Amalan Surat Al-Fatihah sebagai kegiatan Ibadah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Allah agar diberikan kesehatan, kekayaan, dan lain-lainnya tetapi mereka tidak mau beribadah menyembah Allah Swt. Isti‟azah atau berdo‟a memohon kepada Allah adalah sesuatu pekerjaan yang amat besar dan amat penting. Rasulullah saw diutus oleh Allah selain untuk mengajarkan tata cara beribadah, juga mengajarkan cara- cara berdo‟a. Para ulama sudah berusaha mengumpulkan semua keterang an tentang berdo‟a yang diambil dari hadits-hadits Rasulullah Saw, diantaranya adalah Imam Nawawi dalam kitab beliau Al-Azhar. Ibadah tidak dapat dipisahkan dengan do‟a, karena orang yang beriabdah pasti berdoa. Begitu pula ibadah juga tidak bisa dipisahdari ketauhidan dan ketauhidan tidak dapat dipisahkan dari ibadah, karena ibdah seorang manusia kepada Allah Swt merupakan buah dari ketauhidan kepada Allah Swt. Maka tidak akan ada nilai dan harganya ibadah seseorang manusia jika timbulnya bukan dari perasaan ketauhidannya kepada Allah Swt, begitu juga tidak akan subur ketauhidan seorang hamba kepada Allah Swt jika dipupuk dengan istiqomah melakukan ibadah kepada Allah Swt. Dua ayat diabwah ini:           digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Kedua ayat diatas adalah inti dariayat-ayat keimanan, ketauhidan, dan ibadah yang menyeru kepada ajaran tauhid dan memberantas kepercayaan syirik, watsani, majusi. Adapun ayat-ayat lain yang membicarakan tentang tauhid, keimanan dan ibdah adalah penjelasan dari kedua ayat tersebut.

