Poncowarno 2.737,00 km
2
2,14 persen, Kecamatan Prembun 2.296,00 km
2
1,79 persen, Kecamatan Bonorowo 2.091,00 km
2
1,63 persen, sedangkan yang paling kecil adalah Kecamatan Gombong
1.948,00 km
2
1,52 persen.
2. Latar Belakang Berdirinya Pasar Tumenggungan
Munculnya pasar Kebumen diperkirakan sekitar tahun 1670-an, tidak lama setelah daerah ini dibuka oleh Pangeran Bumirejo.
Keberhasilan membuka daerah ini mendorong orang-orang dari berbagai pelosok di Kebumen dan sekitarnya berdatangan untuk ikut
serta membuka daerah itu. Sehingga dalam waktu yang tidak begitu lama daerah yang semula sepi menjadi ramai dan padat penduduknya.
Eksistensi Pasar Kebumen yang sekarang menjadi pasar Tumenggungan Kebumen merupakan pasar yang muncul dengan
sendirinya dikarenakan adanya kebutuhan masyarakat dan berada di wilayah yang strategis karena tidak jauh dari sungai Luk Ulo. Peran
pasar sebagai lembaga perekonomian masyarakat menjadi semakin penting setelah Panjer Gunung dengan Panjer Roma digabungkan pada
tahun 1674 dan berpusat di Panjer Roma yang kini menjadi ibukota Kabupaten Kebumen dan rumah Katumenggungan yang tidak begitu
jauh dari pasar Kebumen yang kini menjadi Pasar Tumenggungan Kebumen.
Paska hancurnya kekuatan pasukan Diponegoro dukungan dari wilayah Panjer oleh Tumenggung Kolopaking V, maka pada tahun
1875 diadakan perundingan dengan Tumenggung Aroeng Binang V yang didukung kekuatan Kompeni dan Kraton Surakarta. Hasil
Perundingan yang dipimpin oleh mayor Magilis tersebut menghasilkan keputusan bahwa Panjer dipimpin oleh Tumenggung Aroeng Binang V
sebagai Bupati dan kedua anaknya yaitu Sukadis dan Atmodipuro akan dijadikan Bupati di wilayah Karanganyar dan Banjarnegara. Panjer
mengalami stabilitas politik yang mantap pada zaman pemerintahan Bupati Aroeng Binang VII sehingga berdampak pada perkembangan
Pasar Tumenggungan. Pada tahun 1900-an dibangunlah pasar baru di bekas rumah
Katumenggungan Kolopaking yang berlokasi di tepi jalan raya provinsi dan tidak jauh dari pasar lama. Ketika wilayah Kebumen
ditetapkan menjadi wilayah otonom pada tahun 1930 merujuk pada Staatblad Hindia Belanda nomor 253 tertanggal 31 Desember 1929,
maka pasar-pasar di wilayah Kebumen termasuk Pasar Tumenggungan diserahkan pengelolaannya kepada pemerintah Kabupaten Kebumen
berdasarkan pasar 4 ayat 1 Staatblad Hindia Belanda nomor 253 tersebut. Pada tahun 1934, pemerintah Kebumen mengeluarkan
“Peraturan Tentang Pasar-pasar yang Dikuasai oleh Kabupaten Kebumen” yang kemudian diundangkan dalam Lembaran Provinsi
tertanggal 28 Juni 1934. Dilanjutkan pada tahun 1936 pemerintah mengeluarkan Ketetapan nomor 12RR tentang perubahan pemberian
sebagian pendapatan Pasar Tuemnggungan dari 10 persen menjadi 15
persen kepada kas desa Kebumen. Peraturan tentang pengelolaan Pasar produk Bupati Aroeng Binang VII ini berlaku sampai tahun 1951
dengan keluarnya peraturan baru yang diundangkan dalam Lembaran Provinsi Jawa Tengah tertanggal 31 Oktober 1951 ser C nomor 2.
Pada bulan Juli 2013 Pasar Tumenggungan direvitalisasi oleh Kementrian Perdagangan sebagai pasar percontohan. Dengan adanya
revitalisasi tersebut Pasar Tumenggungan menjadi pasar modern dengan berbagai fasilitas penunjang guna kenyamanan para konsumen
maupun pedagang sendiri. Pada peresmian Pasar Tumenggungan yang telah direvitalisasi Menteri Perdagangan menyerahkan secara simbolik
40 unit gerobak dan 100 unit tenda untuk PKL. Gita Wirjawan mengatakan, setelah direvitalisasi, pasar-pasar tersebut diharapkan
dapat menjadi barometer stabilitas harga, ketersediaan bahan pokok, dan dapat berperan secara strategis dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di Kabupaten Kebumen, yang pada akhirnya berkiprah dalam kemajuan perekonomian nasional.
B. Deskripsi Responden Penelitian