Pengertian Musik Gerejawi T1 712011028 Full text

20 dikumandangkan oleh gereja 34 . Lambert Beauduin memahami liturgi sebagai “ibadat gereja” dengan perumusan bahwa semua kegiatan-kegiatan ibadah di dalam gereja selalu bersatu dengan liturgi sebab berasal dari sifat kodrati gereja yang bersifat sosial, hierarkis universal, merupakan kelanjutan dari Kristus 35 . Odo Casel seorang Benediktin Jerman yang merumuskan liturgi sebagai tindakan ritual dan karya keselamatan oleh Kristus yang menghadirkan karya ilahi penebusan umat manusia itu secara tampak melalui simbol-simbol 36 .

2.3 Pengertian Musik Gerejawi

Musik diartikan sebagai cetusan ekspresi isi hati yang diungkapkan dalam bentuk bunyi yang bernada dan berirama, khususnya dalam bentuk lagu dan nyanyian. Wilson menjelaskan musik gereja ialah segala musik yang terkait dan menjadi bagian dari tata ibadah yang isinya berupa nyanyian jemaat, paduan suara dan musik instrumental 37 . Menurut Mawene musik gereja juga merupakan cetusan ekspresi isi hati orang Kristen yang diungkapkan dalam bunyi-bunyian yang bernada dan berirama secara harmonis dalam bentuk lagu dan nyanyian, musik dibedakan menjadi dua bagian yaitu musik instrumental dan musik vokal 38 . Musik intrumental berkaitan dengan alat-alat musik yang menghasilkan bunyi seperti alat musik tiup, tabuh petik dan lain- lain, sedangkan musik vokal bersumber pada suara manusia. Pembahasan mengenai musik tidak terlepas dengan lagu dan nyanyian. Istilah lagu mengandung arti perpaduan yang harmonis antara nada dan irama sedangkan nyanyian ialah suatu perpaduan yang harmonis antara lagu dan syair dengan arti yang tertentu 39 . Musik menduduki tempat yang penting dalam ibadah dan ada pula pertimbangan untuk memilih nyanyian dalam liturgi musik tentunya harus baik secara pastoral dan harus memenuhi peran yang ditentukan oleh liturgi 40 . Warisan musik tentunya merupakan asal dari teks-teks Alkitab, di dalam Perjanjian Lama terdapat teks kitab mazmur yang terdiri dari nyanyian-n yanyian yang berjumlah 150 syair. “Nyanyikanlah bagi Tuhan nyanyian baru” Mzm 33:3, 40:4 96:1, 98:1, 137:4, 144:9,149:1 bentuk musik vokal yang menunjuk pada “nyanyian alkitabiah” yang mana syairnya merupakan gubahan langsung dari pasal-pasal Alkitab. 41 Paulus ketika menasehati jemaat yang dilayaninya agar saling menguatkan seorang dengan yang lain melalui mazmur psalmois, kidung puji-pujian humnois dan 34 O.carm, Bosco Da Cunha. Teologi Liturgi dalam Hidup Gereja.Malang:Dioma,2004, 66. 35 O.carm, Bosco Da Cunha. Teologi Liturgi dalam Hidup Gereja, 69. 36 O.carm, Bosco Da Cunha. Teologi Liturgi dalam Hidup Gereja,74. 37 Wilson, John F. An Introduction to Church Music Chicago: Moody Press, 1965, 7. 38 Mawane, M. Th. Gereja yang Bernyanyi. Yogyakarta: PBMR ANDI,2004, 1. 39 Mawane, M. Th. Gereja yang Bernyanyi. Yogyakarta: PBMR ANDI, 2004, 2-3. 40 Dr.J.J.Ch Abineno, Unsur-unsur Liturgi Jakarta : PT Kinta, 1966, 105. 41 Mawane, M. Th. Gereja yang Bernyanyi. Yogyakarta: PBMR ANDI, 2004,20-21. 