Latar Belakang T1 712011027 Full text

1 PERAN ORANG TUA SEBAGAI KONSELOR TERHADAP REMAJA USIA 15-18 TAHUN I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang dibentuk berdasarkan cinta yang asasi antara dua subyek manusia yang disebut suami istri. Melalui asas cinta inilah lahir anak sebagai generasi penerus. 1 Keluarga dengan asas cinta ini kemudian harus mampu melihat perkembangan anak sesuai dengan tatanan nilai, moral dan agama yang dianut. Berkenaan dengan hal di atas, anak yang menjadi generasi penerus keluarga tidak hanya memperoleh pengetahuan dari keluarga tetapi juga dari lingkungan sosialnya. Hal ini dinamakan proses sosialisasi primer dimana interaksi dengan lingkungan sosial adalah proses pembentukan identitas. 2 Dalam interaksi sosial yang terjadi, orang tua tetap menjadi figur utama dari sang anak dalam bertindak sehingga perlu adanya bimbingan yang tepat dari orang tua kepada anak. Figur utama dari orang tua ini harus lebih ditingkatkan kepada anak ketika anak masuk ke dalam usia remaja. Remaja atau dalam bahasa psikologi perkembangan di sebut adolescence yang dimulai pada umur 12-18 tahun, kemudian terbagi kedalam dua kategori, yaitu remaja awal 12-15 tahun dan remaja madya 15-18 tahun dimana mereka mengalami banyak perkembangan yang dapat diidentifikasi. 3 Perkembangan- perkembangan tersebut, ialah: 4 1 Fisik, perubahan tubuh yang membuat remaja merasa menjadi orang dewasa; 2 Sosial, remaja melihat lingkungan sosial sebagai tempat yang tepat untuk mencari identitas dan menjadi mandiri; 3 Mental, remaja lebih banyak membuat keputusan-keputusan yang tidak konsisten; 1 Zahara Idris, Dasar Kependidikan, Angkatan Bandung, 1984, 47 2 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan, Bandung: Remaja Karya, 1986, 85 3 Daniel Nuhamara, PAK Pendidikan Agama Kristen Remaja, Jurnal Info Media, 2008, 9 4 Nuhamara, PAK Remaja , 31 2 4 Emosional, Emosi yang dikeluarkan remaja tidak terduga karena emosi yang dimiliki tidak mampu untuk disembunyikan atau ditahan; 5 Spiritual, meragukan kepercayaan agamawi yang telah remaja anut selama ini. Dalam menghadapi perkembangan remaja ini, orang tua yang menjadi figur utama tadi perlu untuk membimbing remaja agar perkembangan remaja dapat diarahkan dengan benar. Bimbingan yang dilakukan harus bertolak dari kesadaran orang tua akan perannya dalam keluarga, yaitu : 5 1 Pengajarpembimbing, orang tua diminta untuk memberi banyak bantuan saat dibutuhkan, kemudian memberi kesempatan kepada remaja untuk melakukannya sendiri; 2 Pemimpinpenuntun, orang tua memberikan bantuan untuk menjelajah hal- hal baru dan dukungan positif bagi remaja; 3 Penasehat, orang tua membantu remaja untuk memahami apa yang terjadi dalam perkembangan mereka; 4 Pendampingteman, orang tua lebih meluangkan waktu kepada remaja untuk menikmati aktivitas yang dapat dilakukan bersama-sama; 5 Sahabat karib, orang tua menjadi pendengar yang setia bagi remaja dalam setiap cerita yang dilontarkan remaja; 6 Pelindungpembela, orang tua menjadi pelindung remaja, terutama pada masa-masa sukar. Akan tetapi, sesekali diperlukan keraguan dari orang tua agar remaja dapat mengalami akibat dari tindakannya; 7 Pemberi nafkahpendukung, orang tua menjadi penyedia kebutuhan dasar remaja; 8 Pemberi suri teladanmenjadi teladan, orang tua tidak harus menuntut remaja untuk menjadi seperti yang dinginkan, tetapi lebih membiarkan mereka memutuskan sendiri dengan melihat kepada figur orang tua yang menjadi teladan. 