B. Tinjauan tentang peningkatan moral santri

1. Pengertian Moral

Secara etimologi kata Moral berasal dari kata mos dalam bahasa latin bentuk jamaknya mores, yang artinya adalah tata cara atau adat moral mengatur perilaku penganutnya secara normative dan bekerja dari dalam diri manusia itu sendiri,baik didepan kehadiran orang lain ataupun tidak. Sumber moral biasanya adalah ajaran agama, tradisi, atau budaya dan kesaepakatan politik atau ideology. 65 Moral berasa l dari bahasa latin “mores” yang berarti adat kebiasaan. Moral selalu dikaitkan dengan ajaran ajaran baik-buruk yang diterima umum dan masyarakat. Karena adat istiadat menjadi standar dalam menentukan baik dan buruk suatu perbuatan.Dalam pepata Inggris dikatakan “They are in society but not of it” yang artinya mereka ada dalam masyarakat tetapi bukan anggota masyarakat sampah masyarakat. 66 65 Hartati, Dkk, Islam Psikologi Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004, h. 9. 66 Sudirman, pilar-pilar Islam Malang:Uin Maliku, 2012 h 246-247 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Nilai moral baru diperoleh didalam moralitas. Yang dimaksudkan Kant dengan Moralitas Moralitatsitlitchkeit adalah kesucian sikap dengan perbuatan kita dengan norma hukum batiniah kita, yakni apa yang kita pandang sebagai kewajiban kita. Moralitas akan tercapai apabila kita menaati hukum lahiriyah bukan lantaran hal itu membawa akibat yang menggantungkan kita atau lantaran takut kepada kuasa sang pemberi hukum, melainkan kita sendiri menyadari bahwa hukum itu merupakan kewajiban kita. 67 Moralitas dari kata sifat latin moralis mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan moral, hanya ada nada lebih abstrak. Kita bicara tentang “moralitas suatu perbuatan” artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruahan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk. 68 Moral dengan ibadah amat terkait, bahwasannya dari ibadah dengan akhlak, satu dengan yang lainnya menyatu dan seharusnya demikian antara yang satu dengan yang lainnya tidak terpisahkan.dalam melakukan ibadah mengandung implikasi akhlaq sikap perbuatan. Contoh konkret adalah Ibadah sholat memilki tujuan menjauhkan manusia dari perbuatan-perbuatan jahat dan dan mendorongnya untuk senantiasa berbuat hal-hal yang baik dan 67 Lili Tjahjadi, Hukum Moral Yogyakarta: Kanisius, 1991 h. 47 68 Bertens, Etika Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011 h. 7 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id bermanfaat. Demikian halnya berakhlaq al karimah merupakan efek atau akibat melakukan ibadah yang teratur, baik dan benar. Dalam pelaksanaan ibadah akhlak memiliki hubungan yang amat erat, banyak isyarat dalam Al- qur‟an dan As-sunnah, bahkan hubungan ini dianggap lebih utama dan penting karena ia merupakan inti dan ruhnya Ibadah. Harun Nasution mengemukakan, bahwa tujuan dari ibadah itu bukan hanya sekedar menyembah, tetapi taqorrub kepada Allah, agar dengan demikian roh manusia senantiasa diingatkan akan hal-hal yang bersih dan suci, dan akhirya rasa kesucian seseorang menjadi kuat dan tajam. Roh yang suci itu akan membawa kepada budi pekerti yang abaik dan luhur. Oleh karena itu, ibadah samping merupakan latihan spiritual juga merupakan latihan moral. Secara bahasa kata akhlak beasal dari kata akhlaq, merupakan bentuk jamak dari khuluq, yang bearti watak, perangai atau sikap batin mental.Para ulama membedakan antara khalq dan khuluq. Khalq menunjuk pada aspek lahir manusia, sedangkan khuluq menunjuk pada aspek dalam inner aspect manusia. Secara istilah akhlak dipahami sebagai kondisi jiwa mental yang lahir tindakan-tindakan atau perbuatan perilaku. Disatu sisi, akhlak menunjuk pada jiwa, tetapi disisi lain, ia menunjuk pada jiwa dan perbuatan sekaligus. Akhlak sejatinya merupakan konsistensi antara sikap mental dan perbuatan perilaku. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Dalam ajaran agama, akhlak adalah buah dari iman dan ibadah. Menurut Al-Ghozali, dalam setiap kewajiban agama terkandung pendidikan moral atau akhlak. Untuk itu, pelaksanaan ibadah harus disertai sikap batin yang kuat sehingga memiliki dampak dan pengaruh secara moral 69 Akhlak sebagai kondisi jiwa atau sikap mental, menurut al-Ghozali akhlak dapat dibentuk dan diarahkan melalui proses pelatihan mujahadah dan proses pembiasaan riyadhoh. Sebagai contoh siapa yang berkeinginan menjadi orang dermawan. Maka ia harus berlatih dan membiasakan diri berinfaq. Begitu pula moral dalam penelitian ini adalah menitik beratkan pada pola perilaku yang terpuji atau dengan istilah lain disebut moral religious yang dimiliki oleh seorang santri sehingga mereka memiliki perilaku yang baik dimata orang-orang yang berada disekitar mereka, mampu mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai muslim, kita harus berusaha membangun dan mewujudkan kualitas moral itu sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses pembangunan bangsa. Krisis yang kini memporak-porandakan bangsa kita, sesungguhnya tidak dapat dilepaskan dari krisis moral dan akhlak. Itu sebabnya membangun kualitas moral menjadi tugas penting kita. 69 Ibid 38 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2. Ruang Lingkup Moral

Pemahaman yang sesungguhnya dari Islam akan membentuk sosok muslim bagaikan sebuah benteng bersenjatakan moralitas akhlak, sebagaimana yang disampaikan dalam hadis Rasul: “bahwa sesunggunhnya aku Muhammad diutus untuk menyempurnakan akhlak al- karimah”. Moralitas Islam akan berupa prinsip ketaatan kepada Allah SWT, prinsip instrpeksi diri pada setiap dosa dalam menjauhi setiap perilaku buruk. Selanjunya prinsip-prinsip yang mengarah kepada konsep kerjasama dan kepedulian sosial. Dalam upaya sosialisasi prinsip moralitas Islam, setiap sosok muslim mengarahkan diri mereka untuk mampu mengenjawantahkan setiap prinsip tata perilaku mereka dalam kesehariam hidup. 70 Kesempurnaan keimanan dapat dilihat dari perilaku yang ditampilkan dalam pergaulan bermasyarakat, seperti dalam kehidupan bermasyarakat, beragama, berbangsa dan bernegara. Jika hal ini diamalkan setiap komponen bangsa, maka akan terbentuk generasi dan masyarakat yang bermoral dan berakhlak. Ketinggian iman seseorang dapat dilihat dari ketinggian moral dan akhlaknya di tengah-tengah masyarakat. 71 Selanjutnya moral adalah identik dengan akhlak karena moral dengan akhlak hubunganya sangat erat sekali. Ahklak sendiri terbagi menjadi 2 70 Ali Gils Kibil Syu‟abi, Meluruskan Radikalisme Islam Jakarta: Pustaka Azhary, 2004 h. 71 Said Agil Husin Al Munawar, Aktuakisasi Nilai-nilai Al- Qur’an Dalam Sistem Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2003 h. 28.