21 nyanyian rohani oidais 42 . Mazmur jelas adalah nyanyian yang diwarisi dari perjanjian lama melalui orang-orang Kristen Yahudi, termasuk Paulus. Humnois atau hymnus adalah nyanyian pujian yang dikenal dalam kebudayaan Yunani dan digunakan di lingkungan agama-agama kafir maupun dalam masyarakat umum. Sedangkan oidais atau oide dalam terjamahan inggris adalah nyanyian-nyanyian yang bersumber pada diciptakan oleh Roh Kudus. Menurut Mawane nyanyian dalam gereja itu merupakan bentuk ekspresi iman dan sebagai unsur liturgi, a Nyanyian sebagai suatu bentuk ekpresi iman Kristen, dimana kehidupan iman Kristen terdapat tiga bentuk ekspresi iman yaitu kesaksian, doa dan nyanyian pujian tiga sakaguru tata ibadah. Ketiga bentuk ekspresi iman ini selalu ada dalan kehidupan peribadahan bersama maupun dalam kehidupan sehari-hari. 43 b Nyanyian sebagai unsur liturgi, pada umumnya tata ibadah minggu GMIT ada sembilan kali kesempatan untuk jemaat bernyanyi dan dua kali kesempatan untuk para biduan bernyanyi Paduan suara atau kelompok vokalia untuk itulah nyanyian dalam gereja atau secara khusus nyanyian liturgi. Mawane juga menambahkan peran nyanyian gereja di dalam tri-panggilan gereja yakni koinonia Persekutuan, marturia Kesaksian, dan diakonia pelayanan sosial. Nyanyian Gereja dan Koinonia, aspek koinonia dari nyanyian gereja adalah sejumlah kesaksian Alkitab. “Musa bersama-sama dengan” aspek koinonia dan orang banyak itu menyanyikan nyanyian bagi Tuhan. Kemudian tampilah Miryam untuk menyanyi “tampilah semua perempuan mengikutinya... dan menyanyilah Miryam memimpin mereka ” bernyanyi sebagai ekspresi iman kepada Allah bukanlah ekspresi individu melainkan ekspresi persekutuan iman secara bersama-sama. Nyanyian Gereja dan Marturia, pembahasan mengenai kesaksian, gereja membedakan dua bagian kesaksian yakni kesaksian ke dalam pekabaran injil ke dalam kepada orang-orang percaya dan kesaksian ke luar pekabaran injil ke luar. Pada bagian kesaksian ke dalam, berkaitan dengan menumbuhkan, memperkuat dan memberdayakan iman warga jemaat agar dapat melaksanakan panggilannya sebagai seorang Kristen yang baik dan bertanggungjawab sehingga dengan adanya nyanyian gereja maka peran dan fungsi nyannyian dalam pekabaran injil ke dalam maka nyanyian tersebut dapat menyampaikan pesan kemudian memperdalam pesan sehingga dapat memperdalam penghayatan warga gereja dan mendorong warga gereja untuk bersaksi sehingga terciptalah gereja yang misioner. Pada bagian kesaksian ke luar, nyanyian-nyanyian yang bertujuan untuk mengajak orang-orang lain untuk menerima Yesus Ksristus dan keselamatan yang ditawarkan. 44 Nyanyian Gereja dan Diakonia. Diakonia berhubungan dengan pelayanan sosial gerejawi pendidikan, kesehatan, gizi, keadilan dan hukum, perdamaian, kesetaraan gender dan lain sebagainya sehingga nyanyian gereja juga turut 42 Surat Efesus 5 : 19. 43 Mawane, M. Th. Gereja yang Bernyanyi. Yogyakarta: PBMR ANDI, 2004, 36. 44 Mawane, M. Th. Gereja yang Bernyanyi. Yogyakarta: PBMR ANDI, 2004, 60-61. 22 berperan dalam pelayanan gereja untuk menumbuhkan, memupuk dan mengembangkan kesadaran berdiakonia di kalangan jemaat agar jemaat ikut berpartisipasi secara aktif dalam pelayanan gereja. 