7
BAB II TINJUAN PUSTAKA
2.1. Pasar dan Pemasaran
Suatu laju pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari aktivitas pasarnya. Sekarang ada pergeseran dalam pengertian pasar. Dalam
perkembangan teori ekonomi, khususnya tentang pasar pasar dibedakan menurut konvensionaltradiosional dan pengertian modern. Sinaga 2004
dalam makalahnya mengenai Pasar Modern VS Pasar Tradisional mengungkapkan,
berikut ini pengertian pasar modern, ”Pasar dalam arti modern yaitu pasar yang dikelola dengan manajemen modern, umumnya
terdapat di kawasan perkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen. Sedangkan pengertian
pasar secara konvensionaltradisonal lebih menunjukkan pada pengertian secara tradisional yang lebih mengarah pada tempat bertemunya penjual dan
pembeli untuk melakukan transaksi jual beli.”
1
Dari kedua pengertian pasar diatas dapat dilihat adanya perbedaan yang cukup menonjol. Senada dengan itu, berikut ini merupakan perbedaan
kedua pasar:
1
Sinaga, Pariaman. 2004. Makalah Pasar Modern VS Pasar Tradisional.Kementerian Koperasi dan UKM.Jakarta : Tidak Diterbitkan.
8
No. Pasar Tradisional
Pasar Modern 1.
Barang yang
diperjualbelikan berupa
kebutuhan sehari-hari, umumnya terjadi tawar-menawar
terhadap penjual
dan pembeli.
Barang ditawarkan
adalah bahankebutuhan
sehari- haridengan harga pasti, tercantum
pada label yang ditempelkan pada barang.
2. Kumuh, kotor, jelek, bau tak sedap dan
semrawut. Bersih
dan nyaman,
bahkan terdapat AC dan TV.
3. Kepuasan konsumen kurang diperhatikan
Konsumen adalah raja 4.
Fokus produk lokal Sudah masuk barang-barang dari
luar negeri. Sumber: MIL, Pasar TradisionalPerlu Berbenah, Kompas 4 Maret 2013, hal.
34 Pasar dalam pengertian diatas harus dibedakan dengan pemasar
an,“ Pemasaran marketing sebagai proses dimana perusahaan menciptakan
nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang sangat kuat dengan pelanggan, dengan tujuan menangkap nilai dari pelanggan sebagi
imbalannya.”
2
Salah satu aspek penting dari pemasaran adalah distribusi. Proses distribusi biasanya dilakukan dari produsen melalui pedagang besar,
selanjutnya ke pedagang ritel dan akhirnya sampai ke tangan konsumen. Pada penulisan penelitian ini yang dimaksudnya ritel adalah
waralabafranchise. Untuk lebihnya hal ini dapat diperjelas dengan pendapat Utami yang mengemukakan bahwa, “ritel yang dimiliki dan dioperasikan
oleh individu tetapi memperoleh lisensi dari organisasi pendukung yang lebih besar. Waralafranchise menggabungkan kekuntungan-keuntungan
dari organisasi rantai toko.”
3
2
Bob Sabran ,2008, Prinsip-Prinsip Pemasaran edisi 12, jilid 1, diterjemahkan Kotler Philip danGarry Amstrong, Erlangga, Jakarta, hal. 6
3
Christina Whidya Utami, 2010,manajemen Ritel: Startegi dan Implementasi Operasional Bisnis RItel Modern di Indonesia, Salemba Empat, Jakarta, hal. 20
9
Waralabafranchise merupakan
kerjasama yang
saling menguntungkan baik si pememberi lisensi franchiser maupun peneriman
penerimapenyewa lisensi franchisee. Dimana si pememberi linsensi akan memperoleh franchise fee dan juga tidak perlu mengunakan modal sendiri
dalam memperluas
usahanya.Sedangkan keuntungan
bagi penerimapenyewa linsensi adalah tanpa mengadakan banyak kegagalan
dalam mendirikan usaha karena merek yang digunakan dari franchise yang sudah terbukti keberhasilanya dan tidak perlu mengadakan banyak promosi
yang berlebihan karena merk dagang dari franchise sudah di kenal oleh masyarakat.
Dari keuntungan-keuntungan yang diperoleh dalam franchise maka keberadaan franchise dapat kita jumpai di berbagai tempat, salah satunya di
ruas jalan-jalan raya. Dengan letaknya yang demikian diharapkan agar franchise mampu menjangkau permintaan pasar. Indomaret dan Alfarmart
merupakan contoh franchise yang berkembang pesat di Indonesia. Adapun permintaan pasar menurut Samuelson dan Nordhanaus
tergantung beberapa faktor, “ Dua diantaranya yang sesuai dengan skripsi ini adalah: Pendapatan rata-rata
daya beli dan jumlah penduduk.”
4
a. Penduduk