STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DAN TALKING STICK DENGAN MEMPERHATIKAN SIKAP TERHADAP MATA PELAJARAN
STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH
DAN TALKING STICK DENGAN MEMPERHATIKAN SIKAP TERHADAP MATA PELAJARAN
(Skripsi)
Oleh
ANA PURNAMASARI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2015
(2)
STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH
DAN TALKING STICK DENGAN MEMPERHATIKAN SIKAP TERHADAP MATA PELAJARAN PADA SISWA KELAS
VIII SMP NEGERI 3 BATANGHARI NUBAN
Oleh
Ana Purnamasari
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2015
(3)
ABSTRAK
STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPEMAKE A MATCH
DANTALKING STICKDENGAN MEMPERHATIKAN SIKAP TERHADAP MATA PELAJARAN
Oleh Ana Purnamasari
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan talking stick dengan memperhatikan sikap terhadap mata pelajaran. Metode penelitian yang digunakan adalah quasy eksperimen. Populasi berjumlah 101 siswa, sampel berjumlah 51 siswa yaitu kelas VIII B dan VIII C yang ditentukan melalui teknik cluster random sampling. Pengumpulan data melalui dokumentasi, tes, dan kuisioner. Pengujian hipotesis menggunakan rumus ANAVA dan t-test dua sampel independen. Hasil penelitian menunjukkan: (1) terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang pembelajaranya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
make a match dan talking stick, dibuktikan dengan nilai Fhitung sebesar 4,593 dan nilai sig. 0,037 < 0,05; (2) terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang memiliki sikap positif dan negatif terhadap mata pelajaran, dibuktikan dengan nilai Fhitung sebesar 32,516 dan nilai sig. 0,000 < 0,05; (3) terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan sikap siswa terhadap mata pelajaran, dibuktikan dengan perolehan Fhitung> Ftabel atau 13,845 > 4,03 dan nilai sig. 0,001 < 0,05; (4) terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
make a match dan talking stick pada siswa yang memiliki sikap positif terhadap mata pelajaran. Hal tersebut dibuktikan dengan thitung > ttabel atau 2,171 > 2,048, dan nilai sig. 0,039 < 0,05; (5) terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan talking stick pada siswa yang memiliki sikap negatif terhadap mata pelajaran, dibuktikan dengan thitung > ttabel atau 3,184 > 2,093, dan nilai sig. 0,005 < 0,05.
Kata Kunci: Make a Match, Sikap terhadap Mata Pelajaran IPS Terpadu, Talking Stick
(4)
ABSTRACK
COMPARASION THE RESULT OF IPS TERPADU BY USING COOPERATIVE LEARNING TYPE MAKE A MATCH
AND TALKING STICK BY FOCUSING ON THE ATTITUDE TOWORDS THE LESSON
By
Ana Purnamasari
This research was aimed at finding the comparison on the average result study of IPS Terpadu by using Make a Match and Talking Stick learning models by focusing on the attitude towards the lesson. The method used was comparative with quasy experimental approach. The population were 101 students with a total sample of 51 students (26 students from VIII B and 25 students from VIII C) which was determined by cluster random sampling technique. The data was be found from dokumentation, test, and questionnaire. Hypotesis testing by using ANAVA and t-test two sample independent. The result showed that: (1) there is the a difference between the average of result study between make a match and talking stick learning model. That matter proved by Fhitungis 4,593 with sig. 0,037 < 0,05; (2) there is a difference on the average of result study between students who had positive and negative attitude towards the lesson. That matter proved by Fhitung is 32,516 with sig. 0,000 < 0,05; (3) there is an interaction between learning model and attitude towards the lesson. That matter proved by Fhitung> F tabelor 13,845 > 4,03 with sig. 0,001 < 0,05; (4) there is a difference on the average of result study by using make a match and talking stick among students who had positive attitude towards the lesson. That matter proved by thitung> ttabelor 2,171 > 2,048, with sig. 0,039 < 0,05; and (5) there is a difference the average of result study by using make a match and talking stick among students who had negative attitude towards the lesson. That matter proved by thitung> ttabelor 3,184 > 2,093, with sig. 0,005 < 0,05.
(5)
(6)
(7)
MOTO
“Man jadda wa jada (Siapa yang bersungguh-sungguh, dialah yang akan berhasil).”
(Negeri 5 Menara)
“Learn from yesterday, live for today, hope for tomorrow” (Albert Einstein)
“Sukses itu perlu do’a, usaha, dan berfikir positif, ”
(Ana Purnamasari)
“Be yourself and be the best for your parents” (Ana Purnamasari)
(8)
(9)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di desa Emplak, Kecamatan Kalipucang Kabupaten Ciamis Jawa Barat tanggal 13 Juli 1992 dengan nama lengkap Ana Purnamasari. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, putri dari pasangan bapak Aceng Dana Rohana dan Ibu Mutmainah.
Pendidikan formal yang diselesaikan penulis yaitu :
1. SD Negeri 02 Purworejo Lampung Tengah diselesaikan pada tahun 2004 2. SMP Negeri 02 Kotagajah Lampung Tengah diselesaikan pada tahun 2007 3. SMA Negeri 01 Kotagajah Lampung Tengah diselesaikan pada tahun 2010
Pada tahun 2010, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung melalui jalur PKAB. Pada bulan Januari 2013, penulis mengikuti Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dengan rute perjalanan Lampung-Jakarta-Semarang-Solo-Bali-Jogjakarta-Bandung. Pada bulan Juli, penulis mengikuti Program Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-K Terintegrasi) di Desa Muara Jaya II, kecamatan Kebun Tebu kabupaten Lampung Barat dan Program Pengalaman Lapangan di SMA Negeri 1 Kebun Tebu.
(10)
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil alamin.
Dengan izin Allah SWT, segala puji hanya milik Allah SWT. Rabb
semesta alam atas izin dan ridho-Nya.
Kupersembahkan dengan tulus kepada:
Bapak dan Ibuku tercinta yang senantiasa memberikan cinta,
kasihsayang, perhatian, semangat, motivasi, dukungan, serta doa yang
menemani langkahku meraih cita-cita.
Adik tersayang yang selalu memberikan perhatian, dukungan, dan
semangat.
Sahabat-sahabatku, terima kasih atas kebersamaan kalian menemani dan
berada disampingku disaat suka dan duka
Para pendidik yang kuhormati terimakasih atas bimbingan dan ilmu
yang telah aku dapat selama ini.
(11)
SANWACANA
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanallahu Wata’ala yang tiada henti memberikan rahmat, kasih sayang, dan karunia-Nya, hingga penulis mampu
menyelesaikan penelitian maupun penulisan skripsi ini.
Banyak hambatan dan kesulitan yang penulis alami dalam menyelesaikan skripsi ini, namun berkat bantuan, bimbingan, arahan, serta semangat dari berbagai pihak akhirnya penulis berhasil menyelsaikan penulisan skripsi ini.
Ucapan teriimakasih yang tulus penulis sampaikan kepada pihak yang telah membantu kelancaran terselesaikannya penulisan skripsi ini, antara lain kepada:
1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP Unila.
2. Bapak Drs. Abdurrahman, M. Si., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerjasama FKIP Unila.
3. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M. Si., selaku Wakil Dekan Bidang Keuangan, Umum, dan Kepegawaian FKIP Unila.
4. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M. Hum., selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni FKIP Unila.
(12)
5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila.
6. Bapak Drs. Tedi Rusman, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi sekaligus pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta memberikan motivasi, arahan dan nasehat dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Bapak Drs. Yon Rizal, M. Si, selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk memberi arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini
8. Ibu Dr. Pujiati, M. Pd., selaku Pembahas yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta memberikan motivasi, arahan dan nasehat dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila, terimakasih kepada ilmu yang telah diberikan kepada penulis.
10. Kak Wardani yang telah membantu dan memberikan pelayanan dengan baik kepada penulis dalam hal administrasi penulisan skripsi.
11. Bapak H.Sunaryo,S.Ag.,M.Pd.I., selaku kepala SMP N 3 Batanghari Nuban Lampung Timur, Bapak Waluyo, selaku waka kurikulum, Ibu Hidayati, S. Pd, selaku guru mata pelajaran IPS Terpadu, dan seluruh Bapak dan Ibu guru yang telah membantu mengumpulkan data penelitian serta staf pengajar SMP Negeri 3
Batanghari Nuban..
12. Siswa-siswi kelas VIII B dan VIII C yang telah membantu terselesaikannya penelitian ini dengan penuh semangat.
(13)
13. Kedua orang tuaku, Bapak Aceng dan Ibu Mutmainah yang tak henti melimpahkan cinta, kasih sayang,nasihat, motivasi, dukungan,dan doa’a tulus yang selalu terucap demi tercapainya cita-cita. Semoga kelak Allah menyediakan Surga-Nya untuk kalian.Aamiin Ya Robbal’alamiin....
14. Adikku tersayang Atik Sugiarti terimakasih untuk do’a dan semangatselama ini. Semoga Allah memberikan balasan yang Indah dan mewujudkan segala impianmu. Aamiin Ya Robbal’alamiin....
15. Sahabat-sahabatku prodi Ekonomi: Sri Wahyuni, Putri Nurizky, Renni Suryani, Wahyu Listiana, Eka Wahyu Ningtias, Wulan Oktabryantina, Lianti Isnani, terima kasih atas dukungan dan motivasi yang kalian berikan untukku, semoga
persahabatan kita takkan terputus, aamiin ya Rob.
