TINGKAT PARTISIPASI KONDISI KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA

17 anikwidiastutiuny.ac.id 63. Kalimantan Selatan -5.2 -2.1 -3.2 64. Kalimantan Timur 0.7 12.1 5.9 71. Sulawesi Utara 5 -0.1 1.8 72. Sulawesi Tengah 13.7 -4.4 -1.2 73. Sulawesi Selatan 1.7 -0.1 0.4 74. Sulawesi Tenggara 4.3 -4.7 -3 75. Gorontalo -3.1 8.3 5.2 76. Sulawesi Barat 4.8 -9.2 -5.7 81. Maluku 3.8 1.8 2.3 82. Maluku Utara na na Na 91. Irian Jaya Barat na na Na 92. Papua 6.9 4.3 4.8

F. TINGKAT PARTISIPASI

ANGKATAN KERJA DAN PENGANGGURAN Dari data-data ketenagakerjaan data diketahui dan dihitung berbagai konsep yang berkaitan dengan tingkat pengerjaan dan tingkat pengangguran. Konsep-konsep dimaksud adalah tingkat paertisipasi angkatan kerja TPAK, tingkat pengerjaan, dan tingkat pengangguran. Angka-angka semacam ini berguna untuk mengenali situasi yang berlangsung di pasar kerja. TPAK = JUMLAH ANGKATAN KERJA X 100 JUMLAH TENAGA KERJA TINGKAT PENGERJAAN= JUMLAH PEKERJA X 100 JUMLAH TENAGA KERJA TINGKAT PENGANGGURAN = JUMLAH PENGANGGUR X 100 JUMLAH ANGKATAN KERJA TINGKAT PENGERJAAN + TINGKAT PENGANGGURAN = 1 Dalam perbandingan seksual atau antarjenis kelamin, TPAK laki-laki masih jauh lebih tinggi dibandingkan TPAK perempuan. Perbandingan angkanya untuk tahun 1994 adalah 72,3 banding 43,4. Ini mencerminkan 18 anikwidiastutiuny.ac.id peluang tenaga kerja perempuan untuk terlibat di pasar tenaga kerja masih rendah. Jika dengan perbandingan spasial atau daerah, TPAK di daerah pedesaan justru lebih tinggi dibandingkan di daerah perkotaan. Tabel di atas menunjukkan bahwa penduduk usia 15 tahun ke atas dari tahun 2007 sampai dengan 2009 mengalami peningkatan terus menerus. Begitu pula dengan angkatan kerja yang bekerja. Hal positif yang perlu digarisbawahi adalah menurunnya angka penganggur dari tahun 2007 sampai dengan 2009. Yang termasuk dalam kategori setengah pengangguran ternyata persentasenya lebih banyak yang termasuk dalam kategori setengah 19 anikwidiastutiuny.ac.id pengangguran sukarela. Artinya dari mereka banyak yang dengan sendirinya memilih untuk tidak bekerja penuh. Jika hal ini dianalisis dengan dugaan persepektif gender, biasanya yang termasuk dalam kategori ini adalah pekerja wanita. Sebagaimana budaya Jawa, di mana wanita lebih banyak berkutat pada sektor domestik dan pria diposisikan sebagai kepala keluarga. Apalagi para wanita jika sudah berkeluarga akan memiliki kesibukan yang sangat tinggi dalam mengurus anak dan juga mengurus rumah tangga. Selain itu para wanita juga lebih banyak menyerahkan tugasnya sebagai pencari nafkah kepada para pria, sehingga wanita memilih untuk tidak bekerja ataupun mengikuti suami setelah menikah.

G. PENDUDUK YANG BEKERJA MENURUT LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA