PENGARUH BUDGETARY GOAL CHARACTERISTICS TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD) PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA SE-PROVINSI LAMPUNG

(1)

ABSTRAK

PENGARUH BUDGETARY GOAL CHARACTERISTICS TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD) PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA SE-PROVINSI

LAMPUNG

Oleh

AYU JUFIKA MUTIASARI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh komponen budgetary goal characteristics yang terdiri dari partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan tujuan anggaran, evaluasi anggaran, umpan balik anggaran, dan kesulitan tujuan anggaran terhadap kinerja manajerial pada SKPD. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster sampling untuk mengelompokan karakteristik kabupaten/kota yang akan dijadikan sampel dan diperoleh empat kabupaten dan satu kota, kemudian peneliti menggunakan probability multistage sampling dan mendapatkan 25 SKPD yang menjadi sampel. Data primer diperoleh dari penyebaran kuesioner dengan responden pejabat eselon III dan IV sebanyak 163 responden. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji analisis linear berganda dan data diolah menggunakan software SPSS versi 21 for windows.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel partisipasi penyusunan anggaran, umpan balik anggaran, dan kesulitan tujuan anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial pada SKPD. Sedangkan, variabel kejelasan tujuan anggaran dan evaluasi anggaran tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada SKPD.

Kata Kunci: Budgetary Goal Characteristics, Kinerja Manajerial pada SKPD, Sektor Publik.


(2)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF BUDGETARY GOAL CHARACTERISTICS ON MANAGERIAL PERFORMANCE OF SKPD IN REGENCY/CITY

GOVERNMENT OF LAMPUNG PROVINCE

By

AYU JUFIKA MUTIASARI

This study aims to examine the influence of components of budgetary goal characteristics which consist of budgetary participation, budget goal clarity, budgetary evaluation, budgetary feedback, and budget goal difficulty on managerial performance of SKPD. Sampling method used cluster sampling to

categorize regency/city’s characteristic and it obtained four regencies and one city, then the researchers used probability multistage sampling and it obtained 25 SKPDs which became the samples. The primary data was obtained from distributing questionnaires with 163 respondents as echelon officials of III and IV. Multiple linear regresion was used to test the hypothesis and data was tested by SPSS version 21 for windows.

The result indicates that budget participation, budgetary feedback, and budget goal difficulty have positive and significant influence over managerial performance of SKPD. However, budget goal clarity and budgetary evaluation have not influence over managerial performance of SKPD.

Keywords: Budgetary Goal Characteristics, Managerial Performance of SKPD, Public Sector.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandarlampung pada tanggal 03 Juli 1992 dengan nama Ayu Jufika Mutiasari yang merupakan anak kedua dari dua bersaudara dan putri dari Bapak Nabhan, S.H. dan Ibu Dra. Yenni AR. Penulis memiliki seorang saudara perempuan yang bernama Dini Pradipta Nursari, S.E.

Penulis menyelesaikan pendidikan kanak-kanak di TK Al-Azhar Way Halim tahun 1998, kemudian dilanjutkan dengan pendidikan dasar di SD Al-Azhar 1 Bandarlampung dan lulus pada tahun 2004. Selanjutnya, penulis menempuh pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 4 Bandarlampung yang diselesaikan pada tahun 2007, kemudian penulis melanjutkan pendidikan tingkat atas di SMA Negeri 3 Bandarlampung hingga lulus pada tahun 2010.

Penulis terdaftar sebagai mahasiswi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2010. Selama menjadi mahasiswi, penulis aktif dalam organisasi UKMF Kelompok Studi Pasar Modal (KSPM) Universitas Lampung sebagai Kepala Biro Kesekretariatan periode 2011-2012 dan Kepala Bidang III (Kreatifitas Mahasiswa) periode 2012-2013.


(8)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur atas nama Allah SWT. Skripsi ini kupersembahkan kepada:

Kedua Orang Tuaku tercinta, Nabhan, S.H., dan Dra. Yenni AR, Kakakku, Dini Pradipta N., S.E., dan Seluruh Keluarga Besarku

Terima kasih atas cinta kasih, dukungan, bimbingan, dan pengertiannya selama ini

serta do’a yang selalu menyertai setiap langkah hidupku

Orang Terdekatku, Sahabat-Sahabat Terbaikku, dan Teman-Teman Seangkatan dan Seperjuangan

Yang selalu menemani, mendoakan, dan memberikan motivasi

Serta


(9)

MOTO

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”

(Q.S Al Insyirah 94:6-8)

“Waktu itu bagaikan sebilah pedang, kalau engkau tidak memanfaatkannya, maka

ia akan memotongmu”

(Ali bin Abu Thalib)

“Hidup adalah perjuangan tanpa henti-henti”

(Dewa 19)

“Pengetahuan diperoleh dengan belajar, kepercayaan dengan keraguan, keahlian dengan berlatih, dan cinta dengan mencintai”

(Thomas Szasz)

Underestimate someone and that person will beat you


(10)

SANWACANA

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Budgetary Goal Characteristics terhadap Kinerja Manajerial pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung”.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan, bimbingan, bantuan, dan kerja sama semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaiannya. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Einde Evana, S.E., M.Si.,Akt., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

3. Bapak Sudrajat, S.E., M.Acc., Akt., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;


(11)

4. Bapak Saring Suhendro, S.E., M.Si., Akt., selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktu untuk memberi saran, kritik, bimbingan, dan nasihatnya dalam menyelesaikan skripsi ini;

5. Ibu Reni Oktavia, S.E., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Kedua yang telah banyak membantu dalam memberikan masukan, bimbingan, perhatian, kesabaran, dan kesediaan meluangkan waktu selama proses penyelesaian skripsi ini;

6. Ibu Dr. Ratna Septiyanti, S.E., M.Si., Akt. selaku Dosen Penguji Utama yang telah memberikan masukan dan saran diberikan;

7. Ibu Liza Alvia, S.E., M.Sc., Akt., selaku Dosen Pembimbing Akademik; 8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu

dan pengetahuan yang bermanfaat selama penulis menyelesaikan pendidikan di Universitas Lampung;

9. Bapak Sobari, Mas Yana, Mas Leman, Mbak Sri, Mpok, dan Mas Yono serta Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung, khususnya atas bantuannya selama penulis bergabung bersama civitas akademika Universitas Lampung;

10.Kedua Orang Tuaku, Ayahanda Nabhan, S.H., dan Ibunda Dra. Yenni AR sebagai motivator terbesar dalam menyelesaikan pendidikanku;

11.Kakakku, Dini Pradipta N., S.E. yang telah banyak memberi masukan dan dukungan selama ini;

12.Sahabat-sahabat terbaikku, N. Wanda, Ira Puspita, Diasti R., Hani Fitria A., Mona V., Rosani M., A. Iqbal Z., Prima A.K., Afrian A., dan Hana F.A., Ziggy Zella, R. Jauhari I. terima kasih atas segala bentuk do’a,


(12)

waktu, perhatian, pengertian, dan dukungan yang telah diberikan selama ini serta Adistia R.P. terima kasih untuk masih tetap dan selalu menjadi sahabatku dengan segala cerita dan nasihat yang diberikan dari TK hingga sekarang dan seterusnya. Sukses untuk kita semua.

13.Orang terdekatku, Kartono Dermadi yang selalu memberikan motivasi, kesabaran, selalu meluangkan waktu untuk mendengarkan, menemani, menghibur, selalu menjadi penyemangat, dan memberikan kasih sayang.

Thanks for coming and being a part of my life;

14.Sahabat-sahabatku tersayang, Ira P., Adiati Ameici, Devy Wira B., Nurul A., Dila Mutiara S., Alfudiafarrah, dan Irvia M. yang telah hadir dan menemani di masa perkuliahan sehingga menjadi lebih menyenangkan.

Always wish us for the best, be healthy, be wealthy, and be happy !;

15.Teman-teman seperjuangan akuntansi 2010, A. Iqbal Z., Dianti W., Elychia R.P., Arlenti P., Egha I.P., Meyriski A., Devriyansyah I., Frilly S.R., Susanto A., Eka N.S., Surya P.T., Wella P., Citra P., Deni R., Tiya M., Ivonna N.H., Iga A., Ni Wayan E., Syarif H., Andriani R.H., Ira D., Rossy T.A., Dwi, Yesi S., F. Jeni O., Marlina S., Jane, Oksano P., Novia, E.S. Pratiwi, , S. Teja P., Satria, Maria Ansela H., Ben, dan semua teman-teman yang tidak mampu saya sebutkan satu persatu. Terima kasih atas kebersamaannya selama ini, merupakan suatu kebanggaan bertemu dengan kalian semua, dan sukses buat kita kedepannya;

16.Keluarga besar UKMF Kelompok Studi Pasar Modal (KSPM) sebagai tempat belajar berorganisasi, bertanggung jawab, bekerja keras, bekerja sama, belajar menghargai dan mengerti sesama, serta sebagai tempat yang


(13)

telah memberikan pengalaman yang sangat berarti. Terima kasih rekan-rekan kepengurusan periode 2011-2012 (Kak Hadi, Kak Ratih, Kak Putri, Kak Danepo, Sela, Kak Dhytha, Nurul, Aji, Kak Jalal, Satria, Nova) dan rekan-rekan di kepengurusan periode 2012-2013 (Anas, Dianti, Nova, Sela, Dani, Nurul, Dias, Cinta, Echa, Ginan, Bowo, Enyeng, Kartono, Zahara, Deri, Gita);

17.Kak Nana, Kak Ria, Kak Ones, Kak Ben, Kak Aan, Kak Dane, Kak Ferdi, dan kakak tingkatku lainnya serta adik-adik tingkatku, terima kasih untuk semua bantuan selama menjalani perkuliahan sampai pada penyelesaian skripsi ini.

18.Para responden di Pemerintah Kabupaten/Kota Provinsi Lampung yang menjadi sampel penelitian, terima kasih atas partisipasinya.

19.Serta kepada semua pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan terima kasih atas semua bantuan yang telah diberikan.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis, pembaca, dan pihak-pihak lainnya.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Bandarlampung, 04 September 2014 Penulis,


(14)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Batasan Masalah ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

1.5.1 Manfaat Teoretis ... 7

1.5.2 Manfaat Praktis Masalah ... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori ... 8

2.1.1 Goal Setting Theory ... 8

2.1.2 Anggaran ... 9

2.1.3 Budgetary Goal Characteristics ... 10

2.1.3.1 Partisipasi Penyusunan Anggaran ... 11

2.1.3.2 Kejelasan Tujuan Anggaran ... 12

2.1.3.3 Evaluasi Anggaran ... 13


(15)

2.1.3.5 Kesulitan Tujuan Anggaran ... 15

2.1.3.6 Kinerja Manajerial pada SKPD ... 16

2.2 Penelitian Terdahulu ... 17

2.3 Model Penelitian ... 19

2.4 Pengembangan Hipotesis ... 20

2.4.1 Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Manajerial pada SKPD ... 20

2.4.2 Pengaruh Kejelasan Tujuan Anggaran terhadap Kinerja Manajerial pada SKPD ... 21

2.4.3 Pengaruh Evaluasi Anggaran terhadap Kinerja Manajerial pada SKPD ... 22

2.4.4 Pengaruh Umpan Balik Anggaran terhadap Kinerja Manajerial pada SKPD ... 23

2.4.5 Pengaruh Kesulitan Tujuan Anggaran terhadap Kinerja Manajerial pada SKPD ... 24

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel ... 25

3.2 Data Penelitian ... 27

3.2.1 Jenis dan Sumber Data ... 27

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 28

3.3 Operasional Variabel Penelitian ... 28

3.4 Metode Analisis Data ... 32

3.4.1 Statistik Deskritif ... 32

3.4.2 Uji Kualitas Data ... 33

3.4.3 Uji Asumsi Klasik ... 34

3.5 Pengujian Hipotesis ... 35

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data ... 38

4.2 Profil Responden ... 39


(16)

4.4 Hasil Pengujian Kualitas Data ... 42

4.4.1 Hasil Uji Validitas ... 42

4.4.2 Hasil Uji Reliabilitas ... 45

4.5 Hasil Pengujian Asumsi Klasik ... 45

4.5.1 Hasil Uji Normalitas ... 45

4.5.2 Hasil Uji Multikoliniearitas ... 47

4.5.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 48

4.6 Hasil Pengujian Hipotesis ... 48

4.6.1 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 49

4.6.2 Hasil Uji Kelayakan Model ... 50

4.6.3 Hasil Uji Hipotesis ... 50

4.7 Pembahasan ... 52

4.7.1 Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Manajerial pada SKPD ... 52

4.7.2 Pengaruh Kejelasan Tujuan Anggaran terhadap Kinerja Manajerial pada SKPD ... 54

4.7.3 Pengaruh Evaluasi Anggaran terhadap Kinerja Manajerial pada SKPD ... 56

4.7.4 Pengaruh Umpan Balik Anggaran terhadap Kinerja Manajerial pada SKPD ... 59

4.7.5 Pengaruh Kesulitan Tujuan Anggaran terhadap Kinerja Manajerial pada SKPD ... 61

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 63

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 64

5.3 Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel ... 31

Tabel 4.1 Tingkat Pengembalian Kuesioner ... 39

Tabel 4.2 Profil Responden ... 40

Tabel 4.3 Hasil Analisis Deskriptif ... 41

Tabel 4.4 KMO and Bartlett’s test ... 43

Tabel 4.5 Analisis Faktor ... 44

Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas ... 45

Tabel 4.7 Hasil Uji Reliabilitas ... 45

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas ... 46

Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolinearitas ... 47

Tabel 4.10 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 49

Tabel 4.11 Hasil Uji Kelayakan Model ... 50


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 2. Administrasi Penelitian Lampiran 3. Profil Responden

Lampiran 4. Tabulasi Jawaban Responden

Lampiran 5. Hasil Uji Statistik Deskriptif dan Uji Kualitas Data Lampiran 6. Hasil Uji Asumsi Klasik


(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas – Grafik Normal P-Plot ... 46 Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas – Grafik Scatterplot ... 48


(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut Bastian (2006:163) anggaran mengungkapkan apa yang akan dilakukan di masa mendatang. Anggaran menjadi alat manajerial yang umum digunakan karena sebagai salah satu elemen penting dalam perencanaan keuangan

perusahaan dan juga sebagai alat pengendalian, koordinasi, evaluasi kinerja, serta motivasi dalam pencapaian tujuan perusahaan. Melalui anggaran, atasan dapat melakukan evaluasi kinerja dengan membandingkan tujuan yang telah

dianggarkan dan kinerja aktual serta menentukan imbalan atau hukuman dari hasil pencapaian kinerja bawahannya. Oleh karenanya, anggaran dapat memotivasi individu dalam bekerja sehingga dapat meningkatkan sikap dan kinerja manajerial.

Penganggaran seharusnya diawali dengan penetapan tujuan, target, dan kebijakan. Pengetahuan mengenai tujuan anggaran akan memberikan kesamaan persepsi antara berbagai pihak tentang apa yang akan dicapai. Hal ini sangat penting bagi kesuksesan anggaran. Dalam proses penyusunan anggaran penting adanya

keterlibatan berbagai pihak yang berperan dalam mempersiapkan dan memberikan berbagai altenatif tujuan anggaran baik atasan maupun bawahan. Menurut Milani


(21)

2

(1975) penyusunan anggaran secara partisipatif diharapkan akan meningkat kinerja manajerial, dimana ketika suatu tujuan dirancang dan secara partisipatif disetujui maka karyawan akan menginternalisasi tujuan yang ditetapkan, dan memiliki rasa tanggung jawab pribadi untuk mencapainya karena mereka ikut terlibat dalam penyusunan anggaran.

Tidak hanya partisipasi dalam penyusunan anggaran yang dapat meningkatkan kinerja manajerial. Dalam perencanaan anggaran terdapat beberapa karakteristik tujuan anggaran (budgetary goal characteristics). Menurut Kenis (1979), variasi dalam penyusunan anggaran manajer tingkat atas seperti yang direfleksikan dalam

budgetary goal characteristics memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja dari manajer tingkat bawah. Agar pelaksanaan anggaran dapat berjalan secara efektif, penyusunan anggaran dan penerapannya harus memperhatikan lima komponen budgetary goal characteristics, yaitu partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan tujuan anggaran, evaluasi anggaran, umpan balik anggaran, dan

kesulitan tujuan anggaran.

Beberapa peneliti sebelumnya telah menguji pengaruh salah satu, beberapa, atau keseluruhan komponen dari budgetary goal charcteristics. Dalam penelitian Ritonga (2008) dan Nurkemala (2011) menemukan adanya pengaruh positif dan signifikan antara partisipasi penyusunan anggaran dan kinerja. Di lain sisi, Gandasuli dkk. (2009) dan Octavia (2009) menemukan partisipasi penyusunan anggaran tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Kemudian, kejelasan tujuan anggaran ditemukan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah (Suwandi, 2013). Namun, menurut Handayani (2013)


(22)

3

manajerial. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2009) dan Suluh (2013), evaluasi anggaran, umpan balik anggaran, dan tingkat kesulitan anggaran secara parsial tidak ditemukan mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial. Namun dalam Fahrianta (2001) umpan balik anggaran

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial melalui dampak positif signifikan motivasi ekstrinsik. Penelitian yang dilakukan Istiyani (2009), Laoli (2012), dan Herawansyah dkk. (2013) membuktikan bahwa secara bersama-sama budgetary goal characteristics berpengaruh terhadap kinerja. Pada

penelitian lainnya, Murthi dan Sujana (2009) dan Kurnia (2009) budgetary goal characteristics tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial.

Hasil penelitian mengenai pengaruh kelima komponen budgetary goal characteristics terhadap kinerja manajerial masih menunjukkan

ketidakkonsistenan. Penelitian sebelumnya juga lebih banyak memfokuskan pada partisipasi penyusunan anggaran dan belum banyak yang melakukan penelitian dengan menggunakan kelima komponen budgetary goal characteristics tersebut. Hasil penelitian yang tidak konsisten dan masih sedikit yang melakukan penelitian mengenai hal tersebut mendorong peneliti untuk melakukan penelitian kembali. Penelitian ini mengacu pada penelitian Istiyani (2009) dan Herawansyah dkk. (2013). Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, yaitu penelitian ini hanya menguji pengaruh kelima komponen budgetary goal

characteristics terhadap kinerja manajerial.

Penelitian mengenai hubungan antara komponen budgetary goal characteristics

dan kinerja manajerial pada organisasi sektor swasta telah banyak dilakukan, seperti penelitian Rahmawati (2008), Wulandari (2009), dan Badriyah dkk.


(23)

4

(2013). Penelitian dengan topik yang sama namun pada organisasi sektor publik juga pernah dilakukan beberapa peneliti terdahulu seperti Istiyani (2009) dan Herawansyah dkk. (2013) yang menunjukkan bahwa budgetary goal

characteristics berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja manajerial pemerintah daerah. Penganggaran pada organisasi sektor publik tidak sama

dengan penganggaran pada organisasi sektor swasta. Pada organisasi sektor publik lebih ditekankan pada konsep penganggaran kinerja, yaitu menekankan pada orientasi output (keluaran) dan outcome (hasil) yang memiliki konsekuensi pada mekanisme penyusunan anggaran yang lebih partisipatif (Damanik, 2011). Dalam konteks pemerintahan, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sebagai unit kerja yang mempunyai kegiatan dalam penyusunan dan pelaksanaan anggaran agar dalam pelaksanaannya tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menggunakan organisasi sektor publik sebagai objek penelitian.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Pengaruh Budgetary Goal Characteristics terhadap Kinerja Manajerial pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kabupaten/Kota Se-Provinsi Lampung”.

1.2 Rumusan Masalah

Proses penyusunan anggaran pada dasarnya proses penetapan peran dalam melaksanakan kegiatan untuk pencapaian tujuan anggaran yang telah ditetapkan. Peran bawahan dalam penyusunan anggaran sebagai pemberi informasi mengenai kondisi yang ada sehingga penentuan tujuan anggaran tepat, jelas, dan dapat


(24)

5

dicapai. Berdasarkan goal setting theory, individu yang diberi tujuan yang spesifik, sulit tapi dapat dicapai, dan munculnya feedback, memiliki kinerja yang lebih baik (Rini dkk., 2012). Dengan tujuan anggaran yang jelas akan

memudahkan individu dalam melaksanakan anggaran dan mencapai target anggaran sehingga dapat memberikan suatu tingkat kepuasan kerja dan berdampak pada kinerja yang semakin baik.

Demikian juga Kenis (1979) menyatakan penyusunan anggaran dan penerapannya harus memperhatikan lima komponen budgetary goal characteristics (partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan tujuan anggaran, evaluasi anggaran, umpan balik anggaran, dan kesulitan tujuan anggaran). Terkait dengan hal ini, kinerja aparat pemerintah dapat dipengaruhi oleh budgetary goal characteristics dan tentunya ikut berdampak pada kinerja anggaran tersebut. Dengan demikian, budgetary goal characteristics dapat berimplikasi pada kinerja manajerial pada SKPD dalam penyusunan dan pelaksanaan anggaran.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada SKPD?