16. Saudara-saudaraku Nurul Aini, Dona Ratna Sari, Yuni Setiawati, dan Nuning Septiana Wati, terimakasih untuk segala yang kalian berikan untukku, semoga Allah memudahkan kita menggapai impian. Aamiin ya Robbal’alamin.
17. Teman-teman seperjuanganku Novi, Selvita, Hardian, Imam, terimakasih telah menemani dan membantu.
18. Hafid Achmad Nurudin terimakasih telah menemani, meluangkan waktu, memberi motivasi dan dukungan, dalam menyelesaikan skripsi ini.
19. Teman-teman Pendidikan Ekonomi angkatan 2010, Ayu, Dulan, Kiki, Rosinta, Ana Rinjani, Arif, Bachtiar, Ekasri, Fitma, Hendra Yulianto, Imam, Joko, Levina, Mela, Nida, Novi, Pemi, Renita, Rima, Riza, Sis, Tety, Anggi, Dwi R, Dhila, Amel, Rizki, Wulan S dan semua teman seperjuanganku diEcoution2010.
(14)
20. Teman-teman kelompok KKN-PPL SMA Negeri 1 Kebun Tebu Desi, Diah, Wo Corry, Retno, Ayu, Ajo, Dani, Novrian, Asrul terima kasih atas kebersamaan yang telah tercipta dalam sebuah pengalaman yang tak terlupakan bersama canda tawa kalian. Semoga tetap terjaga kebersamaan kita.
21. Bapak/Ibu KosPrinceseterima kasih atas kesabaran dan pengarahan, semoga tetap terjaga silaturahmi.
22. Teman-teman kosan Nuy, Rika, Sofi, Desfi, Mbak Silvi, Mbak Ria, mbak Novi, Ayu, Ica, Ela terima kasih telah memberikan motivasi dan semangat serta kebersamaan kalian selama ini, mohon maaf jika selama ini banyak salah pada kalian.
23. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.
Semoga segala bantuan, bimbingan, dorongan, dan doa yag diberikan kepada penulis mendapat ridho dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin....
Bandarlampung 25 Oktober 2015 Penulis
(15)
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Paradigma Studi Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu melalui Model Pembelajaran Kooperatif TipeMake a MatchdanTalking Stickdengan
Memperhatikan Sikap terhadap Mata Pelajaran ... 37 2. Desain Penelitian ... 42 3. Estimated Marginal Means ofHasil Belajar IPS Terpadu ... 90
(16)
v
i
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Hasil Mid Semester Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Batanghari
Nuban Tahun Pelajaran 2012/2013 ... 6
2. Langkah-Langkah Model Pemeblajaran Kooperatif ... 22
3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Terpadu Kelas VIII Semester 1 dan ... 30
4. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 34
5. Definisi Operasional Hasil Belajar Dan Sikap Terhadap Mata Pelajaran ... 47
6. Rumus Unsur Tabel Persiapan Anava Dua Jalan ... 56
7. Cara untuk Menemukan Kesimpulan Anava... 57
8. Jumlah Siswa Smp Negeri 3 Batanghari Nuban ... 62
9. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Kelas Eksperimen ... 65
10. Distribusi Frekuensi Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran Kelas Eksperimen ... 67
11. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Yang Memiliki Sikap Positif terhadap Mata Pelajaran pada kelas Eksperimen... 69
12. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Yang Memiliki Sikap Negatif terhadap Mata Pelajaran pada Kelas Eksperimen ... 71
13. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPS Terpadu pada Kelas Kontrol ... 73
14. Distribusi Frekuensi Sikap Siswa terhadap Mata Pelajaran Pada Kelas Kontrol ... 75
15. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa yang Memiliki Sikap Positif terhadap Mata Pelajaran pada Kelas Kontrol... 77
16. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa yang memiliki Sikap Negatif terhadap Mata pelajaran pada Kelas kontrol ... 79
17. Hasil Uji Normalitas Data ... 81
18. Hasil Uji Homogenitas ... 82
19. Peningkatan Hasil Belajar Ips Terpadu Pada Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol... 84
20. Hasil Pengujian Hipotesis 1 ... 86
21. Hasil Pengujian Hipotesis 2 ... 87
22. Hasil Pengujian Hipotesis 3 ... 88
23.Estimated Marginal Means... 89
24. Hasil Pengujian Hipotesis 4 ... 91
(17)
vii
Daftar Grafik
Grafik Halaman
1. Tingkat Ketuntasan Hasil Belajar IPS Terpadu pada Kelas Eksperimen...66 2. Kategori Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran IPS Terpadu
Kelas Eksperimen ...68 3. Tingkat Ketuntasan Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa yang Memiliki
Sikap Positif pada Kelas Eksperimen...70 4. Tingkat Ketuntsan Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa yang Memiliki Sikap Negatif
Pada Kelas Eksperimen ...71 5. Tingkat Ketuntasan Hasil Belajar IPS Terpadu Kelas Kontrol ...74 6. Kategori sikap siswa terhadap mata pelajaran IPSTerpadu ...76 7. Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa yang Memiliki Sikap Positif terhadap
Mata Pelajaran IPS Terpadu pada kelas Kontrol...78 8. Ketuntasan Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa yang Memiliki Sikap Negatif terhadap
Mata Pelajaran pada Kelas Kontrol...80 9. Grafik Peningkatan Hasil Belajar IPS Terpadu kelas
Eksperimen dan Kontrol...84 10. Perbandingan Rata-Rata Hasil Belajar IPS Terpadu antara
Model Pembelajaran Kooperatif TipeMake a MatchdanTalking stick...94 11. Perbandingan Rata-Rata Hasil Belajar IPSTerpadu antara
Siswa yang Memiliki Sikap Positif dan Negatif terhadap Mata Pelajaran
(18)
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Profil SMP Negeri 3 Bataghari Nuban 111
2. Daftra Guru SMP Negeri 3 batanghari Nuban ... 112
3. Kisi-kisi Soal Post Test (Ujicoba) ... 114
4. Ujicoba Pos Tes ... 115
5. Kunci Jawaban Soal Pos Test (Ujicoba)... 120
6. Validitas Soal Post tes ... 121
7. Reliabilitas Hasil Belajar ... 122
8. Tingkat Kesukaran Soal Post Test... 123
9. Daya Beda Soal Post Test... 124
10. Kisi-kisi Angket... 125
11. Kuisioner Tentang Sikap Siswa terhadap mata pelajaran ... 126
12. Uji Validitas Kuisioner... 128
13. Uji Reliabilitas Angket ... 129
14. Kisi-Kisi Soal Pre Test ... 130
15. Soal Pre Tes ... 131
16. Kunci Jwaban Soal Pre Test ... 135
17. Kisi-Kisi Post Test... 136
18. Soal Pos Tes ... 137
19. Kunci Jawaban Soal Post Test... 142
20. Daftar Siswa Kelas Eksperimen (VIII B) ... 143
21. Daftar Siswa Kelas Kontrol (VIII C)... 143
22. Hasil Post Test Kelas Eksperimen... 144
23. Hasil Post Test Kelas Kontrol ... 145
24. Data Hasil Penelitian Kelas Eksperimen dan Kontrol... 146
25. Tinggi Rendah Hasil Angket Kelas Eksperimen (VIII B)... 147
26. Tinggi Rendah Hasil Angket Kelas Kontrol (VIII C) ... 148
27. Uji Normalitas ... 149
28. Uji Homogenitas... 149
29. Uji Analisis Anava ... 150
30. Uji t-tes ... 151
(19)
x
32. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas VIIIB ... 155
33. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas VIIIB ... 157
34. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas VIIIC ... 159
35. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas VIIIC ... 161
36. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas VIIIC ... 163
37. Silabus Pembelajaran... 165
38. Surat keterangan Penelitian ... 167
(20)
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL
ABSTRAK
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR GAMBAR... v
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GRAFIK... viii
DAFTAR LAMPIRAN... ix
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 7
1.3 Batasan Masalah ... 7
1.4 Rumusan Masalah ... 7
1.5 Tujuan Penelitian ... 8
1.6 Kegunaa Penelitian ... 9
1.7 Ruang Lingkup Penelitian ... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka ... 11
A. Definisi Belajar dan Teori Belajar ... 11
B. Hasil Belajar ... 16
C. Model Pembelajaran Kooperatif ... 19
D. Model Pembelajaran Koperatif TipeMake a Match ... 23
E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipetalking Stick ... 26
F. IPS Terpadu... 28
G. Sikap terhadap Mata pelajaran IPS Terpadu ... 31
2.2 Hasil Penelitian Yang Relevan ... 34
2.3 Kerangka Pikir ... 35
2.4 Anggapan Dasar Hipotesis ... 38
2.5 Hipotesis ... 39
III. METODOLOGI PENELITIAN 3. 1 Metodologi Penelitian ... 40
1. Metode Penelitian ... 40
2. Desain Penelitian... 41
3. Prosedur Penelitian ... 43
3. 2 Populasi dan Sampel ... 45
(21)
2. Sampel ... 46
3. 3 Variabel Penelitian ... 46
3. 4 Definisi Konseptual dan Operasional Variabel ... 47
3. 5 Teknik Pengumpulan Data ... 48
1. Dokumentasi ... 48
2. Teknik Tes ... 49
3. Kuisioner ... 49
3. 6 Uji Persyaratan Instrumen Penelitian ... 49
1. Uji Validitas ... 49
2. Uji Reliabilitas ... 50
3. Taraf Kesukaran ... 51
4. Daya Beda ... 52
3. 7 Uji Persyaratan Analisis Data ... 53
1. Uji Normalitas ... 53
2. Uji Homogenitas ... 54
3. 8 Teknik Analisis Data ... 54
1. t-test Dua Sampel Independen ... 54
2. Analisis Varians Dua Jalan ... 56
3. Pengujian Hipotesis ... 57
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 60
1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Negeri 3 Batanghari Nuban ... 60
2. Visi dan Misi SMP Negeri 3 Batanghari Nuban ... 61
3. Keadaan Siswa ... 62
4. Situasi dan Kondisi SMP Negeri 3 Batanghari Nuban ... 63
4.2 Deskripsi Data ... 64
1. Deskripsi Data Kelas Eksperimen (modelmake a match) ... 65
2. Deskripsi Data Kelas Kontrol (modeltalking stick) ... 73
4.3 Pengujian Persyaratan Analisis Data... 81
1. Uji Normalitas ... 81
2. Uji Homogenitas ... 82
4.4 Hasil Belajar IPS Terpadu di Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 83
4.5 Pengujian Hipotesis... 85
1. Pengujian Hipotesis 1... 86
2. Pengujian Hipotesis 2... 87
3. Pengujian Hipotesis 3... 88
4. Pengujian Hipotesis 4... 91
5. Pengujian Hipotesis 5... 92
4.6 Pembahasan ... 94
V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan... 105
5.2 Saran... 106 DAFTAR PUSTAKA
(22)
1. PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian. Pembahasan secara rinci beberapa sub bab tersebut dikemukakan sebagai berikut.
