Prinsip Bagi Hasil Prinsip Sewa Menyewa

pembuat barang menerima pesanan dari pembeli. Pembuat barang dapat saja membuat barang yang dipesan atau dibeli sesuai dengan spesifikasi pesanan yang dilakukan dalam kontrak kemudian menjualnya kepada pembeli. Prinsip bai’ Al- Istishna’ ini merupakan bai’ as-salam namun dalam istishna’ pembayaran dapat dilakukan dimuka, dicicil atau ditangguhkan. Sementara dalam bai’ as-salam dilakukan secara tunai.

b. Prinsip Bagi Hasil

Prinsip kedua dalam penyaluran dana adalah prinsip bagi hasil. Bagi hasil atau profit sharing dalam perbankan berdasarkan prinsip syariah terdiri dari empat jenis akad, yaitu: al-Mudarabah, al-Musyarakah, al-Muzara’ah, dan al-Musaqah. Namun yang paling banyak diimplementasikan dalam perbankan syariah adalah dua prinsip bagi hasil pertama, yaitu al-Mudarabah dan al-Musyarakah sementara yang dua terakhir umumnya digunakan dalam rangka plantation financing. 1. Al-Musyarakah Bank Indonesia mendefenisikan Al-Musyarakah sebagai suatu perjanjian diantara para pemilik danamodal untuk mencampurkan danamodal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan diantara pemilik danamodal berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. Musyarakah dalam perbankan biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek dimana nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut. Modal yang disetor bisa berupa uang, barang Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara perdagangan trading asset, property, equipment, atau intangible asset seperti hak paten dan goodwill, dan barang-barang lainnya yang dapat dinilai dengan uang. Semua modal digabung untuk dijadikan modal proyek musyarakah dan dikelola bersama-sama. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek. 2. Al-Mudharabah Al-Mudharabah pada dasarnya adalah perjanjian kerja sama antara dua pihak atau lebih dimana salah satu pihak lainnya menyediakan tenaga atau keahlian. Beberapa ahli fiqih berpendapat bahwa Al-Mudharabah tidak dikelompokkan kedalam prinsip Al-Musyarakah.

c. Prinsip Sewa Menyewa

Prinsip ketiga dalam penyaluran dana Bank Syariah adalah sewa menyewa. Sewa menyewa pada dasarnya merupakan transaksi sewa guna usaha atau leasing. Oleh karena itu, sebagaimana dalam praktek, sewa guna usaha bisa dalam bentuk sewa guna usaha dengan hak opsi atau financial lease dan sewa guna usaha tanpa hak opsi atau operating lease. Dalam syariah Islam prinsip sewa menyewa ini dibedakan berdasarkan akad, yaitu: al-ijarah, al-muntahiya bit tamlik. 1. Al-Ijarah Al-Ijarah adalah perjanjian pemindahan hak guna atau manfaat atas suatu barang atau jasa dengan membayar sewa untuk jangka waktu tanpa diikuti Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara pemindahan hak kepemilikan atas barang tersebut. Bank Indonesia mendefinisikan ijarah sebagai perjanjian sewa menyewa suatu barang dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. 2. Al-Ijarah Al-Muntahiya Bit-Tamlik Al-Ijarah Al-Muntahiya Bit-Tamlik adalah akad atau perjanjian yang merupakan kombinasi antara jual beli dan sewa menyewa suatu barang antara bank dengan nasabah dimana nasabah penyewa diberi hak untuk memiliki atau membeli objek sewa pada akhir akad. Dalam transaksi sewa guna usaha leasing, perjanjian ini disebut sale and leaseback. Harga sewa dan harga beli ditetpkan bersama diawal perjanjian. Objek sewa harus bermanfaat, dibenarkan oleh syariah dan nilai dari manfaat dapat diperhitungkan atau diukur. Pada umumnya bank-bank syariah lebih memilih perjanjian sewa-beli seperti ini Al-Ijarah Al-Muntahiya Bit-Tamlik karena lebih mudah pembukuannya dan tidak memerlukan perawatan terhadap aset yang sewa- beli.

d. Prinsip Pinjam Meminjam Berdasarkan Akad Al-Qardh

Dokumen yang terkait

Analisis Komparatif Risiko Keuangan Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia Pada Tahun 2012

1 17 55

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PADA PERBANKAN KONVENSIONAL DAN SYARIAH Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Perbankan Konvensional Dan Syariah Dengan Menggunakan Rasio Keuangan Bank (Studi Kasus: Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri).

0 0 16

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PADA PERBANKAN KONVENSIONAL DAN SYARIAH Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Perbankan Konvensional Dan Syariah Dengan Menggunakan Rasio Keuangan Bank (Studi Kasus: Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri).

0 1 17

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN ANTARA BANK SYARIAH MANDIRI DENGAN BANK MANDIRI KONVENSIONAL TAHUN 2004–2007.

0 1 7

ANALISIS KOMPARATIF RESIKO KEUANGAN PT. BANK SYARIAH MANDIRI DAN PT. BANK MEGA.

0 0 9

ANALISIS KOMPARATIF RESIKO KEUANGAN ANTARA PT. BANK RAKYAT INDONESIA DAN PT. BANK SYARIAH MANDIRI Analisis Komparatif Resiko Keuangan Antara PT. Bank Rakyat Indonesia dan PT. Bank Syariah Mandiri.

0 0 12

Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional (Studi Kasus pada Bank Syariah Mandiri dan Bank Mandiri)

0 11 22

1. CAR Tahun Modal Aktiva tertimbang menurut resiko CAR - Analisis Komparatif Risiko Keuangan Bank Mandiri Konvensional dan Bank Syariah Mandiri

0 0 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Perbankan 2.1.1.1 Pengertian Bank - Analisis Komparatif Risiko Keuangan Bank Mandiri Konvensional dan Bank Syariah Mandiri

0 0 39

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Komparatif Risiko Keuangan Bank Mandiri Konvensional dan Bank Syariah Mandiri

0 0 10