diploma. Oleh karena itu tidak mengherankan jika para pedagang di pasar Tumenggungan tidak melakukan pembukuan atas penjualan
mereka ataupun hanya sekedar menghitung labarugi usaha dagang mereka. Sehingga sulit untuk mengembangkan usaha mereka menjadi
lebih besar dan menguntungkan. Hal tersebut diakui oleh para pedagang di pasar Tumenggungan, untuk itu pendidikan lain di luar
pendidikan formal atau pelatihan dari pihak-pihak terkait diperlukan untuk membantu para pedagang di pasar Tumenggungan terutama bagi
pedagang yang masih berusia muda agar memiliki ketrampilan dalam berdagang.
Jumlah pedagang di pasar Tumenggungan Kecamatan Kebumen hampir seluruhnya berstatus telah menikah. Hal ini
menunjukkan bahwa hampir seluruh pedagang di pasar Tumenggungan memiliki tanggungan seperti istri, anak, orang tua, atau bahkan
saudara. Hal tersebut menjadi salah satu motivasi untuk lebih semangat dalam berdagang dan menarik banyak pembeli. Tidak jarang anak-
anak mereka membantu orang tuanya berdagang di pasar.
2. Karakteristik Usaha Responden
Berdasarkan hasil penelitian, 52 pedagang yang berada di pasar Tumenggungan merupakan pedagang makanan atau bahan
makanan seperti sembako, buah ataupun daging. Usaha di bidang makanan merupakan usaha dimana produk yang dijual akan lebih cepat
laku dan habis dibandingkan dengan usaha dagang non pangan yaitu seperti pedagang konveksi, pedagang krowodan, pedagang gerabah,
pedagang mainan, pedagang sepatu, pedagang aksesories dan pedagang alat pertukangan.
Mayoritas responden telah menjalankan usahanya dalam kurun waktu lebih dari 17 tahun. Hal itu karena pasar Tumenggungan
memang sudah berdiri sejak dahulu dan juga banyak dari pedagang di pasar Tumenggungan merupakan turunan dari orang tuanya yang
dulunya juga pedagang di pasar Tumenggungan. Oleh karena itu banyak pedagang yang sudah menjalankan usahanya cukup lama
karena usaha mereka sudah turun menurun. Adanya revitalisasi pasar yang dilakukan pada tahun 2013 membuat pasar Tumenggungan
menjadi lebih besar dan dapat menampung lebih banyak pedagang sehingga banyak pedagang baru yang memulai usahanya di Pasar
Tumenggungan. Hampir seluruh pedagang di pasar Tumenggungan memulai
usahanya dengan modal pribadi. Mayoritas dari pedagang di pasar Tumenggungan menggunakan modal kurang dari Rp. 50.000.000,00
untuk memulai usahanya. Meskipun memulai usaha dengan modal pribadi tanpa bantuan atau pinjaman dari bank dan pihak lain, beberapa
pedagang mulai mengambil pinjaman untuk mengembangkan usaha mereka saat mereka telah menjalankan usahanya beberapa lama.
Bukan dari bank melainkan pinjaman dari keluarga ataupun teman
dengan waktu pinjaman jangka pendek dimana mereka langsung mengembalikan pinjaman saat mereka mendapatkan keuntungan dari
usaha yang mereka jalankan. Setiap pedagang di pasar Tumenggungan berdagang selama 5
sampai 10 jam perhari. Mayoritas dari pedagang di pasar Tumenggungan bekerja selama 8 jam perhari dan sisanya berdagang
kurang dari 8 jam atau lebih dari 8 jam per hari. Mereka biasanya berdagang dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore, dan beberapa pedagang
ada yang memulai berdagang dari jam 8 pagi. Mayoritas pedagang di pasar Tumenggungan tidak memiliki
karyawan untuk membantu mereka dalam melayani para pembeli. Hanya sedikit pedagang yang memeiliki karyawan untuk membantu
melayani pembeli yang datang. Mereka adalah pedagang yang setiaknya memiliki 2 kioslos atau lebih dan memiliki setidaknya 1-3
orang karyawan. Akan tetapi untuk pedagang yang tidak memiliki karyawan tidak jarang anggota keluarga atau anak mereka datang
untuk membantu melayani para pembeli yang datang. Dalam penelitian ini, anggota keluarga yang membantu tidak dihitung sebagai karyawan.
Sebagian besar pedagang di pasar Tumenggungan memiliki pendapatan atau penjualan kurang dari Rp. 1.000.000,00 perhari dan
sisanya lebih dari Rp. 1.000.000,00 perhari. Dari besarnya penjualan tersebut, para pedagang di pasar Tumenggungan mengambil
keuntungan antara 10 - 25. Pedagang di pasar Tumenggungan tidak melakukan pembukuan dan perhitungan laba rugi. Sehingga sulit
untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh para pedagang. Mereka hanya menghitung total penjualan yang didapat setiap harinya.
3. Faktor Modal