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan dan pembentukan manusia melalui tuntunan dan petunjuk yang tepat di sepanjang kehidupan, melalui berbagai upaya yang langsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Sekolah sebagai lembaga pendidikan kedua setelah keluarga merupakan pendidikan formal yang mempunyai peranan untuk mengembangkan kepribadian anak sesuai dengan kemampuan dan pengetahuannya untuk melaksanakan tugasnya kelak dalam masyarakat. Pendidikan merupakan suatu proses penyadaran bagi manusia untuk bisa mengenali potensi-potensi dasar yang dimiliki dan untuk menjadikan manusia dari tidak tahu menjadi tahu, guna menghindari kebutaan ilmu pengetahuan dalam era globalisasi. Pendidikan juga diartikan sebagai suatu proses upaya yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk meningkatkan nilai perilaku seseorang atau masyarakat, dari keadaan tertentu untuk mencapai sesuatu yang lebih baik. Pentingnya pendidikan bagi setiap individu menjadi alasan bagi
(23)
2
pemerintah untuk terus meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan dilakukan melalui berbagai hal diantaranya dengan menyediakan semua sarana prasarana pada setiap sekolah, terus memperbaiki kurikulum yang digunakan, serta meningkatkan jumlah guru profesional.
Guru sebagai pendidik dan pengajar tentu memiliki peranan penting dalam proses peningkatan mutu pendidikan. Seorang guru dituntut kreatif dan inovatif dalam menyampaikan pelajaran. Hal ini bertujuan agar siswa merasa nyaman dalam mengikuti proses belajar mengajar di sekolah. Ketika guru menyampaikan materi dengan bahasa yang mudah dimengerti maka materi yang disampaikan gurupun akan semakin mudah dipahamai oleh siswa.
Penyampaian materi pelajaran yang dilakukan oleh guru hendaknya dilakukan dengan model pembelajaran yang sesuai. Terdapat bermacam-macam model pembelajaran dalam metode kooperatif, dimana siswa dituntut lebih aktif dibandingakan guru. Model pembelajaran tersebut ada yang berbentuk permainan, diskusi kelompok, ataupun bekerja secara individu. Semakin beragamnya model pembelajaran yang diterapkan oleh guru tentu akan mengurangi rasa bosan para siswa ketika proses belajar mengajar berlangsung. Selain itu motivasi untuk mengikuti pelajaranpun akan semakin tinggi. Ketika motivasi untuk mengikuti proses belajar mengajar seorang siswa tinggi maka mereka akan memiliki sikap belajar yang posotif, sehingga diharapkan hasil belajar siswa akan maksimal.
(24)
3
SMP Negeri 3 Batanghari Nuban adalah salah satu sekolah yang menggunakan metode konvensional dalam menyampaikan materi pelajaran oleh para guru. Metode konvensional tidak menuntut siswa untuk lebih aktif dalam belajar melainkan guru lebih dominan dalam menyampaikan materi sehingga siswa cenderung pasif dan hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru. Materi yang disampaikan kepada siswa dilakukan dengan cara caramah, khususnya pada mata pelajaran IPS Terpadu. Penggunaan metode ceramah yang dilakukan oleh guru dianggap lebih efektif dalam proses belajar mengajar, guru menerangkan kemudian siswa hanya duduk melihat dan mencatat apa yang mereka anggap perlu dicatat. Keadaan tersebut tentu membuat proses belajar mengajar hanya berpusat pada guru, sehingga akan timbul rasa tertekan pada diri siswa kemudian muncul perasaan tidak senang terhadap mata pelajaran yang disampaikan. Kurang bervariasinya model pembelajaran yang diterapkan oleh guru menjadi salah satu faktor yang menyebabkan belum tercapainya hasil belajar secara maksimal pada mata pelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri 3 Batanghari Nuban. Metode caramah yang selalu digunakan guru membuat banyak siswa merasa bosan dan akan menimbulkan sikap negatif terhadap mata pelajaran yang bersangkutan.
Menurut Thurstone dalam Walgito (2003: 126) menyatakan bahwa, sikap adalah salah satu tingkatan afeksi baik yang bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis. Afeksi yang positif yaitu afeksi senang, sedangkan afeksi negatif adalah afeksi yang tidak menyenangkan.
(25)
4
Melihat pengertian sikap tersebut bahwasanya sikap merupakan tingkatan afeksi yang bersifat positif ataupun negatif dan diarahkan kepada objek tertentu. Afeksi positif ditandai dengan timbulnya rasa senang sedangkan afeksi negatif ditandai dengan timbulnya rasa tidak senang terhadap objek dari sikap itu sendiri. Dengan demikian, objek dapat menimbulkan berbagai macam sikap, dapat menimbulkan berbagai macam tingkatan afeksi pada seseorang.
Objek dalam penelitian ini adalah mata pelajaran IPS Terpadu. Sikap terhadap mata pelajaran IPS Terpadu dapat diartikan sebagai kecenderungan perilaku terhadap mata pelajaran IPS Terpadu. Jika seorang siswa memiliki sikap negatif terhadap mata pelajaran IPS Terpadu maka siswa tersebut cenderung melakukan kegiatan yang sifatnya menganggu proses belajar mengajar di kelas, timbul perasaan tidak suka terhadap pelajaran yang disampaikan, dan akhirnya materi pelajaran yang disampaikan oleh guru tidak dapat dipahami oleh para siswa. Berbeda dengan siswa yang memiliki sikap positif, mereka akan menyenangi pelajaran IPS Terpadu, aktif bertanya mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, menanggapi apa yang disampaikan oleh guru, dan selalu menyimak penjelasan secara seksama.
Seorang guru harus mampu merubah sikap negatif seorang siswa terhadap pelajaran yang disampaikan khususnya pelajaran IPS Terpadu, salah satunya dengan cara memperbanyak model pembelajaran yang diterapkan dalam proses belajar mengajar. Model pembelajaran tersebut misalnya talking stick
danmake a match. Kedua model tersebut merupakan model pembelajaran dari metode kooperatif. Penerapan kedua model tersebut tentu dapat membuat
(26)
5
siswa lebih aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas. Kedua model tersebut sama-sama merupakan model pembelajaran berbentuk permainan.
Secara umum pada model pembelajaran tipe talking stick guru tetap menyampaikan materi pelajaran, kemudian siswa diberi waktu untuk belajar. Setelah siswa dirasa cukup dalam memahami materi kemudian guru akan mulai permainan dengan cara mengoper tongkat sembari menyanyikan sebuah lagu. Siswa yang memegang tongkat saat lagu berhenti maka siswa tersebut harus menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Sedangkan pada model pembelajaranmake a match, siswa harus mencari pasangan atau mencocokkan kartu yang merupakan jawaban atau soal dengan batas waktu yang telah ditentukan, kemudian siswa yang menemukan pasangannya dengan tepat akan diberi poin. Model pembelajaran kooperatif tipe make a match hampir sama dengan talking stick, yaitu guru tetap menyampaikan materi dan memberi waktu pada siswa untuk belajar, namun cara memainkannya berbeda. Kelas dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok “soal” dan “jawaban”, kemudian mereka dibagi kertas yang berisi soal atau jawaban. Masing-masing dari mereka harus mencari pasangannya hingga benar. Kedua model tersebut kemudian diakhiri dengan kesimpulan yang disampaikan oleh siswa.
Setelah melakukan penelitian pendahuluan di SMP Negeri 3 Batanghari Nuban, diketahui bahwa pencapaian hasil belajar IPS Terpadu kelas VIII belum maksimal. Hal tersebut terlihat dari banyaknya siswa kelas VIII yang hasil belajarnya belum mencapai KKM saat mid semester. Berikut adalah
(27)
6
tabel nilai mid semester ganjil kelas VIII SMP Negeri 3 Batanghari Nuban Tahun Pelajaran 2013/2014.