45 Di indonesia usaha mengelolah nyanyian-nyanyian gerejawi diprakarsai oleh Yayasan Musik Gereja YAMUGER dengan mengumpulkan teks-teks melodi asli kemudian membandingkan dan mempelajari teks tersebut dengan mematuhi syarat tertentu sehubungan dengan teologi, sastra dan musikologi dengan harapan dapat menolong jemaat mengungkapkan imannya melalui nyanyian dan sekaligus merasakan perhubungan oikumenis dengan jemaat- jemaat lain yang memakai nyanyian yang sama. 46 Warisan terbesar nyanyian jemaat berasal dari zaman reformasi, kontra reformasi, pasca reformasi dan sampai sekarang ini. Aneka ragam tematik dan spiritualitas terkumpul dan tercampur dalam warisan itu yakni ajaran dogmatis, aspek pastoral, prinsip etika, rasionalisme, individualisme, pietisme, metodisme, revivalisme, spiritualisme dan lain-lain maka umat memilih nyanyian-nyanyian yang hendak untuk dipertahankan dari warisan tersebut khususnya untuk membina semangat oikumene. Sehubungan dengan warisan spiritualisme dari masa-masa yang silam merupakan suatu faktor yang diperhatikan juga dalam nyanyian gereja. Pada abad ke 16 pada Konsili Trente menandai adanya gerakan Kontra Reformasi yang berakibat pada penggunaan hymne yang diakui resmi untuk ibadah Gereja Katolik dengan mengikuti prinsip Calvin yang mengutamakan mazmur untuk nyanyian liturgi. Kemudian timbul ge rakan „pietis‟ yang menekankan pada kehidupan umat kristen yang saleh. Otoritas Allah lebih diutamakan dibandingkan dengan kehidupan sosial masyarakat. Oleh sebab hymne-hymne ortodoks ini lebih menitikberatkan pada kemuliaan Allah serta misteri trinitas dan aspek pengakuan iman akan trinitas dengan simbol-simbol keesaan bahwa nyanyian juga dinyanyikan secara serentak with one voice. Hymne-hymne lain dari gereja lama dan abad pertengahan ada dalam buku kidung jemaat pada waktu itu KJ 81,86,136,137,171 dan 229. Nyanyian-nyanyian pra-reformasi KJ 60,89,116,128,161,172,196,199,205,218,228,230 dan 405 ini menandakan bahwa nyanyian-nyanyian tersebut berpatokan pada historis. Oikumene rohani yang paling berhasil di Indonesia juga melalui nyanyian dan diwarnai oleh spiritualitas pietistis, metodis, revivalistis dan spiritualistis ataupun kharismatis. Awal abad ke 20, lagu-lagu dari buku Dua Sahabat Lama lebih disukai daripada mazmur dan nyanyian rohani, selain itu buku kidung jemaat diterbitkan oleh YAMUGER untuk merangkul kepelbagaian tradisi dan mempertahankan akar-akar historis dari perkembangan nyanyian gerejawi pada 45 Mawane, M. Th. Gereja yang Bernyanyi. Yogyakarta: PBMR ANDI, 2004, 63. 46 Darmaputera, Eka. Bergumul dalam Pengharapan Struggling in Hope. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004, 103. 23 umumnya. Perkembangan nyanyian gerejawi terus berlanjut sampai pada upaya Pdt.I.S. Kijne menggunakan perbendaharaan nyanyian rohani yang dipengaruhi oleh nyanyian internasional asal Belanda yang memuat nyanyian mazmur Jenewa dan ratusan nyanyian rohani. Kijne melanjutkan prinsip Hasper di Indonesia dengan tema besar “Nyanyian Rohani dari perbehandaraan Gereja Segala Abad” Pilihan nyanyian meliputi kawasan Eropa namun di samping itu juga gereja-gereja di dunia non-barat sudah berkembang, berdiri sendiri dan turut menghasilkan nyanyian gereja. Segala yang dimaksudkan Kijne bahwa nyanyian