angin juga merupakan faktor yang berkaitan dengan tema dan juga mempengaruhi proses dan hasil desain Bioklimatik Office Mall ini. Pada umumnya di Indonesia terdapat dua jenis angin yang berhumbus dalam periode tertentu. Yang pertama adalah angin Muson Timur, angin ini berhembus pada bulan April hingga bulan Oktober. Pergerakan arah angin muson timur ini bergerak dari benua Australia ke benua Asia atau dari arah selatan menuju ke Universitas Sumatera Utara 28 Gambar 3.5 Analisa arah angin arah utara. Yang kedua adalah angin Muson Barat, angin ini berhembus pada bulan Oktober hingga bulan April. Pergerakan arah angin ini bergerak atau berhembus dari benua Asia menuju benua Australia atau dari arah utara menuju ke selatan. Pada site arah angin juga berhembus dari utara menuju selatan atau sebaliknya, namun dikarenakan bangunan – bangunan yang ada di sekitar site arah angin menjadi terpecah akan tetapi tetap mengikuti alur pergerakannya yaitu dari arah utara menuju selatan atau sebaliknya. Terpecahnya arah pergerakan angin ini terjadi pada ketinggian ±0-20m dari permukaan tanah. Angin yang berhembus di ketinggian tersebut dan masuk ke dalam site lebih dominan berasal dari daerah sungai, karena tidak ada bangunan penghalang pada daerah tersebut. Arah pergerakan angin pada ketinggian diatas 20m disekitar site tetap tetap mengikuti alur pergerakannya yaitu dari utara ke selatan atau sebaliknya. Hal ini tentunya akan mempengaruhi desain bangunan nantinya. Universitas Sumatera Utara 29 Arah matahari juga sangat mempengaruhi dalam proses dan hasil desain bangunan, sebab orientasi yang salah malah akan menyebabkan konsumsi energy yang berlebihan dalam bangunan. Tingkat radiasi solar factor untuk orientasi pada arah barat site adalah yang paling tinggi, sedangkan tingkat radiasi dari arah timur hanya setengah dari arah barat serta lebih kecil pada arah orientasi utara. Untuk itu dibutuhkan pemecahan desain yang berkaitan dengan orientasi serta peredaman tingkat radiasi yang baik. Untuk tingkat kebisingan, intensitas tingkat kebisingan yang paling tinggi berasal dari Jln. Guru Patimpus, hal ini dikarenakan aktivitas kendaraan pada daerah ini. Sedangkan pada daerah timur dan selatan site tingkat kebisingan sedang dikarenakan tidak adanya aktivitas kendaraan di daerah ini. Pada bagian barat site tingkat kebisingan dapat dikategorikan rendah, dikarenakan daerah ini merupakan aliran sungai. Untuk mengantisipasi tingkat kebisingan yang tinggi pada arah Jln. Guru patimpus bisa dilakukan dengan cara menambah garis sempadan bangunan dan dengan peredam alami seperti pohon dan lain – lain. Universitas Sumatera Utara 30

BAB IV Penyesuaian Ruang