Pemberdayaan Perempuan Melalui Kelompok Wanita Tani Cempaka Di Rw 02 Kelurahan Petukangan Selatan

(1)

MELALUI KELOMPOK WANITA TANI CEMPAKA

DI RW 02 KELURAHAN PETUKANGAN SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

ARINI MAYANFA’UNI

NIM: 1111054100023

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2016 M


(2)

(3)

(4)

(5)

i Arini Mayanfa’uni

1111054100023

Pemberdayaan Perempuan Melalui Kelompok Wanita Tani Cempaka di RW 02 Kelurahan Petukangan Selatan

Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka merupakan wadah untuk para perempuan yang ada di RW 02 Kelurahan Petukangan Selatan yang memberikan akses serta kesempatan dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang didampingi oleh Penyuluh dari Suku Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Administrasi Jakarta Selatan. Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka ini merupakan salah satu kegiatan strategis dalam rangka ikut berpartisipasi untuk pembangunan dalam upaya pemberdayaan perempuan dalam bidang pertanian dengan memanfaatkan lahan pekarangan dan mengolah hasil pasca panen menjadi suatu produk makanan dan minuman yang diharapkan dapat meningkatkan nilai jual dan berdampak pula pada peningkatan pendapatan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemberdayaan yang dilakukan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka dalam upaya menyediakan sumber daya, menyediakan kesempatan, meningkatkan pengetahuan serta meningkatkan keterampilan para perempuan dalam kelompok untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam menentukan arah langkah mereka sendiri (self determination) ke arah yang lebih baik.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif memiliki ciri khas penyajian data dalam bentuk narasi, cerita mendalam atau lebih rinci dari para informan berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi. Informan dalam penelitian ini terdiri dari penyuluh dan anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka.

Hasil dari penelitian ini, yaitu eksistensi Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka memberikan pengaruh yang positif bagi para perempuan yang berada di RW 02 Kelurahan Petukangan Selatan. dan pemberdayaan Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka memberikan kontribusi pada pendapatan usaha tani melalui penyediaan sarana dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengenai budidaya pertanian dan produk dari pengolahan hasil pasca panen. selain itu, Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka juga menyediakan kesempatan kepada para anggotanya untuk mendapatkan pendidikan baik di dalam kelompok maupun dari pihak luar untuk menambah wawasannya.


(6)

ii Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillahi Rabbil Alamin, Segala puji bagi Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pemberdayaan Perempuan Melalui

Kelompok Wanita Tani Cempaka di RW 02 Kelurahan Petukangan Selatan.” Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita ke zaman kebaikan.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat untuk memenuhi gelar Sarjana Sosial Program Studi Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti menyadari banyak pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati peneliti ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu hingga selesainya penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung kepada:

1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Bapak Suparto, M. Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Ibu Dr. Roudhonah, MA selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama.


(7)

iii

Kesejahteraan Sosial dan dosen pembimbing skripsi, serta Ibu Nunung Khoiriyah, MA selaku Sekretaris Program Studi Kesejahteraan Sosial. 3. Seluruh Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial yang telah banyak

memberikan Ilmu dan pengalamannya kepada peneliti, Semoga apa yang diberikan akan bermanfaat di masa yang akan datang.

4. Bapak Amirudin, M.Si selaku dosen pembimbing akademik. Terimakasih nasehat dan bimbingannya.

5. Seluruh staf Tata Usaha serta karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu peneliti dalam mengurus segala kebutuhan administrasi, dan lain-lain.

6. Kedua orang tua tercinta Mama (Almh) Masni Ariyani dan Ayah Ir. Imbriyadi, terima kasih karena tak pernah hentinya memanjatkan doa serta memberi dukungan kepada peneliti, sehingga peneliti selalu termotivasi menyelesaikan skripsi ini.

7. Abang Reza, abang Umam, dan dek Dinda yang tersayang terima kasih selalu memberikan dukungan kepada peneliti dalam penyusunan skripsi. 8. Mba Sri Suryati selaku pembina dan penyuluh di Kelompok Wanita Tani

(KWT) Cempaka yang sudah memberikan dukungan dan informasi terkait penelitian.

9. Ibu Hj. Sunarti Satimin selaku Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka yang telah memberikan izin serta dukungan dan bantuannya


(8)

iv

10.Pengurus dan anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka yang telah membantu dan memberikan informasi dalam penyusunan skripsi ini. 11.Kakak ku Bungong, Wiwi, dan Febria terima kasih selalu memberikan

dukungan kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

12.Sahabatku Ranny, Rena, Puspita, Ita, Mira, dan Dini yang selalu berjuang bersama. Terima kasih atas waktu, semangat, motivasi, kritik dan saran positifnya selama ini.

13.Teman-teman seperjuangan KESSOS angkatan 2011 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih doa dan dukungannya.

14.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu namun telah memberikan dukungan, saran, do’a dan semangat di setiap perbincangan, peneliti mengucapkan banyak-banyak terima kasih.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini menjadi langkah awal peneliti untuk meraih kesuksesan kedepannya. Aamiin ya Rabbal alamin.

Wassalamu’alaikum Wr, Wb.

Jakarta, 21 Maret 2016 Peneliti


(9)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

1. Pembatasan Masalah ... 6

2. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat penelitian ... 8

1. Tujuan Penelitian ... 8

2. Manfaat penelitian ... 8

D. Tinjauan Pustaka ... 9

E. Metodologi Penelitian ... 12

1. Pendekatan Penelitian ... 12

2. Jenis Penelitian ... 13

3. Tempat dan Waktu Penelitian ... 13

4. Teknik Pemilihan Informan ... 14


(10)

vi

8. Keabsahan Data ... 19

9. Teknik Penulisan ... 20

F. Sistematika Penulisan ... 21

BAB II KERANGKA TEORITIS ... 23

A. Pemberdayaan ... 23

1. Pengertian Pemberdayaan ... 23

2. Tujuan Pemberdayaan ... 35

3. Indikator Pemberdayaan ... 36

4. Strategi Pemberdayaan ... 37

5. Tahapan Pemberdayaan ... 40

B. Aset Komunitas dalam Proses Assesment Kebutuhan dan Potensi Masyarakat ... 44

1. Modal Fisik ... 44

2. Modal Finansial ... 44

3. Modal Lingkungan ... 45

4. Modal Teknologi ... 46

5. Modal Manusia ... 46

6. Modal Sosial ... 47

7. Modal Spiritual ... 47

C. Petani ... 48

1. Pengertian Petani ... 48

2. Pengertian Kelompok Tani ... 48

3. Karakteristik Kelompok Tani ... 49

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG OBJEK PENELITIAN ... 53


(11)

vii

D. Administrasi ... 56

E. Kepengurusan ... 56

F. Kegiatan yang dilakukan KWT Cempaka ... 59

G. Kemitraan dengan Pihak Luar ... 61

H. Permodalan ... 61

I. Bentuk dan Jenis Usaha ... 62

J. Sertifikasi ... 62

K. Produksi ... 63

BAB IV ANALISA HASIL TEMUAN PENELITIAN ... 65

A. Profil Informan ... 66

B. Penyediaan Sumber Daya ... 68

C. Penyediaan Kesempatan ... 74

D. Peningkatan Pengetahuan ... 82

E. Peningkatan Keterampilan ... 89

F. Indikator Keberdayaan ... 97

BAB V PENUTUP ... 101

A. Kesimpulan ... 101

B. Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 105


(12)

viii

Gambar 1 Kebun Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka ... 70

Gambar 2 Kegiatan Panen Sayur dan Buah ... 74

Gambar 3 Pertemuan Kelompok ... 84

Gambar 4 Praktik Pengolahan Produk ... 93

Gambar 5 Praktik Pengolahan Produk ... 93

Gambar 6 Praktik Keterampilan ... 93

Gambar 7 Hasil Praktik ... 93

Gambar 8 Produk Hasil Pengolahan Pasca Panen ... 94


(13)

ix Lampiran 1 Surat Pengajuan Judul Skripsi

Lampiran 2 Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian

Lampiran 4 Surat Melakukan Penelitian dari Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka

Lampiran 5 Pedoman Wawancara

Lampiran 6 Transkrip Wawancara

Lampiran 7 Pedoman Observasi

Lampiran 8 Hasil Observasi

Lampiran 9 Pedoman Studi Dokumentasi

Lampiran 10 Hasil Studi Dokumentasi

Lampiran 11 Struktur Kepengurusan Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka


(14)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan di Indonesia pada bulan Maret 2015 mencapai 28,59 juta orang (11,22 persen), bertambah 0,86 juta orang dibandingkan dengan kondisi pada bulan September 2014 yang sebesar 27,73 juta orang (10,96 persen). Dari jumlah tersebut ternyata lebih banyak penduduk perempuan dibanding laki-laki, dan jumlahnya makin bertambah dari tahun ke tahun.1 Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa kemiskinan sangat dekat dengan perempuan.

Perempuan merupakan potensi keluarga yang memiliki semangat. Namun, masih banyak perempuan yang kurang berdaya karena disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu tingkat ekonomi yang rendah, tingkat pengetahuan dan keterampilan yang rendah serta kurangnya akses untuk menambah pengetahuan dan keterampilannya. Faktor tersebutlah yang mendorong perempuan untuk ikut serta mengambil alih tanggung jawab ekonomi keluarga dengan bekerja di luar rumah.