Tabel 1. Hasil Mid Semester Pada Siswa Kelas VIII
No Kelas Interval Nilai Jumlah Siswa
<75 ≥ 75
1 VIIIA 14 10 24
2 VIIIB 15 11 26
3 VIIIC 16 9 25
4 VIIID 14 12 25
Persentase 58,42% 41,58% 100%
Sumber: Guru mata pelajaran IPS Terpadu
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa ketuntasan belajar IPS Terpadu siswa masih tergolong rendah yaitu siswa yang mencapai KKM (kriteria ketuntasan minimal) 75 hanya 42 orang siswa dari jumlah 101 siswa atau hanya 41,58% sedangkan 58,42% berada di bawah KKM. Masih banyaknya siswa yang hasil belajarnya di bawah KKM menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan guru dalam menyampaikan pelajaran belum maksimal. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Djamarah dan Zain, (2006: 128) apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 65% dikuasai siswa maka prestasi keberhasilan siswa pada mata pelajaran tersebut tergolong rendah.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti memilih sikap terhadap mata pelajaran sebagai variabel moderator, hasil belajar IPS Terpadu sebagai variabel terikat, serta model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan
talking sticksebagai variabel bebas. Sehingga peneliti mengambil judul“Studi Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match dan Talking Stick dengan Memperhatikan Sikap terhadap Mata Pelajaran”.
(28)
7
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut.
1. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu belum maksimal. 2. Partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar masih kurang.
3. Motivasi siswa untuk memperoleh hasil belajar yang tinggi masih kurang.
4. Belum diterapkannya model pembelajaran yang bervariasi dalam kegiatan belajar mengajar.
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah model pembelajaran make a match (XI), model pembelajaran talking stick (X2), sikap terhadap mata pelajaran (Z), dan hasil belajar (Y).
1.4 Rumusan Masalah
Sesuai dengan identifikasi masalah dan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah.
1. Apakah terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
make a matchdantalking stick?
2. Apakah terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang memiliki sikap positif dan negatif terhadap mata pelajaran?
(29)
8
3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan sikap terhadap mata pelajaran?
4. Apakah terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
make a match dan talking stick bagi siswa yang mempunyai sikap positif terhadap mata pelajaran?
5. Apakah terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
make a match dan talking stick bagi siswa yang memiliki sikap negatif terhadap mata pelajaran?
1.5 Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa tujuan, diantaranya adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu antara siswa
yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
make a matchdantalking stick.
2. Mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang memiliki sikap positif dan negatif terhadap mata pelajaran.
3. Mengetahui interaksi antara model pembelajaran dengan sikap terhadap mata pelajaran.
4. Mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
make a match dan talking stick bagi siswa yang mempunyai sikap positif terhadap mata pelajaran.
(30)
9
5. Mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dantalking stick bagi siswa yang memiliki sikap negatif terhadap mata pelajaran.
1.6 Kegunaan Penelitian
Kegunaan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Secara Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi secara lengkap mengenai penelitian yang menekankan pada perbandingan penerapan model pembelajaran.
b. Memberikan wawasan pengetahuan kepada siswa tentang strategi belajar guna meningkatkan hasil belajar.
2. Secara Praktis
a. Bagi siswa dapat meningkatkan minat belajar, aktivitas belajar, menimbulkan interaksi antara siswa dan guru dalam proses pembelajaran.
b. Bagi guru dapat menerapkan berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan materi ajar guna meningkatkan hasil belajar.
c. Bagi sekolah diharapkan hasil penelitian menjadi salah satu bahan rujukan yang bermanfaat guna memperbaiki mutu pembelajaran. d. Bagi peneliti sebagai bentuk praktik dan pengabdian terhadap ilmu
yang telah di peroleh serta sebagai syarat menyelesaikan studi di Universitas Lampung.
(31)
10
e. Bagi peneliti lain dapat menjadi bahan referensi dan pertimbangan guna menghasilkan penelitian yang lebih baik.
1.7 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian terdiri atas: 1. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah model pembelajaran talking stick, model pembelajaranmake a match, dan sikap terhadap mata pelajaran.
2. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester genap. 3. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Batanghari Nuban, Kedaton Lampung Timur.
4. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap Tahun Pelajaran 2013/2014.
5. Ilmu
(32)
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
Bagian ini akan membahas tinjauan pustaka (definisi belajar dan teori belajar, hasil belajar, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran kooperatif tipe
make a matchdantalking stick, IPS Terpadu, serta sikap terhadap mata pelajaran), penelitian yang relevan, kerangka pikir, anggapan dasar hipotesis, dan hipotesis.
2.1 Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka diartikan sebagai peninjauan kembali pustaka-pustaka yang terkait. Berikut adalah pemaparan mengenai teori belajar, model pembelajaran, serta IPS Terpadu.
A. Definisi Belajar dan Teori Belajar 1. Definisi Belajar
Ahmadi (2004: 128) mengatakan belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Hal tersebut diperkuat oleh Henry E. Garret dalam Slameto (2010: 2) yang menyatakan bahwa belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dari perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu.
(33)
12
Berdasarkan definisi tersebut, diketahui bahwa belajar merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku dan dilakukan dalam kurun waktu yang lama. Perubahan tingkah laku tersebut terbentuk akibat adanya pengalaman pribadi yang terjadi melalui interaksi antara individu dan lingkungannya.
Belajar merupakan usaha sadar yang dilakukan secara terus menerus sebagai usaha untuk memperoleh perubahan tingkah laku melalui latihan maupun pengalaman pribadi. Proses belajar akan maksimal jika prinsip belajar tersebut dipahami dengan baik. Proses belajar yang dialami oleh siswa ditandai dengan terjadinya perubahan perilaku dalam diri siswa baik aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sesuai dengan tahap perkembangannya yang kemudian dapat dilihat melalui hasil belajar siswa. Slameto (2010: 27-28) menjelaskan prinsip-prinsip belajar sebagai berikut.
1. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar.
a. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan berpartisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.
b. Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional.
c. Belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksporasi dan belajar dengan efektif.
d. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya. 2. Sesuai hakikat belajar
a. Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya.
b. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan
discovery.
c. Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian satu dengan pengertian yang lain) sehingga
(34)
13
mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan respons yang diharapkan.
3. Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari
a. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.
b. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan intruksional yang harus dicapainya. 4. Syarat keberhasilan belajar
a. Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang.
b. Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa.
Berdasarkan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan tersebut, bahwasanya belajar tidak hanya berhenti pada satu titik, namun belajar dilakukan berdasarkan tahapan yang telah ditentukan. Belajar tidak hanya dilakukan dalam satu waktu saja, yaitu dilakukan sacara kontinyu atau berkelanjutan agar diperoleh pemahaman yang sempurna oleh individu. Materi yang disampaikan dalam proses belajar mengajarpun harus terstruktur, hal tersebut guna memudahkan para siswa dalam memahami apa yang disampaikan guru. Rogers dalam Dimyati dan Mudjiono (2006: 10) mengemukakan belajar dengan pendekatan prinsip pendidikan dan pembelajaran yaitu.
1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan wajar untuk belajar, siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya. 2. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi siswa. 3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan
bahan dan ide baru, sebagai bagian yang bermakna bagi siswa. 4. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar
tentang proses-proses belajar, keterbukaan belajar mengalami sesuatu, bekerjasama dengan melakukan pengubahan diri terus-menerus.
5. Belajar yang optimal akan terjadi bila siswa berpartisipasi secara bertanggungjawab dalam proses belajar,
6. Belajar mengalami (experiental learning) dapat terjadi, bila siswa mengevaluasi dirinya sendiri. Belajar mengalami dapat
(35)
14
memberi peluang untuk belajar kreatif,self evaluationdan kritik diri. Hal ini berarti bahwa evaluasi dari instruktur bersifat sekunder.
7. Belajar mengalami menuntut keterlibatan siswa secara penuh dan sungguh-sungguh.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa belajar merupakan usaha sadar yang dilakukan secara terus menerus sebagai usaha untuk memperoleh perubahan tingkah laku melalui latihan maupun pengalaman pribadi. Belajar juga memerlukan evaluasi guna mengetahui seberapa besar pengetahuan yang dikuasai selama proses belajar mengajar.
2. Teori Belajar
Para ahli mengemukakan beberapa teori belajar yang secara umum dipelajari, misalnya teori belajar kognitif dan teori belajar konstruktivisme. Menurut Bruner dalam Suprijono (2010: 24) perkembangan kognitif individu dapat ditingkatkan melalui penyusunan materi pelajaran dan mempresentasikannya sesuai dengan tahap perkembangan individu. Penyusunan penyajian materi dapat dimulai dari materi secara umum, kemudian secara berkala kembali mengajarkan materi yang sama dalam cakupan yang lebih rinci.
Selain teori kognitif, Suprijono ( 2010: 39) juga mengemukakan teori konstruktivisme.
Secara sosiologis, pembelajaran konstruktivisme menekankan pentingnya lingkungan sosial dalam belajar kolaboratif dan kooperatif akan dapat meningkatkan pengubahan secara konseptual. Keterlibatan orang lain membuka kesempatan bagi peserta didik untuk mengevaluasi dan memperbaiki pemahaman mereka saat mereka bertemu dengan pemikiran orang lain dan saat berpartisipasi
(36)
15
dalam pencarian pemahaman bersama. Prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam pengembangan pembelajaran konstruktivisme adalah: 1) Prior Knowledge (pengetahuan awal siswa), 2) Conceptual-Change Proces(Proses perubahan konseptual).