5 Kristiana Tjandrarini, Bimbingan Konseling Keluarga Terapi Keluarga, Salatiga: Widya Sari Press, 2004, 31 3 Remaja atau adolescence adalah masa yang rentan dengan pengaruh- pengaruh dari berbagai hal termasuk dalam keluarga sendiri dan lingkungan sosial. Remaja pada masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Saat ini di Indonesia, tuntutan kehidupan semakin besar sehingga memungkinkan orang tua harus bekerja diluar rumah untuk mencari nafkah. Kesibukan orang tua ini menyebabkan hilangnya perhatian dan kasih sayang yang biasa dirasakan oleh anak-anak, sehingga memberikan dampak negatif dan ketidaknyamanan suasana di rumah bagi mereka. 6 Remaja yang merasakan hal ini kemudian menjadi tertutup dan masuk kedalam tahap depresi, sehingga mereka cenderung mengonsumsi minuman keras, merokok atau ganja, mabuk-mabukan, bahkan bunuh diri sebagai bagian dari pelarian akan masalah yang dihadapi. 7 Remaja yang cenderung tertutup jika memiliki masalah ini sebenarnya ingin menceritakan kepada orang tua. Akan tetapi, kesibukan orang tua yang secara tidak langsung terus menutup mulut remaja. 8 Orang tua juga mengalami represi yang menyebabkan adanya jarak antara mereka dan remaja. Represi adalah tindakan perlawanan yang diberikan akibat dari ketidaksadaran bahwa seseorang pernah melakukan hal yang sama sebelumnya. 9 Tindakan represi ini memungkinkan orang tua untuk memandang remaja dengan berbagai perkembangannya sebagai orang yang “abnormal” dengan tidak menyadari bahwa mereka juga dulu sama seperti itu. Keadaan ini yang membuat remaja terus mencari jalan keluar dengan cara bergabung kedalam dunia sosial untuk berelasi tanpa melihat akibat-akibat yang akan dihadapi. Dalam menghadapi persoalan remaja ini, sangat penting bagi orang tua untuk menjadi konselor bagi remaja dalam keluarga karena orang tua adalah orang yang paling dekat relasinya dengan remaja sehingga orang tua mampu untuk mengenali kondisi dan sikap remaja yang membutuhkan sesuatu dari orang tua. 6 Kristiana Tjandrarini, Bimbingan Konseling Keluarga Terapi Keluarga, Salatiga: Widya Sari Press, 2004, 12 7 Diane E. Papalia, Menyelami Perkembangan Manusia, Jakarta: Salemba Humanika, 2014, 2 8 Maria Paula Chaparro and Joan E. Grusec, Journal of Family Psychology, 2015, Vol. 29 9 Martin L. Hoffman, “Parent Discipline and The Childs Consideration for Others, “ child development, vol. 34 1963 4 Orang tua juga harus memahami bahwa depresi yang dirasakan oleh remaja membutuhkan bantuan orang tua untuk mengevaluasi diri remaja, sehingga depresi yang dialami dapat ditekan dan diubah menjadi hal yang positif. 10 Orang tua perlu menjadi konselor yang mampu menjalankan fungsi konselor, yaitu: Menyembuhkan, bertujuan untuk membantu konseli untuk menghilangkan gejala- gejala disfungsional. Menopang, bertujuan untuk membantu konseli untuk menerima keadaan saat ini. Membimbing, bertujuan untuk membimbing konseli ketika konseli harus mengambil suatu keputusan tertentu tentang masa depannya. Memperbaiki hubungan, bertujuan untuk membantu konseli keluar dari sebuah konflik batin dengan pihak lain yang mengakibatkan rusaknya hubungan dengan cara konselor menjadi mediator atau penengah. Memberdayakan, bertujuan untuk membantu konseli menjadi penolong bagi diri sendiri pada masa yang akan datang pada waktu menghadapi kesulitan kembali. 