Definisi Konselor T1 712011027 Full text

8 otonomi dan kematangan dengan cara menjadi bagian dari suatu kelompok teman sebaya hingga akhirnya mampu berdiri sebagai orang dewasa. 23 Menurut Hurlock dalam Ali, masa remaja atau yang dikenal dengan sebutan Adolescence sesungguhnya memiliki arti yang sangat luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik sehingga remaja tidak mempunyai tempat yang jelas. 24 Mereka tidak termasuk kedalam golongan anak-anak, tetapi belum cukup juga untuk dianggap dewasa. Remaja sendiri tidak memiliki fungsi yang jelas tertera melainkan ada tugas-tugas yang sebaiknya dilakukan oleh remaja agar remaja mampu untuk bertumbuh atau berkembang dengan dan tidak menyimpang. Demi memenuhi perkembangan ini maka tugas-tugas yang perlu untuk dilakukan remaja adalah mampu menerima keadaan fisiknya, mampu memahami dan menerima peran seks usia dewasa, mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis, mencapai kemandirian emosional, mencapai kemandirian ekonomi, mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat, memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua, mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa, mempersiapkan diri memasuki perkawinan, dan memahami serta mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga. 25 Tugas-tugas inilah yang perlu untuk dipahami dan dilakukan oleh remaja karena banyak penyimpangan yang terjadi ketika tugas-tugas ini tidak mampu untuk dijalankan oleh remaja.

2.3 Definisi Konselor

Konselor merupakan seorang ayah yang baik, penuh perhatian serta pengertian dan siap sedia menolong dirinya, atau sebagai ibu yang ramah, 23 Kathryn Geldard dan David Geldard, KONSELING REMAJA:Pendekatan Proaktif untuk Anak Muda, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2011, 5 24 Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, PSIKOLOGI REMAJA:Perkembangan peserta didik, Jakarta: Bumi Aksara, 2012, 9 25 Ali dan Asrori, PSIKOLOGI REMAJA:Perkembangan peserta didik, 10 9 mengundang dan memberikan ketenangan kepadanya. 26 Konselor adalah orang yang dipilih secara khusus dan telah melalui pendidikan khusus sebelum terjun kedalam profesinya. 27 Namun, dewasa ini konselor bukan hanya orang yang telah mendapat mandat khusus tetapi juga kepada orang yang dianggap dapat menyelesaikan keluhan atau permasalahan yang sedang dihadapi oleh konseli. Dalam hal ini konselor bisa saja bukan orang yang dilatih secara khusus untuk menjadi konselor dan mengetahui prinsip-prinsip konseling serta teknik konseling, tetapi merupakan keluarga dari orang yang sedang bermasalah dan dimintai pertolongan untuk membantu permasalahan tersebut. Konselor memiliki fungsi menyembuhkan, membimbing, menopang, memperbaiki hubungan, dan merawat. 28 Fungsi menyembuhkan akan dipakai apabila konselor menemukan adanya gejala disfungsional dari diri konseli yang memberikan perubahan terhadap sikap dan tingkah laku. Fungsi menopang akan dipakai apabila kondisi konseli tidak mampu untuk kembali kepada keadaan semula sehingga diperlukan penopang agar konseli mampu untuk menerima kondisi atau keadaan dirinya yang saat ini. Fungsi membimbing akan dipakai apabila konseli sedang dalam masa untuk memutuskan kehidupannya pada masa yang akan datang sehingga diperlukan bimbingan yang tepat agar konseli dapat menentukan dengan baik dan tepat. Fungsi memperbaiki hubungan akan dipakai apabila konseli sedang mengalami konflik batin dengan orang lain sehingga mengakibatkan permusuhan atau rusaknya hubungan baik, sehingga konselor yang menjadi penengah atau mediator perdamaian untuk membantu konseli membangun kembali hubungan baik. Fungsi merawat akan dipakai sebagai bahan pelajaran bagi konseli untuk dipakai apabila konseli kembali mengalami kesulitan kembali, bahkan tidak tertutup kemungkinan melalui perawatan atau pemberdayaan yang dilakukan oleh konselor, konseli akan menjadi konselor bagi orang lain yang membutuhkan pertolongan. Walau demikian, konselor yang bertugas untuk menolong konseli tetap tidak memiliki hak penuh atas diri konseli 26 Kartini Kartono, Bimbingan dan Dasar-Dasar Pelaksanaannya, Jakarta:CV.Rajawali, 1985, 63 27 Andreas Soewarno, Pastoral Konseling, Yogyakarta:Kanisius, 2012, 13 28 Totok S. Wiryasaputra dan Rini Handayani, Pengantar Konseling Pastoral, Asosiasi Konselor Pastoral Indonesia, 2012, 95 10 dan memberikan kebebasan kepada konseli untuk terus mengembangkan diri kepada hal yang positif.

2.4 Konseling Pastoral