dikomunikasikan secara interpersonal Stuart, 2012. Kecemasan terjadi sebagai hasil dari sebuah ancaman pada kepribadian seseorang, harga diri, atau
identitas diri. Kecemasan dialami ketika nilai-nilai seseorang mengenali bahwa keberadaannya sebagai seseorang terancam. Nilai-nilai yang termasuk
didalamnya adalah fisik, sosial, moral, dan unsur emosional dalam kehidupan Stuart Sundeen, 1998.
Kecemasan adalah gangguan alam perasaan affective yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak
mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal Hawari,
2013. Kecemasan adalah respons terhadap suatu ancaman yang sumbernya tidak
diketahui, internal, samar-samar, atau konfliktual Kaplan Sadock, 2010. Kecemasan terjadi sebagai hasil dari ancaman terhadap biologis, psikologis
atau integritas sosial, akibat dari sumber-sumber eksternal. Hal ini merupakan sebuah pengalaman universal dan bagian kondisi manusia Fortinash Worret,
2000.
2.2.2 Tanda dan Gejala Kecemasan
Kecemasan adalah sebuah pengalaman yang tidak menyenangkan dan tidak nyaman sehingga tidak ada satupun yang menginginkannya. Stuart
Sundeen, 1997. Gangguan kecemasan dikategorikan berdasarkan apakah seseorang memiliki gejala yang kompleks ataupun terbatas Fortinash
Worret, 2000.
Universitas Sumatera Utara
Stuart 2012 menyatakan bahwa ansietas dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis, perilaku, kognitif dan afektif.
1. Respon fisiologis berhubungan dengan ansietas terutama dimediasi oleh sistem saraf otonom yaitu saraf simpatis dan parasimpatis. Berbagai
respon fisiologis yang dapat diobservasi, yaitu: a. Kardiovaskular: palpitasi, jantung berdebar, pingsan, tekanan darah
meningkat, tekanan darah menurun, denyut nadi menurun. b. Pernafasan: napas cepat dan dangkal, tekanan pada dada, sensasi
tercekik, terengah-engah. c. Neuromuskular: refleks meningkat, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip,
insomnia, tremor, rigiditas, gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, tungkai lemah, gerakan yang janggal.
d. Gastrointestinal: kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman pada perut, nyeri abdomen, mual, nyeri ulu hati dan diare.
e. Saluran perkemihan: tidak dapat menahan kencing dan sering berkemih f. Kulit: wajah kemerahan, keringat terlokalisasi telapak tangan, gatal,
rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat dan berkeringat seluruh tubuh.
2. Respon perilaku: gelisah, ketegangan fisik, tremor, terkejut, bicara cepat, kurang koodinasi, menarik diri dari hubungan interpersonal, melarikan
diri dari masalah, menghindar, hiperventilasi dan sangat waspada. 3. Respon kognitif: perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah
dalam memberikan penilaian, hambatan berpikir, kreatifitas menurun,
Universitas Sumatera Utara
lapang persepsi menurun, bingung, takut kehilangan kendali, mimpi buruk, takut cedera atau kematian, produktivitas menurun.
4. Respon afektif: mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup, ketakutan, khawatir, mati rasa, rasa bersalah dan malu.
2.2.3 Tingkat Kecemasan