Adapun beberapa alasan bagi perempuan yang bekerja di luar rumah, antara lain: Pertama, menambah pendapatan keluarga (family income) terutama jika pendapatan suami relatif kecil, Kedua, memanfaatkan berbagai keunggulan (pendidikan dan keterampilan) yang dimilikinya yang diharapkan oleh

1

Data Presentase Penduduk Miskin, diakses pada 25 April 2016 dari bps.go.id/brs/view/1158/


(15)

keluarganya, Ketiga, menunjukkan eksistensinya sebagai manusia (aktualisasi diri) bahwa ia mampu berprestasi dalam kehidupan masyarakat, Keempat, untuk memperoleh status atau kekuasaan yang lebih besar di dalam kehidupan keluarga.

Memberikan motivasi, pengetahuan mengenai pola pendampingan usaha, pelatihan keterampilan dan penyuluhan kewirausahaan merupakan beberapa cara pemberdayaan untuk membekali para perempuan agar bisa bekerja dan memiliki penghasilan dengan usahanya dalam membuat dirinya berdaya.2

Peranan perempuan dalam ikut serta menanggulangi kesulitan ekonomi keluarga telah diupayakan melalui peraturan perundang-undangan yang intinya ingin mengangkat sosok perempuan agar sejajar dengan sosok pria dalam hal-hal tertentu. Salah satu peraturan yang mengatur pemberdayaan perempuan adalah UU No. 25 Tahun 2005 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) Tahun 2000-2004 yang mencakup: (1) program peningkatan kualitas hidup perempuan, (2) program pengembangan dan keserasian kebijakan pemberdayaan perempuan, dan (3) program peningkatan peran masyarakat dan pemampuan kelembagaan pengurustamaan gender.3

Melihat banyaknya wanita yang berusaha memperbaiki dirinya dalam upaya membuat dirinya berdaya seperti yang dilakukan Kelompok Wanita Tani

2Bambang Susilo, “Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Tani Berbasis Kelembagaan,”

diakses pada 22 September 2014 dari http://www.e-jounal.stain-pekalongan.ac.id

3

Fransisca Yaningwati dan Siti Hadidjah, “Pemberdayaan SDM Perempuan Pada Sektor Agribisnis,” Universitas Brawijaya, diakses pada 22 September 2014 dari http://www.ejournalfia.ub.ac.id/index.php/profit/article/viewFile/221/271


(16)

(KWT) Cempaka ini memiliki tujuan untuk merubah keadaan hidup mereka menjadi lebih baik. Ini sejalan dengan surah Ar-Ra’d/13:11 berikut:4

Artinya: “…Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum

sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri...” (Q.S Ar-Ra’d/13:11).

Pelaksanaan pertanian perkotaan di latar belakangi oleh adanya permasalahan kemiskinan perkotaan. Kemiskinan tidak lagi merupakan masalah yang menjadi dominasi di pedasaan, tetapi juga akan semakin meningkat di daerah perkotaan (urban) dan pinggiran kota (peri-urban). Pemerintah telah melakukan berbagai program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan untuk mengurangi angka kemiskinan di daerah perkotaan, selain berupa bantuan langsung, programnya juga dilaksanakan melalui berbagai macam kegiatan pemberdayaan masyarakat diantaranya dengan membentuk kelompok tani binaan.

Menurut Mosher, salah satu syarat untuk memperlancar pembangunan pertanian adalah adanya kerjasama kelompok tani sehingga perlu adanya pengorganisasian wadah petani yang berupa kelompok tani. Adanya kelompok tani diharapkan petani bisa saling bertemu dan bermusyawarah secara bersama-sama untuk merencanakan suatu kegiatan.5

4 Al Qur’an Indonesia, “Surah Al

-Rad (Ayat 11),” diakses pada 9 Oktober 2014 dari http://www.alquran-indonesia.com/web/quran/listings/details/13/10

5

Thomas Widodo, “Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian,” (Yogyakarta: Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Magelang, 2007), diakses pada 22 September 2014 dari http://stppyogyakarta.ac.id/wp-content/uploads/2011/11/IIP_0302_07_Sukadi.pdf


(17)

Melihat banyaknya perempuan atau ibu rumah tangga di RW 02 Kelurahan Petukangan Selatan yang mayoritas masih di usia produktif dan hanya menjadi ibu rumah tangga biasa serta penghasilan suaminya yang tidak pasti di setiap harinya menjadikan tingkat pendapatan sebuah keluarga menjadi rendah menjadi rendah, dan tingkat kesejahteraanya pun menjadi kurang sejahtera. Maka dari itu perlu diadakannya pemberdayaan melalui Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka untuk memberikan akses serta mengembangkan pengetahuandan keterampilan untuk membuat perempuan yang ada di RW 02 ini menjadi berdaya dan diharapkan bisa membantu meningkatkan pendapatan keluarganya.

Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka di RW 02 Kelurahan Petukangan Selatan merupakan salah satu kegiatan yang strategis dalam rangka ikut berpartisipasi untuk pembangunan di bidang pertanian dan turut menciptakan kondisi masyarakat yang berdaya dalam upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat yang kreatif.

Selain mempunyai manfaat ekonomi, pemberdayaan melalui Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka juga mempunyai manfaat sosial dan lingkungan serta menjadi salah satu solusi karena mereka menggunakan lahan kosong menjadi berguna selain itu juga memberikan solusi murah dan fleksibel bagi masyarakat yang kesulitan finansial dengan menggunakan lahan pekarangannya menggunakan metode tambulampot (tanaman buah dalam pot).

Selain budidaya pertanian, kelompok ini mengolah hasil panen menjadi suatu produk makanan dan minuman, produk yang dihasilkan diantaranya bir pletok, instan jahe, dan keripik pisang. Pengolahan hasil panen ini bertujuan


(18)

untuk meningkatkan nilai jual yang diharapkan dapat membantu peningkatan pendapatan yang berdampak pada kesejahteraan keluarga.

Namun, kurangnya pengetahuan mengenai budidaya pertanian dan pengolahan hasil pertanian ini menjadi hambatan bagi kelompok dalam melakukan kegiatannya. Sehingga perlu adanya pendampingan oleh pekerja masyarakat yang berkompeten dibidangnya.

Dengan diadakannya pemberdayaan melalui Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka ini diharapkan dapat membantu para perempuan ataupun ibu rumah tangga yang berada di RW 02 Keluharan Petukangan Selatan yang sebelumnya hanya menjadi ibu rumah tangga biasa dengan adanya akses mengikuti kegiatan di kelompok ini bisa membantu meningkatnya pendapatan keluarga yang rendah serta menjadi keluarga yang lebih sejahtera dimana terpenuhinya kebutuhan primer, sekunder, dan tersier.

Dengan demikian, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka di RW 02 Kelurahan Petukangan Selatan, dikarenakan yang menjadi saaran pelaksanaan pemberdayaan tersebut adalah perempuan atau ibu rumah tangga yang di usia produktif dan kondisi ekonominya yang terbilang rendah.

Sama halnya dengan penelitian sebelumnya pernah membahas tentang pemberdayaan perempuan akan tetapi letak perbedaannya penelitian terdahulu melalui pengembangan kewirausahaan keluarga. Adapula beberapa penelitian sebelumnya yang membahas tentang pemberdayaan melalui pemberian pelatihan dan keterampilan dengan pembuatan anyaman di bidang furniture dan di bidang kuliner dengan pembuatan abon lele.


(19)

Namun, di penelitian ini perbedaannya pemberdayaan yang dilakukan dibidang pertanian yang letaknya di Kelurahan Petukangan Selatan, Kota Jakarta Selatan. Dimana mayoritas orang masih banyak yang berpikir bahwa pertanian pertanian sebagai salah satu kegiatan yang terjadi hampir di daerah pedasaan. Namun ternyata, terdapat pula kegiatan pertanian yang dikembangkan di perkotaan seperti yang dilakukan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka. Menarik untuk diteliti karena di daerah perkotaan yang sudah sangat jarang terlihat lahan untuk pertanian, Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka ini menggunakan lahan tidur dan lahan pekarangan rumah untuk menjadi sarana pertaniannya.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat masalah tersebut dengan judul “PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI KELOMPOK WANITA TANI CEMPAKA DI RW 02 KELURAHAN PETUKANGAN SELATAN”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Dengan melihat latar belakang permasalahan tersebut di atas, maka masalah yang akan peneliti kaji pada tulisan ini hanya dibatasi pada masalah terkait dengan Pemberdayaan Perempuan Melalui Kelompok Wanita Tani Cempaka di RW 02 Kelurahan Petukangan Selatan.


(20)

2. Perumusan Masalah

Dengan melihat pembatasan masalah tersebut di atas, maka rumusan umum dalam penelitian ini adalah:

“Bagaimana Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka melakukan pemberdayaan perempuan di RW 02 Petukangan Selatan, Jakarta Selatan?”

Dari rumusan umum tersebut, peneliti turunkan menjadi beberapa sub pertanyaan sebagai berikut:

a. Bagaimana Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka

menyediakan sumber daya perempuan di RW 02 Kelurahan Petukangan Selatan?

b. Bagaimana Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka

menyediakan kesempatan perempuan di RW 02 Kelurahan Petukangan Selatan?

c. Bagaimana Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka

meningkatkan pengetahuan perempuan di RW 02 Kelurahan Petukangan Selatan?

d. Bagaimana Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka

meningkatkan keterampilan perempuan di RW 02 Kelurahan Petukangan Selatan?


(21)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan secara umum dalam penelitian ini adalah:

Untuk menggambarkan Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka dalam memberdayakan perempuan di RW 02 Kelurahan Petukangan Selatan, Jakarta Selatan.