2. Apakah kejelasan tujuan anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada SKPD?

3. Apakah evaluasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada SKPD?


(25)

6

4. Apakah umpan balik anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada SKPD?

5. Apakah kesulitan tujuan anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial ? pada SKPD

1.3 Batasan Masalah

Untuk memfokuskan penelitian agar masalah yang diteliti memiliki ruang lingkup dan arah yang jelas, maka batasan masalah yang ditentukan oleh peneliti adalah:

1) Terdapat lima variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan tujuan anggaran, evaluasi

anggaran, umpan balik anggaran, dan kesulitan tujuan anggaran serta satu variabel dependen, yaitu kinerja manajerial pada SKPD.

2) Penelitian ini dilakukan pada beberapa pemerintah daerah yang dapat mewakili seluruh Kabupaten/Kota Se-Provinsi Lampung.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menguji budgetary goal characteristics yang terdiri dari partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan tujuan anggaran, evaluasi anggaran, umpan balik anggaran, dan kesulitan tujuan anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada SKPD Pemerintah Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung.


(26)

7

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoretis

Penelitian ini dapat menambah wacana bagi ilmu akuntansi sektor publik tentang bagaimana pengaruh budgetary goal characteristics terhadap kinerja manajerial pada sektor pemerintahan. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi dokumen akademik yang berguna dan dijadikan informasi tambahan untuk penelitian

sejenis di masa mendatang.

1.5.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah daerah dalam penyusunan anggaran SKPD yang sesuai ketentuan dalam rangka

meningkatkan kinerja manajerial di SKPD untuk mencapai tujuan anggaran yang diinginkan.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Goal Setting Theory

Goal setting theory merupakan bagian dari teori motivasi yang dikemukakan oleh Edwin Locke pada tahun 1978. Teori ini menyatakan bahwa karyawan yang memiliki komitmen tujuan tinggi akan mempengaruhi kinerja manajerial. Adanya tujuan individu menentukan seberapa besar usaha yang akan dilakukannya, semakin tinggi komitmen karyawan terhadap tujuannya akan mendorong karyawan tersebut untuk melakukan usaha yang lebih keras dalam mencapai tujuan tersebut. Menurut Locke dan Latham (2002) dalam Lunenburg (2011) tujuan memiliki pengaruh yang luas pada perilaku karyawan dan kinerja dalam organisasi dan praktik manajemen.

Goal setting theory berasumsi bahwa ada hubungan langsung antara tujuan yang spesifik dan terukur dengan kinerja. Temuan utama dari goal setting theory adalah bahwa individu yang diberi tujuan yang spesifik dan sulit tapi dapat dicapai

memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan orang-orang yang menerima tujuan yang mudah dan kurang spesifik atau tidak ada tujuan sama sekali. Pada saat yang sama, seseorang juga harus memiliki kemampuan yang cukup dalam


(28)

9

menerima tujuan yang ditetapkan dan menerima umpan balik yang berkaitan dengan kinerja (Latham, 2003 dalam Lunenburg, 2011). Selain itu, menurut Locke dan Latham (2002) sebuah tujuan agar efektif, dibutuhkan ringkasan umpan balik yang mengungkapkan kemajuan manajer dalam mencapai tujuan. Jika mereka tidak tahu bagaimana kemajuannya, akan sulit bagi mereka untuk menyesuaikan tingkat atau arah usaha dalam menyesuaikan strategi kinerja untuk mencocokkan apa yang diperlukan dalam mencapai tujuan. Dalam penetapan tujuan juga, diperlukan keterlibatan dalam perencanaan untuk mengembangkan strategi yang akan dilakukan dalam pencapaian tujuan. Adanya partisipasi dalam penetapan tujuan anggaran akan menciptakan pertukaran informasi yang

memungkinkan pegawai untuk memperoleh pemahaman yang lebih jelas

mengenai tujuan anggaran sehingga nantinya dapat mengurangi ambiguitas dalam melakukan pekerjaan mereka.

2.1.2 Anggaran

Anggaran merupakan gambaran rencana keuangan dari seluruh kegiatan organisasi yang akan dilakukan selama periode tertentu. Menurut Mardiasmo (2009) anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan penganggaran adalah proses atau metode untuk mempersiapkan suatu anggaran. Secara teoretis, anggaran juga dapat dikatakan sebagai managerial plan for action untuk memfasilitasi tercapainya tujuan organisasi.

Dalam organisasi sektor publik anggaran menjadi rencana manajerial untuk menerapkan strategi organisasi untuk mencapai tujuan organisasi sektor publik,


(29)

10

yaitu sebagai penyedia pelayanan publik yang baik (Halim, 2012). Anggaran sektor publik merupakan satu kesatuan dari unsur pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah. Dalam SKPD terdapat Rencana Kerja Anggaran SKPD (RKA-SKPD) yang memuat rincian anggaran pendapatan, rincian

anggaran belanja tidak langsung SKPD (gaji pokok dan tunjangan pegawai, tambahan penghasilan, khusus pada SKPD Sekretariat DPRD dianggarkan juga Belanja Penunjang Operasional Pimpinan DPRD), rincian anggaran belanja

langsung menurut program dan kegiatan SKPD (Permendagri No.27 Tahun 2013). Anggaran tidak hanya sebagai alat perencanaan dan pengendalian, melainkan juga sebagai alat bagi manajerial SKPD untuk mengkoordinasikan,

mengkomunikasikan, mengevaluasi kinerja, dan memotivasi bawahannya.

Menurut Bastian (2006) anggaran sektor publik mempunyai karakteristik sebagai berikut: 1) dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan non keuangan, 2) umumnya mencakup jangka waktu tertentu, 3) berisi komitmen manajemen untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, 4) usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak yang berwenang lebih tinggi dari penyusun anggaran, dan (5) sekali disusun, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi tertentu.

2.1.3 Budgetary Goal Characteristics

Penentuan tujuan anggaran penting dilakukan sebagai tahap awal dari proses penyusunan anggaran suatu organisasi sehingga dalam pelaksanaanya nanti dapat terarah sesuai dengan tujuan dan hasil yang ingin dicapai. Menurut Kenis (1979) terdapat lima hal yang diperlukan dalam mencapai tujuan anggaran atau disebut


(30)

11

1. Partisipasi penyusunan anggaran (Budgetary Participation). 2. Kejelasan tujuan anggaran (Budget Goal Clarity).

3. Evaluasi anggaran (Budgetary Evaluation). 4. Umpan balik anggaran (Budgetary Feedback). 5. Kesulitan tujuan anggaran (Budget Goal Difficulty).

2.1.3.1Partisipasi Penyusunan Anggaran

Partisipasi penyusunan anggaran merupakan keterlibatan individu dalam suatu perencanaan anggaran dan memikul tanggung jawab atas keterlibatannya guna pencapaian tujuan anggaran tersebut. Kenis (1979) menyatakan partisipasi anggaran mengacu pada tingkat keikutsertaan manajer dalam penyusunan

anggaran dan mempengaruhi tujuan anggaran terhadap pusat pertanggungjawaban manajer yang bersangkutan. Individu yang berpartisipasi akan terlibat dalam penentuan tujuan anggaran. Keterlibatan ini akan membantu dalam memahami tujuan yang akan dicapai oleh anggaran tersebut dan bagaimana akan

mencapainya dengan menggunakan sumber daya yang ada.

Partisipasi anggaran pada konteks pemerintahan dilihat dari seberapa besar keikutsertaan aparat pemerintah dalam menyusun anggaran dan pelaksanaannya untuk mencapai target. Bentuk partisipasi dalam penyusunan anggaran berupa keterlibatan yang meliputi pemberian pendapat, pertimbangan dan usulan dari bawahan kepada pimpinan dalam mempersiapkan dan merevisi anggaran. Partisipasi penyusunan anggaran daerah terjadi pada saat pembahasan RAPBD. Anggaran dibuat oleh eksekutif dalam hal ini kepala daerah melalui usulan dari unit kerja yang disampaikan oleh kepala SKPD dan setelah itu kepala daerah


(31)

12

bersama DPRD menetapkan anggaran yang dibuat sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku.

Keikutsertaan unit kerja dalam penyusunan anggaran dapat memberikan kesamaan tujuan yang ingin dicapai dan juga guna lebih memahami anggaran yang diusulkan unit kerjanya sehingga berpengaruh pada tercapainya tujuan pusat pertanggunjawaban anggaran mereka. Kunci dari kinerja yang efektif adalah apabila tujuan dari anggaran tercapai dan partisipasi dari bawahan memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan tersebut (Kenis, 1979).

2.1.3.2Kejelasan Tujuan Anggaran

Tujuan adalah apa yang ingin dicapai oleh suatu organisasi di masa mendatang. Menurut Kenis (1979) kejelasan tujuan anggaran merupakan tingkatan dimana tujuan anggaran dinyatakan secara spesifik dan jelas dengan maksud agar

anggaran tersebut dapat dimengerti oleh pihak yang bertanggung jawab terhadap pencapaian tujuan anggaran tersebut. Penetapan tujuan yang spesifik mendorong individu bekerja lebih efektif sehingga berdampak pada pencapaian kinerja yang diharapkan.

Penyusunan anggaran pemerintah daerah harus bisa menggambarkan tujuan anggaran secara jelas, spesifik, dan dimengerti oleh aparat pemerintah yang bertanggung jawab dalam melaksanakan anggaran tersebut. Kejelasan tujuan anggaran sangat penting untuk mengarahkan pelaksana anggaran agar bertindak kepada pencapaian tujuan sehingga tidak menimbulkan keraguan dan

kebingungan untuk merealisasikan tujuan yang telah ditetapkan. Kenis (1979) menemukan bahwa jika tujuan anggaran dinyatakan secara jelas, pelaksana


(32)

13

anggaran akan memberikan reaksi positif yang relatif sangat kuat, yaitu adanya peningkatan kepuasan kerja, penurunan ketegangan kerja, peningkatan sikap karyawan terhadap anggaran, kinerja anggaran dan efesiensi biaya pada pelaksana anggaran secara signifikan.

