Berdasarkan fenomena yang sering diamati peneliti di Desa Huta Rakyat, hampir keseluruhan ibu yang memberikan MP-ASI terlalu dini kepada bayinya,
dan tidak ada spesifikasi umur pertama diberikan makanan pendamping. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan lima orang ibu yang berada di desa
tersebut, semuanya mengaku bahwa mereka memberi makanan pendamping ketika bayinya masih berusia dibawah tiga bulan, dan dua orang ibu yang
memberikan makanan pendamping ketika bayinya belum mencapai usia satu bulan. Jenis makan pendamping yang diberikan cukup beragam, ada yang
memberikan bubur susu, pisang yang dikerok, dan ada ibu yang memberikan bubur
saring. Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti merasa tertarik untuk meneliti
pengetahuan ibu tentang pemberian ASI dan MP ASI pada bayi yang berusia dibawah satu tahun di Desa Huta rakyat Kecamatan Sidikalang.
1.2. Tujuan Penelitian
Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang pemberian MP ASI pada anak dibawah satu tahun.
1.3. Rumusan
Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana pengetahuan ibu
tentang pemberian MP ASI pada anak dibawah satu tahun? 1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi
pendidikan keperawatan
Memberikan informasi, serta menjadi sumber referensi tambahan kepada mahasiswa keperawatan khususnya departemen keperawatan maternitas dan anak.
Universitas Sumatera Utara
1.4.2. Bagi pelayanan dan praktik keperawatan. Memacu tenaga kesehatan khususnya perawat komunitas di Desa Huta
Rakyat, Sidikalang untuk melakukan promosi kesehatan secara berkala kepada mesyarakat terutama ibu-ibu yang memiliki bayi mulai usia 6-24 bulan terkait
pemberian MP-ASI. 1.4.2.
Bagi penelitian.
Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran pada penelitian selanjutnya, dan menjadi pembanding pada penelitian yang sudah ada.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni: indera penglihatan, penciuman, pendengaran, perasa, dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
dari indera penglihatan dan indera pendengaran. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang Notoatmodjo, 2003.
Pengetahuan knowledge adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, dan sebagainya.
2.1.2. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo 2003 pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif empunyai enam tingkatan, yaitu:
1. Tahu Know
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengtahuan paling rendah. Pengetahuan
tingkatan ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima
sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
2. Memahami Comprehension
Memahami adalah suatu kemampuan utuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar. 3.
Aplikasi Application Aplikasi merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi nyata sebenarnya. Aplikasi ini diartikan sebagai penggunaan hukum, rumus-rumus , metode, prinsip, dan sebagainya
dalam situasi lain. 4.
Analisa Analysis Aplikasi adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau subjek
yang telah dipelajari kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih saling berkaitan.
5. Sintesis Synthesis
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian informasi di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Misalnya, dapat merencanakan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi Evaluation.
Evaluasi merupakan suatu kemampuan untuk melakukan penilaian atau justifikasi tehadap suatu objek atau materi berdasarkan suatu kriteria tertentu.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan .
Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal Notoatmodjo, 2003.
A. Faktor internal: Ada beberapa faktor internal yang mempengaruhi pengetahuan seseorang,
Pertama pendidikan, pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan
dimana seseorang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih luas. Namun, bukan berarti setiap orang yang memiliki
pendidikan yang rendah mutlak memiliki pengetahuan yang rendah. Pengetahuan tidak hanya didapat pada pendidikan fomal, akan tetapi pengetahuan juga dapat
diperoleh dari pendidikan non formal. Kedua
pengalaman juga sangat mempengaruhi pengetahuan. Pengalaman sebagai sumber pengetahuan merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Ketiga usia mempengaruhi
terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berekembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga
pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. B. Faktor eksternal:
Selain faktor internal, faktor eksternal juga mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki seseorang. Berbagai macam fator eksternal yang dapat
mempengaruhi pengtahuan, yakni: Pertama Informasi Media Massa, informasi
Universitas Sumatera Utara
yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun yang non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek immediate impact sehingga menghasilkan
perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan
masyarakat tentang inovasi baru. Kedua Sosial Budaya dan Ekonomi, kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang
dilakuakan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan apapun. Status ekonomi seseorang
juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
Faktor yang ketiga adalah lingkungan. Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.