11 Orang tua perlu berperan sebagai konselor yang mendengar, menafsir, mengarahkan, memberi informasi yang benar kepada remaja dan menjauhi tindakan represi. Seain itu, orang tua juga perlu menjadi mediator antara remaja dengan masa depannya melalui pembentukan dalam masalahnya dengan cara memberikan perasaan nyaman kepada remaja ketika bersama orang tua. 12 Hal tersebut sesuai dengan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang konselor. 13 Berdasarkan hal tersebut, penulis terdorong untuk melakukan studi pustaka tentang PERAN ORANG TUA SEBAGAI KONSELOR TERHADAP REMAJA USIA 15-18 TAHUN. Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang diangkat adalah bagaimana peran orang tua sebagai konselor terhadap remaja usia 15-18 tahun? Dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian untuk mendeskripsikan peran orang tua sebagai konselor terhadap remaja usia 15-18 tahun. Dalam menentukan metode penelitian, maka penulis menggunakan metode penelitian 10 Clara Wagner, Lauren Alloy and Lyn Abramson, “Trait Rumination, Depression, and Executive Function in Early Adolenscence, “ Journal of Youth Adolenscence, vol. 44 2015 11 Totok S. Wiryasaputra dan Rini Handayani, Pengantar Konseling Pastoral, Asosiasi Konselor Pastoral Indonesia, 2012, 95 12 Maria Cristina Ginevra, Laura Nota Lea Ferrari, “parental support in adolescents career development: parents and childrens perceptions, ” Career Development Quarterly, Vol 63 2015: 123 13 Ginevra, Nota and Ferrari, “parental support in adolescents career development,” 125 5 deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, gejala, ataupun kelompok tertentu untuk menentukan penyebab suatu frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dengan gejala lainnya dalam masyarakat. 14 Pendekatan kualitatif adalah metode yang menggunakan cara berpikir dari gejala umum ke gejala khusus. 15 Teknik penelitian yang penulis pakai adalah studi kepustakaan. Teknik studi kepustakaan adalah teknik mengumpulkan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan- laporan yang relevan serta memiliki hubungan dengan penelitian. 16 Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat secara teoritis yang mana dapat menyumbangkan pokok pemikiran tentang peran orang tua sebagai konselor yang dikemudian hari akan berguna maupun secara praktis dimana orang tua dapat mengetahui dan memahami bagaimana mereka harus berperan dalam menghadapi anak usia remaja dalam berbagai persoalannya. Agar penelitian ini terarah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, maka disusunlah sistematika penulisan yang menjadi rangkaian penulisan dari bagian pertama sampai keempat yang mempunyai pokok masing-masing, tetapi menjadi satu bagian besar yang saling melengkapi. Bagian pertama, pendahuluan yang didalamnya dijelaskan latar belakang, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bagian kedua, berisi tentang peran orang tua sebagai konselor terhadap remaja usia 15-18 tahun yang meliputi defenisi tentang orang tua, remaja, dan konselor serta peran dan fungsi masing-masing, teori konseling pastoral, teori orang tua dalam perannya sebagai konselor dalam keluarga, teori perkembangan remaja, kemudian teori hubungan antara orang tua dan remaja. Bagian ketiga, berisi tentang studi kepustakaan yang meliputi permasalahan remaja usia 15-18 tahun dan peran orang tua terhadap permasalahannya beserta analisis terhadap peran orang tua sebagai konselor. Bagian keempat, penutup yang 14 J. D. Engel, Metodologi Penelitian Sosial dan Teologi Kristen, Salatiga: Widya Sari, 2005, 20-21 15 David Samiyono, Pengantar kedalam Matakuliah Metode Penelitian Sosial, 2004, 9 16 M. Nazir, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, cet. Ke-5, 2003, 27 6 meliputi kesimpulan yang berisi temuan-temuan hasil penelitian, dan saran yang berisi kontribusi dan rekomendasi untuk penelitian lanjutan. II PERAN ORANG TUA SEBAGAI KONSELOR TERHADAP REMAJA USIA 15-18 TAHUN 2.1 Defenisi Orang Tua Orang tua berada dalam sebuah ikatan perkawinan yang bertujuan untuk memperingati karya besar Allah dan menjadi saksi Kristus sebagai bagian dari pendidikan kekristenan kepada anak-anak dengan cara mewujudnyatakan tuntutan kasih dari Allah. 