Adapun tujuan penelitian ini secara khusus yaitu untuk:

a. Menggambarkan Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka dalam menyediakan sumber daya perempuan di RW 02 Kelurahan Petukangan Selatan.

b. Menggambarkan Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka dalam menyediakan kesempatan perempuan di RW 02 Kelurahan Petukangan Selatan.

c. Menggambarkan Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka dalam meningkatkan pengetahuan perempuan di RW 02 Kelurahan Petukangan Selatan.

d. Menggambarkan Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka dalam meningkatkan keterampilan perempuan di RW 02 Kelurahan Petukangan Selatan.

2. Manfaat yang diambil dari penelitian ini

a. Manfaat Akademis

1) Sebagai sarana bagi peneliti untuk meningkatkan kemampuan dalam melakukan penelitian dan penulisan karya ilmiah.


(22)

2) Agar dapat dijadikan bahan kajian bagi pembaca yang akan menyusun skripsi khususnya mengenai pemberdayaan perempuan.

b. Manfaat Praktis

1) Agar dapat dijadikan bahan evaluasi bagi Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka dalam kegiatannya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perempuan.

2) Untuk menambah wawasan bagi para pembaca umumnya tentang pemberdayaan perempuan serta upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat kelompok tani.

D. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan tinjauan atas kepustakaan (literatur) yang berkaitan dengan topik pembahasan penelitian yang dilakukan pada penelitian skripsi ini. Tinjauan pustaka digunakan sebagai acuan untuk membantu dan mengetahui dengan jelas penelitian yang akan dilakukan untuk skripsi ini, peneliti menggunakan literatur berupa skripsi dan jurnal, yaitu:

1. Nama : Irfan Aziz NIM : 10905400016

Judul : “Strategi Pemberdayan Masyarakat Melalui Kegiatan Kelompok Wanita Tani Mina Maju Bersama Dalam Pembuatan Abon Lele di Parung


(23)

Skripsi S.1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Skripsi ini berisi tentang implementasi strategi pemberdayaan masyarakat melalui kelompok wanita tani dalam pembuatan abon lele dan juga hasil dari implementasi tersebut.

2. Nama : Siti Noor Havidah NIM : 03054028807

Judul : “Upaya Pemberdayaan Petani Yang Dilakukan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Silih Asih di Kec. Cigombong Kab. Bogor”

Skripsi S.1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007. Dalam skripsi ini menggambarkan tentang upaya pemberdayaan petani dalam meningkatkan pendapatan petani dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani.

3. Nama : Sri Marwanti dan Ismi Dwi Astuti

Judul : Model Pemberdayaan Perempuan Miskin Melalui Pengembangan Kewirausahaan Keluarga Menuju Ekonomi Kreatif di Kabupaten Karanganyar.

Jurnal ini berisi tentang analisia potensi serta peluang perempuan miskin dalam mengembangkan kewirausahan keluarga, analisa kebijakan penanggulangan kemiskinan serta perumusan model pemberdayaan perempuan miskin melalui pengembangan kewirausahaan keluarga menuju ekonomi kreatif.


(24)

4. Nama : Imanuel Agung Pramuji

Judul : “Pemberdayaan Perempuan Indonesia Maju Mandiri di Desa Rantau Layung Kecamatan Batu Sopang Kabupaten Paser”

eJournal Ilmu Pemerintahan, FISIP Universitas Mulawarman, 2013. Dalam jurnal ini membahas tentang mengembangkan keterampilan dalam membuat anyaman-anyaman dalam pelatihan kerja dan mengembangkan keterampilan dalam menggali potensi sumber daya alam dan manusianya di desa Rantau Layung Kecamatan Batu Sopang Kabupaten Paser.

5. Nama : Shita Anggun Lowisada

Judul : “Pemberdayaan Kelompok Tani dalam Meningkatkan Pendapatan Usahatani Bawang Merah (Studi Kasus di Kelurahan Sukomoro Kecamatan Sukomoro Kabupaten Nganjuk)”

eJournal Universitas Brawijaya, 2014. Isi jurnal ini berisi tentang pemberdayaan kelompok tani dan meningkatkan pendapatan usahatani bawang merah. Kesimpulan penelitian ini, pemberdayaan kelompok tani mampu memberikan kontribusi pada pendapatan usaha tani anggota kelompok termasuk harga pupuk yang lebih terjangkau bagi anggota kelompok.

Berdasarkan hasil tinjauan pustaka di atas, kesimpulannya adalah penelitian pemberdayaan tersebut dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan serta keterampilan anggota kelompok tani dengan menggali potensi serta sumber daya yang ada.


(25)

E. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan peneliti dalam mengadakan penelitian adalah metodologi kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll, secara holistik, dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.6

Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor sebagaimana dalam Imam Gunawan adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang berperilaku yang dapat diamati yang diarahkan pada latar dan individu secara holistik (utuh).7

Dalam pendapat lain, Creswell sebagaimana dalam Imam Gunawan mengemukakan pendekatan kualitatif adalah pendekatan untuk membangun pernyataan pengetahuan berdasarkan perspektif-konstruktif (misalnya, makna-makna yang bersumber dari pengalaman individu, nilai-nilai sosial dan sejarah, dengan tujuan untuk membangun teori atau pola pengetahuan tertentu), atau berdasarkan perspektif partisipatori (misalnya,

6

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007) Cet. Ke-23, h.6.

7

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik (Jakarta: PT. BUMI Aksara, 2013), h.82.


(26)

orientasi terhadap politik, isu, kolaborasi, atau perubahan), atau keduanya).8

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini akan mendeskripsikan secara akurat pemberdayaan perempuan melalui Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka di RW 02 Kelurahan Petukangan Selatan. Untuk mendeskripsikan informasi dan fakta yang ditemukan maka penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Moh. Nazir berpendapat bahwa metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.9

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini diadakan di Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka di RW 02 Kelurahan Petukangan Selatan yang beralamat di Jl. Damai Kapling PDK Nomor 7 RT 11/RW 02 Kelurahan Petukangan Selatan, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Telp: (021) 7350148. Adapun penelitian dilakukan terhitung mulai bulan Februari sampai bulan Oktober 2015.

8

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, h.83.

9

Andi Prastowo, Memahami Metode-metode Penelitian (Yogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 201.


(27)

4. Teknik Pemilihan Informan

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik purposive sampling (bertujuan) yang merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Kita memilih orang yang benar-benar mengetahui atau memiliki kompetensi dengan topik penelitian kita.10 Informan dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dan dianggap sebagai orang-orang yang tepat dalam memberikan informasi tentang pemberdayaan perempuan melalui Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka di RW 02 Kelurahan Petukangan Selatan.

Tabel 1.1 Rancangan Informan

No Informan Informasi yang Dicari Jumlah

1 Pembina (penyuluh) Mengetahui bagaimana

pemberdayaan yang

dilakukan.

2 orang

2 Pengurus Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka.

Mengetahui gambaran umum Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka

3 orang

3 Anggota Kelompok

Wanita Tani (KWT) Cempaka.

Mengetahui bagaimana hasil pemberdayaan yang dilakukan.

5 orang

10

Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h.79.


(28)

5. Sumber Data

Menurut Lofland Husaini sebagaimana dalam Lexy J. Moleong, sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tape, pengambilan foto atau film. Pencatatan sumber data utama melalui wawancara atau pengamatan berperan serta merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar, dan bertanya.11

Walaupun dikatakan bahwa sumber diluar kata dan tindakan merupakan sumber kedua, jelas hal itu tidak bisa diabaikan. Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi.12 Sumber yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut:

a. Sumber data primer, yaitu data yang langsung diperoleh dari para informan yang ada di Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka di RW 02 Petukangan Selatan pada waktu penelitian. Peneliti akan mewawancarai 2 orang pembina atau penyuluh, 3 orang pengurus yang terdiri dari ketua, bendahara, dan sekretaris serta 5 anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka yang berbeda. Hal ini

11

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), Cet ke-13, h.112.

12


(29)

dilakukan karena karakteristik petani di Kelompok Wanita Cempaka (KWT) Cempaka sangat heterogen.

b. Sumber data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan melalui sumber-sumber informasi tidak langsung peneliti peroleh melalui observasi di lapangan, data-data dan dokumentasi dari Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka.

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data diperlukan untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan untuk dapat menjelaskan dan menjawab permasalahan penelitian ini. Teknik pengumpulan ini dilakukan dengan cara:

a. Observasi

Metode observasi (pengamatan), merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan, dan perasaan.13 Peneliti mengadakan pengamatan langsung tentang upaya Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka dalam melaksanakan pemberdayaan perempuan melalui program dan kegiatannya.

Peneliti menggunakan observasi tak berstruktur, yaitu observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Peneliti dapat melakukan pengamatan bebas, mencatat

13

M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2012), h.165.


(30)

apa yang menarik, melakukan analisis, dan kemudian dibuat kesimpulan.14

b. Wawancara

Metode wawancara, merupakan percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (Interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (Interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.15 sedangkan dalam pendapat lain Stewart dan Cash mengartikan wawancara sebagai sebuah interaksi yang di dalamnya terdapat pertukaran atau berbagi aturan, tanggung jawab, perasaan, kepercayaan, motif, dan informasi. Wawancara bukanlah suatu kegiatan dengan kondisi satu orang melakukan atau memulai pembicaraan sementara yang lain hanya mendengarkan.16

c. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumen yang diteliti dapat berupa berbagai macam, tidak hanya dokumen resmi.17 Dalam pendapat lain, studi dokumentasi diartikan sebagai suatu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis

14

M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif, h.174. 15

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007) Cet. Ke-23, h.186.

16

Haris Hardiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial (Jakarta: Salemba Humanika, 2012) Cet. Ke-3, h.131.

17

Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h.70.