Berdasarkan teori belajar tersebut, teori belajar konstruktivisme merupakan teori belajar yang memiliki keterkaitan dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan talking stick. Model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan talking stickmerupakan model pembelajaran yang sama-sama menuntut siswa aktif dalam proses pembelajaran.
Hal tersebut sesuai dengan inti dari teori konstruktivisme yang mengemukakan bahwa belajar sebagai kegiatan manusia membangun dan menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya. Pada teori ini setiap siswa akan mengemukakan suatu pendapat, dan menanggapi pendapat orang lain. Keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat tersebut menjadi dasar bagi diri mereka untuk membentuk sebuah pemahaman baru mengenai materi pelajaran melalui pengalaman pribadi.
Berkaitan dengan hal tersebut, Uno (2007: 101) mengungkapkan ciri-ciri pembelajaran berdasarkan teori konstruktivisme yaitu sebagai berikut: (1) Tahap persepsi (mengungkap konsep awal dan membangkitkan motivasi belajar pelajar); (2) Tahap eksplorasi; (3) Tahap perbincangan dan penjelasan konsep; (4) Tahap pengembangan dan aplikasi konsep.
(37)
16
Berdasarkan uraian tersebut, ciri-ciri pembelajaran pada teori konstruktivisme sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan talking stick. Dikatakan demikian karena dalam pelaksanaannya model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan
talking stick merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam proses belajar mengajar. Guru akan memberikan motivasi terlebih dahulu, kemudian menjelaskan konsep pembelajaran dan melakukan pengembangan dengan cara melakukan permainan make match dan
talking stick, sehingga siswa diharapkan mampu menemukan dan mengembangkan konsep yang diberikan oleh guru.
B. Hasil belajar
Tujuan yang ingin dicapai oleh guru dan siswa dari suatu proses belajar mengajar salah satunya adalah hasil belajar yang tinggi. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3) mengatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Lina dalam Slameto (2010: 8) menjelaskan bahwa,
hasil belajar adalah suatu angka atau indek yang menentukan berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam proses pembelajaran. Angka dari hasil tes yang diperoleh siswa tidak hanya sekedar gambaran usaha belajar siswa yang dilakukan dalam pembelajaran tapi juga merupakan gambaran keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri.
(38)
17
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan gambaran mengenai tingkat keberhasilan siswa selama proses belajar mengajar yang diketahui melalui evaluasi yang dilakukan ketika pokok bahasan yang dipelajari telah usai. Tingkat keberhasilan dari proses belajar mengajar tertuang dalam bentuk angka yang menggambarkan tinggi rendahnya nilai yang diperoleh setelah proses evaluasi. Hasil belajar maksimal menunjukkan bahwa guru dan siswa telah berhasil dalam proses belajar mengajar, sebaliknya rendahnya hasil belajar menunjukkan adanya hal-hal yang mempengaruhi hasil belajar tersebut.
Terkait hal tersebut, Slameto (2010: 53). Mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya:
1. Faktor intern
a. Faktor Jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh)
b. Faktor-faktor Psikologis (intelegensi, minat, bakat, motif, dan kesiapan)
c. Faktor kelelahan 2. Faktor ekstern
a. Faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar keluarga, dan suasana rumah)
b. Faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, dan metode belajar)
c. Faktor masyarakat (mass media, dan teman bergaul)
Melihat berbagai macam faktor yang mempengaruhi hasil belajar tersebut, sikap sebagai salah satu bagian yang terlahir dari faktor psikologis tentu memiliki pengaruh terhadap hasil belajar, selain itu metode mengajar guru sebagai salah satu faktor ekstern juga memiliki
(39)
18
pengaruh terhadap hasil belajar. Kedua hal tersebut sama-sama akan berpengaruh apabila guru tidak memperhatikannya.
Berkaitan dengan hasil belajar, Bloom dalam Sardiman (2005: 23) menyebutkan tiga ranah yang dipakai untuk mempelajari jenis perilaku dan kemampuan internal akibat belajar. Masing-masing ranah ini dirinci lagi menjadi beberapa jangkauan kemampuan (level of competence) sebagai berikut.
a. Kognitif Domain: (1) Knowledge (pengetahuan, ingatan); (2) Comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh); (3) Analysis(menguraikan, menentukan hubungan); (4) Synthesis
(mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru); (5)Evaluation(menilai); (5)Application(menerapkan).
b. Affective Domain: (1) Receiving (sikap menerima); (2)
Responding (memberikan respons); (3) Valuing (nilai); (4)
Organization(organisasi); (5)Characterization(karakterisasi).
c. Psychomotor Domain: (1) Initiatory level; (2) Pre-routine level;
(3)Routinized level.
Berdasarkan tiga ranah untuk mengetahui jenis perilaku dan kemampuan internal tersebut, Djamarah (2006:107) mengemukakan cara untuk mengukur keberhasilan proses pembelajaran sebagai berikut.
1. Istimewa/maksimal, apabila seluruh bahan pelajaran dapat dikuasai oleh siswa.
2. Baik sekali/optimal, apabila sebagian besar bahan pelajaran dapat dikuasai 76%-99%.
3. Baik/minimal, apabila bahan pelajaran hanya dikuasai 60%-75%. 4. Kurang, apabila bahan pelajaran yang dikuasai kurang dari 60%. Bardasarkan uraian tersebut, diketahui bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh seseorang setelah menempuh proses belajar yang dicerminkan dalam bentuk angka atau skor dari kegiatan evaluasi. Hasil belajar dikatakan sangat penting karena dapat dijadikan sebagai
(40)
19
tolak ukur keberhasilan dalam proses pembelajaran di sekolah. Keberhasilan guru dalam menyampaikan materi pelajaran dapat dilihat dari persentase penguasaan materi oleh siswa. keberhasilan tersebut dikatakan baik apabila siswa mampu menguasai lebih dari 60% materi yang diajarkan.
C. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning)
Menurut Joyce dalam Trianto (2009: 22) model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum dan lainnya. Sejalan dengan Trianto, Suprijono (2010: 46) menyatakan bahwa,
model pembelajaran merupakan pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan oleh guru di kelas pada kegiatan pembelajaran. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Merujuk dua pendapat tersebut, maka dapat dikatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan yang digunakan oleh seorang guru dalam menyampaikan materi di kelas secara sistematis. Pemilihan model pembelajaran oleh guru dapat disesuaikan dengan pokok bahasan atau materi yang akan disampaiakan serta tujuan yang ingin dicapai.
(41)
20
a. Pengertian model pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran secara umum dibagi menjadi dua yakni secara kooperatif (kelompok) dan secara individual. Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar siswa, membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri, serta meningkatkan kemampuan akademik melalui aktivitas kelompok. Kegiatan tersebut dilakukan untuk memahami materi pelajaran, dan tentu ada saling ketergantungan yang positif antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Slavin dalam Solihatin (2008: 4) menyatakan bahwa,
cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang, dengan struktur anggota kelompoknya yang bersifat heterogen. Keberhasilan dalam kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas belajar kelompok, baik secara individual maupun kelompok.
Pendapat tersebut dipertegas oleh Trianto (2009: 56) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis. Pemebelajaran muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Jadi hakikat sosial dan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.
Berdasarkan pengertian tersebut diketahui bahwa kerjasama merupakan kunci untuk menentukan keberhasilan dan mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan
(42)
21
untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar siswa, penerimaan terhadap perbedaan individu dan pengembangan keterampilan sosial.
b. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Roger dan Johnson (Rusman, 2011: 212) ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif yaitu sebagai berikut.
1.Prinsip ketergantungan (positive interdependence), yaitu dalam pembelajaran kooperatif keberhasilan dalam menyelesaikan tugasnya tergantung pada usaha yang dilakukan kelompok tersebut.
2.Tanggungjawab perseorangan (individual accountability), yaitu keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya.
3.Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari kelompok lain.
4.Partisipasi dan komunikasi (participation comunication), yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.
5.Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi guru untuk memberi evaluasi terhadap proses kelompok.
Kelima unsur tersebut merupakan pedoman dan dasar bagi guru untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif akan membentuk pribadi siswa menjadi pribadi yang bertanggungjawab akan tugas yang diberikan serta melatih mereka untuk bersikap saling menghargai pendapat orang lain dalam praktik berdiskusi. Menurut Rusman (2011:207) karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: (1) pembelajaran secara tim; (2) didasarkan pada
(43)
22
manajemen koopertif; (3) kemauan untuk bekerjasama; (4) keterampilan bekerjasama.
Merujuk pada unsur serta karakteristik pembelajaran kooperatif tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan dengan tujuan utama meningkatkan hasil belajar siswa. Selain untuk mencapai hasil belajar kompetensi akademik, model pembelajaran kooperatif juga lebih efektif untuk mengembangkan kompetensi sosial siswa.
c. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif
Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif, pembelajaran dimulai dari guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar.
Tabel 2. Langkah-langkah Model Pemebelajaran Kooperatif
TAHAP TINGKAH LAKU GURU
Tahap 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru mrnyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pembelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi siswa belajar.
Tahap 2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan.
Tahap 3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaiman caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efesien.
(44)
23
Tabel 2 (Lanjutan 1)
Tahap 4
Membimbing kelompok bekarja dan belajar
Guru membimbing
kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Tahap 5 Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari atau
masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil karyanya.
(Rusman, 2011: 211)
Pembelajaran kooperatif perlu dilakukan untuk menghindari siswa bersikap individual dan mementingkan diri sendiri, dengan adanya pembelajaran kooperatif diharapkan siswa lebih bertanggungjawab dalam menyelesaikan tugasnya, menghargai pendapat orang lain, serta mampu memahami materi yang sedang dipelajari.
