persentase, misalnya pengetahuan Baik = 76-100; Cukup = 56-75; dan Kurang
≤ 56 Nursalam, 2003.
2.2. Makanan Pendamping ASI MP-ASI 2.2.1. Definisi Makanan Pendamping ASI MP-ASI
Makanan pendamping ASI adalah makanan yang diberikan pada bayi yang telah berusia 6 bulan atau lebih karena ASI tidak lagi memenuhi kebutuhan gizi
bayi. Pemberian makanan pendamping dilakukan secara berangsur untuk mengembangkan kemampuan bayi mengunyah dan menelan serta menerima
bermacam-macam makanan dengan berbagai tekstur dan rasa Sulistijani, 2004. MP-ASI meliputi cairan lain misal air putih, air teh, air gula atau madu,
air buah, air tajin, susu pengganti ASI atau PASI susu segar susu kental manis dan susu formula, susu bubuk dan makanan lumat, makanan lembek atau
makanan padat Proverawati, 2009.
2.2.2. Waktu pemberian MP-ASI Usia menyapih
Waktu memulai pemberian MP-ASI sekurangnya berusia 6 bulan karena pada usia 6 bulan tersebut bayi sudah mengeluarkan air liur lebih banyak dan
produksi enzim amilase lebih banyak pula sehingga bayi siap menerima makanan selain ASI. Memasuki usia 6 bulan, bayi telah siap menerima makanan bukan cair
karena gigi telah tumbuh dan lidah tidak lagi menolak makanan setangah padat. Di samping itu, lambung juga telah lebih baik mencerna zat tepung. Menjelang
usia 9 bulan, bayi telah pandai menggunakan tangan untuk memasukkan benda ke dalam mulut. Jelaslah bahwa pada saat tersebut bayi siap mengonsumsi makanan
Universitas Sumatera Utara
setengah padat
Lailiyana, 2008.
Menurut Proverawati 2009 jika kemudian bayi disapih pada usia 6 bulan, tidak berarti karena bayi telah siap menerima makanan selain ASI, melainkan juga
karena kebutuhan gizi bayi tidak lagi cukup dipasok hanya oleh ASI. Pada saat berusia 6-9 bulan alat pencernaan bayi sudah lebih berfungsi, dan bayi
membutuhkan penyerapan vitamin A dan zat gizi lainnya meskipun pemberian ASI diteruskan, namun bayi seharusnya diberikan makanan pendamping yang
lumat dua kali sehari. Setelah bayi berusia 9-12 bulan bayi sudah mulai diperkenalkan makanan keluarga secara bertahap, bayi juga diajarkan mengenl
berbagai jenis makanan dengan cara penyajian sayur dan lauk pauk berganti-ganti setiap harinya. Pada usia ini bayi dapat diberi makanan selingan berupa bubur
kacang ijo ataupun buah-buahan satu sampai dua kali dalam sehari. Bayi membutuhkan asupan gizi yang cukup untuk tumbuh kembang
optimal. Bagi bayi berusia 0-6 bulan, pemberian ASI saja sudah cukup, namun bagi bayi diatas 6 bulan diperlukan makanan selain ASI yaitu berupa makanan
pendamping Depkes RI, 2006. Air susu adalah makanan yang baik, sedemikian puasnya ia hanya makan air susu, sehingga beberapa bayi merasa puas
memakannya sampai 2 atau 3 tahun. Jika bayi dibiarkan begitu terus-menerus, bayi akan menolak dan tidak akan menyukai jenis-jenis makanan yang
mengandung zat yang seimbang bagi anak-anak. Hal ini akan menyebabkan bayi mengalami kekurangan gizi, terutama zat besi, vitamin C, dan D.
Menurut Arisman 2008 pada umumnya bayi yang menderita kekurangan protein kwashioskor terjadi pada bayi atau anak yang berumur satu sampai tiga
Universitas Sumatera Utara
tahun, tanda-tandanya sebagai berikut: Pertumbuhan tubuhnya berjalan lambat, dan otot dagingnya menyusut dan lembek, tetapi masih mempunyai sedikit lemak.
Selain itu, terjadi pembengkakan edema pada kaki bagian bawah. Wajah bayi nampak bulat seperti bulan. Sedikit demi sedikit warna rambut hitamnya normal
berubah agak coklat kemerahan pirang atau abu-abu, dan rambutnya mudah rontok atau tanggal. Bayi yang berambut keriting bila menderita kurang protein
kwashioskor ini rambutnya dapat menjadi lurus. Warna kulitnya menjadi pucat, dan biasanya bayi tersebut disertai dengan menderita anemia. Bayi tampak
murung, kurang bergairah dan apatis. Bayi tidak mempunyai nafsu makan.
2.2.3. Cara
memberikan MP-ASI.