(31)

dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek.18

Dalam pendapat lain, Bungin sebagaimana dalam Imam Gunawan mengemukakan teknik dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian sosial untuk menelusuri data dan historis.19

Untuk memperoleh data yang lebih akurat, peneliti juga mencari data tertulis seperti profil umum Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka, panduan program kegiatan serta foto-foto kegiatan yang dilakukan Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka.

7. Analisis Data

Maksud dari analisis data adalah proses pengumpulan data dan mengurutkannya ke dalam pola dan pengelompokkan data. Nazir mengemukakan analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah, karena dalam analisis data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna memecahkan masalah penelitian.20

Pendapat lain mengemukakan analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mengsintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang

18

Hardiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, h.143. 19

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, h.177

20


(32)

dicari, dan memutuskan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.21

Ada berbagai cara untuk menganalisis data, tetapi secara garis besarnya dengan langkah-langkah sebagai berikut:22

a. Reduksi data, yaitu dimana peneliti mencoba memilah data yang relevan dengan pemberdayaan perempuan yang dilakukan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka.

b. Penyajian data, setelah data mengenai pemberdayaan perempuan yang dilakukan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka diperoleh, maka data tersebut disusun dan disajikan dalam bentuk narasi, visual gambar, matrik, bagan, tabel, dan lain sebagainya.

c. Penyimpulan data, pengambilan kesimpulan dengan menghubungkan dari tema tersebut, sehingga memudahkan untuk menarik kesimpulan.

8. Keabsahan Data

Untuk mengukur keabsahan data pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

Peneliti menggunakan triangulasi sumber, berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan

21

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet ke-23, h. 248

22


(33)

data hasil wawancara, (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi, (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah, atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan, (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi atau suatu dokumen yang berkaitan.23

9. Teknik Penulisan

Adapun dalam penulisan skripsi ini, peneliti berpedoman pada

buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah”, (Skripsi, Tesis, dan Disertasi). Yang disusun oleh Hamid Nasuhi, Ismatu Ropi, Oman Fathurahman, M. Syairozi Dimiyati, Netty Hartati dan Syopiansyah Jaya Putra yang diterbitkan oleh CeQDA (Center For Quality Development an Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Press tahun 2007.24

23

Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Cet. Ke-13, h.178.

24

Hamid Nasuhi, dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) (Jakarta: CeQDa (Center for Quality Development and Assurance), 2007).


(34)

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab, termasuk Pendahuluan, Isi dan Penutup. Berikut uraiannya secara ringkas:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini, peneliti mengemukakan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II KERANGKA TEORI

Pada bab ini peneliti akan membahas pemberdayaan meliputi, pengertian pemberdayaan, tujuan pemberdayaan, indikator pemberdayaan, strategi pemberdayaan, tahapan pemberdayaan.

Petani meliputi, pengertian petani, pengertian kelompok tani, serta karakteristik kelompok tani.

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA

Pada bab ini peneliti akan membahas tentang Gambaran Umum tentang Obyek Penelitian, latar belakang berdirinya Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka, visi dan misi, tujuan, struktur kelompok, permodalan dan lain sebagainya yang berkaitan dengan Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka.


(35)

BAB IV ANALISA HASIL TEMUAN PENELITIAN

Pada bab ini peneliti akan membahas analisa hasil penelitian meliputi pemberdayaan perempuan yang dilakukan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka dalam menyediakan sumber daya, kesempatan, pengetahuan, serta keterampilan pada perempuan di RW 02 Petukangan Selatan, Jakarta Selatan.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini penulis mengemukakan kesimpulan dari penelitian tentang pemberdayaan perempuan melalui Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka di RW 02 Petukangan Selatan dan saran-saran untuk perbaikan bagi Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka serta penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(36)

23

KERANGKA TEORI

A. Pemberdayaan

1. Pengertian Pemberdayaan

Secara konseptual, pemberdayaan menurut Edi Suharto berasal dari

kata “power” (kekuasaan atau keberdayaan).1 Perspektif sebelum pemberdayaan yaitu pembangunan sosial. Pembangunan sosial menurut James Midgley adalah suatu pendekatan yang mengangkat kesejahteraan masyarakat. Cara pembangunan sosial mengangkat kesejahteraan yaitu seperti philantropi, pekerjaan sosial dan administrasi sosial.2

Menurut Payne sebagaimana dalam Isbandi, pemberdayaan (empowerment) adalah membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki antara lain melalui transfer daya dari lingkungan.3

Sedangkan menurut Gunawan, pembangunan adalah proses mewujudkan masyarakat sejahtera secara adil dan merata. Masyarakat

1

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), h.57.

2

James Midgley, Pembangunan Sosial Perspektif Pembangunan Dalam Kesejahteraan Sosial (Jakarta: Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam, 2005), h. 1.

3

Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial (Jakarta: Lembaga Penelitian FE-UI, 2002), h.162.


(37)

sejahtera ditandai adanya dengan kemakmuran berupa meningkatnya konsumsi masyarakat karena meningkatnya pendapatan. Peningkatan pendapatan sendiri merupakan hasil produksi yang meningkat. Proses demikian dapat berlangsung baik bila asumsi-asumsi pembangunan, yakni adanya kesempatan kerja secara penuh (full employment), tiap orang memiliki kemampuan yang sama (equal produvtivity) dan semua pelaku ekonomi bertindak rasional (efficient) terpenuhi.4

Dalam pendapat lain, Soetomo mendefinisikan Community Development sebagai suatu proses yang merupakan usaha masyarakat sendiri yang diintegrasikan dengan otoritas pemerintah guna memperbaiki kondisi sosial ekonomi dan kultural komunitas, mengintegrasikan komunitas ke dalam kehidupan nasional dan mendorong kontribusi komunitas yang lebih optimal bagi kemajuan nasional.5

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan menekankan kepada perubahan dan pengembangan yang lebih baik. Artinya mendorong mereka berkesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dengan upayanya sehingga mereka mempunyai kesadaran penuh dalam membentuk masa depannya.

Pemberdayaan sebagai tujuan adalah suatu keadaan yang ingin dicapai, yakni yang memiliki kekuasaan atau keberdayaan yang mengarah pada kemandirian sesuai dengan tipe-tipe kekuasaan.6 Sedangkan

4

Gunawan Sumodiningrat, Pemberdayaan Sosial (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2007), h. 18.

5

Soetomo, Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), h. 79.

6

Syamsir Salam, Sosiologi Pedesaan (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h.240.


(38)

pemberdayaan sebagai suatu proses adalah proses yang berkesinambungan (on-going) sepanjang komunitas itu masih ingin melakukan perubahan dan perbaikan dan tidak hanya terpaku pada suatu program saja.7

Sebagai suatu proses, Hogan sebagaimana dalam Isbandi menggambarkan siklus pemberdayaan yang berkesinambungan melalui lima tahapan utama yaitu:8

Bagan 2.1

(Sumber: Isbandi Rukminto Adi, 2002, h.174)

Menurut Jim Ife pemberdayaan berarti menyediakan sumber daya, kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan untuk meningkatkan kemampuan mereka untuk menentukan masa depan mereka sendiri dan untuk berpartisipasi serta mempengaruhi kehidupan masyarakatnya.9

7

Syamsir Salam, Sosiologi Pedesaan, h.241.

8

Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial, h.174.

9

Jim Ife dan Frank Tesoriero, Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h.510.

Menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan dan tidak memberdayakan

Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan pentidak pemberdayaan

Mengembangkan aksi dan mengimplementasikannya

Mengidentifikasikan basis daya yang bermakna

Mengidentifikasi suatu masalah ataupun proyek.


(39)

Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai apa yang dimaksud dengan sumber daya, kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan.

a. Sumber Daya

Sumber daya merupakan sumber energi, tenaga, kekuatan yang diperlukan untuk menciptakan daya, gerakan, aktifitas, kegiatan, dan tindakan. Sumber daya manusia sebagaimana dalam Sonny mengandung dua pengertian, yang pertama usaha kerja atau jasa dapat diberikan dalam proses produksi dan pengertian kedua seseorang yang mampu bekerja memberikan usaha kerja atau jasa tersebut. Mampu bekerja disini diartikan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yang menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sedangkan sumber daya manusia sebagaimana dalam Hasibuan adalah kemampuan dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki oleh setiap individu.10

Kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari tingkat pendidikan yang baik melalui pendidikan formal maupun nonformal. Hal ini dikarenakan dengan adanya tingkat pengetahuan yang tinggi maka wawasannya pun luas, selain itu kemampuan dalam mengantisipasi masalah lebih tinggi.

Disamping pendidikan, kualitas sumber daya manusia juga dapat dipengaruhi oleh tingkat kesehatan dan juga nilai gizinya. Berdasarkan asumsi bahwa tingkat produktivitas mencerminkan tingkat pendapatan

10“Pengertian Sumber Daya Manusia Menurut Para Ahli,”

diakses pada 19 April 2015 dari http://humancapitaljournal.com/pengertian-sumber-daya-manusia/


(40)

maka akan ada pengaruhnya pula dari produktivitas yang rendah terhadap kemiskinan.11

Banyak orang memiliki akses yang relatif kecil kepada sumber daya, dan relatif sedikit keleluasaan atas bagaimana sumber daya tersebut akan dimanfaatkan. Hal ini berlaku baik untuk sumber daya keuangan maupun sumber daya non-keuangan seperti pendidikan, kesempatan untuk pertumbuhan pribadi, rekreasi, dan pekerjaan.