2.1.3.3Evaluasi Anggaran

Evaluasi merupakan proses pengukuran dan penilaian akan efektifitas strategi yang digunakan dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Menurut Kenis (1979) Evaluasi anggaran adalah tindakan yang dilakukan untuk menelusuri kembali anggaran yang telah dilaksanakan ke departemen yang bersangkutan dan

digunakan sebagai dasar untuk penilaian kinerja departemen. Evaluasi anggaran menyediakan informasi mengenai tingkat keberhasilan suatu tujuan telah dicapai, yaitu dengan membandingkan antara anggaran dan realisasinya. Berdasarkan hasil evaluasi anggaran dapat terlihat apakah terjadi penyimpangan dalam penggunaan anggaran ataukah tidak dan dari hasil ini dapat ditetapkan sebagai dasar untuk penilaian kinerja. Penilaian kinerja ini akan digunakan sebagai dasar dalam memberikan umpan balik. Sehingga dapat dikatakan evaluasi anggaran juga sebagai salah satu alat pengendalian terhadap kinerja anggaran.

Dalam penelitian Munawar (2006) menemukan bahwa evaluasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja aparat Pemerintah Kabupaten Kupang. Hal ini menunjukkan bahwa dalam menyiapkan anggaran mereka selalu melakukan evaluasi kegiatan-kegiatan yang telah diprogramkan dan pada pelaksanaan anggaran, juga dilakukan evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan sehingga kinerja mereka menjadi lebih baik. Menurut Permendagri No. 13 tahun


(33)

14

2006 pasal 92, Kepala SKPD mengevaluasi hasil pelaksanaan program dan kegiatan dua tahun anggaran sebelumnya sampai dengan semester pertama tahun anggaran berjalan. Hasil evaluasi akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyiapkan anggaran untuk kegiatan dan program kerja berikutnya sehingga kinerja di masa mendatang akan lebih baik.

2.1.3.4Umpan Balik Anggaran

Umpan balik anggaran merupakan hasil yang diperoleh dari pencapaian tujuan anggaran yang telah dilakukan mengenai kinerja individu. Umpan balik dimaksudkan untuk memberitahu karyawan mengenai keberhasilan atau kegagalannya dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kenis (1979)

menyatakan bahwa umpan balik menunjukkan tingkatan dimana tujuan anggaran telah dicapai dan sebagai variabel penting yang memberikan motivasi kepada manajer. Umpan balik dapat dijadikan sebagai motivasi bagi karyawan untuk bekerja lebih giat dan menghasilkan prestasi kerja. Bagi individu, umpan balik merupakan pengakuan atas prestasi dan kemampuan kerjanya, tanpa pengakuan akan menyebabkan ketidakpuasan.

Dalam konteks pemerintahan, umpan balik anggaran yang diperoleh, yaitu dengan melihat pencapaian tujuan anggaran yang telah ditetapkan. Ketika suatu kinerja dikatakan baik dan tujuan berhasil dicapai, pegawai akan diberikan feedback yang positif berupa reward. Hal ini mendorong kepuasan kerja dan peningkatan kinerja bagi pegawai. Sedangkan ketika kinerja dikatakan kurang baik atau tujuan gagal tercapai, pegawai akan menerima feedback yang negatif. Feedback yang negatif, seperti pemberitahuan bahwa rendahnya prestasi seseorang dapat memiliki


(34)

15

pengaruh yang positif terhadap kinerja. Mereka akan menganggap hal tersebut sebagai tantangan untuk bekerja lebih baik lagi dan mengejar tujuan yang lebih tinggi. Tanpa umpan balik sulit bagi para pegawai untuk memperbaiki atau meningkatkan prestasinya, sebab mereka tidak tahu tingkat pencapaian hasil kerjanya.

2.1.3.5Kesulitan Tujuan Anggaran

Kenis (1979) mengemukakan bahwa kesulitan tujuan anggaran mempunyai rentang tujuan dari sangat longgar dan mudah dicapai sampai sangat ketat dan sulit dicapai. Tujuan anggaran yang terlalu ketat dan sulit dicapai akan

memberikan ketegangan kerja tinggi, mengurangi motivasi, dan penolakan terhadap tujuan akibatnya kinerja anggaran menurun jika dibandingkan dengan memiliki tujuan anggaran ketat tetapi dapat dicapai. Locke (1968) juga

menyatakan bahwa sulitnya sasaran tugas mengakibatkan rendahnya kinerja dibandingkan sasaran yang dapat dicapai. Sedangkan tujuan yang sanggat longgar dan mudah dicapai gagal untuk memberikan suatu tantangan dan memiliki sedikit motivasi. Pelaksana anggaran akan cenderung untuk bekerja tidak pada

kemampuan maksimumnya untuk mencapai tujuan. Sehingga tujuan yang ketat tetapi dapat dicapai merupakan tingkat kesulitan tujuan anggaran yang tepat. Anthony dan Govindajaran (1995) dalam Laoli (2012) menyatakan bahwa anggaran yang ideal adalah anggaran yang ketat namun dapat mencapainya. Dalam penyusunan anggaran yang bersifat partisipatif, individu yang terlibat akan memberikan usulan mengenai tujuan anggaran yang akan dicapai, tentunya usulan tersebut akan memperhatikan tingkat kesulitan dalam pencapaiannya. Sehingga ketika pelaksanaan anggaran, mereka dapat menghadapi tingkat kesulitan tujuan


(35)

16

anggaran yang sudah ditetapkan dan mencapai tujuan anggaran tersebut.

2.1.4 Kinerja Manajerial pada SKPD

Kinerja merupakan tingkat keberhasilan yang telah dicapai oleh individu atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dari melaksanakan tugas dan tanggung jawab mereka dalam menjalankan kegiatan organisasi guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Menurut Bastian (2006) kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan strategic planning suatu organisasi. Pada sektor

pemerintahan, kinerja merupakan prestasi yang dicapai oleh pegawai atau instansi pemerintah dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat.

Weihrich dan Koontz (2005) dalam Afrida (2013) mendefenisikan kinerja

manajerial sebagai kinerja manajer dalam mengerti dan memahami fungsi manajer dalam mencapai tujuan kinerjanya, yang diukur dari bagaimana manajer tersebut menjalankan aktivitas manajerialnya seperti planning, organizing, staffing, leading, dan controlling. Menurut Mahoney et.al (1963) yang dimaksud kinerja manajerial merupakan kinerja para individu anggota organisasi yang

melaksanakan kegiatan manajerial. Kinerja manajerial dalam penelitian ini adalah kinerja pejabat struktural SKPD. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

merupakan pusat pertanggungjawaban yang dipimpin oleh kepala satuan kerja dan bertanggung jawab atas entitasnya. Kinerja manajerial SKPD merupakan

pengukur untuk mengetahui tingkat keberhasilan pejabat struktural SKPD dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan manajerial yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, laporan, pertanggungjawaban, pembinaan, dan


(36)

17

pengawasan dalam pencapaian tujuan organisasi, yaitu dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Pada dasarnya kinerja yang dicapai oleh suatu organisasi adalah prestasi dari anggota organisasi itu sendiri. Ketika pejabat struktural SKPD memiliki kinerja yang baik, maka dengan sendirinya hal tersebut mencerminkan baiknya kinerja SKPD tersebut. Sehingga penilaian kinerja merupakan penilaian atas perilaku individu dalam melaksanakan perannya di dalam organisasi. Variabel kinerja manajerial diukur dengan menggunakan instrumen self rating yang dikembangkan oleh Mahoney et.al (1965) dimana setiap responden diminta untuk mengukur kinerja sendiri ke dalam delapan dimensi, yaitu perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pemilihan staf, negosiasi, dan perwakilan, serta satu dimensi pengukuran kinerja secara keseluruhan.

Menurut Damanik (2011), kinerja dikatakan efektif apabila tujuan anggaran tercapai dan bawahan mendapat kesempatan terlibat atau berpartisipasi dalam proses penyusunan anggaran serta memotivasi bawahan mengidentifikasi dan melakukan negosiasi dengan atasan mengenai target anggaran, menerima kesepakatan anggaran dan melaksanakannya sehingga dapat menghindarkan dampak negatif anggaran yaitu faktor kriteria kinerja, sistem penghargaan, dan konflik. Pengukuran kinerja manajerial SKPD dilakukan untuk menilai seberapa baik pegawai SKPD tersebut melakukan tugas pokok dan fungsi manajemen yang dilimpahkan kepadanya selama periode tertentu.

2.2 Penelitian Terdahulu


(37)

18

terdahulu mengenai budgetary goal characteristics dan kinerja manajerial. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan antara lain oleh Kurnia (2004)

mengenai Pengaruh Budgetary Goal Characteristics terhadap Kinerja Manajerial dengan Budaya Paternalistik dan Komitmen Organisasi sebagai Moderating Variabel (Studi Empiris pada Perguruan Tinggi Swasta Kopertis Wilayah III) hasil yang diperoleh budgetary goal characteristics tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial serta budaya paternalistic dan komitmen organisasi bukan merupakan kesesuaian terbaik dan tidak mampu bertindak sebagai variabel moderating.

Murthi dan Sujana (2008) meneliti tentang Pengaruh Budgetary Goal

Characteristics terhadap Kinerja Manajerial pada Rumah Sakit Pemerintah di Kota Denpasar hasilnya budgetary goal characteristics tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada rumah sakit pemerintah di kota Denpasar. Budaya paternalistik mampu memperlemah pengaruh budgetary goal

characteristics terhadap kinerja manajerial dan komitmen organisasi tidak mampu memperkuat pengaruh budgetary goal characteristics terhadap kinerja manajerial.

Menurut Rahmawati (2008) dalam penelitiannya mengenai Analisis Pengaruh

Budgetary Goal Characteristic dengan Kinerja Manajerial, Kepuasan Kerja, dan Komitmen Organisasi mendapatkan hasil bahwa budgetary goal characteristics

mempengaruhi kinerja manajerial dan kepuasan kerja serta komitmen organisasi hanya memoderasi hubungan budgetary goal characteristics dan kinerja

manajerial. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur di Jabodetabek.


(38)

19

Aparat Pemerintah Daerah pada Pemerintah Kabupaten Temanggung. Hanya evaluasi anggaran yang secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja aparat Pemerintah Kabupaten Temanggung. Namun kelima komponen karakteristik tujuan anggaran secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja aparat Pemda Kabupaten Temanggung.

Penelitian Laoli (2012) tentang Pengaruh Karakteristik Tujuan Anggaran terhadap Kinerja dengan Sikap Aparat Pemerintah Daerah sebagai Variabel Intervening pada Pemerintah Kabupaten Nias. Didapat hasil karakteristik tujuan anggaran (partisipasi anggaran, kejelasan tujuan anggaran, umpan balik anggaran, dan kesulitan tujuan anggaran) berpengaruh signifikan terhadap kinerja aparat Pemerintah Kabupaten Nias dan juga karakteristik tujuan anggaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja melalui sikap aparat Pemerintah Kabupaten Nias.

Herawansyah dkk. (2013) meneliti Pengaruh Budgetary Goal Characteristics dan Keadilan Prosedural terhadap Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi Bengkulu, menghasilkan Budgetary Goal Characteristics (BGC) dan keadilan prosedural berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial SKPD. Dengan demikian semakin tinggi dan jelasnya Budgetary Goal

Characteristics (BGC) serta semakin tinggi tingkat keadilan prosedural maka akan dapat meningkatkan kinerja manajerial SKPD pemerintah Provinsi Bengkulu.

2.3 Model Penelitian

Berdasarkan penjelasan yang dipaparkan dapat dibuat model konseptual yang akan diteliti. Model penelitian disusun untuk menjelaskan variabel-variabel mana


(39)

20

H1 H2 H3 H4

H5

yang berkedudukan sebagai variabel independen dan variabel dependen. Penelitian ini membahas ketergantungan satu variabel dependen yaitu kinerja manajerial SKPD pada lima variabel independen yang menjelaskan lima komponen budgetary goal characteristics.

2.4 Pengembangan Hipotesis

2.4.1 Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Manajerial pada SKPD

Partisipasi penyusunan anggaran memungkinkan adanya komunikasi yang semakin baik antara atasan dan bawahan untuk bertukar informasi dalam pembuatan anggaran. Individu yang memiliki partisipasi anggaran yang tinggi akan lebih memahami tujuan anggaran. Karena kinerja akan dinilai berdasarkan target anggaran yang bisa dicapai, maka mereka akan bersungguh-sungguh dalam penyusunan anggaran. Dengan menyusun anggaran secara partisipatif diharapkan kinerja manajerial akan meningkat. Ketika tujuan yang dirancang secara

partisipatif disetujui, maka pegawai akan menginternalisasikan tujuan yang ditetapkan, dan juga akan memiliki rasa tanggung jawab untuk mencapainya karena merasa ikut serta terlibat dalam penyusunan (Milani, 1975).

Budgetary Goal Characteristics

Partisipasi Penyusunan Anggaran Kejelasan Tujuan Anggaran Evaluasi Anggaran

Umpan Balik Anggaran Kesulitan Tujuan Anggaran

Kinerja Manajerial pada SKPD


(40)

21

Ketika suatu tujuan anggaran SKPD yang dirancang secara partisipatif disetujui, maka para partisipan tersebut akan memiliki rasa tanggung jawab untuk

mencapainya karena mereka ikut terlibat dalam penyusunannya dengan pemberian usulan anggaran, sehingga semakin tinggi tingkat partisipasi suatu unit kerja dalam proses penyusunan anggaran maka kinerja manajerialnya akan semakin meningkat. Handayani (2013) menemukan bahwa partisipasi penyusunan

anggaran berpengaruh positif secara signifikan terhadap kinerja manajerial SKPD di Pemerintah Kota Padang. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut:

H1 : Partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial pada SKPD

2.4.2 Pengaruh Kejelasan Tujuan Anggaran terhadap Kinerja Manajerial pada SKPD

Kejelasan tujuan anggaran akan membantu pelaksana anggaran untuk mencapai kinerja yang diharapkan. Ketika tujuan anggaran tidak jelas, maka akan mengarah pada ketidakpastian dan kebingungan dalam perealisasian anggaran dan berakibat pada penurunan kinerja. Tujuan anggaran yang jelas akan memberi tahu pelaksana anggaran apa yang harus dilaksanakannya dalam mencapai tujuan tersebut.

Dengan begitu kejelasan tujuan anggaran akan mengakibatkan kepuasan kerja meningkat dan berdampak pada peningkatan kinerja manajerial. Locke (1981) dalam Badriyah dkk. (2013) juga menemukan bahwa dengan adanya kejelasan tujuan akan mendorong para individu untuk melakukan yang terbaik dalam kerja mereka dan akan lebih mampu mengatur perilaku yang akhirnya dapat


(41)

22

meningkatkan kinerja. Untuk itu anggaran daerah harus dapat menggambarkan tujuan anggaran secara jelas, spesifik, dan dimengerti oleh semua pihak yang bertanggung jawab terhadap pencapaiannya. Istiyani (2009) menemukan bahwa Kejelasan tujuan anggaran berpengaruh positif secara signifikan terhadap kinerja aparat Pemerintah Kabupaten Temanggung. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut:

H2 : Kejelasan tujuan anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial pada SKPD

2.4.3 Pengaruh Evaluasi Anggaran terhadap Kinerja Manajerial pada SKPD

Evaluasi anggaran dilaksanakan sebagai dasar penilaian kinerja. Diadakannya evaluasi anggaran untuk mengetahui apakah tujuan anggaran yang sudah ditetapkan telah berhasil dicapai ataukah belum. Evaluasi anggaran biasanya dilakukan dengan melihat anggaran yang telah ditetapkan dengan realisasinya untuk melihat penyimpangan anggaran yang terjadi. Hasil evaluasi anggaran juga dapat dijadikan pedoman dalam perencanaan anggaran berikutnya karena akan diketahui kekurangan atau kelemahan dalam pelaksanaan anggaran dari kegiatan yang telah dilakukan sehingga tidak mengulangi kesalahan yang sama dan kinerja dapat ditingkatkan. Semakin tinggi tingkat evaluasi yang dilakukan terhadap pelaksana anggaran dapat memperbaiki kinerja para aparat pemerintah dalam hal penggunaan anggaran sehingga akan mempertinggi kinerja (Laoli, 2012). Hasil penelitian Damanik (2011) menunjukkan evaluasi anggaran berpengaruh positif secara signifikan terhadap kinerja manajerial Pemerintah Kota Tebing Tinggi.


(42)

23

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut:

H3 : Evaluasi anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial pada SKPD

2.4.4 Pengaruh Umpan Balik Anggaran terhadap Kinerja Manajerial pada SKPD

Setiap individu harus mengetahui hasil dari usahanya untuk mempunyai dasar menentukan sukses atau gagal kinerjanya. Umpan balik anggaran menunjukkan tingkat pencapaian tujuan anggaran yang telah tercapai. Tidak adanya umpan balik akan mengakibatkan ketidakpuasan, yang berakibat pada penurunan kinerja dan adanya umpan balik dapat mendorong aspirasi yang tinggi untuk pencapaian lebih lanjut, kepuasan pribadi yang lebih besar, serta meningkatkan kinerja manajerial. Umpan balik tercapainya tujuan anggaran berupa reward dapat mendorong kepuasan bekerja dan umpan balik berupa hukuman akibat kurang tercapainya tujuan anggaran dapat mendorong individu untuk bekerja lebih giat dan memperbaiki kesalahan sehingga tujuan anggaran selanjutnya akan tercapai dan kinerja manajerial meningkat. Umpan balik anggaran diharapkan dapat memotivasi untuk meningkatkan kinerja individu yang terlibat di dalamnya. Damanik (2011) menemukan bahwa umpan balik anggaran berpengaruh positif secara signifikan terhadap kinerja manajerial Pemerintah Kota Tebing Tinggi. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut:

H4 : Umpan balik anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial pada SKPD


(43)

24

2.4.5 Pengaruh Kesulitan Tujuan Anggaran terhadap Kinerja Manajerial pada SKPD

Dalam penetapan tujuan anggaran, pihak partisipan akan memperhatikan tingkat kesulitan dalam mencapai tujuan anggaran tersebut. Tujuan anggaran yang dibuat dengan tingkat kesulitan tinggi atau terlalu ketat akan menimbulkan ketegangan kerja tinggi yang membuat para pegawai merasa gagal dan frustasi sebelum mencapainya sehingga dampaknya tujuan anggaran tidak tercapai dan kinerja manajerial menurun. Namun jika tujuan anggaran dibuat terlalu longgar dan mudah untuk dicapai, para pegawai akan merasa kurang termotivasi dan tidak menimbulkan suatu tantangan dalam melaksanakan tujuan anggaran sehingga usaha yang diberikan akan kurang maksimal. Tujuan dengan tingkat kesulitan yang tidak terlalu mudah atau sulit namun masih dapat tercapai akan memotivasi dan memberi tantangan tersendiri bagi pegawai untuk mencapainya, tetapi jika tingkat kesulitan tujuan anggaran sudah melampaui batas kemampuan pegawai, maka akan menurunkan kinerja. Sehingga kesulitan tujuan anggaran yang tepat kinerja manajerial pada SKPD dapat meningkat dengan tingkat kesulitan yang ketat dan dapat dicapai. Hasil penelitian Herawansyah dkk. (2013) menunjukkan hubungan positif dan signifikan antara tingkat kesulitan anggaran dengan kinerja manajerial SKPD Pemerintah Provinsi Bengkulu. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut:

H5 : Kesulitan tujuan anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial pada SKPD


(44)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah pejabat struktural SKPD yang terlibat pada proses penyusunan anggaran dan pelaksanaan anggaran di pemerintah

kabupaten/kota se-Provinsi Lampung. Teknik pengambilan sampel untuk

pemerintah kabupaten/kota dilakukan dengan cluster sampling dan untuk SKPD dan responden di masing-masing pemerintah kabupaten/kota dilakukan dengan teknik multistage sampling. Penggunaan metode ini karena ketidakmungkinan untuk menjangkau populasi yang luas dan biaya yang tinggi

Adapun tahapan pemilihan sampel dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Pemilihan sampel pemerintah kabupaten/kota dilakukan dengan cluster sampling atau secara acak berdasarkan kelompok dengan probabilitas yang sama. Menurut Indriantoro dan Supomo (2002:125) cluster sampling adalah pemilihan sampel secara acak dengan membagi populasi menjadi subpopulasi yang bersifat heterogen. Sampel kemudian dipilih secara acak dari setiap subpopulasi untuk diteliti lebih lanjut.

Pemerintah daerah yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah dua pemerintah kabupaten induk, dua pemerintah kabupaten hasil pemekaran, dan


(45)

26

satu pemerintah kota dan kelima daerah ini dianggap sudah dapat mewakili pemerintah kabupaten/kota yang ada se-Provinsi Lampung, yaitu:

a) Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan sebagai pemerintah kabupaten induk.

b) Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah sebagai pemerintah kabupaten induk.

c) Pemerintah Kabupaten Pesawaran sebagai pemerintah kabupaten hasil pemekaran.

d) Pemerintah Kabupaten Pringsewu sebagai pemerintah kabupaten hasil pemekaran.

e) Pemerintah Kota Bandar Lampung mewakili sebagai pemerintah kota. 2. Sedangkan pemilihan sampel untuk SKPD dan responden di masing-masing

pemerintah kabupaten/kota dilakukan dengan teknik multistage sampling atau secara bertahap. Menurut Indriantoro dan Supomo (2002:126) multistage sampling adalah teknik pemilihan sampel dilakukan secara beberapa tahap dengan menggunakan unit sampling yang lebih kecil pada setiap tahapnya untuk mendapatkan calon responden yang diinginkan dengan probabilitas yang sama. Penelitian dilakukan pada SKPD karena kegiatan badan atau dinas secara langsung berhubungan dengan pelayanan kepada masyarakat dan juga merupakan satuan kerja pemerintah yang menyusun, menggunakan, dan melaporkan realisasi anggaran atau sebagai pelaksana anggaran dari

pemerintah daerah.

