113
B. Mimpi dalam Perspektif Psikoanalisis
Freud
Kajian mengenai mimpi adalah salah satu wilayah
yang pernah
penjadi perhatian
Sigmund Freud. Seperti dikemukakan oleh K. Bertens 2006:15, yang menerjemahkan dan
mengedit karya-karya Freud, bahwa mimpi merupakan suatu tema yang penting. Tema
tersebut diulas dalam tulisannya yang berjudul Memperkenalkan Psikoanalisis dan Penafsiran
Mimpi Bertens, 2006:15. Untuk mendukung teorinya tentang mimpi, bahkan dia telah
menyelidiki dan menganalisis mimpi-mimpinya sendiri.
Menurut Freud 2006:76 mimpi adalah suatu produk psikis yang merupakan perwu-
judan suatu konflik. Mengapa mimpi meru- pakan perwujudan dari konflik? Karena mimpi
terjadi terjadi sebagai pemenuhan hasrat yang tidak dapat diwujudkan Milner, 1992:26.
114
Mimpi tidak lain daripada perealisasian suatu keinginan Bertens, 2006:16. Dalam kehidupan
manusia, dalam kondisi dasar, tidak semua keinginan hasrat dapat dipenuhi karena ada
sensor yang
mengendalikannya. Freud
menyebut pekerjaan sensor itulah yang disebut sebagai represi. Selanjutnya, karena hasrat-
hasrat tersebut berada dalam wilayah taksadar. Hasrat-hasrat dari wilayah taksadar yang
direpresi selalu aktif, tidak pernah mati, maka kemudian
menimbulkan mimpi
Milner, 1992:31.
Sebagai perealisasian suatu keinginan yang muncul dalam tidur, wilayah taksadar,
maka menurut Freud Milner, 1992:26 mimpi- mimpi
tersebut menyangkut
hasrat-hasrat tersamar. Oleh karena itu, menafsirkan mimpi
berarti memasuki mekanisme penyamaran tersebuty, yaitu menjelaskan keinginan yang
tersembunyi yang terwujud melalui gambar- gambar mimpi yang membingungkan. Dalam
115
hal ini, mimpi mempunyai dua isi, yaitu isi manifes dan isi laten. Isi manifes adalah
gambar-gambar yang kita ingat ketika bangun, yang muncul ke pikiran kita ketika kita
berusaha mengingat-ingatnya. Isi laten, yang juga disebut sebagai pikiran-pikiran mimpi
adalah sesuatu yang tersembunyi, yang harus diterjemahkan Freud, 2006:73; Milner, 1992:-
26. Akibatnya, menurut Freud 2006:73 bila kita menganalisis mimpi-mimpi kita, maka kita
dapat memastikan bahwa memang ada pikiran- pikiran atau angan-angan yang tersembunyi.
Mimpi memiliki fungsi bagi manusia. Menurut Freud Bertens, 2006:17 mimpi
berfungsi melindungi tidur kita. Di satu pihak, dengan mengintegrasikan faktor-faktor dari luar
yang dapat mengganggu tiduur kita dan di pihak lain dengan memberikan pemuasan
untuk sebagian kepada keinginan-keinginan yang
direpresi atau
yang tidak
sempat dipuaskan dalam kenyataan. Kalau faktor-
116
faktor dari luar menjadi terlalu kuat, terjadilah apa yang oleh Freud disebut arousaldreams
mimpi-mimpi yang
berakhir dengan
membangunkan kita,
sebaliknya kalau
keinginan-keinginan menjadi
terlalu kuat,
sensor sudah kewalahan dan orang yang tidur diganggu oleh mimpi cemas mimpi buruk
Bertens, 2006:17. Dari uraian tersebut, maka dapat di-
pahami bahwa mimpi hadir dalam tidur seseorang karena adanya keinginan yang
ditekan direpresi, sehingga mimpi menjadi sarana untuk memenuhi keingiannya tersebut.
Oleh karena itu, untuk memahami isi mimpi, kita dapat meningnterpretasikannya dalam
hubungannya dengan pikiran-pikiran atau angan-angan yang tersembunyi dari si pemimpi.
C. Antara yang Nyata dan Mimpi dalam Cer-