Dalam menyediakan sumber daya, peran pekerja masyarakat sebagai

broker (perantara) dalam intervensi komunitas erat kaitannya dengan upaya menghubungkan individu atau kelompok dalam masyarakat yang membutuhkan bantuan atau layanan masyarakat tetapi tidak tahu dimana dan bagaimana mendapatkan bantuan tersebut dengan lembaga yang menyediakan layanan masyarakat.12

Dapat disimpulkan bahwa sumber daya merupakan sumber energi, kekuatan yang digunakan utuk menghasilkan gerakan, kegiatan dan tindakan yang menghasilkan barang ataupun jasa. Kurangnya akses untuk memperoleh dan memanfaatkan sumber daya ini yang menjadikan pekerja masyarakat memainkan perannya sebagai broker (perantara) untuk memudahkan individu atau kelompok memperoleh apa yang dibutuhkan.

11

Soetomo, Pembangunan Masyarakat Merangkai Sebuah Kerangka (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h.193-197.

12

Isbandi Rukminto Adi, Intervensi Komunitas & Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), h.101.


(41)

b. Kesempatan

Kesempatan adalah dimana seseorang memiliki waktu dan peluang untuk melakukan suatu kegiatan. Salah satu peran pekerja masyarakat dalam menyediakan kesempatan yaitu dengan meningkatkan kesadaran kelompok, salah satu karakteristik peningkatan kesadaran adalah bahwa ia sebaiknya dimaksudkan untuk memberikan kesadaran terhadap berbagai struktur dan strategi perubahan sosial sehingga orang-orang dapat berpartisipasi dan mengambil tindakan yang efektif. Banyak orang yang pasif bukan karena keinginan mereka, namun karena mereka tidak diperkenalkan pada berbagai struktur dan strategi yang disitu mereka bisa dengan mudah menjadi aktivis. Oleh karena itu, membantu masyarakat untuk menjadi partisipan yang aktif adalah sangat penting pagi pekerja sosial.13

Disinilah peran pekerja masyarakat sebagai fasilitator, dalam peran ini berkaitan dengan menstimulasi atau mendukung pengembangan masyarakat. Peran ini dilakukan untuk mempermudah proses perubahan individu atau kelompok. menolong proses pengembangan dengan menyediakan waktu, pemikiran, sarana-sarana dan informasi yang dibutuhkan dalam proses perubahan.

Informasi merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat, hal ini bisa termasuk informasi mengenai adanya berbagai pelayanan, informasi pengembangan pengetahuan, informasi mengenai bagaimana mengerjakan berbagai tugas khusus, dan lain sebagainya. Pekerja

13

Ife dan Tesoriero, Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi, h.583.


(42)

masyarakat memainkan sebuah peran penting sebagai makelar informasi dengan mengetahui bagaimana memperoleh jalan masuk pada informasi ini, membantu kelompok melakukan hal serupa dengan begitu membantu mereka menggunakan informasi itu secara efektif.14

Dalam pemberdayaan ekonomi, salah satu strategi peningkatan kesempatannya dalam berusaha diberikan dengan penyediaan kemudahan dalam pembinaan teknis manajemen memulai usaha, perlindungan usaha, tempat berusaha wirausaha baru merupakan salah satu strategi dalam pemberdayaan di bidang ekonomi.

Dapat disimpulkan bahwa dalam menyediakan kesempatan, peran pekerja masyarakat sebagai fasilitator sangat dibutuhkan. Hal ini untuk membantu proses pengembangan dengan menyediakan waktu, pemikiran, sarana-sarana dan juga informasi penting bagi individu atau kelompok. Dengan begitu, individu ataupun kelompok yang tadinya pasif bisa lebih menjadi aktif sebagai partisipan.

c. Pengetahuan

Dalam menjalankan peran sebagai pendidik (educator), pekerja masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan menyampaikan informasi dengan baik dan jelas, serta mudah ditangkap oleh komunitas yang menjadi sasaran perubahan. Disamping itu, ia harus mempunyai pengetahuan yang cukup memadai mengenai topik yang akan dibicarakan.

14

Ife dan Tesoriero, Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi, h.592.


(43)

Dalam hal ini, tidak jarang pekerja masyarakat harus menghubungi rekan dari profesi lain yang menguasai materi tertentu.15

Misalnya ketika pekerja masyarakat harus menyampaikan tentang perilaku hidup sehat, dalam hal ini pekerja masyarakat mungkin harus menghubungi dokter di puskesmas atau ahli kesehatan masyarakat lainnya agar informasi yang diberikan lebih tepat.

Dalam hal ini peran pekerja masyarakat dalam mendidik juga dalam memberikan Informasi, informasi ini merupakan hal yang sangat penting bagi sebuah masyarakat dalam merencanakan bagaimana cara yang paling baik untuk memenuhi kebutuhannya dan bagaimana melibatkan masyarakat sebanyak mungkin dalam berbagai proses pengembangan masyarakat.

Seorang pekerja masyarakat juga akan berada di dalam suatu posisi yang baik untuk memberikan informasi mengenai berbagai program dalam kelompok masyarakat lainnya, ia pun harus berhati-hati dalam mentransfer sebuah program yang sukses dari satu tempat ke tempat lain karena beragam sosial dan budaya, namun hal tersebut penting bagi orang-orang yang memiliki ide mengenai bagaimana berbagai hal dikerjakan ditempat lain, dengan begitu mereka dapat belajar dari kesuksesan dan kegagalan kelompok lain.16

Dapat disimpulkan bahwa, untuk meningkatkan pengetahuan kelompok, peran pekerja masyarakat sebagai educator (pendidik)

15

Adi, Intervensi Komunitas & Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat, h.102.

16

Ife dan Tesoriero, Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi, h.585.


(44)

sangatlah penting. Sebagai pendidik harus mempunyai pengetahuan yang luas serta kemampuan dalam penyampaian informasi yang baik dan jelas agar informasi yang diberikan mudah untuk dipahami oleh sasaran perubahan. Selain itu pendidik melakukan kolaborasi dengan profesi lain yang menguasi materi tertentu untuk diberikan kepada kelompok sasaran perubahan.

d. Keterampilan

Keterampilan adalah kemampuan untuk meyelesaikan tugas. Arti keterampilan juga dapat dikatakan memiliki keahlian yang dapat bermanfaat bagi masyarakat. Keterampilan sangat erat kaitannya dengan sumber daya manusia, The Liang Gie sebagaimana dalam Syarif Makmur mengatakan bahwa keterampilan adalah kegiatan menguasai sesuatu keterampilan dengan tambahan bahwa mempelajari keterampilan harus dibarengi dengan kegiatan praktik, berlatih, dan mengulang-ulang suatu kerja. Seseorang yang memahami semua azas, metode, pengetahuan, dan teori serta mampu melaksanakan secara praktis adalah orang yang memiliki keterampilan.17

Menurut Littre dalam Maurice Duvenger, keterampilan adalah sebagai proses kolektif dari suatu kemahiran atau manufaktur khusus.18 Maksudnya keterampilan dengan berbagai penemuan yang direncanakan

17

Syarif Makmur, Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Efektifitas Organisasi: Kajian Penyelenggara Pemerintah Desa (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2008), h.70.

18

Maurice Duvenger, Sosiologi Politik, Penerjemah Daniel Dhakidae (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007). h.79.


(45)

manusia dengan menggunakan alat-alat, mesin dan sebagainya yang memberikan peserta penguasaan terhadap materi yang diberikan.

Peran penting bagi seorang pekerja masyarakat adalah mengidentifikasi dan memanfaatkan berbagai keterampilan dan sumber daya yang ada bersama masyarakat atau kelompok.19 misalnya ada kelompok warga yang terampil dalam membatik, ada pula yang terampil membuat makanan ataupun kerajinan tangan. Berbagai kelompok warga ini harus mendapat perhatian dari pelaku perubahan sehingga dalam pengembangannya mereka bisa mengoptimalisasikan keterampilan mereka.

Pelatihan merupakan peran edukatif yang paling spesifik, karena hal tersebut melibatkan bagaimana mengajarkan penduduk untuk melakukan sesuatu. Pelatihan akan sangat efektif bila hal itu memang diberikan untuk merespon permintaan masyarakat itu sendiri.

Pelatihan ini disesuaikan dengan kebutuhan kelompok itu sendiri, dalam perkembangan ekonomi misalnya dengan memberikan pelatihan kerajinan tangan, keterampilan yang mereka dapatkan itu mereka gunakan untuk memperoleh sebuah pekerjaan dan bekerja secara produktif dalam sebuah lapangan kerja atau berbagai keterampilan yang dapat mereka gunakan untuk memulai sebuah proyek ekonomi masyarakat lokal.

Namun dalam melakukan pelatihan ini, tidak mungkin dilakukan secara individu oleh pekerja masyarakat, pekerja masyarakat juga

19

Ife dan Tesoriero, Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi, h.574.


(46)

memainkan perannya untuk menemukan berbagai sumber daya dan para ahli yang berkompeten dibidangnya.20

Dapat disimpulkan bahwa keterampilan merupakan kegiatan mempelajari sesuatu yang dibarengi dengan praktik, berlatih, dan mengulang-ulang suatu kerja. Peran yang juga penting bagi pekerja masyarakat adalah mengidentifikasi dan memanfaatkan sumber daya yang ada. Dalam hal ini pelatihanlah yang paling spesifik, karena mengajarkan individu atau kelompok untuk melakukan sesuatu. Pelatihan ini juga disesuaikan dengan kebutuhan serta sumber daya yang ada dalam kelompok tersebut.

Pemberdayaan bertujuan meningkatkan kekuasaan dari mereka yang dirugikan, pemberdayaan ini berupaya untuk memperbaiki keadaan untuk menguntungkan kelompok yang dirugikan dengan berbagai cara diantaranya melalui kebijakan dan perencanaan, aksi sosial, sebagaimana digambarkan dalam bagan berikut:21

20

Ife dan Tesoriero, Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi, h.590.