17 Orang tua sebagai insan yang telah dipersatukan Tuhan melalui perkawinan sebagai suatu lembaga dasar yang utuh terarahkan pada kelahiran dan pendidikan anak-anak yang adalah mahkota dari lembaga tersebut. Orang tua diberikan tanggung jawab melalui kasih yang telah dibangun terlebih dahulu untuk diperlihatkan kepada anak-anak dengan cara merawat, membimbing dan mendidik anak-anak dalam kasih sebagai pernyataan kehidupan utuh kepada Allah. 18 Menurut Maurice, orang tua dalam sebuah keluarga dianggap sebagai pemimpin dari sebuah komunitas yang bertugas mengatur seluruh tatanan organisasi dalam komunitas agar tidak keluar dari rel yang telah dibuat berdasarkan tugas dan fungsi masing-masing. 19 Komunitas yang dibuat ini berdasarkan kepada pemahaman bahwa orang tua adalah satu-satunya pemegang kendali secara utuh dalam sebuah keluarga, namun tidak melupakan bahwa ada batas-batas yang tidak bisa untuk dilanggar. Memang tidak mudah menjadi orang tua dikarenakan orang tua memegang tanggungjawab yang sangat besar khususnya bagi perkembangan anak. Orang tua harus pandai menyesuaikan diri untuk berperan kepada anak karena peranan orang 17 A. Widyamarta, Keluarga Kristiani dalam Dunia Modern, Yogyakarta: Kanisius, 1994, 32 18 Widyamarta, Keluarga Kristiani dalam Dunia Modern, 36 19 Maurice Eminyan, Teologi Keluarga, Yogyakarta: Kanisius, 2001, 19 7 tualah yang mampu untuk menjadikan anak dapat berkembang dengan baik. Menurut Maurice, orang tua berperan untuk melindungi yaitu orang tua harus mampu untuk melindungi anak dalam kasih agar anak merasa ada perhatian yang besar dari orang tua karena bagaimanapun orang tua adalah tempat anak untuk menceritakan segala sesuatu yang dirasakan oleh anak. Orang tua juga berperan untuk menciptakan relasi antar anggota keluarga dengan baik agar ada komunikasi yang berjalan diantara berbagai pihak didalamnya sehingga tidak ada yang ditutupi didalam komunikasi. Orang tua juga berperan untuk menjadi pendidik bagi anak karena pertumbuhan anak dimulai dari didikan dari orang tua terlebih dahulu sebelum keluar untuk belajar hal yang lebih banyak. 20 Menurut Tjandrarini, orang tua juga berperan dalam tugas untuk menafkahi agar kebutuhan hidup dari anak dapat terpenuhi sehingga tidak menimbulkan perasaan kurang kepada anak baik dari segi rohani maupun jasmani. 21 Kemudian, orang tua juga berperan menjadi konselor yaitu orang tua berperan untuk mendengarkan keluh kesah yang ingin disampaikan oleh anak. Orang tua juga berperan sebagai pendamping yang selalu ada bersama dengan anak seiring dengan pertumbuhan anak. 22 Peran orang tua yang sangat besar dalam perkembangan diri seseorang bila dijalankan dengan penuh tanggungjawab oleh orang tua maka orang tua akan menjadi teladan, sahabat, dan pembimbing yang baik bagi anak. Apabila perasaan ini telah mucul dalam diri seorang anak maka perkembangan anak akan lebih mudah untuk dipantau oleh orang tua sehingga segala sesuatu yang dilakukan oleh anak akan mencerminkan apa yang diajarkan oleh orang tua.

2.2 Defenisi Remaja