SKPD yang menjadi sampel penelitian adalah SKPD yang mewakili profit center, cost center, dan administration center, yaitu:


(46)

27

a) Dinas Pendapatan Daerah sebagai profit center

b) Dinas Perhubungan sebagai profit center

c) Dinas Pendidikan sebagai cost center

d) Dinas Kesehatan sebagai cost center

e) Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah sebagai administration center

Pemilihan SKPD tersebut dianggap dapat mewakili seluruh SKPD yang ada pada pemerintah kabupaten/kota yang ada se-Provinsi Lampung yang digolongkan berdasarkan pusat pertanggungjawabannya.

3. Aparat pemerintah yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah pejabat struktural SKPD yang terlibat secara langsung dalam proses penyusunan dan pengusulan anggaran serta pelaksanaan anggaran. Fokus responden penelitian ini adalah pejabat eselon III dan IV (kepala bidang dan kepala subbagian/seksi/subbidang) dikarenakan rata-rata pejabat terkait adalah pejabat level tengah dan bawah yang bertanggung jawab pada penyusunan anggaran dan pelaksanaan anggaran pada setiap unit kerjanya pada SKPD.

3.2 Data Penelitian

3.2.1 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer dengan metode survei, yaitu melakukan penyebaran kuesioner langsung kepada responden. Kuesioner dibuat dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan secara terstruktur dimana responden dibatasi dalam


(47)

28

penelitian ini diperoleh langsung dari responden, yaitu pejabat struktural SKPD pada pemerintah kabupaten/kota se-Provinsi Lampung yang menjadi sampel dalam penelitian ini.

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode distribusi langsung (direct distribution method), yaitu mendatangi para responden secara langsung untuk menyerahkan ataupun mengumpulkan kembali kuesioner. Metode ini bertujuan untuk memperoleh tingkat pengembalian kuesioner yang tinggi. Pengambilan kembali kuesioner disesuaikan dengan waktu yang telah disepakati oleh peneliti dengan yang bersangkutan.

3.3 Operasional Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan lima variabel bebas (independen), yaitu partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan tujuan anggaran, evaluasi anggaran, umpan balik anggaran, dan kesulitan tujuan anggaran yang merupakan komponen dari

budgetary goal characteristics serta satu variabel terikat (dependen), yaitu kinerja manajerial pada SKPD.

1. Variabel Dependen (Terikat)

Variabel dependen berupa kinerja manajerial pada SKPD merupakan pengukur untuk mengetahui tingkat keberhasilan pejabat sruktural SKPD melaksanakan kegiatan manajerial meliputi perencanaan, investigasi,

koordinasi, evaluasi, pengawasan, staffing, negosiasi, dan perwakilan dalam pencapaian tujuan organisasi. Instrumen pengukuran diadopsi dari Mahoney


(48)

29

et.al (1965) yang dikembangkan oleh Octavia (2009) dan Wulandari (2013). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval dengan menggunakan skala likert lima poin dari sangat tidak setuju sampai sangat setuju.

2. Variabel Independen (Bebas)

Variabel independen berupa budgetary goal characteristics yang terdiri dari lima komponen, yaitu:

a. Partisipasi penyusunan anggaran merupakan tingkat pengaruh dan keterlibatan yang dirasakan oleh individu dalam proses perencanaan anggaran (Milani, 1975). Instrumen pengukuran terdiri dari enam item pertanyaan yang diadopsi dari Milani (1975) dan telah dimodifikasi oleh Octavia (2009) dan Wulandari (2009). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval dengan menggunakan skala likert lima poin dari sangat tidak setuju sampai sangat setuju.

b. Kejelasan tujuan anggaran menggambarkan tingkatan dimana tujuan anggaran program dan kegiatan SKPD dinyatakan secara spesifik, jelas, dan dimengerti oleh pihak yang bertanggung jawab terhadap anggaran. Instrumen pengukuran diadopsi dari Kenis (1979) dan telah dimodifikasi oleh Syafrial (2009) dan Pratiwi (2012). Skala pengukuran yang

digunakan adalah skala interval dengan menggunakan skala likert lima poin dari sangat tidak setuju sampai sangat setuju.

c. Evaluasi anggaran merupakan tindakan yang dilakukan untuk melihat selisih anggaran program dan kegiatan SKPD dengan realisasinya diperiksa oleh pimpinan ke masing-masing bawahan dan digunakan


(49)

30

untuk mengevaluasi kinerja bawahan. Instrumen pengukuran diadopsi dari Kenis (1979) dan telah dimodifikasi oleh Istiyani (2009) dan

Rangkuti (2013). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval dengan menggunakan skala likert lima poin dari sangat tidak setuju sampai sangat setuju.

d. Umpan balik anggaran menunjukkan hasil yang diperoleh dari upaya SKPD untuk mencapai tujuan anggaran yang telah ditetapkan sebagai dasar untuk merasakan kesuksesan atau kegagalan.Variabel ini diukur menggunakan instrumen yang diadopsi dari Kenis (1979) dan telah dimodifikasi oleh Pratiwi (2012). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval dengan menggunakan skala likert lima poin dari sangat tidak setuju sampai sangat setuju.

e. Kesulitan tujuan anggaran didefinisikan sebagai tingkatan kesulitan dalam pencapaian tujuan anggaran program dan kegiatan yang dipersepsikan oleh individu dalam SKPD. Instrumen pengukuran

diadopsi dari Kenis (1979) dan telah dimodifikasi oleh Rangkuti (2013). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval dengan

menggunakan skala likert lima poin dari sangat tidak setuju sampai sangat setuju.


(50)

31

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Variabel

Penelitian Definisi Operasional Indikator Pengukuran

Skala Pengukuran

Kinerja Manajerial pada SKPD (Y)

Pengukur untuk mengetahui sejauhmana tingkat keberhasilan pegawai SKPD melaksanakan kegiatan-kegiatan manajerial dalam pencapaian tujuan organisasi. 1. Perencanaan 2. Investigasi 3. Koordinasi 4. Evaluasi 5. Pengawasan 6. Staffing 7. Negosiasi 8. Perwakilan

9. Kinerja secara keseluruhan

Interval

Budgetary Goal Characteristics

Partisipasi Penyusunan Anggaran (X1)

Tingkat pengaruh dan keterlibatan yang dirasakan oleh individu dalam proses

perencanaan anggaran (Milani, 1975).

1. Keikutsertaan dalam penyusunan anggaran 2. Kepuasan dalam penyusunan

anggaran

3. Kebutuhan memberikan pendapat

4. Kerelaan dalam memberikan pendapat

5. Besarnya pengaruh terhadap penetapan anggaran akhir 6. Seringnya atasan meminta pendapat atau usulan saat anggaran sedang disusun

Interval

Kejelasan Tujuan Anggaran (X2)

Menggambarkan tingkatan dimana tujuan anggaran program dan kegiatan SKPD

dinyatakan secara spesifik, jelas, dan dimengerti oleh pihak yang bertanggung jawab terhadap anggaran.

1. Mengetahui dengan jelas dan tepat tujuan anggaran 2. Mengetahui dengan jelas

prioritas dari anggaran 3. Perkiraan ketidakjelasan

anggaran dalam bidangnya

Interval

Evaluasi Anggaran (X3)

Menunjukkan sejauh mana selisih anggaran program dan kegiatan SKPD dengan

realisasinya diperiksa oleh pimpinan ke masing-masing bawahan dan digunakan untuk mengevaluasi kinerja bawahan dalam penyusunan dan penggunaan anggaran.

1. Pencapaian efisiensi yang dapat dilakukan responden sebagai pengawas anggaran bidang kerjanya.

2. Sikap dan penilaian pimpinan kepada responden atas penyimpangan anggaran unit kerja yang telah dilakukan. 3. Penjelasan responden kepada

pimpinan mengenai item-item yang menyebabkan

penyimpangan anggaran unit kerja.

Interval

Umpan Balik Anggaran (X4)

Hasil yang diperoleh dari upaya SKPD untuk mencapai tujuan anggaran yang telah ditetapkan sebagai dasar

1. Jumlah perolehan umpan balik mengenai pencapaian tujuan anggaran

2. Adanya umpan balik dan pedoman mengenai


(51)

32

untuk merasakan kesuksesan atau kegagalan.

penyimpangan anggaran 3. Respon atasan atas

tercapainya tujuan anggaran yang telah ditetapkan Kesulitan

Tujuan Anggaran (X5)

Tingkatan kesulitan pencapaian tujuan anggaran program dan kegiatan yang

dipersepsikan oleh individu dalam SKPD.

1. Tingkat kesulitan dan usaha responden dalam pencapaian tujuan anggaran.

2. Tingkat keahlian dan pengetahuan yang dimiliki responden dalam pencapaian anggaran.

3. Pendapat responden mengenai tujuan anggaran yang ingin dicapai pada unit kerjanya.

Interval

3.4 Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program aplikasi komputer, yaitu program SPSS (Statistical Product and Service Solutions) 21. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

3.4.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, dan range, (Ghozali, 2013). Deskripsi mengenai variabel-variabel penelitian (budgetary goal characteristics: partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan tujuan anggaran, evaluasi anggaran, umpan balik anggaran, dan kesulitan tujuan anggaran; dan kinerja manajerial pada SKPD) dijabarkan dalam tabel statistik deskriptif dan tabel frekuensi. Statistik deskriptif juga memberikan gambaran umum mengenai demografi responden penelitian meliputi, jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, jabatan, dan lama pengalaman bekerja di jabatan sekarang.


(52)

33

3.4.2 Uji Kualitas Data

Penelitian yang mengukur variabel menggunakan isntrumen dalam bentuk

kuesioner harus dilakukan pengujian kualitas terhadap data yang diperoleh dengan uji validitas dan realibilitas. Pengujian tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah intrumen yang digunakan valid dan reliabel, karena kebenaran data yang diolah sangat menentukan kualitas hasil penelitian.