21


(47)

Bagan 2.2

(Sumber: Jim Ife dan Frank Tesoriero, 2008.h.149)

Suatu perspektif pemberdayaan akan membutuhkan pemberian kekuasaan kepada masyarakat untuk mendefinisikan kebutuhan mereka sendiri. Dalam pengembangan masyarakat, menurut Ife ada dua kebutuhan mendasar pertama, suatu keyakinan bahwa kebutuhan manusia harus terpenuhi, dan kedua, masyarakat mampu mengetahui kebutuhan mereka sendiri. Pendefinisian kebutuhan juga mensyaratkan pengetahuan dan keahlian yang relevan. Oleh karena itu, proses pemberdayaan

Atas:

Pilihan pribadi, kesempatan, kebutuhan, sumber daya, pengetahuan, kegiatan ekonomi, reproduksi.

Melalui:

Kebijakan dan perencanaan, Aksi sosial, Politik

pendidikan dan penyadartahuan.

Kelompok-kelompok primer yang dirugikan secara struktural: 1. Kelas Kaum miskin, pengangguran, berpenghasilan rendah, penerima jaminan sosial. 2. Gender Perempuan.

3. Ras atau Etnis

Masyarakat

Kelompok lain yang dirugikan:

Manula, anak-anak, dan kaum muda penyandang cacat (fisik, mental, intelektual), homo dan lesbian terisolasi (secara geografis dan sosial), dsb.

Pribadi yang dirugikan:

Duka cita, kehilangan, masalah-masalah pribadi dan keluarga.

Meningkatkan kekuasaan dari:


(48)

mensyaratkan bahwa masyarakat harus memiliki akses yang lebih mudah mendapat kesempatan untuk mendapat pendidikan dan informasi.22

Adapun cara yang ditempuh dalam melakukan pemberdayaan yaitu dengan memberikan motivasi atau dukungan berupa penyediaan sumber daya, kesempatan, pengetahuan dan keterampilan bagi masyarakat untuk meningkatkan kapasitas mereka, meningkatkan kesadaran tentang potensi yang dimilikinya, kemudian berupaya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki mereka tersebut.

2. Tujuan Pemberdayaan

Upaya pemberdayaan masyarakat dapat berbeda dengan kelompok sasaran dan tujuan pemberdayaan sesuai dengan bidang pembangunan yang digarap. Tujuan pemberdayaan bidang ekonomi belum tentu sama dengan tujuan pemberdayaan di bidang pendidikan ataupun bidang sosial. Tujuan pemberdayaan bidang ekonomi adalah agar kelompok sasaran yang berada digaris bawah kemiskinan dapat mengelola usahanya, kemudian memasarkan dan membentuk siklus pemasaran. Sedangkan pemberdayaan bidang pendidikan agar kelompok sasaran dapat menggali potensi yang ada dalam dirinya dan memanfaatkan potensi yang dimiliki untuk mengatasi permasalahannya.23

Menurut Ife sebagaimana dalam Edi Suharto, tujuan pemberdayaan yaitu untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak

22

Ibid., h.142.

23

Isbandi Rukminto Adi, Intervensi Komunitas & Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat, h.207.


(49)

beruntung.24 Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, serta mandiri dalam melaksanakan tugas-tugasnya.25

3. Indikator Pemberdayaan

Parsons sebagaimana dalam Edi Suharto mengajukan tiga dimensi pemberdayaan yang merujuk pada:26

a. Sebuah proses pembangunan yang bermula dari pertumbuhan individual yang kemudian berkembang menjadi sebuah perubahan sosial yang lebih besar.

b. Sebuah keadaan psikologis yang ditandai oleh rasa percaya diri, berguna dan mampu mengendalikan diri orang lain.

c. Pembebasan yang dihasilkan dari sebuah gerakan sosial, yang dimulai dari pendidikan dan politisasi orang-orang lemah dan kemudian melibatkan upaya-upaya kolektif dari orang-orang lemah tersebut untuk memperoleh kekuasaan dan mengubah struktur-struktur yang masih menekan.

24

Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h.58.

25

Ibid., h.60.

26


(50)

4. Strategi Pemberdayaan

Sebagaimana dalam Jim Ife, terdapat tiga strategi dalam mencapai pemberdayaan yaitu pemberdayaan melalui kebijakan dan perencanaan dicapai dengan mengembangkan struktur-struktur dan lembaga untuk mewujudkan akses yang lebih adil kepada sumber daya atau berbagai layanan dan kesempatan untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat. Menggunakan kebijakan ekonomi untuk mengurangi pengangguran dapat dilihat sebagai pemberdayaan dalam konteks bahwa hal ini meningkatkan sumber daya, akses dan kesempatan bagi masyarakat. Memberikan sumber daya yang cukup dan aman kepada rakyat juga merupakan strategi pemberdayaan yang penting dan oleh karena itu, kebijakan untuk menjamin pendapatan cukup dapat disebut sebagai memberdayakan.

Kemudian, pemberdayaan melalui aksi sosial dan politik menekankan pentingnya perjuangan dan perubahan politik dalam meningkatkan kekuasaan yang efektif. Tetapi ia menekankan pendekatan aktivis dan berupaya untuk memungkinkan masyarakat meningkatkan kekuasaannya melalui bentuk aksi langsung atau dengan memperlengkapi mereka agar lebih efektif dalam arena politik.

Dan yang terakhir pemberdayaan melalui pendidikan dan penyadartahuan menekankan pentingnya suatu proses edukatif dalam melengkapi masyarakat untuk meningkatkan keberdayaan mereka. Ini memasukkan gagasan-gagasan peningkatan kesadaran, membantu masyarakat memahami masyarakat dan struktur opresi, memberikan


(51)

masyarakat kosakata dan keterampilan untuk bekerja menuju perubahan yang efektif dan seterusnya.27

Dalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras pemberdayaan (empowerment setting): mikro, mezzo, dan makro. Untuk lebih jelasnya yaitu sebagai berikut:

a. Aras Mikro: Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis intervetion. Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang berpusat pasa tugas (task centered approach).

b. Aras Mezzo: Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan sekelompok media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

c. Aras Makro: Pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem Besar (lare-system stategy), karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian

27

Ife dan Tesoriero, Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi, h.147.


(52)

masyarakat, manajemen konflik, adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini.28

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa strategi yang digunakan dalam pemberdayaan telah terbagi menjadi tiga aras dimana tiap aras memiliki caranya sendiri. Strategi dalam pemberdayaan di level komunitas dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yakni dengan pendekatan direktif (instruktif) dan pendekatan non-direktif (partisipatif). Untuk memberi gambaran singkat mengenai kedua pendekatan tersebut, berikut merupakan gambaran singkat mengenai pendekatan direktif dan non-direktif.

1) Pendekatan direktif (instruktif)

Pendekatan direktif (directive approach) dilakukan berlandaskan asumsi bahwa community worker tahu apa yang dibutuhkan dan apa yang baik untuk masyarakat. Dalam pendekatan ini peranan community worker bersifat lebih dominan karena prakarsa kegiatan dan sumber daya yang dibutuhkan lebih banyak berasal dari community worker. Community worker-lah yang menetapkan apa yang baik dan apa yang buruk bagi masyarakat. Cara-cara apa yang perlu dilakukan untuk memperbaikinya, dan selanjutnya menyediakan sarana yang diperlukan untuk perbaikan tersebut. Dan pendekatan seperti ini, prakarsa dan pengambilan keputusan berada di tangan community worker.

28


(53)

2) Pendekatan Non-Direktif (partisipatif)

Pendekatan non-direktif dilakukan dengan berlandaskan asumsi bahwa masyarakat tahu apa yang sebenarnya mereka butuhkan dan apa yang baik untuk mereka. Pada pendekatan ini

community worker tidak menetapkan diri sebagai orang yang menetapkan apa yang baik atau buruk bagi suatu masyarakat. Pemeran utama dalam perubahan masyarakat adalah masyarakat itu sendiri, community worker lebih bersifat memanggil dan mengembangkan potensi masyarakat.

Pemercepat perubahan (enabler) yang membantu mempercepat terjadinya perubahan dalam suatu masyarakat. Dengan menggunakan pendekatan ini, community worker berusaha untuk merangsang tumbuhnya kemampuan masyarakat untuk menentukan arah langkahnya sendiri (self-determination) dan kemampuan untuk menolong dirinya sendiri (self-help).29

5. Tahapan Pemberdayaan

Tahapan pemberdayaan yang baik menurut Isbandi yaitu:30 a. Tahapan Persiapan (engagment)

Pada tahap ini ada dua tahap yang harus dikerjakan yaitu,

Pertama, menyiapkan petugas atau tenaga pemberdaya masyarakat yang bisa juga dilakukan oleh Community Worker hal ini diperlukan untuk menyamakan persepsi antar anggota tim mengenai pendekatan

29

Adi, Intervensi Komunitas & Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat, h.166-167.