Permulaan masa menyapih merupakan awal dari suatu perubahan besar baik bagi bayi maupun ibunya. Proses ini diupayakan tidak terjadi secara
mendadak. Insidensi penyakit infeksi, terutama diare, lebih tinggi pada saat periode ini. Hal ini terjadi dikarenakan makanan berubah dari ASI yang bersih
dan mengandung zat-zan anti infeksi antara lain: IgA, laktoferin, WBC menjadi makanan yang disiapkan, dan dimakan dengan cara yang salah, serta tidak
mengindahkan syarat kebersihan Arisman, 2008. Pemberian makanan pendamping disarankan bervariasi setiap minggunya
agar bayi tidak merasa bosan. Namun, harus tetap memperhatikan komposisi gizinya dan konsep empat sehat lima cukup. Saat memberikan makanan
pendamping ibu harus memperhatikan jadwal pemberian makanan yang tepat untuk bayi. Jika ibu telah mengetahui pemberian jadwal makanan yang tepat,
makan seharusnya ibu tidak memberikan camilan snack menjelang waktu makan.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini bertujuan untuk menghindari nafsu makanannya yang besar. Jika ibu tetap ingin memberikan snack satu jam sebelum makan, berilah snack yang sehat
berupa buah segar atau sayuran. Saat bayi berusia 6-8 bulan bayi diberi bubur susu atau makanan yang
dilumatkan. Selain itu, bayi juga dapat mengkonsumsi makanan camilan seperti biskuit yang dilumatkan. Menjelang usia 9 bulan, bayi sudah dapat memakan
makanan lunak seperti nasi tim. Saat bayi berusia 9-12 bulan, makan setengah padat dan makanan padat berupa makanan keluarga sudah boleh diperkenalkan.
Pada saat memperkenalkan makanan, sebaiknya cukup diperkenalkan satu jenis makanan saja, dalam jumlah kecil. Seandainya bayi tidak dapat menoleransi
makanan ini, atau bahkan menimbulkan reaksi alergi, gejala yang timbul mudah dikenali, dan makanan itu tidak diberikan lagi. Makanan sebaiknya tidak
dicampur karena bayi harus mempelajari perbedaan tekstur dan rasa makanan. Cara pemberian makanan pendamping sebaiknya disuapkan dengan
menggunakan sendok dan tidak dimasukkan kedalam botol susu, atau membuat lubang dot lebih besar, yang mengesankan seolah bayi meminum makanan padat.
Ketika memberikan makanan pendamping, volume dan frekuensi pemberian susu sebaiknya
tidak dikurangi
secara drastis.
2.2.4. Frekuensi pemberian makanan
Bayi memerlukan waktu beberapa hari untuk menyukai cita rasa makanan baru, jika bayi mau memakan makanan pendamping, pemberian pertama cukup
dua kali sehari, satu atau dua sendok teh penuh. Kira-kira dua minggu kemudian bayi akan terbiasa dengan makanan barunya Arisman, 2009. Hal ini bukan
Universitas Sumatera Utara
karena bayi tidak suka memakan makanan pendamping, tetapi karena belum terbiasa menggunakan lidahnya mendorong makanan kebelakang mulut Beck,
2011. Kebutuhan bayi akan meningkat seiring tumbuh-kembangnya. Jika bayi
telah menggemari makanan baru tersebut, ia akan mengonsumsi 3-6 sendok besar penuh setiap kali makan. Pada usia 6-9 bulan, bayi setidak-tidaknya
membutuhkan empat porsi, namun tetap membutuhkan ASI. Jika dengan takaran tersebut bayi tersebut masih kelaparan, berilah ia makanan selingan, misalnya
pisang atau biskuit. Bayi memerlukan sesuatu untuk dimakan setiap 2 jam, begitu
ia terbangun. Pemberian makanan tambahan sebagai pendamping ASI dilakukan
secara bertahap, baik porsi, jenis, maupun tekstur makanannya juga harus disesuaikan Proverawati, 2009.
Tabel 2.1. Frekuensi pemberian makanan pendamping Proverawati, 2009.
Umur Frekuensi pemberian
MP-ASI
0-6 bulan ASI sepuasnya
6-8 bulan ASI sepuasnya
Buah 1-2 kali sehari Makanan lumat 1-2 kali sehari
8-10 bulan ASI diteruskan
Buah 1-2 kali sehari Makanan lumat 2 kali sehari
Makanan lembek 1 kali sehari
Universitas Sumatera Utara
10-12 bulan ASI dilanjutkan
Buah 1-2 kali sehari Makanan lumat 1 kali sehari
Makanan lembek 2 kali sehari Telur 1 kali sehari
2.2.5. Syarat-syarat Makanan Pendamping-ASI yang diberikan
Menurut Arisman 2008 bahan makanan pendamping ASI MP-ASI yang ideal harus mengandung: 1 Makanan pokok pangan yang paling banyak
dikonsumsi oleh keluarga, biasanya makanan yang mengandung tepung, seperti beras, gandum, kentang, tepung maizena. 2 Kacang, sayuran berdaun hijau atau
kuning, 3 Buah, 4 Daging hewan, 5 Minyak atau lemak. Makanan tambahan yang diberikan pada bayi hendaknya memenuhi
beberapa syarat seperti: a.
Makanan terbuat dari bahan makanan yang segar dan harus memiliki nilai energi dan kandungan protein tinggi.
b. Susunan menu seimbang berasal dari 10-15 protein, 25-35 dari lemak,
50-60 dari karbohidrat. c.