D. Model Pembelajaran Kooperatif TipeMake a Match
Model pembelajaran make a match serupa dengan metode index card match. Menurut Silberman dalam Hasanah (2009: 21) index card match
(mencocokkan kartu indeks) adalah cara yang menyenangkan lagi aktif untuk meninjau ulang materi pelajaran dimana siswa berpasangan dan memainkan kuis dengan kawan sekelasnya.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa model pembelajaran make a match merupakan model pembelajaran dimana setiap siswa memegang kartu soal atau jawaban dan siswa tersebut dituntut untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam menemukan kartu jawaban maupun kartu soal yang dipegang pasangannya dengan batas waktu tertentu, sehingga membuat siswa berpikir dan menumbuhkan semangat kerjasama.Make a match(mencari pasangan) adalah salah satu
(45)
24
model pembelajaran kooperatif yang menuntut siswa untuk menemukan pasangan yang sesuai dengan kartu permasalahan yang diperoleh melalui undian secara bebas. Kartu-kartu ini dipersiapkan oleh guru dan dibagikan kepada setiap siswa. Pada prinsipnya siswa dalam kelas dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok yang memecahkan masalah dan kelompok yang membawa kartu soal. Tujuan dari model pembelajaran ini adalah untuk membina keterampilan menemukan informasi dan kerjasama dengan orang lain serta membina tanggung jawab untuk memecahkan masalah yang dihadapi melalui kartu permasalahan.
Menurut Djumiati dalam Febriana, (2011: 4) pada model pembelajaran kooperatif tipe make a matchterlebih dahulu diadakan latihan kerjasama kelompok. Hal ini bertujuan untuk mengenal dan memahami karakteristik masing-masing individu dan kelompok. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dipahami bahwa model pembelajaran kooperatif tipemake a match bertujuan untuk menumbuhkan sikap saling menghormati, tanggung jawab, serta meningkatkan percaya diri dalam menyelesaikan suatu masalah. Make a Match merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam pembelajaran, keterampilan mulai dari tingkat awal maupun tingkat mahir yang dimiliki siswa akan terlihat dalam pembelajaran ini, sehingga metode kooperatif tipe make a match
cocok diterapkan pada siswa SD atau SMP. Model tersebut dapat mendorong siswa untuk bersikap demokratis, berani mengemukakan
(46)
25
pendapat, dan bertanggung jawab. Selain itu, karena model ini termasuk dalam jenis permainan maka siswa akan merasa senang untuk belajar. Agar hal tersebut dapat tercapai maka lingkungan dalam pembelajaran
make a match diusahakan agar demokratis yaitu memberikan kebebasan pada siswa untuk mengutarakan pendapat. Berkaitan dengan hal tersebut, Suyatno (2009:121) mengemukakan langakah-langkah make a match
adalah sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi mereview satu bagian soal dan satu bagian jawaban.
2. Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atas kartu yang dipegangnya;
3. Setiap siswa mencari pasangan dari kartu yang dipenganya dengan diberi batas waktu, yang mendapat kartu pasangannya sebelum waktu habis akan diberi poin;
4. Setelah selesai kartu dikocok lagi dan dilakukan hal yang sama sampai jam pelajaran berakhir;
5. Kesimpulan.
Setelah memahami langkah-langkah metode make a match diketahui melalui model pembelajaran make a match akan timbul suasana belajar yang menyenangkan dan membuat siswa lebih aktif. Model pembelajaran ini dilakukan dengan cara siswa mencari pasangan dalam waktu yang sudah ditentukan. Siswa yang berhasil menemukan kartu pasangannya sebelum batas waktu yang ditentukan berhak mendapat poin. Setelah semua siswa berpasangan kemudian mereka akan membacakan hasil temuan mereka di depan kelas. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa metode ini akan memiliki kekurangan, misalnya:
(47)
26
1. Jika guru tidak merancangnya dengan baik, maka banyak waktu terbuang
2. Pada awal-awal penerapan metode ini, banyak siswa yang malu bisa berpasangan dengan lawan jenisnya
3. Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik saat presentasi banyak siswa yang kurang memperhatikan.
Menghindari terjadinya kemungkinan tersebut maka guru harus benar-benar mempersiapkan metode make a match dengan matang, jangan sampai metode yang diterapkan malah menimbulkan suasana belajar yang kurang kondusif.
E. Model Pembelajaran Kooperatif TipeTalking Stick
Talking Stick merupukan salah satu metode yang dapat digunakan dalam model pembelajaran inovatif yang berpusat pada siswa. Talking Stick
adalah metode pembelajaran dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru. Ode dalam Sulistyani (2013: 2) menyatakan model pembelajaran talking stickdapat diartikan sebagai model pembelajaran bermain tongkat, yaitu pembelajaran yang dirancang untuk mengukur tingkat penguasaan materi pelajaran oleh siswa dengan menggunakan media tongkat.
Berdasarkan pengertian tersebut, diketahui bahwa model pembelajaran
talking stick adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang menuntut siswa aktif dalam proses belajar mengajar. Model tersebut
(48)
27
mengaharuskan siswa untuk memperhatikan penjelasan guru dengan seksama dan belajar di rumah agar mampu menjawab pertanyaan yang diberikan ketika permainan memutar tongkat secara estafet berlangsung di kelas. Langkah-langkah permainan ini adalah:
1. Guru menyiapkan sebuah tongkat.
2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi pegangannya.
3. Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya, siswa dipersilahkan untuk menutup bukunya.
4. Guru mengambil tongkat dan diberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya. Demikian seterusnya, sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru. 5. Guru memberikan kesimpulan.
Santoso dalam Sulistyani (2013: 4) mengemukakan bahwa model talking stick mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan yang semuanya melibatkan keikutsertaan siswa dalam pembelajaran.
Kelebihan dari model talking stick adalah: (1) menguji kesiapan siswa; (2) melatih membaca dan memahami dengan cepat; (3) agar lebih giat dalam belajar. Sedangkan kekurangan model pembelajaran
talking stick adalah sebagai berikut: (1) membuat siswa senam jantung; (2) membuat murid minder karena belum terbiasa; (3) siswa yang tidak menguasai materi akan merasa tegang.
Kelebihan dan kekurangan tersebut menjadi panduan dalam melakukan proses belajar mengajar menggunakan model pembelajaran kooperatif
(49)
28
tipetalking stick. Ketika ada siswa yang tidak bisa menjawab pertanyaan hendaknya guru mengondisikan siswa lain agar tidak mengejek agar tidak menimbulkan rasa minder. Hal tersebut akan menjadi motivasi bagi para siswa agar lebih giat belajar. Penggunaan model talking stick baik digunakan untuk melatih kesiapan siswa dalam menjawab pertanyaan secara tiba-tiba namun tetap terasa menyenangkan.
F. IPS Terpadu
IPS merupakan singkatan dari Ilmu Pengetahuan Sosial. Ilmu Pengetahuan Soaial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang disiplin ilmu sosial seperti sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi dan sebagainya agar tercipta suatu keserasian guna mencapai tujuan pendidikan. Disiplin ilmu tersebut mempunyai keterpaduan yang tinggi karena geografi memberikan wawasan yang berkenaan dengan wilayah-wilayah, sejarah memberikan wawasan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau, ekonomi memberikan wawasan tentang berbagai macam kebutuhan manusia dan sosiologi/antropologi memberikan wawasan yang berkenaan dengan nilai-nilai, kepercayaan, struktur sosial dan sebagainya. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Sapriya (2006: 7).
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial seperti sosiologi, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan suatu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial. IPS atau studi sosial merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu sosial yaitu sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, polotik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial.
(50)
29
Kemudian Sapriya (2006: 8) mengemukakan karakteristik pembelajaran IPS yaitu:
1. IPS berusaha mempertautkan teori dan fakta atau sebaliknya (menelaah fakta dari segi ilmu).
2. Penelaahan dan pembahasan IPS tidak hanya dari satu bidang disiplin ilmu saja, melainkan bersikap komprehensif (meluas dari berbagai imu sosial lainnya, sehingga berbagai konsep ilmu secara terintegrasi terpadu) digunakan untuk menelaah satu masalah/tema/topik. Pendekatan seperti ini disebut juga sebagai pendekatanintegrated, juga menggunakan pendekatanbroadfiled¸
danmultiresources(banyak sumber).
3. Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inquiri agar siswa mampu mengembangkan berpikir kritis, rasional, dan analitis.
4. Program pembelajran disusun dengan meningkatkan/ menghubungkan bahan-bahan dari berbagai disiplin ilmu sosial dan lainnya dengan kehidupan nyata di masyarakat, pengalaman, permasalahan, kebutuhan, dan memproyeksikan kepada kehidupan dimasa depan baik dari lingkungan fisik/alam maupun budayanya.
5. IPS dihadapkan secara konsep dan kehidupan sosial yang labil, sehingga titik berat pembelajaran adalah terjadi proses internalisasi secara mantap dan aktif pada diri siswa memiliki kebiasaan dan kemahiran untuk menelaah permasalahan kehidupan nyata pada masyarakat.
6. IPS mengutamakan hal-hal, arti, dan penghayatan hubungan antar manusia yang bersifat manusiawi.
7. Pembelajaran tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata, juga nilai dan keterampilannya.
8. Berusaha untuk memuaskan setiap siswa yang berbeda melalui program maupun pembelajarannya dalam arti memperhatikan minat siswa dan masalah-masalah kemasyarakatan yang dekat dengan kehidupannya.