30


(54)

apa yang akan dipilih, penyiapan petugas lebih diperlukan lagi bila dalam proses pemberdayaan masyarakat tenaga yang dipilih memiliki latar belakang antara satu sama lain seperti pendidikan, agama, suku, dan strata. Kedua, menyiapkan lapangan yang pada dasarnya diusahakan dilakukan secara non-direktif.

b. Tahap Pengkajian (Assesment)

Proses pengkajian dapat dilakukan secara individu melalui tokoh-tokoh masyarakat, tetapi juga dapat melalui kelompok-kelompok dan masyarakat. Dalam hal ini petugas harus berusaha mengidentifikasi masalah kebutuhan yang dirasakan dan juga sumber daya yang dimiliki klien.

c. Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan

Tahap ini petugas sebagai agen perubahan secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berfikir tentang masalah yang mereka hadapi dan cara menghadapinya. Dalam konteks ini masyarakat mengharapkan dapat memikirkan alternatif program dan kegiatan yang dilakukan.

d. Tahap Pemformulasian Rencana Aksi

Tahap dimana menuangkan gagasan yang telah dirumuskan dalam tahap perencanaan alternatif program ke dalam pernyataan kegiatan (proposal) secara tertulis. Peran agen perubah dalam tahap ini adalah membantu sasaran menuliskan rumusan program mereka dalam format yang layak untuk diajukan kepada penyandang dana. Dalam tahap pemformulasian rencana aksi ini, diharapkan


(55)

community worker dan masyarakat sudah dapat membayangkan dan menuliskan tujuan jangka pendek apa yang akan mereka capai dan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut. Yakni tahap menuangkan gagasan yang telah dirumuskan dalam tahap perencanaan alternatif program ke dalam pernyataan kegiatan (proposal) secara tertulis. Peran agen perubah dalam tahap ini adalah membantu sasaran menuliskan rumusan program mereka dalam format yang layak untuk diajukan kepada penyandang dana. Dalam tahap pemformulasian rencana aksi ini, diharapkan community worker dan masyarakat sudah dapat membayangkan dan menuliskan tujuan jangka pendek apa yang akan mereka capai dan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut.

e. Tahap Pelaksanaan Program atau Kegiatan

Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yang paling krusial (penting) dalam proses pengembangan masyarakat, keberhasilan dari tahap ini tergantung dari kerjasama yang baik antara agen perubah dengan warga masyarakat serta tokoh masyarakat setempat. Adanya konflik diantara tiga komponen ini akan sangat mengganggu tahap pelaksanaan program atau kegiatan pemberdayaan masyarakat.

Dalam upaya melaksanakan program pengembangan masyarakat, peran masyarakat sebagai kader diharapkan dapat menjaga keberlangsungan program yang telah dikembangkan. Kader ini biasanya dipilih dari ibu-ibu rumah tangga ataupun pemudi yang


(56)

masih memiliki waktu luang dan mau melibatkan diri dalam kegiatan tersebut.

f. Tahap Evaluasi

Tahap evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap program yang sedang berjalan pada pengembangan masyarakat sebaiknya dilakukan dengan melibatkan warga. Karena dengan keterlibatan warga pada tahap ini diharapkan akan terbentuk suatu sistem dalam komunitas untuk melakukan pengawasan secara internal. Sehingga dalam jangka panjang diharapkan akan dapat

membentuk suatu sistem dalam masyarakat yang lebih „mandiri’

dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada. Akan tetapi, kadangkala dari hasil pemantauan dan evaluasi ternyata hasil yang dicapai tidak sesuai dengan yang diharapkan. Bila hal ini terjadi maka evaluasi proses diharapkan akan dapat memberikan umpan baik yang berguna bagi perbaikan suatu program ataupun kegiatan. g. Tahap Terminasi

Yakni tahap “pemutusan” atau pemberhentian program. Idealnya tahap ini dilakukan apabila masyarakat atau komunitas sasaran benar-benar sudah “berdaya”. Pemutusan hubungan dengan komunitas sasaran ini sebaiknya dilakukan secara pelan-pelan, bertahap, tidak secara langsung ditinggalkan begitu saja oleh agen perubah, sehingga dapat dipastikan ketika agen perubah keluar dari komunitas tersebut, keadaan sudah jauh berubah dan komunitas sasaran sudah kreatif mandiri.


(57)

B. Aset Komunitas dalam Proses Assesment kebutuhan dan potensi

masyarakat 1. Modal Fisik

Modal fisik merupakan salah satu modal dasar yang terdapat dalam setiap masyarakat, baik itu masyarakat yang hidup secara tradisional maupun masyarakat modern. Green dan Haines sebagaimana dalam Isbandi melihat dua kelompok utama dari modal fisik adalah bangunan dan infrastruktur. Bangunan yang dimaksud berupa rumah, perkantoran, pertokoan dan sebagainya. Sementara yang dimaksud infrastruktur berupa jalan raya, jembatan, jalan kereta api, sarana air bersih, jaringan telepon dan sebagainya.

Modal fisik yang dimiliki suatu masyarakat akan terkait dengan kualitas manusia yang dimiliki suatu komunitas, misalnya keterkaitan layanan kesehatan yang dapat diakses masyarakat, dengan kondisi infrastruktur yang buruk, akses masyarakat terhadap layanan kesehatan pun menjadi sulit. Keberadaan modal fisik yang memadai juga akan membantu masyarakat untuk dapat meningkatkan kesejahteraan ataupun kualitas kehidupan masyarakat. Tanpa modal fisik yang memadai masyarakat akan semakin sulit untuk mengatasi masalah yang dihadapi.

2. Modal Finansial

Selain modal fisik, modal lain yang cukup banyak diperhitungkan dalam menentukan kesejahteraan suatu komunitas adalah modal finansial (keuangan) yang dimiliki ataupun diakses oleh konumitas tersebut. Salah satu indikator yang yang menggambarkan modal keuangan masyarakat


(58)

adalah dengan melihat banyaknya penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan.

Dengan banyaknya jumlah anggota populasi yang berada di bawah garis kemiskinan, modal keuangan masysrakat masih tetap merupakan hambatan tersendiri dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, misalnya suatu komunitas ingin mengembangkan program di bidang pendidikan, kebutuhan akan modal keuangan menjadi hal yang mutlak dan bukan sekedar bersandar pada modal fisik ataupun sumber daya manusianya. Tanpa kecukupan modal keuangan, laju jalannya suatu program dapat terhambat. Oleh karena itu, pertimbangan akan kecukupan modal dalam menjalankan suatu program dan kegiatan sangat perlu diperhatikan.

3. Modal Lingkungan

Modal lain yang juga mempunyai nilai penting dalam suatu perencanann partisipatif adalah adanya modal lingkungan yang dapat diakses dan dimanfaatkan masyarakat. Modal lingkungan ini dapat juga berupa potensi yang belum diolah dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi serta mempunyai nilai yang tinggi dalam upaya pelestarian alam dan juga kenyamanan hidup dari manusia dan makhluk lainnya.

Terkait dengan modal lingkungan, setiap masyarakat sekurang-kurangnya ada berbagai aspek lingkungan yang harus dipertimbangkan. Misalnya bumi, udara, tumbuhan dan juga binatang. Dalam kaitan dengan lingkungan hidup sebagai aset masyarakat, tidak jarang suatu komunitas


(59)

mengeksploitasi lingkungan mereka secara berlebihan dan tidak terencana sehingga meraka tidak peduli lagi akan kelestarian lingkungan tersebut.

4. Modal Teknologi

Modal lain yang juga mempunyai nilai penting dalam suatu prencanaan partisipatif adalah modal teknologi yang dimiliki ataupun dapat dimanfaatkan oleh suatu komunitas. Keberadaan teknologi dalam suatu komunitas tidaklah selalu teknologi yang canggih dan kompleks sepeti melibatkan berbagai perangkat komputer dan mesin yang modern. Teknologi yang dimaksud di sini tidak jarang lebih berarti suatu teknologi tepat guna yang dapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagi masyarakat. Sebagai contoh dalam bidang pertanian, anda bisa meliat bagaimana tanah digarap dengan bajak. Dimana sebelumnya harus dicangkul. Pencangkulan lahan dinilai terlalu lama kemudian muncul bajak yang memanfaatkan kerbau atau sapi sebagai penggeraknya.

5. Modal manusia

Modal manusia adalah kemampuan dan keterampilan yang dimiliki pekerja yang berpengaruh terhadap produktivitas mereka. Dapat dipahami bahwa keberadaan tenaga yang mempunyai pengetahuan, keterampilan dan mampu mengendalikan teknologi dengan baik merupakan hal yang lebih utama daripada teknologi itu sendiri. Misalnya dengan mempunyai modal lingkungan yang besar seperti Indonesia yang memiliki kekayaan tambang yang luar biasa, tetapi karena sumber daya manusianya belum menguasai teknologi pertambangan dengan baik maka yang terjadi adalah pengeksploitasian sumber daya alam.


(60)

Disinilah letak modal manusia memainkan peranan penting dalam proses pembangunan. Tanpa adanya unsur manusia yang memiliki kemampuan yang memadai, mesin ataupun teknologi yang ada menjadi tidak berguna. Dalam kaitan upaya menyiapkan manusia yang berdaya dan mempunyai kemampuan untuk mengendalikan teknologi yang ada, pendidikan memerankan peranan penting dalam menyiapkan modal manusia yang ada di suatu komunitas.

6. Modal Sosial

Modal lainnya yang juga bernilai penting dalam proses pengembangan masyarakat adalah adanya modal sosial dalam suatu msyarakat yang menjadi perekat antara kelompok masyarakat yang satu dengan lainnya. Modal sosial yang dimaksud di sini adalah norma dan aturan yang mengikat warga masyarakat yang berada di dalamnya dan mengatur pola perilaku warganya juga unsur kepercayaan dan jaringan antar warga ataupun kelompok masyarakat.

7. Modal Spiritual

Dalam kasus pembangunan ditingkat komunitas, hal yang perlu diidentifikasikan dari komunitas sasaran antara lain adalah, adakah modal spriritual yang terdapat dalam komunitas tersebut yang dapat membantu proses perubahan berencana yang akan dilakukan oleh community worker.

