Perkembangan Sosial Anak Usia Dini

9

BAB II KAJIAN TEORI

A. Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini

1. Perkembangan Sosial Anak Usia Dini

Okky Candra Puspita, dkk 2013:36 mengatakan bahwa perkembangan sosial ialah perkembangan perilaku anak dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosial pada proses kematangan yang dapat dicapai melalui proses belajar. Femmi Nurmalitasari 2015:105 berkata: “Perkembangan sosial anak diperoleh dari kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai respon lingkungan terhadap anak. Perkembangan sosial yang optimal diperoleh dari respon sosial yang yang sehat dan kesempatan yang diberikan kepada anak untuk mengembangkan konsep diri yang positif. Melalui kegiatan bermain, anak dapat mengembangkan minat dan sikapnya terhadap orang lain. Dan sebaliknya aktivitas yang terlalu banyak mendominasi oleh guru akan akan menghambat sosial emosi anak.” Muhibin dalam Liatia Rahmawati, 2016: 26 mengatakan bahwa perkembangan sosial merupakan proses pembentukan pribadi dalam masyarakat. Femmi Nurmalitasari 2015:105 menyebutkan ciri-ciri perkembangan sosial pada usia prasekolah 4-6 tahun ialah: 1 Anak mulai mengetahui atauran-aturan baik dalam lingkungan keluarga tau lingkungan bermain, 2 Mulai tumbuh tunduk pada peraturan, 3 Mulai menyadari kepentingan dan hak orang lain, dan 4 Mulai dapat bermain dengan teman sebaya peer group. Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa perkembangan sosial anak usia dini ialah sebuah proses menuju kematangan psikologi dalam menuju kehidupan bermasyarakat yang dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Lingkungan soial anak pada usia dini didominasi oleh lingkungan terdekat mereka yakni keluarga dan 10 kelompok bermain atau teman sebaya. Dengan interaksi tersebut perkembangan sosial anak akan berkembang secara optimal. Dalam penelitian STRANAS 2009 oleh Farida Agus Setiawati 2009:8 disampaikan mengenai keterampilan sosial yang diartikan sebagai keterampilan atau strategi yang digunakan untuk memulai ataupun mempertahankan suatu hubungan yang positif dalam interaksi sosial, yang diperoleh melalui proses belajar dan bertujuan untuk mendapatkan hadiah atau penguat dalam hubungan interpersonal yang dilakukan. Adapun aspek yang dikembangkan pada anak usia dini ialah, empati yang meliputi penuh pengertian, tenggang rasa serta kepedulian terhadap sesama. Aspek kedua, afiliasi dan resolusi konflik meliputi komunikasi dua arah, kerjasama dan penyelesaian konflik. Aspek ketiga yaitu kebiasaan positif meliputi tata krama, kemandirian dan tanggung jawab sosial. Tadkiroatun Musfiroh dkk STRANAS 2010 mengembangkan aspek- aspek tersebut social life skill anak usia dini untuk kegiatan show and tell dengan item pengamatan sebagai berikut: Tabel 1. Indikator Sosial Emosi Indikator Sosial Emosional Pengembangan Empati Tenggang rasa 1. Tidak mengejek Teman 2. Tidak Asal menyalahkan 3. Menghibur Teman 4. Mengakui kelebihan teman 5. Menunggu antrean Kepedulian 1. Berbagi makanan 2. Berdoa untuk teman yang sakit 3. Meminjamkan mainan 4. Membantu teman yang membutuhkan pertolongan 5. Menemani teman 6. Membantu pekerjaan guru 7. Membantu pekerjaan orang tua 11 Pengertian 1. Membentu tanpa diminta 2. Memaafkan teman yang mengaku salah 3. Meminta maaf apabila berbuat salah 4. Bersabar menunggu giliran 5. Memelihara milik orang lain 6. Mendengarkan orang yang berbicara 7. Tidak memaksakan kehendak Afiliasi dan Resolusi Konflik Komunikasi dua arah 1. Menyapa teman atau orang lain 2. Saling berkomunikasi dengan teman 3. Meminta tolong dengan sopan 4. Aktif berkomunikasi 5. Mendengar orang yang berbicara 6. Menceritakan apa yang dirasakan Kerjasama 1. Bergabung dan terlibat dalam permainan kelompok 2. Kasih sayang dengan teman 3. Berbagi dengan teman 4. Membantu orang lain 5. Merespon tawaran atau pemberian 6. Ikhlas rela membantu orang lain Penyelesaian Konflik 1. Mengucapkan terima kasih setelah dibantu 2. Menerima nasihat orang lain 3. Berusaha sabar 4. Tidak