9. Pengembangan program pembelajaran senantiasa melaksanakan prinsip-prinsip, karakteristik (sifat dasar) dan pendekatan-pendekatan IPS itu sendiri.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa IPS juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya, yaitu lingkungan masyarakat dimana seseorang tumbuh dan berkembang
(51)
30
sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya. Adanya pendidikan IPS Terpadu tentu akan membantu siswa dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan membuat mereka mengerti pentingnya kehidupan sosial. Tujuan utama IPS ialah untuk mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Berikut adalah Standar Kompetensi beserta Kompetensi Dasar IPS Terpadu kelas VIII semester satu dan dua.
Tabel 3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Terpadu Kelas VIII Semester 1 dan 2
Standar Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD) Semester 1 1. Memahami permasalahan sosial kaitan dengan perrtumbuhan jumlah penduduk.
1. Mendeskripsikan kondisi fisik wilayah dan penduduk.
2. Mengidentifikasi permasalahan kependudukan dan upaya penanggulangannya.
3. Mendeskripsikan permasalahan lingkungan hidup dan upaya penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan
Mendeskripsikan permasalahan kependudukan dan dampaknya terhadap pembangunan
2. Memahami proses kebangkitan nasional
1. Menjelaskan proses perkembangan kolonialisme dan imperialisme Barat, serta pengaruh yang ditimbulkannya di berbagai daerah
2. Menguraikan proses terbentuknya kesadaran nasional, identitas Indonesia, dan perkembangan pergerakan kebangsaan Indonesia
3. Memahami masalah penyimpangan sosial
1. Mengidentifikasi berbagai penyakit sosial (miras, judi, narkoba, HIV/Aids, PSK, dan sebagainya) sebagai akibat penyimpangan sosial dalam keluarga dan masyarakat.
(52)
31
Tabel 3 (Lanjutan 1)
penyimpangan sosial dalam keluarga dan masyarakat
4. Memahami kegiatan pelaku ekonomi di masyarakat
1. Mendeskripsikan hubungan antara kelangkaan sumber daya dengan kebutuhan manusia yang tidak terbatas
2. Mendeskripsikan pelaku ekonomi: rumah tangga, masyarakat, perusahaan, koperasi, dan Negara
3. Mengidentifikasi bentuk pasar dalam kegiatan ekonomi masyarakat
Semester 2
5. Memahami usaha persiapan
kemerdekaan
1. Mendeskripsikan peristiwa-peristiwa sekitar proklamasi dan proses terbentuknya negara kesatuan Republik Indonesia
2. Menjelaskan proses persiapan kemerdekaan Indonesia
6. Memahami pranata dan penyimpangan sosial
1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk hubungan sosial
2. Mendeskripsikan pranata sosial dalam kehidupan masyarakat
3. Mendeskripsikan upaya pengendalian penyimpangan sosial
7. Memahami kegiatan perekonomian Indonesia
1. Mendeskripsikan permasalahan angkatan kerja dan tenaga kerja sebagai sumber daya dalam kegiatan ekonomi, serta peranan pemerintah dalam upaya penanggulangannya
2. Mendeskripsikan pelaku-pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian Indonesia
3. Mendeskripsikan fungsi pajak dalam perekonomian nasional
4. Mendeskripsikan permintaan dan penawaran serta terbentuknya harga pasar
Sumber: buku IPS terpadu kelas VIII
G. Sikap Terhadap Mata Pelajaran
Secara umum sikap diartikan sebagai reaksi sebelum melakukan suatu tindakan terhadap situasi tertentu. Sikap yang dalam bahasa Inggris disebut attitude adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang, suatu kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu perangsang atau situasi yang dihadapi.
(53)
32
Sikap merupakan masalah yang penting dan menarik dalam bidang psikologi, khususnya psikologi sosial, sehingga banyak penelitian di bidang psikologi sosial yang mengambil sikap sebagai objek penelitian utama. Menurut Djaali (2008: 114) sikap belajar dapat diartikan sebagai kecenderungan perilaku seseorang tatkala ia mempelajari hal-hal yang berifat akademik.
Pendapat tersebut dipertegas oleh Thurstone dalam Walgito (2003: 126) yang menyatakan bahwa.
Sikap adalah salah satu tingkatan afeksi baik yang bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis. Afeksi yang positif yaitu afeksi senang, sedangkan afeksi negatif adalah afeksi yang tidak menyenangkan. Dengan demikian objek dapat menimbulkan berbagai macam sikap, dapat meinmbulkan berbagai macam tingkatan afeksi pada seseorang.
Sikap siswa terhadap suatu objek secara tidak langsung akan tergambar dari bagaimana tindakan yang dilakukan siswa tehadap objek tersebut. Apabila objek dianggap menarik maka muncul tindakan menyenangi objek dan siswa akan melakukan berbagai hal positif terhadap objek, namun sebaliknya ketika objek tersebut dirasa kurang menarik maka rasa tidak senang yang akan timbul dan mendorong siswa melakukan tindakan yang bersifat negatif. Sikap belajar yang positif dapat disamakan dengan minat, minat akan memperlancar jalannya proses pembelajaran. Siswa yang malas dan tidak mau belajar akan gagal dalam belajar, hal tersebut disebabkan oleh tidak adanya minat. Lebih lanjut Walgito (2003: 127) menjelaskan bahwa sikap mengandung tiga komponen yaitu:
kognitif (perseptual), afektif (emosional), konatif (perilaku atau
(54)
33
berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan bagaimana orang mempersepsi objek sikap. Komponen afektif yaitu yang berhubungan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Komponen konatif yaitu komponen yang berkaitan dengan kecenderungan untuk berperilaku terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap.
Siswa mempunyai sikap positif terhadap suatu objek yang bernilai dalam pandangannya, dan ia akan bersikap negatif terhadap objek yang dianggapnya tidak bernilai dan juga merugikan. Sikap ini kemudian mendasari dan mendorong ke arah sejumlah perbuatan yang satu sama lainnya berhubungan. Hal yang menjadi objek sikap dapat bermacam-macam. Sekalipun demikian, orang hanya dapat mempunyai sikap terhadap hal-hal yang diketahuinya. Sikap merupakan gambaran kesiapan individu untuk menerima atau menolak suatu obyek yang menjadi perhatiannya. Sikap individu dalam menanggapi rangsangan yang berasal dari obyek tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat diketahui bahwa sikap siswa terhadap mata pelajaran adalah gambaran pribadi seorang siswa dalam bertindak terhadap mata pelajaran. Siswa yang memiliki sikap yang positif terhadap mata pelajaran mereka akan lebih senang ketika guru menyampaikan meteri, motivasi belajar merekapun lebih tinggi berbeda dengan siswa yang memiliki sikap negatif terhadap mata pelajaran, siswa lebih cuek dan memiliki motivasi belajar yang rendah. Hal tersebut tentu akan berpengaruh terhadap hasil belajar.
(55)
34
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan digunakan sebagai pembanding atau acuan dalam melakukan kajian penelitian. Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut.
Tabel 4. Hasil Penelitian yang Relevan
No Nama Judul Penelitian Hasil Penelitian
1 Muji
Aprilia Fitriani
Perbandingan Model
Pembelajaran Problem
Based Instruction Dan
Make a Matchpada Hasil Belajar Ekonomi Kelas XI SMA Negeri 1 Sumberjaya
Hasil uji hipotesis yang pertama dengan uji Anava diperoleh Sig. 0,016 < 0,05 menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil belajar ekonomi antara siswa dengan perlakuan model pembelajaran PBI dan model pembelajaran make a match. Sedangkan untuk hipotesis kedua dengan perhitungan manual
menggunakan rumus diperoleh
hasil keefektifan adalah 1,02 yang artinya penggunaan model PBI lebih efektif dibandingkan model
make a match.
2 Ayu
Febriana
Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Make a Match untuk meningkatkan
Kualitas Pembelajaran IPS Siswa kelas V SD Negeri kalibanteng Kidul 01 Kota
Semarang
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipemake a match
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS pada siswa kelas V SD Negeri Kalibanteng kidul 01 Kota Semarang. Hal tersebut dibuktikan dengan rata-rata hasil belajar yang diperoleh pada pembelajaran IPS melalui model pembelajaran kooperatif tipeMake A Matchyakni siklus I dengan rata-rata 62,27. Siklus II rata-rata 71,46 dan siklus III rata-rata hasil belajarnya adalah 79,90. Sedangkan persentase ketuntasan yang diperoleh pada setiap siklus adalah siklus persentase ketuntasan klasikal adalah 54,16%, pada siklus II adalah 75% dan siklus III adalah 85,41%. Model pembelajaran kooperatif tipeMake A Match
dapat meningkatkan hasil belajar.
(56)
35
Tabel 4. (Lanjutan 1)
3 Eis
Sumiyati R
Studi Perbandingan
Hasil Belajar Ekonomi melalui
Modelpembelajaran Kooperatif TipeMake A Match dengan Model Pembelajaran Langsung pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA
Negeri 1 Terbanggi
Besar TP 2011/2012
Hasil penelitian ada perbedaan hasil belajar ekonomi antara siswa yang
pembelajarannya menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe
make a match dengan siswa yang
pembelajarannya menggunakan
model pembelajaran langsung, diperoleh Fhitung5,891 > Ftabel4,00.