Disamping itu, perlu juga diidentifikasikan „aliran’ yang dianut oleh para


(61)

ukur nilai tertentu dari aliran tersebut agar upaya intervensi yang direncanakan dapat berjalan lancar.31

C. Petani

1. Pengertian Petani

Petani adalah sumber daya manusia yang mencintai pertanian, berminat dan terlibat dalam kegiatan pertanian. Petani adalah sumber daya manusia yang memiliki usaha tani nelayan sendiri, telah menentukan bidang pertanian sebagai sumber mata pencaharian dan hidup dari hasil tani nelayan.32

2. Pengertian Kelompok Tani

Iver dan Page mengemukakan bahwa kelompok adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama, sehingga terdapat hubungan timbal balik, sedangkan Gerungan mengemukakan bahwa kelompok merupakan suatu kesatuan sosial yang terdiri dari dua orang atau lebih yang mengadakan interaksi secara intensif dan teratur.33

Menurut Mardikanto pengertian kelompok tani adalah sekumpulan orang-orang tani atau petani yang terdiri dari petani dewasa (pria/wanita) maupun petani-taruna yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan dipimpin oleh seorang kontak tani, sedangkan

31

Adi, Intervensi Komunitas & Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat, h.240.

32

Pedoman Pembinaan Pemudatani-Nelayan dan Wanita Tani-Nelayan, (Departemen Pertanian, 1995).

33


(62)

menurut Departemen Pertanian (2007), kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan anggota/petani dalam mengembangkan usahanya.34

3. Karakteristik Kelompok Tani

Kelompok tani pada dasarnya adalah organisasi non formal di

pedesaan yang ditumbuhkembangkan “dari, oleh, dan untuk petani”, memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Ciri Kelompok Tani

1) Saling mengenal, akrab dan saling percaya diantara sesama anggota.

2) Mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam berusaha tani.

3) Memiliki kesamaan dalam tradisi dan atau pemukiman, hamparan usaha, jenis usaha, status ekonomi maupun sosial, bahasa, pendidikan dan ekologi.

4) Ada pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota berdasarkan kesepakatan bersama.

b. Unsur Pengikat Kelompok Tani

1) Adanya kepentingan yang sama diantara para anggotanya.

34


(63)

2) Adanya kawasan usaha tani yang menjadi tanggung jawab bersama diantara para anggotanya.

3) Adanya kader tani yang berdedikasi untuk menggerakkan para petani dan kepemimpinannya diterima oleh sesama petani lainnya.

4) Adanya kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh sekurang-kurangnya sebagian besar anggotanya.

5) Adanya dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat untuk menunjang program yang telah ditentukan.

c. Fungsi Kelompok Tani

1) Kelas belajar: kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar bagi anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap (PKS) serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupannya yang lebih sejahtera.

2) Wahana kerjasama: kelompok tani merupakan tempat untuk memperkuat kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok tani dan antar kelompok tani serta pihak lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usaha taninya akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan.


(64)

3) Unit produksi: usaha tani yang dilaksanakan oleh masing-masing anggota kelompok tani, secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dipandang dari segi kuantitas, kualitas, maupun kontinuitas.35

Dari teori-teori yang telah dipaparkan, peneliti membuat alur atau kerangka berpikir dengan mengambil teori yang peneliti anggap relevan untuk membahas pemberdayaan melalui Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka. Berikut ini adalah kerangka berpikir tersebut:

35

Peraturan Menteri Pertanian nomor: 273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani (Departemen Pertanian, 2007), h.5-7.


(1)

Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka. 1. Hand Out materi. 2. Laporan kehadiran penyuluh.

D. Meningkatkan keterampilan

perempuan melalui Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka. 1. Jadwal kegiatan praktek.

2. Buku inovasi olahan hasil pasca panen.


(2)

CATATAN HASIL STUDI DOKUMENTASI

NO DOKUMEN YANG

DIKAJI

DOKUMEN TERLAMPIR

DOKUMEN HANYA DILIHAT

(TIDAK DILAMPIRKAN)

KESIMPULAN TERHADAP

DOKUMEN A. Meningkatkan

sumber daya perempuan melalui Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka. 1. Buku jadwal kegiatan kelompok.

2. Buku panduan pemberdayaan.

Buku jadwal kegiatan ini dibuat agar kagiatan yang dilakukan terjadwal dan sudah tersusun, namun kadang kala kegiatan yang dilakukan tidak sesuai dengan apa yang sudah terjadwal ini dikarenakan kondidi tertentu.

Penyuluh

menggunakan buku panduan

pemberdayaan dalam melakukan

penyuluhannya di KWT Cempaka ini, buku ini berisikan mengenai tujuan, strategi, tahapan pemberdayaan yang harus dilakukan. B. Menyediakan

kesempatan

perempuan melalui Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka.


(3)

1. Sertifikat kelayakan usaha.

2. Sertifikat Merk.

3. Hasil analisa AP4, (Agricultural

Product Processing Pilot Plants).

4. Sertifikat halal.

5. Sertifikat juara lomba

(beberapa saja)

Menunjukkan bahwa usaha kelompok dalam pengolahan hasil pasca panen ini layak menjadi usaha yang menghasilkan pendapatan.

Sertifikat merk ini sangat penting, karena ini bentuk dari mematenkan nama merk untuk produk yang di produksi oleh KWT Cempaka.

Hasil analisa ini menunjukkan bahwa kandungan yang terdapat dalam produk bir pletok ini tidak terdapat mikroba sehingga aman untuk dikonsumsi dan di pasarkan.

Sertifikat halal ini juga sangat penting, karena konsumennya pun beragam,

sehingga untuk para muslim dan

muslimah tidak khawatir untuk mengkonsumsi produk hasil olahan KWT Cempaka karena sudah terbukti halal, dan sertifikat halal ini selalu diperbaharui secara periodik.

Kelompok Wanita Tani (KWT)


(4)

Cempaka sudah sering memgikuti berbagai lomba yang diadakan oleh berbagai pihak, dan sering kali

Kelompok ini mendapatkan juara. Ini membuktikan eksistensi dan kualitas yang dimiliki Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka baik. C. Meningkatkan

pengetahuan perempuan melalui Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka.

1. Hand Out materi.

2. Laporan kehadiran penyuluh.

Hand out materi ini selalu dipersiapkan oleh penyuluh dalam pemberian materi untuk anggota, dan hand out ini selalu diberikan kepada anggota agar anggota bisa

mempelajarinya lagi dirumah.

Laporan kehadiran penyuluh ini selalu ada dan

ditandatangani oleh ketua kelompok, ini agar menjadi bukti bahwa penyuluh melakukan

penyuluhan kepada anggota KWT Cempaka. D. Meningkatkan

keterampilan perempuan melalui Kelompok Wanita


(5)

Tani (KWT) Cempaka.

1. Jadwal kegiatan praktik.

2. Buku inovasi olahan hasil pasca panen.

- -

Peneliti tidak menemukan buku atau catatan jadwal kegiatan praktik yang dilakukan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka.

Penyuluh

mempunyai buku inovasi resep-resep olahan hasil pasca panen, dimana buku ini untuk menjadi panduan para penyuluh dalam mengajarkan anggota bagaimana mengolah hasil pasca panen menajdi suatu produk olahan makanan dan minuman yang mempunyai nilai jual lebih tinggi.

E. Buku profil Kelompok.

√ Peneliti melihat buku profil KWT Cempaka untuk membandingkan data kelompok dan mengecek suatu informasi mengenai kelompok untuk mengetahui kebenarannya. Peneliti menemukan informasi bahwa pengurus KWT Cempaka tidak pernah ada

pergantian pengurus, sehingga anggota yang lain pengurus


(6)

KWT Cempaka tidak pernah ada pergantian pengurus.


Dokumen yang terkait

Fungsi Kelompok Wanita Tani Dalam Pemberdayaan Sosial Ekonomi Perempuan (Studi Di Desa Purba Hinalang Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun)

4 83 61

Fungsi Kelompok Wanita Tani Dalam Pemberdayaan Sosial Ekonomi Perempuan (Studi Di Desa Purba Hinalang Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun)

0 7 61

PERANAN KELOMPOK WANITA TANI CEMPAKA DALAM PERBAIKAN EKONOMI RUMAHTANGGA ANGGOTANYA MELALUI METODE PEMBERDAYAAN DI KELURAHAN LIMAU MANIS KECAMATAN PAUH, KOTA PADANG.

0 0 6

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI KELOMPOK WANITA TANI (KWT) BAGI AKTUALISASI PEREMPUAN DI DESA KEMANUKAN, BAGELEN, PURWOREJO, JATENG.

5 45 130

Fungsi Kelompok Wanita Tani Dalam Pemberdayaan Sosial Ekonomi Perempuan (Studi Di Desa Purba Hinalang Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun)

0 0 14

Fungsi Kelompok Wanita Tani Dalam Pemberdayaan Sosial Ekonomi Perempuan (Studi Di Desa Purba Hinalang Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun)

0 0 1

Fungsi Kelompok Wanita Tani Dalam Pemberdayaan Sosial Ekonomi Perempuan (Studi Di Desa Purba Hinalang Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun)

0 0 13

Fungsi Kelompok Wanita Tani Dalam Pemberdayaan Sosial Ekonomi Perempuan (Studi Di Desa Purba Hinalang Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun)

0 0 14

Fungsi Kelompok Wanita Tani Dalam Pemberdayaan Sosial Ekonomi Perempuan (Studi Di Desa Purba Hinalang Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun)

0 0 3

Fungsi Kelompok Wanita Tani Dalam Pemberdayaan Sosial Ekonomi Perempuan (Studi Di Desa Purba Hinalang Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun)

0 0 12