Batasan masalah Tujuan penelitian

10 Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah proses yang tidak dapat diukur secara matematis, apalagi dengan sebuah pembatasan waktu dan dana Suparjan dan Hempri Suyatno, 2003:37. Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan adalah menempatkan masyarakat tidak sekedar sebagai objek melainkan juga sebagai subjek. Dalam konteks pemberdayaan masyarakat, sebenarnya terkandung unsur partisipasi yaitu bagaimana masyarakat dilibatkan dalam proses pembangunan dan hak untuk menikmati hasil pembangunan. Pemberdayaan diharapkan menjadikan masyarakat mandiri dan berdaya. “Pemberdayaan adalah proses meningkatkan kekuatan pribadi, antarpribadi atau politik sehingga inidvidu-individu, keluarga-keluarga dan komunitas-komunitas dapat mengambil tindakan untuk memperbaiki situasi-situasi mereka”. Gutierres dalam Fahrudin, 2012:68. Pemberdayaan menurut Suparlan dan Hempri 2003:37 memiliki makna “membangkitkan sumber daya, kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan mereka untuk meningkatkan kapasitas dalam menentukan masa depan mereka”. Pemberdayaan dimaksudkan menentukan masa depan masyarakat secara mandiri. Menurut Schuler, Hashemi dan Riley dalam Edi Suharto, 2005:64 mengembangkan 8 indikator pemberdayaan, antara lain: 1 Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk keluar rumah tinggalnya seperti pasar, fasilitas medi, gedung bioskop, rumah ibadah dan lain sebagainya. Mobilitas ini dianggap tinggi apabila mampu pergi sendirian. 2 Kemampuan membeli komoditas kecil: kemampuan individu untuk membeli kebutuhan-kebutuhan keluarga sehari-hari 11 seperti beras, minyak, sabun, rokok. Individu dianggap mampu melakukan kegiatan inisiatf, dan menggunakan uang sendiri. 3 Kemampuan membeli komoditas besar: kemampuan individu untuk membeli barang-barang sekunder dan tersier, seperti lemari, kulkas, pakaian. Individu mempunyai poin tinggi bila atas inisiatif, keputusan sendiri dan uang sendiri. 4 Terlibat dalam pembuatan keputusan-keputusan rumah tangga: mampu membuat keputusan-keputusan rumah tangga;: mampu membuat keputusan sendiri maupun bersama suami, isteri mengenai keputusam keluarga,misalnya dengan renovasi rumah, pembelian mobil, pengajuan kredit usaha. 5 Kebebasan relatif dari dominasi keluarga: Berani menolak untuk hal yang memaksakan, atau merugikan dirinya, misal barang yang diambil anak, melarang punya anak dan lain sebagainya. 6 Kesadaran hukum dan politik: mengetahui partai politik, mengetahui pentingnya surat nikah, SIM, hukum waris. 7 Keterlibatan dalam kampanye, demo, untuk membela seseorang yang tertindas atau hal-hal lain yang tidak benar. 8 Jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga: mamiliki rumah, tanah, aset produktif, tabungan. Seseorang dianggap memiliki poin tinggi jika ia memiliki aspek-aspek tersebut secara sendiri atau terpisah dari pasangannya. Pemberdayaan berkaitan dengan pengembangan masyarakat karena pemberdayaan memerlukan potensi lokal yang perlu dikembangkan. Pemberdayaan mementingkan adanya pengakuan subjek akan kemampuan atau daya yang dimiliki objek. Secara garis besar, proses ini melihat pentingnya mengalihfungsikan individu yang semula objek menjadi subjek. Akan tetapi, tidak sekedar mengubah masyarakat dari objek menjadi subjek, didalamnya juga menyiratkan perubahan dari sisi pemerintah. Peran pemerintah harus dikembangkan sedemikian rupa, sehingga mampu mengantisipasi masa depan. Dalam hal ini masyarakat memiliki kemampuan untuk identifikasi kebutuhan,