Mengandung banyak nilai gizi dan berserat lunak d.
Memiliki nilai suplementasi yang baik, memiliki komposisi vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup.
Universitas Sumatera Utara
e. Makanan tambahan juga tidak boleh bersifat kamba, yang dapat
menimbulkan rasa kenyang pada bayi. Karena bukan kenyang yang diberikan pada bayi tetapi energi , protein, dan zat-zat gizi yang
diperlukan. f.
Makanan dapat diterima bayi dengan baik atau tidak menimbulkan reaksi alergi.
g. Harga bahan makanan relatif murah.
h. Bahan makanan hendaknya berasal dari bahan-bahan lokal.
Makanan tambahan bagi bayi sudah seharusnya menghasilkan energi yang tinggi, sedikitnya mengandung 360 Kkal per 100 gram. Bagi bayi yang berusia 6
sampai 12 bulan kebutuhan energinya sekitar 870 Kkal dan protein sekitar 20 gr per hari. Hindari makanan yang mengandung serat kasar serta bahan lain yang
sulit dicerna.
2.2.6. Jenis
MP-ASI
Pada awal pemberian makanan pelengkap ibu dianjurkan memberikan sereal yang dimasak terlebih dahulu, seperti berbagai tepung beras untuk bayi,
konsistensinya sama dengan larutan susu Beck, 2011.
Menurut Proverawati 2009 jenis-jenis MP-ASI yang diberikan, antara
lain sebagai berikut:
1. Makanan lumat adalah makanan yang dihancurkan atau disaring tampak
kurang merata dan bentuknya lebih kasar dari makanan lumat halus, contoh:
Universitas Sumatera Utara
bubur susu, bubur sumsum, pisang dikerok, pepaya saring, tomat saring, dan sebagainya.
2. Makanan lunak adalah makanan yang dimasak dengan banyak air dan
tampak berair, contoh: bubur nasi saring, bubur ayam, nasi tim saring, kentang puri, dan lain-lain.
3. Makanan padat adalah makanan lunak yang tidak nampak berair dan
biasanya disebut makanan keluarga, contoh: lontong, nasi tim, kentang rebus, biskuit, roti, dan lain-lain. Sangat tidak dianjurkan untuk memberikan makanan
padat ini terlalu cepat mengingat sistem pencernaan bayi masih sangat lemah. Selain jenis-jenis makanan pelengkap tersebut, jenis makanan selingan lain
juga dapat diberikan pada bayi, seperti; bubur kacang ijo, sari buah jeruk, pepaya, atau pisang, yang diberi sebelum bayi menyusu pada siang hari.
Jenis dan cara pemberian makanan pendamping seharusnya disesuaikan dengan kemampuan bayi sesuai dengan usianya, berikut tabel yang menunjukkan
keterampilan bayi sesuai dengan usianya.
Tabel 2.2. Keterampilan mulut, tangan, tubuh, kemampuan makan bayi dan jeni makanan pendamping ASI sesuai dengan usianya Proverawati, 2008.
Usia bulan
Keterampilan mulut Keterampilan tangan dan
tubuh Keterampilan dan
kemampuan makan Jenis MP-ASI
6-8 bulan
- Mulai dapat mengontrol makanan
dalam mulut - Bisa melakukan
gerakan mengunyah ke atas dan ke
- Dapat duduk sendiri tanpa ditopang
- Gerakan mata mengikuti makanan
-Dapat menggunakan - Dapat makan
makanan yang dihaluskan
- Sudah bisa makan menggunakan
sendok Makanan lumat
halus, seperti: bubur susu, bubur
saring, bubur sumsum,
pisangpepaya kerok, bisuit.
Universitas Sumatera Utara
bawah jempol dan jari telunjuk
untuk mengangkat benda - Mulai dapat
minum dengan gelas - Mulai dapat makan
dengan menggunakan
tangan
8-10 bulan
- Dapat memindahkan
makanan di dalam mulut ke kiri dan ke
kanan - Dapat
menyesuaikan bibir dengan bentuk
lengkung gelas - Mulai mengunyah
dengan lebih sempurna
- Duduk sendiri dengan mudah
- Dapat memindahkan objek dari tangan ke
mulut - Mulai bisa makan
potongan kecil dari makanan yang lunak
- Mulai bereksperimen makan
sendiri dengan sendok - Minum dari gelas
Makan lunak sampai dengan
makanan lembek, seperti: bubur nasi,
bubur tim saring,kentang
puri, bubur ayam.
10-12 bulan
- Mengunyah dengan sempurna
- Mulai bisa mengarahkan sendok ke
mulut
- Mulai memegang gelasnya sendiri
- Koordinasi mata- tangan-mulut sudah
bagus - Sudah dapat makan
potongan kecil dengan konsistensi lunak dari
makanan keluarga - Mulai makan sendiri
dengan sendok Makanan setengah
padat dan mulai memperkenalkan
makanan keluarga padat, seperti:
lontong, nasi tim, kentang rebus,roti.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
3.1. Kerangka konseptual