1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Penelitian ini menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) untuk menguji validitas konstruk atau variabel. Untuk dapat melakukan analisis faktor diperlukan nilai

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO MSA). Nilai KMO MSA > 0,50 mengindikasikan construct validity dari masing-masing pertanyaan (Ghozali, 2013).

2. Uji Reliabilitas

Uji realibilitas dilakukan untuk mengukur keandalan suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha > 0,60 (Nunnally, 1968 dalam Ghozali, 2013).


(53)

34

3.4.3 Uji Asumsi Klasik

Pengujian hipotesis dengan analisis regresi dapat dilakukan dengan pertimbangan tidak adanya pelanggaran terhadap asumsi-asumsi klasik atau asumsi yang

mendasari analisis regresi. Uji asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji heteroskedastisitas, dan uji multikolinieritas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak dapat dilihat melalui normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data

sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi dikatakan normal, jika garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2013). Pengujian normalitas data juga melakukan uji Kolmogorov-Smirnov (Uji K-S) untuk memastikan kehandalan hasil uji normalitas dalam penelitian ini. Jika Asymp Sig > 0,05, maka data itu terdistribusi normal.

2. Uji Multikolinieritas

Menurut Ghozali (2013) uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikoliniearitas di dalam model regresi, yaitu dengan


(54)

35

menganalisis matriks korelasi variabel-variabel bebas, dapat juga dengan melihat nilai tolerence dan variance infaltion factors (VIF). Nilai tolerence yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerence) dan nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai tolerence

≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10. Jika nilai variance inflaton factor (VIF) < 10 dan nilai tolerence > 0,10, maka model tersebut dapat dikatakan terbebas dari multikolinearitas.

3. Uji Heteroskesdatisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi perbedaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Gejala

heteroskedastisitas dapat diuji dengan melihat ada tidaknya pola tertentu yang tergambar pada grafik scatterplot. Jika titik-titik sebar membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka

mengidentifikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedositas (Ghozali, 2013).

3.4.4 Pengujian Hipotesis

Penelitian ini menggunakan satu variabel dependen dan beberapa variabel independen, maka untuk menguji hipotesis yang diajukan digunakan alat analisis regresi berganda (multiple regression analysis). Regresi bertujuan untuk menguji


(55)

36

pengaruh antara satu variabel dengan variabel lain. Adapun persamaan regresinya adalah:

Y = α + β1X1+ β 2X2+ β 3X3 + β 4X4 + β 5X5+ ε Di mana:

Y = kinerja manajerial pada SKPD

α = konstanta

X1 = partisipasi penyusunan anggaran

X2 = kejelasan tujuan anggaran

X3 = evaluasi anggaran

X4 = umpan balik anggaran

X5 = kesulitan tujuan anggaran β 1 ,..., b5 = koefisien regresi

ε = error

Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi (α) 0,05 atau 5%. Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak, maka dilakukan pengujian terhadap variabel-variabel penelitian dengan menggunakan uji

signifikansi parameter individual (uji statistik t) yang bertujuan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen serta variabel mana yang dominan mempengaruhi variabel dependen. Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

1. Ha diterima, yaitu apabila ρ value < 0.05 atau bila nilai signifikansi kurang dari nilai alpha 0,05 berarti variabel independen secara individual

berpengaruh terhadap variabel dependen.

2. Ha ditolak, yaitu apabila ρ value > 0.05 atau bila nilai signifikansi lebih dari nilai alpha 0,05 berarti variabel independen secara individual tidak


(56)

37

Selanjutnya dilakukan pengujian Koefisien Determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur tingkat kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat (Ghozali, 2013). Nilai koefisien determinasi adalah di antara 0 sampai dengan 1 (0

≤ R2≤ 1). Nilai R2

yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksikan variasi variabel dependen.


(57)

BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh budgetary goal characteristics

(partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan tujuan anggaran, evaluasi anggaran, umpan balik anggaran, dan kesulitan tujuan anggaran) terhadap kinerja manajerial pada SKPD di Pemerintah Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung. Dari hasil pengujian regresi berganda dengan menggunakan alat bantu SPSS, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja manajerial pada SKPD. Hal ini menunjukkan semakin tingginya partisipasi dalam penganggaran, maka akan semakin meningkatkan kinerja manajerial pada SKPD.

2. Kejelasan tujuan anggaran tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial pada SKPD. Hal ini disebabkan karena jelasnya tujuan anggaran tidak diikuti dengan tingkat kemampuan yang sama dalam memahami tujuan anggaran dari setiap individu yang akan melaksanakan anggaran tersebut sehingga terdapat para pejabat eselon III dan IV yang masih kurang mengerti


(58)

64

mengenai tujuan anggaran SKPDnya dan dalam pelaksanaannya masih kurang terarah kepada pencapaian tujuan.

3. Evaluasi anggaran tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial pada SKPD. Hal ini disebabkan karena masih kurang tepatnya indikator yang digunakan dalam melakukan evaluasi anggaran, yaitu hanya dengan

membandingkan anggaran dan realisasinya saja.

4. Umpan balik anggaran berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja manajerial pada SKPD. Hal ini menunjukkan sesuai dan cukupnya umpan balik anggaran yang diberikan akan semakin meningkatkan kinerja manajerial pada SKPD.

5. Kesulitan tujuan anggaran berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja manajerial pada SKPD. Hal ini menunjukkan tujuan yang ketat dan dapat dicapai akan menghasilkan kinerja kinerja manajerial pada SKPD yang lebih tinggi dibandingkan jika menetapkan tujuan longgar dan mudah dicapai atau sangat ketat dan sulit dicapai.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang kemungkinan mempengaruhi hasil penelitian. Keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini adalah:

1. Adanya ketidakseriusan responden dalam menjawab pertanyaan yang ada dalam kuesioner memungkinkan timbulnya bias terhadap respon dari responden serta kesalahan interpretasi oleh responden mengenai maksud pertanyaan yang sesungguhnya sehingga menyebabkan variabel tidak terukur sempurna.


(59)

65

2. Instrumen dalam penelitian ini tanpa melakukan wawancara dengan para responden, sehingga cenderung menimbulkan faktor subjektivitas dan

leniency bias atau kemurahan hati dalam menilai kinerja sendiri.

3. Penggunaan instrumen dalam penelitian ini sebagian masih mengadopsi sektor private, sehingga terdapat perbedaan persepsi dengan lingkup yang ada di sektor publik.

5.3 Saran

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh budgetary goal characteristics

(partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan tujuan anggaran, evaluasi anggaran, umpan balik anggaran, dan kesulitan tujuan anggaran) terhadap kinerja manajerial pada SKPD, maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Partisipasi para pejabat eselon III dan IV dalam suatu SKPD sangat diperlukan dan sebaiknya lebih diterapkan dalam meningkatkan kinerja manajerial SKPD tersebut, karena adanyanya partisipasi pendapat atas perencanaan penyusunan anggaran, akan membuat pengambilan kebijakan lebih sesuai dengan kebutuhan yang ada dan para pejabat SKPD akan memiliki rasa tanggung jawab pribadi untuk mencapai standar dan tujuan yang ditetapkan karena mereka ikut serta terlibat dalam proses

penyusunannya.

2. Dalam meningkatkan kinerja manajerial pada SKPD, para pejabat eselon III dan IV sebaiknya menyadari pentingnya mengerti dan memahami

sepenuhnya tujuan anggaran SKPD yang telah dibuat serta diharapkan untuk memberikan adanya prioritas atas tujuan anggaran, terutama dengan lebih


(60)

66

memperhatikan prioritas atas penanganan program dan kegiatan yang berkaitan atau mengarah pada tujuan anggaran SKPD.

3. Dalam melaksanakan evaluasi anggaran, diharapkan para pejabat eselon III dan IV tidak hanya melakukan evaluasi kegiatan-kegiatan dengan

membandingkan anggaran dan realisasinya saja yang telah diprogramkan pada saat menyiapkan anggaran saja, tetapi juga melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan pada saat pelaksanaan anggaran dengan

melihat apakah kegiatan tersebut sudah memenuhi kebutuhan masyarakat dan mengarah pada tujuan anggaran SKPD, sehingga kinerja manajerial pada SKPD meningkat.

4. Sebaiknya lebih meningkatkan umpan balik baik ke bawahan, ke sesama pejabat eselon III dan IV, maupun ke atasan untuk lebih meningkatkan kinerja manajerial pada SKPD, karena umpan balik anggaran bisa dijadikan motivasi untuk bekerja lebih giat dan menghasilkan prestasi serta lebih sering memanfaatkan umpan balik berupa pedoman bekerja pada akhir siklus

penyusunan rencana anggaran untuk digunakan dalam praktek.

5. Dalam menetapkan tingkat kesulitan tujuan anggaran sebaiknya dibuat dengan tingkat kesulitan yang ketat dan dapat dicapai karena tujuan yang ketat dan tidak terlalu mudah atau sulit namun masih dapat dicapai akan memotivasi dan memberi tantangan kepada pejabat eselon III dan IV sehingga dalam mencapai tujuannya akan dilakukan usaha yang maksimal, selama tujuan tersebut dapat dicapai dan telah disepakati oleh pihak


(61)

67

6. Penelitian selanjutnya disarankan untuk mengembangkan hubungan antarvariabel karena kinerja manajerial tidak hanya dapat diukur dengan

budgetary goal characteristics saja dan juga penggunaan instrumen disarankan untuk menggunakan instrumen yang murni mengadopsi sektor publik serta diharapkan selain menerapkan metode survei melalui kuesioner juga melakukan wawancara secara acak sehingga salah persepsi terhadap pertanyaan dalam kuesioner dapat dihindari.


(1)

65

2. Instrumen dalam penelitian ini tanpa melakukan wawancara dengan para responden, sehingga cenderung menimbulkan faktor subjektivitas dan leniency bias atau kemurahan hati dalam menilai kinerja sendiri.

3. Penggunaan instrumen dalam penelitian ini sebagian masih mengadopsi sektor private, sehingga terdapat perbedaan persepsi dengan lingkup yang ada di sektor publik.

5.3 Saran

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh budgetary goal characteristics (partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan tujuan anggaran, evaluasi anggaran, umpan balik anggaran, dan kesulitan tujuan anggaran) terhadap kinerja manajerial pada SKPD, maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Partisipasi para pejabat eselon III dan IV dalam suatu SKPD sangat diperlukan dan sebaiknya lebih diterapkan dalam meningkatkan kinerja manajerial SKPD tersebut, karena adanyanya partisipasi pendapat atas perencanaan penyusunan anggaran, akan membuat pengambilan kebijakan lebih sesuai dengan kebutuhan yang ada dan para pejabat SKPD akan memiliki rasa tanggung jawab pribadi untuk mencapai standar dan tujuan yang ditetapkan karena mereka ikut serta terlibat dalam proses

penyusunannya.