bertengkar dengan teman 5. Merasa saling membutuhkan 6. Berharga dengan apa yang dimiliki 7. Toleransi Indikator Kebiasaan Positif Tata Krama 1. Menghargai yang dilakukan teman lain 2. Menunggu giliran untuk berbicara 3. Mendengarkan orang yang sedang berbicara 4. Menatap mata orang yang sedang berbicara memperhatikan intruksi 5. Menyapa orang saat berpapasan 6. Mengucapkan silakan pada orang yang meminta ijin 7. Mengucapkan maaf 8. Mengucapkan permisi 9. Menawarkan bantuan pada yang membutuhkan 10. Mengajak teman bermain bersama 11. Memberi komentar baik atau tidak menyakitkan 12. Menjawab sapaan dengan ramah Kemandirian 1. Bermain sesuai aturan 12 2. Membantu orang yang membutuhkan pertolongan 3. Tidak membuang sampah sembarangan 4. Tidak mencoret-coret sembarangan 5. Tidak datang terlambat 6. Mengerjakan sesuatu sampai selsai 7. Membereskan alat main 8. Menerima tugas 9. Jujursportif 10. Bersikap dan berperilaku adil 11. Mengenal agama dan suku Tanggungjawab social 1. Melaksanakan tugas sehari-hari 2. Teratur dalam berkegiatan 3. Memulai pembicaraan berinisiatif 4. Memimpin suatu kegiatan 5. Berani menyatakan kinginan 6. Berani menyatakan perasaan 7. Mengajukan usul 8. Berani bertanya sesuatu yang ingin diketahui 9. Tidak takut mencoba 2. Perkembangan Emosi Anak Usia Dini Campos dan Sarni dalam Santrock, 2007: 6-7 mendefinisikan emosi sebagai perasaan atau afeksi yang timbul ketika individu berada pada keadaan yang dianggap penting terutama well-being. Berk 1994: 390 menjelaskan bahwa ada teori yang mendominasi dalam perkembangan emosi individu. Teori tersebut ialah teori yang beraliran behaviorisme pembelajaran sosial, kognitif dan teori fungsional. Menurut Watson dalam Berk, 1994:390 teori behaviorisme berpandangan bahwa setiap individu memiliki emosi bawaaan sejak lahir yakni ketakutan, marah, dan cinta. Watson menjelaskan bahwa reaksi bawaan tersebut akan muncul sebagai respon atas rangsangan yang diberikan. Bandura dalam Berk, 1994:390 memperluas pandangan dengan menambahkan teori kognitif dalam perkembangan emosi yang telah dikemukakan sebelumnya. Bandura menjelaskan 13 bahwa pengalaman emosional anak pada masa lalu akan berpengaruh pada perkembangan emosi selanjutnya dengan mengasosiasikan perasaan terhadap situasi tertentu. Secara lebih terperinci Santrock 2007: 16-18 membagi tahap perkembangan emosi menjadi tiga fase yaitu fase kanak-kanak awal, madya dan masa kanak-kanak akhir. Lewis dalam Santrock, 2007: 16-17 menjelaskan mengenai emosi yang disadari oleh anak pada fase kanak-kanak awal. Pada masa ini anak-anak mulai memahami dan menggunakan peraturan dan norma sosial untuk menilai perilaku dirinya sendiri. Lewis menerangkan beberapa ekspresi emosi yang muncul serta situasi yang menyebabkannya sebagai berikut: Tabel 2. Ekspresi Emosi Anak No Ekspresi Emosi Situasi 1 Bangga Anak merasa senang dan sering diasosiasikan dengan pencapaian suatu tujuan 2 Malu Anak merasa tidak mampu memenuhi standar atau target tertentu. 3 Rasa bersalah Anak menilai perilakunya sebagai sebuah kegagalan Pada fase kanak-kanak awal ada beberapa perubahan diantaranya peningkatan kemampuan untuk membicarakan emosi diri sendiri dan orang lain serta peningkatan peningkatan pemahaman terhadap emosi Kuebli dalam Santrock, 2008: 17. Ridgeway, Water dan Kuczack dalam Santrock, 2008: 17 menambahkan bahwa pada rentang usia 2-4 tahun terjadi perubahan pesat mengenai jumlah istilah yang digunakan untuk menggambarkan emosi. Menurut Denham dalam Santrock, 2008: 17 pada masa ini anak mulai belajar penyebab dan konsekuensi dari perasaan-perasaan yang dialami. Ketika menginjak usia 4-5 tahun. Sedangkan menurut Bruce, Olen dan Jensen dalam Santrock, 2008: 17 pada usia 14 4-5 tahun anak mulai merefleksikan emosi serta mulai memahami bahwa kejadian yang sama dapat menimbulkan perbedaan perasaan terhadap orang yang berbeda. Selain itu, pada masa ini anak menunjukkan kesadaran bahwa mereka harus mengatur emosi untuk memenuhi standar sosial.

3. Perkembangan Sosial Emosional Anak