4 Restu
Ilmiah
Hubungan antara Motivasi Berprestasi dan
Sikap Siswa Terhadap Guru Ekonomi dengan Prestasi Belajar
Ekonomi Siswa Kelas Xi
MAN 1 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2008/2009.
Ada hubungan antara sikap siswa terhadap guru ekonomi dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi siswa kelas XI MAN 1 Bandar Lampung tahun ajaran
2008/2009, yaitu uji t
menunjukkan bahwa thitung >t tabelyaitu yaitu 4,277>1,986 dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,407 dan koefisien determinasi (r2) sebesar 16,60% sisanya 83,40% dipengaruhi faktor lain.
5 Nur Afni Nopemb eria (2010)
Studi Perbandingan Hasil Beajar dengan Menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe talking stick dan examples non examples pada siswa kelas VI semester Genap di SD Negeri Curup Patah
Kec. Gunung
Labuhan, Kab. Way Kanan Tahun Ajar 2009/2010
Terdapat perbedaan hasil belajar model pembelajaran koopertif tipe talking stick dan examples non examples dan juga antar kemampuan awal tinggi dan rendah.
2.3 Kerangka Pikir
Tujuan utama dari proses pembelajaran adalah meningkatkan hasil belajar serta membentuk kepribadian yang baik pada diri siswa. Hal tersebut dapat dicapai apabila ada interaksi yang baik antara siswa dengan guru, yaitu ketika
(57)
36
materi yang disampaikan guru dapat dipahami oleh siswa dan saat ada materi yang kurang jelas siswa akan bertanya tanpa diminta.
Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan diketahui lebih dari 50% siswa mendapat nilai di bawah KKM. Hal ini diduga karena kurang bervariasinya model pembelajaran kooperatif yang diterapkan oleh guru mata pelajaran IPS Terpadu.
Model pembelajaran adalah cara atau teknik yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Penggunaan model ini secara umum bertujuan agar materi yang disampaikan guru lebih mudah dan cepat dimengerti oleh siswa. Ada banyak model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan oleh guru diantaranya ontextual Teaching and Learning
(CTL), Cooperative Learning (CL), Problem Based Learning (PBL), Pembelajaran bersiklus (Cycle Learning), Realistic Mathematic Education
(RME), make a match, talking stick, dan Open Ended (OE) yang dalam bahasa Indonesianya juga disebut sebagai metode problem terbuka, dan masih banyak lagi lainnya.
Model Pembelajaran make a match artinya model pembelajaran mencari pasangan. Model pembelajaran kooperatif tipe make a match (mencari pasangan) membuat siswa lebih aktif untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Disamping itu, make a match juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat serta berinteraksi dengan siswa lainnya. Media yang perlu dipersiapkan dalam pembelajaran make a match adalah kartu-kartu yang berisi pertanyaan atau jawaban. Model
(58)
37
pembelajaran talking stick merupakan model pembelajaran dengan menggunakan tongkat sebagai media. Mulanya guru menyampaikan materi kemudian untuk menguji pemahaman siswa guru memberikan tongkat (sebelumnya sudah disiapkan) untuk dipegang oleh siswa sambil dioper sesuai lagu yang dinyanyikan. Kemudian saat lagu berhenti maka siswa yang memegang tongkatlah yang harus menjawab pertanyaan dari guru.
Kedua model tersebut dirasa cukup mudah untuk diterapkan, mampu meningkatkan minat belajar siswa, dan dapat dijadikan alternatif pembelajaran oleh guru. Penelitian ini akan meneliti mengenai perbandingan hasil belajar IPS Terpadu siswa melalui model pembelajaran make a match
dantalking stickdengan memperhatikan sikap terhadap mata pelajaran. Gambar 1. Paradigma Studi Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu
melalui Model Pembelajaran Make a match dan Talking Stick
dengan Memperhatikan Sikap terhadap Mata Pelajaran
Perencanaan Pembelajaran
(Pre Test) (Pre Test)
Hasil belajar IPS Terpadu (Posttest/Y2)
Hasil belajar IPS Terpadu (Posttest/Y1)
Modelmake a match Modeltalkingstick
Sikap negatif Sikap positif Sikap negatif
Sikap positif
Terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu siswa melalui model pembelajaranmake a matchdantalking stickdengan memperhatikan sikap
(1)
59
model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan talking stick bagi siswa yang memiliki positif terhadap mata pelajaran.
Rumusan hipotesis 5:
Ho: µ1= µ2 tidak terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar IPS
Terpadu antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan talking stick bagi siswa yang memiliki sikap negati terhadap mata pelajaran.
Ha: µ1 > µ2 terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu
antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan talking stick bagi siswa yang memiliki sikap negatif terhadap mata pelajaran.
Kriteria pengujian hipotesis adalah. Tolak HOapabila Fhitung Ftabel; thitung tabel
Terima HOapabila Fhitung Ftabel; thitung ttabel
Pengujian hipotesis menggunakan bantuan program komputer SPSS versi 20.
(2)
V. SIMPULAN DAN SARAN
Bagian ini akan membahas beberapa hal yang berkaitan dengan simpulan dan saran. Pembahasan secara rinci dikemukakan sebagai berikut.
5.1 Simpulan
Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a matchdantalking stick.
2. Terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang memiliki sikap positif dan negatif terhadap mata pelajaran.
3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan sikap terhadap mata pelajaran.
4. Terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dantalking stick bagi siswa yang memiliki sikap positif terhadap mata pelajaran.
5. Terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make
(3)
106
a match dantalking stick bagi siswa yang memiliki sikap negatif terhadap mata pelajaran.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang studi perbandingan hasil belajar IPS Terpadu melalui model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan talking stick dengan memperhatikan sikap terhadap mata pelajaran, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut.
1. Guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada kelas yang sebagian besar siswa memiliki sikap positif terhadap mata pelajaran, karena dengan model ini siswa lebih bersemangat dalam mencari dan memahami materi. Namun dalam penerapannya harus disesuaikan dengan pokok bahasan serta dilakukannya pengkondisian kelas yang baik agar tidak menciptakan kegaduhan.
2. Guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipetalking stick pada kelas yang sebagian besar siswa memiliki sikap negatif terhadap mata pelajaran. Model ini menuntut siswa untuk selalu mempersiapkan diri dengan cara membaca sebelum pelajaran dimulai sehingga saat berlangsungnya proses belajar mengajar mereka mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru walaupun dalam keadaan tiba-tiba. Namun penerapannya harus disesuaikan dengan pokok bahasan dan tujuan yang ingin dicapai.
3. Bagi peneliti lain yang ingin menerapkan model pembelajaran kooperatif tipemake a matchdantalking sticksebaiknya menambah waktu penelitian
(4)
10✁
agar siswa lebih memahami materi pelajaran serta merasa nyaman dalam proses belajar mengajar. Selain itu pembelajaran menggunakan model make a match sebaiknya dilakukan di luar ruangan agar tidak menganggu kegiatan belajar mengajar kelas lain.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2004.Psikologi Belajar.Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2009.Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Astuti, Sri. 2002.Hubungan Antara Sikap Siswa Terhadap Guru PPKN Dalam Mengajar dengan Prestasi Belajar PPKN Siswa Kelas II SMUN 1 Bukit Kemuning Lampung Utara Tahun Ajaran 200/2001.Skripsi FKIP Unila. Dimyati dan Mudjiono. 2006.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Djaali. 2008.Psikologi Pendidikan.PT. Jakarta: Bumi Aksara.
Djamarah dan Zain. 2006.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Febriana, Ayu. 2011.Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a
Match untuk meningkatkan Kualitas Pembelajaran Siswa Kelas V SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang. Jurnal. from
http://jurnalagfi.org/wp-content/uploads/2013/06/7.-Artikel-Pontas-Sinurat-63-69.pdf.diakses pada 7 Maret 2013.
Hasanah, Novia Uswatun. 2009.Studi komparatif hasil belajar perbankan syariah melalui model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan tipe STAD pada siswa kelas II jurusan Akuntansi SMK N 4 Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 2008/2009. Skripsi. Universitass Lampung
Isjoni, 2009.Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Nopemberia, Nur Afni. 2010. Studi Perbandingan Hasil Belajar Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick Dan Examples Non Examples Pada Siswa Kelas VI Semester Genap Di SD N Curup Patah Kec Gunung Labuhan Kab Way Kanan Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi.Universitas Lampung.Bandar Lampung
Ilmiah, Restu. 2009. Hubungan antara Motivasi Berprestasi dan Sikap Siswa terhadap Guru Ekonomi dengan Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas XI
(6)
MAN 1 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalitas Guru. Jakarta: Rajawali Pers
Sapriya. 2006. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. Jakarta: UPI PERSS
Sardiman, A.M. 2005.Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar: Rajawali Pers.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Memepengaruhi. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Solihatin, Etin. 2008. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajran IPS. Jakarta: PT Bumi Aksara
Sugiyono. 2010.Statistik Untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta.
Sugiyono. 2013. Metode penelitian pendidikan (pendekatankuantitatif, kualitatif dan R&G). Bandung: Alfabeta.
Sukardi. 2003.Metodologi Penelitian Penelitian.Jakarta: Bumi Aksara.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sulistyani. 2013. Implementasi Model Pembelajaran Talking Stick untuk meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa kelas IV SD Negeri 3 Tinga-Tinga. Jurnal PGSD FIP. Universitas Pendidikan Ganesha. Diakses pada 7 Maret 2013.
Suprijono, Agus. 2010.Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif dan Regresif. Jakarta: Prenada Media.
Uno, Hamzah B. 2007.Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Andi