g. Teori Biologis Para peneliti mempelajari bahwa otak mengandung reseptor spesifik
untuk benzodiazepine dan obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam gama-aminobutirat GABA, yang berperan penting dalam
mekanisme biologis yang berhubungan dengan kecemasan. Selain itu, kesehatan umum individu dan riwayat kecemasan pada keluarga memiliki
efek nyata sebagai predisposisi kecemasan. 2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi kecemasan dapat dikelompokkan dalam dua kategori Stuart, 2012, yaitu:
a. Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologis yang akan terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas
hidup sehari-hari. b. Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri,
dan fungsi sosial yang terintegrasi pada individu.
2.3 Kecemasan Orang Tua dengan Anak Retardasi Mental
Keluarga merupakan lembaga sosial yang pertama dikenal anak. Keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak dan hubungan yang dekat ini tidak mungkin
dipisahkan. Pada prinsipnya keluarga memiliki fungsi sosial, edukatif, seksual dan pengelolaan ekonomi dan orangtua memiliki tugas supaya peran tersebut dapat
difungsikan seoptimal mungkin Notosoedirdjo Latipun, 2011. Menurut
Universitas Sumatera Utara
Kamus Besar Bahasa Indonesia, orang tua adalah ayah ibu kandung, orang yang dianggap tua, orang yang dihormati.
Anak retardasi mental lebih banyak tinggal bersama dengan keluarganya hingga dewasa, sehingga ketergantungan kepada keluarganya akan lebih tinggi
dibandingkan keluarga yang tidak memiliki anggota keluarga dengan retardasi mental. Pengaruh terhadap orang tua dan anggota keluarga ketika memiliki anak
retardasi mental dimulai ketika mereka mengetahui bahwa anak mereka memiliki keterbatasan kognitif yang sangat signifikan. Hal ini sering terjadi selama
kehamilan karena tes untuk mendeteksi variasi gen dan kromosom tidak normal yang mengakibatkan keterbatasan kognitif sudah dapat dilakukan. Keputusan
untuk melakukan aborsi dan melahirkan terkadang menjadi sesuatu mudah bagi sebagian orang tua tetapi sangat sulit bagi orang tua lain Haugaard, 2008.
Kehadiran anak retardasi mental dalam keluarga cenderung menimbulkan ketegangan pada keluarga tersebut. Ketika mengetahui bahwa anaknya tergolong
retardasi mental, orang tua pada umumnya mengalami perasaan bersalah dan menunjukkan mekanisme pertahanan diri, atau merasa kecewa yang mendalam
Somantri, 2007 ; Kemis Rosnawati, 2013. Reaksi yang muncul pada orang tua saat anaknya lahir dapat berbeda-beda,
tergantung pada berbagai faktor Somantri, 2007. Faktor-faktor tersebut adalah: 1. Orang tua segara mengetahui atau terlambat diketahuinya bahwa anaknya
retardasi mental 2. Derajat tingkat keparahan retardasi mental yang dialami anaknya
3. Jelas tidaknya kecacatan keterbatasan tersebut dilihat oleh orang lain.
Universitas Sumatera Utara
Perasaan dan tingkah laku orang tua berbeda-beda dan dapat dibagi menjadi: 1. Perasaan melindungi anak secara berlebihan
2. Ada perasaan bersalah melahirkan anak berkelainan, sehingga memunculkan praduga yang berlebihan seperti merasa ada yang tidak beres
tentang urusan keturunan dan merasa kurang mampu mengasuhnya. 3. Kehilangan kepercayaan akan mempunyai anak yang normal sehingga
menyebabkan cepat marah dan tingkah laku agresif bahkan depresi. 4. Terkejut dan kehilangan kepercayaan diri
5. Bingung dan malu yang mengakibatkan orang tua kurang suka bergaul dengan tetangga dan lebih suka menyendiri.
Banyak orang tua cemas dengan anak-anak mereka, tetapi orang tua anak retardasi mental melaporkan lebih banyak kecemasan dibandingkan orang tua
anak normal. Mereka mencemaskan tentang keterbatasan kognitif anak yang akan membatasi pekerjaan mereka, sosial, tujuan-tujuan keluarga, bahkan efek kepada
anak-anak mereka yang lain karena mempunyai saudara yang retardasi mental Haugaard, 2008.
Orang tua cemas ketika anaknya tersebut bermain dan bersosialisasi dengan anak lain karena keterbatasan kognitif, anaknya malah melakukan hal yang salah
dan bisa mengganggu anak lain Haugaard, 2008. Perilaku anak retardasi mental yang juga merisaukan atau menyusahkan orang tua ialah perilaku mencederai diri
self mutilating mengantukkan kepalanya, menggigit jarinya, perilaku agresif, mengamuk. Tidak jarang juga orang tua menyatakan bahwa anaknya suka
berkelahi, namun ada pula yang terlalu pemalu, takut sekolah, tidak hati-hati.
Universitas Sumatera Utara
Anak retardasi mental mengalami gangguan tidur dan bisa berjalan-jalan mengelilingi rumah pada malam hari, sehingga orang tua harus terjaga Haugaard,
2008; Lumbantobing, 2006. Anak retardasi mental belajar dengan cara yang berbeda dan perkembangan
yang lebih lambat dibandingkan anak yang lain sehingga orang tua merasa frustasi dan kehilangan semangat dalam merawat anaknya Haugaard, 2008. Kecemasan
dan depresi juga lebih banyak dialami oleh ibu karena ibu yang cenderung secara langsung dalam merawat anak retardasi mental. Oleh karena itu, ibu tampaknya
lebih rentan terhadap stress yang terkait dengan masalah perilaku anak Azeem et. al., 2013.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dalam penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan gambaran tingkat kecemasan orang tua dalam menghadapi masalah perilaku sosial
anak retardasi mental sebagai berikut:
Skema 3.1 Kerangka Konsep dari Gambaran Tingkat Kecemasan Orang Tua
dalam Menghadapi Masalah Perilaku Sosial Anak Retardasi Mental
Cemas Ringan Cemas Sedang
Cemas Berat Tingkat Kecemasan Orang Tua dalam
Menghadapi Masalah Perilaku Sosial Anak Retardasi Mental:
1. Hiperaktivitas 2. Mengganggu teman anak lain
3. Beralih perhatian 4. Mudah frustasi
5. Sering menangis 6. Merusak bendabarang
7. Melukai diri 8. Meledak-ledak impulsif
9. Menarik diri
Universitas Sumatera Utara