Lingkungan berpengaruh dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh
setiap individu.
2.1.4. Cara Memperoleh Pengetahuan
Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua,
yakni: pertama cara tradisional atau nonilmiah, dan kedua cara modern atau cara ilmiah, yakni melalui proses penelitian Notoatmodjo, 2012.
Universitas Sumatera Utara
a. Cara Memproleh Kebenaran Nonilmiah
1. Cara Coba Salah Trial and Error
Cara ini telah dipakai sebelum adanya kebudayaan. Apabila seseorang menghadapi persoalan atau masalah, maka upaya pemecahannya dilakukan
dengan coba-coba saja. Cara ini dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam memecahakan masalah, dan apabila tidak berhasil maka akan
dicoba kemungkinan yang lain. Itulah sebabnya cara ini disebut dengan metode trial
coba and error gagal atau salah atau metode coba salah coba-coba. 2.
Secara Kebetulan Merupakan penemuan kebenaran yang terjadi secara kebetulan atau tidak
disengaja. Misalnya penemuan kina sebagai obat penyembuhan penyakit malaria yang secara kebetulan ditemukan oleh seorang penderita malaria yang sedang
mengembara. 3.
Cara Kekuasaan atau Otoritas Cara ini merupakan suatu kebiasaan-kebiasaan yang sering dijumpai di
masyarakat yang diwariskan turun-temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Sumber pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin-pemimpin agama,
pemegang pemerintahan, dan sebagainya. Kekuasaan raja zaman dahulu adalah mutlak, sehingga apapun yang diucapkannya adalah kebenaran mutlak dan harus
diterima oleh masyarakat atau rakyatnya. 4.
Berdasarkan Pengalaman Pribadi Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu
merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
dilakukan dengan cara mengulangi kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.
5. Cara Akal Sehat
Akal sehat atau commom sense kadang-kadang menemukan teori atau kebenaran. Pemberian hadiah dan hukuman reward and punishment merupakan
cara yang masih dianut oleh banyak orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan.
6. Kebenaran Melalui Wahyu
Ajaran dan dogma adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut-
pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak.
7. Kebenaran secara Intuitif
Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara-cara yang rasional dan yang sistematis.
Kebenaran diperoeh seseorang hanya berdasarkan intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja.
8. Melalui Jalan Pikiran
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi. Dalam hal ini manusia
telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.
Universitas Sumatera Utara
9. Induksi
Induksi merupakan proses penarikan kesimpulan yang dimuai dari pernyataan-pernyataan yang bersifat khusus ke pernyataan yang bersifat umum.
10. Deduksi
Deduksi merupakan pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum ke pernyataan yang bersifat khusus. Disini terlihat proses
berfikir berdasarkan pada pengetahuan yang umum mencapai pengetahuan yang khusus.
b. Cara Ilmiah dalam Memperoleh Pengetahuan
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Metode ilmiah adalah upaya memecahkan
masalah melalui cara bepikir rasional dan berpikir empiris dan merupakan prosedur untuk mendapatkan ilmu Setiadi, 2007.
2.1.5. Pengukuran Pengetahuan
Pengetahuan dapat diukur dengan tekhnik wawancara, penyebaran kuesioner dengan daftar pertanyaan yang relevan dengan aspek yang akan di ukur
Notoatmodjo, 2003. Pengetahuan dapat diukur dengan menggunakan skala pengukuran ordinal yang merupakan himpunan yang beranggotakan pangkat,
jabatan, tingkatan, atau order. Pengetahuan dikategorikan dalam bentuk lebih besar atau lebih kecil dari, misalnya 0= jelek, 1= cukup, 2= baik, 3= sangat baik
Nursalam, 2009. Skor yang sering digunakan untuk mempermudah dalam mengtegorikan jenjang peringkat dalam penelitian biasanya dituliskan dalam
Universitas Sumatera Utara
persentase, misalnya pengetahuan Baik = 76-100; Cukup = 56-75; dan Kurang
≤ 56 Nursalam, 2003.
2.2. Makanan Pendamping ASI MP-ASI 2.2.1. Definisi Makanan Pendamping ASI MP-ASI