2. Dalam meningkatkan kinerja manajerial pada SKPD, para pejabat eselon III dan IV sebaiknya menyadari pentingnya mengerti dan memahami

sepenuhnya tujuan anggaran SKPD yang telah dibuat serta diharapkan untuk memberikan adanya prioritas atas tujuan anggaran, terutama dengan lebih


(2)

66

memperhatikan prioritas atas penanganan program dan kegiatan yang berkaitan atau mengarah pada tujuan anggaran SKPD.

3. Dalam melaksanakan evaluasi anggaran, diharapkan para pejabat eselon III dan IV tidak hanya melakukan evaluasi kegiatan-kegiatan dengan

membandingkan anggaran dan realisasinya saja yang telah diprogramkan pada saat menyiapkan anggaran saja, tetapi juga melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan pada saat pelaksanaan anggaran dengan

melihat apakah kegiatan tersebut sudah memenuhi kebutuhan masyarakat dan mengarah pada tujuan anggaran SKPD, sehingga kinerja manajerial pada SKPD meningkat.

4. Sebaiknya lebih meningkatkan umpan balik baik ke bawahan, ke sesama pejabat eselon III dan IV, maupun ke atasan untuk lebih meningkatkan kinerja manajerial pada SKPD, karena umpan balik anggaran bisa dijadikan motivasi untuk bekerja lebih giat dan menghasilkan prestasi serta lebih sering memanfaatkan umpan balik berupa pedoman bekerja pada akhir siklus

penyusunan rencana anggaran untuk digunakan dalam praktek.

5. Dalam menetapkan tingkat kesulitan tujuan anggaran sebaiknya dibuat dengan tingkat kesulitan yang ketat dan dapat dicapai karena tujuan yang ketat dan tidak terlalu mudah atau sulit namun masih dapat dicapai akan memotivasi dan memberi tantangan kepada pejabat eselon III dan IV sehingga dalam mencapai tujuannya akan dilakukan usaha yang maksimal, selama tujuan tersebut dapat dicapai dan telah disepakati oleh pihak


(3)

67

6. Penelitian selanjutnya disarankan untuk mengembangkan hubungan antarvariabel karena kinerja manajerial tidak hanya dapat diukur dengan budgetary goal characteristics saja dan juga penggunaan instrumen disarankan untuk menggunakan instrumen yang murni mengadopsi sektor publik serta diharapkan selain menerapkan metode survei melalui kuesioner juga melakukan wawancara secara acak sehingga salah persepsi terhadap pertanyaan dalam kuesioner dapat dihindari.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Afrida, Nur. 2013. Pengaruh Desentralisasi dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terhadap Kinerja Manajerial SKPD (Studi Empiris pada Pemerintah Kota Padang). Skripsi. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang. Badriyah, Nurul., Ria Nelly Sari, dan Enni Savitri. 2013. Pengaruh Partisipasi Penyusunan

Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, Kesulitan Sasaran Anggaran, Evaluasi

Anggaran, dan Umpan Balik Anggaran terhadap Kinerja Manajerial. Jurnal Repository. Universitas Riau.

Bastian, Indra.2006. Sistem Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.

Damanik, Ayu Zurlaini. 2011. Pengaruh Budgetary Goal Characteristics dan Keadilan Prosedural terhadap Kinerja Manajerial (Pada Pejabat Eselon III dan IV pada Pemerintah Kota Tebing Tinggi). Tesis. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Fahrianta, Riswan Yudhi. 2001. Pengaruh Tidak Langsung Sistem Penganggaran terhadap Kinerja Manajerial: Motivasi sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia). Tesis. Program Studi Magister Akuntansi. Program Pascasarjana. Universitas Diponegoro.

Gandasuli, James Raynold., Fransiskus E. Daromes, dan Suwandi Ng. 2009. Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Manajerial: Pengetahuan Tentang Manajemen Biaya sebagai Variabel Pemoderasi. Jurnal Kajian Akuntansi Vol.1 No.2 Hal. 84-94. Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21 Update

PLS Regresi. Edisi 7. Semarang: BP UNDIP.

Halim, Abdul dan Muhammad Syam K. 2012. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat.

Handayani, Chici. 2013. Pengaruh Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran dan Kejelasan Sasaran Anggaran terhadap Kinerja Manajerial SKPD dengan Desentralisasi sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada SKPD Pemerintah Daerah Kota Padang). Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang.

Herawansyah, Fadli, dan Baihaqi. 2013. Pengaruh Budgetary Goal Characteristics dan Keadilan Prosedural Terhadap Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi Bengkulu. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi XVI. Manado.


(5)

Indriantoro, Nur dan Supomo Bambang. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE.

Istiyani. 2009. Pengaruh Karakteristik Tujuan Anggaran terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten Temanggung). Tesis. Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

Kenis, I. 1979. Effects of Budgetary Goal Characteristics on Managerial Attitudes and Performance. The Accounting ReviewVol.LIV No.4 pp.707-721.

Kurnia, Ratnawati. 2004. Pengaruh Budgetary Goal Characteristics terhadap Kinerja Manajerial dengan Budaya Paternalistik dan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Moderating. JurnalSimposium Nasional Akuntansi VII. Bali.

Laoli, Victorinus. 2012. Pengaruh Karakteristik Tujuan Anggaran terhadap Kinerja dengan Sikap Aparat Pemerintah Daerah sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten Nias). Tesis. Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Locke, E. A. 1968. Toward A Theory of Task Motivation and Incentives. Organizational

Behaviour and Human PerformanceVol.3 Issue 2 pp.157-189.

Locke, E.A., and Latham, G.P. 2002. Building a practically useful theory of goal setting and task motivation: A 35-year odyssey. American PsychologistVol.57(9) pp.705–717. Lunenburg, Fred C. 2011. Goal Setting Theory of Motivation. International Journal of

Management, Business, and Administration Vol.15 No.1.

Mahoney, T.A., T.H. Jerdee, and S.J. Caroll. 1965. The Jobs of Management. Industrial Relation 4 (February): 97-110.

Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi.

Milani, Ken. 1975. The Relationship of Participation in Budget-Setting to Industrial

Supervisor Performance and Attitudes-A Field Study. The Accounting ReviewVol.50 No.2 pp.274-284.

Munawar, Gugus Irianto, dan Nurkholis. 2006. Pengaruh Karakteristik Tujuan Anggaran terhadap Perilaku, Sikap, dan Kinerja Aparat Pemerintah Daerah di Kabupaten Kupang. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang.

Murthi, Ida Ayu Mas May dan I Ketut Sujana. 2008. Pengaruh Budgetary Goal

Characteristics terhadap Kinerja Manajerial pada Rumah Sakit Pemerintah di Kota Denpasar. Skripsi. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Nurkemala. 2011. Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Aparat Pemerintah

Daerah, Budaya, dan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Moderating pada Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang Bedagai. Tesis. Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.


(6)

Octavia, Diyah. 2009. Pengaruh Partisipasi Anggaran, Gaya Kepemimpinan, dan Komite Organisasi terhadap Kinerja Manajerial pada PT Pos Indonesia (Persero) Medan. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Pratiwi, Winda. 2012. Pengaruh Kejelasan Tujuan Anggaran terhadap Kinerja SSKPD

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Skripsi. Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Pratiwi, Retno. 2012. Pengaruh Umpan Balik Anggaran terhadap Kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Skripsi. Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2014.

Rahmawati, Fitroh. 2008. Analisis Pengaruh Budgetary Goal Characteristics dengan Kinerja Manajerial, Kepuasan Kerja, dan Komitmen Organisasi. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Rangkuti, Lusi Elviani. 2013. Pengaruh Karakteristik Tujuan Anggaran terhadap Kepuasan Kerja melalui Prestasi Kerja Aparat Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Tesis. Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Rini, Tri Noviana dan Herlina Siwi Widiana. 2012. Efektivitas Pelatihan Motivasi terhadap Peningkatan Produktivitas Karyawan Bagian Expecting PT X. Jurnal Psikologi IndonesiaVol.8 No.1.

Ritonga, Panangaran. 2008. Pengaruh Budaya Paternalistik dan Komitmen Organisasi terhadap Hubungan antara Partisipasi Anggaran dan Kinerja Manajerial pada PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara. Tesis. Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Suluh, A.R. Benedik. 2013. Pengaruh Karakteristik Penganggaran terhadap Kinerja

Pelaksanaan Anggaran Pemerintah (Studi Pada Satuan Kerja Lingkup Wilayah Kerja KPPN Malang). Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB UB Vol.1 No.2.

Suwandi, Annisa Pratiwy. 2013. Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran dan Desentralisasi terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada SKPD Pemerintah Kota Padang). Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang.

Syafrial. 2009. Pengaruh Ketepatan Skedul Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, dan Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Manajerial SKPD pada Pemerintah Kabupaten Sarolangun. Tesis. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Wulandari, Irna. 2009. Pengaruh Karakteristik Gaya Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Manajerial. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.


Dokumen yang terkait

PENGARUH EVALUASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD) PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

2 81 11

ANALISIS PENGARUH PERSEPSI TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS TERHADAP KINERJA LAYANAN PUBLIK SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

1 32 18

ANALISIS PENGARUH PERSEPSI TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS TERHADAP KINERJA LAYANAN PUBLIK SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

0 19 18

ANALISIS PENGARUH PERSEPSI TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS TERHADAP KINERJA LAYANAN PUBLIK SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

19 247 18

PENGARUH PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI, KOMPETENSI APARATUR DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PENGELOLAAN KEUANGAN PADA SATUAN KERJA PERANGKAT KABUPATEN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ACEH JAYA

0 5 1

KOMUNIKASI PEMERINTAH MELALUI INTERKONEKSI DATA ANTAR SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD) DI KABUPATEN SUBANG TAHUN 2006

0 8 1

PENGARUH BUDGETARY GOAL CHARACTERISTICS TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD) PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA SE-PROVINSI LAMPUNG

0 11 64

KOMITMEN ORGANISASI, MOTIVASI KERJA DAN PERAN MANAJER PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP KINERJA MANAJERIAL SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI KABUPATEN MAGELANG

0 0 16

View of PENGARUH KINERJA MANAJERIAL TERHADAP PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN KOMITMEN ORGANISASI PADA LIMA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAHAN KOTA KUPANG

0 0 7

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD) DENGAN MOTIVASI KERJA SEBAGAI VARIABEL MODERATING DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN TESIS

0 0 15