rohani adalah kumpulan nyanyian yang bersumber pada refleksi iman Kristen atas pergumulan kehidupan atau mengenai hubungan dengan Tuhan. Jumlah nyanyian non-barat sekitar 150 dan diseleksi lagi sampai 50 menjadi 75 nyanyian. Perlu menjadi catatan tambahan bahwa ada usaha untuk menambah jumlah-jumlah nyanyian tersebut karena nyanyian yang bernafaskan spiritual pietistis dari abad 19. Jemaat-jemaat dipengaruhi oleh semangat pentakostal dan kharismatik dengan memakai lagu-lagu dan cara- cara lebih “modern” denominasi-denominasi adan aliran-aliran mengakibatkan degenerasi interen karena kontak dengan kawanan seiman yang tidak sealiran dan sebudaya oleh karena itu menjawab kontekstualisasi adalah salah satu jembatan untuk menemukan kembali dasar-dasar yang benar-benar mempersatukan 47 . Kontekstualisasi itu meliputi banyak aspek yang perlu ditanggapi melalui konteks sosial, ekonomi dan religius. Nyanyian tentang keselamatan pribadi, kehidupan rohani individual serta kebahagiaan sorgawi tidak salah namun perlu diperhatikan apabila itu tidak mempunyai konsekuensi perhatian serius pada sesama manusia dan sesama makhluk pada umumnya yang harus hidup lewat batas-batas marginal. 48 Berdasarkan pemahaman tentang perbandingan hymne-hymne dari zaman reformasi sampai penambahan puji-pujian yang dihasilkan dari dunia non-barat maka ada dinamika dalam kehidupan gereja terutama pada refleksi iman jemaat melalui nyanyian-nyanyian oikumenis yang menekankan akan kesatuan umat Allah yang di dalamnya terkandung nilai-nilai etika yang berhubungan dengan relasi jemaat dengan Tuhan serta relasi jemaat dengan jemaat yang lain. Begitu pula dengan nyanyian-nyanyian yang bukan termasuk semangat oikumene melainkan nyanyian-nyanyian yang semata-mata menekankan pada hubungan manusia dengan Allah. James Rawlings Sydnor menjelaskan bahwa nyanyian jemaat memiliki nilai tambah di dalam ibadah yaitu, 1 melalui nyanyian jemaat umat kristen mengungkapkan isi hati dan perasaan mereka 2 melalui nyanyian jemaat umat kristen dapat menceritakan iman mereka kepada dunia 3 melalui nyanyian jemaat umat kristen dipersatukan dalam satu persekutuan 47 Mawane, M. Th. Gereja yang Bernyanyi. Yogyakarta: PBMR ANDI, 2004, 22-23. 48 Darmaputera, Eka. Bergumul dalam Pengharapan Struggling in Hope. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004, 111-116. 24 4 melalui nyanyian jemaat umat kristen belajar mengenai dasar-dasar iman. 5 melalui nyanyian jemaat umat kristen dikuatkan dalam menghadapi kehidupan mereka setiap hari. 49 Kenneth Miliam juga menjelaskan bahwa musik mempunyai peran dan fungsi yaitu musik sebagai sarana bagi orang kristen untuk memberi respon terhadap apa yang disingkapkan Alkitab tentang Allah dan mengaktifkan ibadah, musik sebagai sarana untuk mengekspresikan ucapan terima kasih atas kehidupan yang telah diubah, yaitu kehidupan baru yang adalah hasil dari perjumpaan dengan Tuhan, musik sebagai sarana untuk mengekspresikan bahwa kita menyetujui jalan dan cara Tuhan bekerja dan musik mengajarkan tentang doktrin kristen, kasih allah kepada dunia serta pengakuan bahwa Allah berkuasa dalam kehidupan di dunia. 50

2.4 Pengertian Identitas